Anda di halaman 1dari 6

SEMINAR STRATEGI KEUANGAN

Topsan Lumbantoruan

2330232044

1. Biaya Modal Akan Mempengaruhi Nilai Perusahaan

Biaya modal merupakan biaya riil yang harus ditanggung perusahaan akibat dari aktivitas
perolehan modal. Pengaruh Biaya Modal terhadap Nilai Perusahaan yang tercermin pada
nilai signifikasi biaya modal yang artinya semakin besar biaya modal yang dikeluarkan
oleh perusahaan maka nilai perusahaan juga akan meningkat. Hal ini didukung oleh
penelitian Puwanenthiren et al. (2018) yang menyatakan bahwa ada pengaruh positif
Biaya Modal terhadap Nilai Perusahaan. Sedangkan menurut Martono dan Harjito (2008:
240), biaya modal yang minimal merupakan hasil dari optimalisasi perolehan pendanaan
atau struktur modal yang akan memaksimalkan nilai perusahaan atau bisa juga diartikan
bahwa maksimalisasi nilai perusahaan salah satunya bisa didapatkan ketika perusahaan
bisa mendapatkan modal yang optimal dengan biaya yang minimal.

Pentingnya biaya modal bagi perusahaan juga didukung oleh Frank and Shen (2016)
yang menyatakan bahwa biaya modal saat ini secara esensial merefleksikan pergerakan
perusahaan melalui investasi yang optimal. Selain itu, Frank & Shen juga menjelaskan
bahwa ketika biaya modal ekuitas lebih besar nilainya dibandingkan dengan biaya modal
hutang, maka biaya modal keseluruhan akan berpengaruh positif terhadap investasi
perusahaan yang pada akhirnya akan meningkatkan nilai perusahaan dan hal tersebut
juga berlaku sebaliknya (vice versa) apabila biaya modal hutang nilainya lebih besar dari
nilai biaya modal ekuitas. Penyebabnya karena pasar akan merespon keputusan–
keputusan perusahaan terkait dengan alokasi pendanaan yang salah satunya adalah
pemilihan investasi yang memiliki peluang mendapatkan keuntungan di masa depan.

2. Pengertian Struktru Modal

Struktur Modal merupakan perbandingan antara hutang jangka panjang dengan modal
sendiri yang digunakan perusahaan (Riyantro, 2021). Struktur Modal adalah kombinasi
antara bauran segenap pos yang masuk kedalam sisi kanan neraca sumber modal
perusahaan. Pengertian Struktur Modal dibedakan dengan struktur keuangan, dimana
struktur modal merupakan pembelajaran permanen yang mencerminkan antara hutang
jangka panjang dengan modal sendiri. Struktur modal adalah bauran atau proporsi
pendanaan permanen jangka panjang perusahaan yang diwakili oleh hutang, saham
preferens, dan ekuitas saham biasa.

struktur modal merupakan perbandingan atau perimbangan antara hutang jangka


panjang dengan modal sendiri atau disebut long-tern debt to equity ratio atau leverage
keuangan yang digunakan perusahaan dalam mencapai stabilitas financial dan
terjaminnya kelangsungan hidup perusahaan.

3. Komponen Struktur Modal

Struktur modal suatu perusahaan secara umum terdiri dari atas beberapa komponen
(Riyanto,2001), yaitu :

a. Modal asing/hutang jangka panjang (Long-Tern Debt)

Modal asing atau jangka panjang adalah hutang yang jangka waktunya adalah panjang,
umumnya lebih dari sepuluh tahun. Hutang jangka panjang ini pada umumnya digunakan
untuk membelanjai perluasan perusahaan (ekspansi) atau modernisasi dari perusahaan,
karena kebutuhan modal untuk keperluan tersebut meliputi jumlah yang besar.

b. Modal Sendiri (Shareholder Equity)

Modal sendiri adalah modal yang berasal dari pemilik perusahaan dan yang tertanam
dalam perusahaan untuk waktu yang tidak tertentu lamanya. Modal sendiri berasal dari
sumber intern maupun sumber ekstern. Sumber intern didapat dari keuntungan yang
dihasilkan perusahaan sedangkan sumber ekstern berasal dari pemilik perusahaan.

4. Fungsi Struktur Modal


Dalam mengelola sebuah bisnis, kehadiran struktur modal memiliki sejumlah fungsi yang
sangat berperan penting. Mengutip situs Sampoerna University, berikut fungsi dari
struktur modal:

a. Memaksimalkan Pengembalian

Fungsi yang pertama dari struktur modal adalah dapat memaksimalkan pengembalian,
hal ini bisa meningkatkan laba saham perusahaan. Selain itu, pihak perusahaan juga
mendapatkan pengembalian dengan adanya optimalisasi.

b. Fleksibilitas

Fungsi selanjutnya dari struktur modal adalah dapat memberikan ekspansi utang yang
lebih dinamis, meski dapat disesuaikan dengan strategi serta kondisi bisnis yang
diinginkan perusahaan.

c. Solvabilitas

Likuiditas perusahaan dapat terjaga baik dengan adanya struktur modal yang baik juga.
Soalnya, hal ini terjadi bila perusahaan dapat menghindari beban adanya pembayaran
bunga dalam hal utang yang tak terencana.

d. Meningkatkan Nilai Perusahaan

Fungsi berikutnya adalah para investor mampu mencari perusahaan dengan mudah
karena memiliki struktur modal baik. Sebab, para investor lebih senang menanam modal
terhadap perusahaan yang memiliki tata peraturan modal yang bisa dijaga sebaik
mungkin.

e. Mengurangi Terjadinya Risiko Keuangan

Dalam sebuah perusahaan, proporsi keuangan dan ekuitas harus terjaga agar seimbang.
Nah salah satu caranya dengan memiliki struktur modal yang baik. Dengan begitu,
perusahaan bisa terhindar dari krisis keuangan yang membuat bisnis merugi hingga
mengalami bangkrut.
5. Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal

Faktor-faktor yang memengaruhi struktur modal dari teori Brigham dan Houston (2006):

a. Dividend payout ratio

Dividend Payout Ratio (DPR) menurut Brigham & Houston (2006) adalah persentase dari
laba bersih yang akan dibayarkan sebagai dividen tunai kepada pemegang saham.
Kebijakan dividen menyangkut keputusan tentang penggunaan laba yang menjadi hak
pemegang saham, Pembayaran dividen ini terkait dengan jumlah arus kas di dalam
perusahaan. Ketika perusahaan memiliki dana yang ada tidak untuk membagikan kepada
pemilik saham, maka modal sendiri perusahaan akan semakin besar. Demikian juga
sebaliknya ketika dana yang ada justru dibagikan sebagai dividen, maka modal sendiri
perusahaan akan semakin sedikit.

b. Profitabilitas

Profitabilitas merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam


menghasilkan laba (profitabilitas) pada tingkat penjualan, aktiva, dan modal. Ada tiga
rasio yang dapat digunakan dalam rasio profitabilitas, yaitu rasio profit margin, return on
asset (ROA), dan return on equity (ROE). Profit margin mengukur sejauh mana
perusahaan menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan tertentu. Rasio profit
margin yang rendah dapat menunjukkan ketidakefisienan manajemen. ROA
menunjukkan seberapa besar kemampuan perusahaan menghasilkan laba dengan
memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Sedangkan ROE menggambarkan tingkat return
yang dihasilkan perusahaan bagi pemegang sahamnya.

c. Struktur aktiva

Menurut Riyanto (2011) struktur aktiva adalah perimbangan atau perbandingan baik
dalam artian absolut maupun dalam artian relatif antara aktiva lancar dan aktiva tetap.
Perusahaan yang aktivanya sesuai untuk dijadikan jaminan kredit cenderung lebih
banyak menggunakan banyak utang (Brigham & Houston 2006). Salah satu persyaratan
mengajukan pinjaman adalah adanya aktiva tetap berwujud yang akan dijaminkan
sehingga semakin besar nilai aktiva tetap berwujud yang dimiliki maka semakin besar
pula kecenderungan pinjaman yang dapat diperoleh. Namun dampak negatifnya apabila
perusahaan mengalami gagal bayar pinjaman, maka aktiva perusahaan akan berkurang.

d. Ukuran perusahaan

Menurut Furi dan Saifudin (2012) ukuran perusahaan merupakan gambaran kemampuan
finansial perusahaan dalam suatu periode tertentu. Perusahaan besar memiliki
kebangkrutan yang lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan kecil dikarenakan
perusahaan besar memiliki kemudahan untuk mendapatkan utang (dana eksternal).
Sesuai dengan trade-off theory semakin besar perusahaan, maka perusahaan dapat
memakai utang lebih banyak, karena dipandang sebagai perusahaan dengan prospek
yang baik di masa mendatang (Furi dan Saifudin, 2012).

e. Likuiditas

Likuiditas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi


kewajiban jangka pendeknya, sumber daya jangka pendek (lancar) yang tersedia untuk
memenuhi kewajiban tersebut (Horne dan Wachowics, 2001). Rasio likuiditas
menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban jangka pendeknya
dengan menggunakan aktiva lancarnya. Perusahaan dengan tingkat likuiditas yang tinggi
mempunyai dana internal yang besar, sehingga perusahaan tersebut akan lebih
menggunakan dana internalnya terlebih dahulu untuk membiayai investasinya sebelum
menggunakan embiayaan eksternal melalui utang. Biasanya aktiva lancar terdiri dari:
kas, surat berharga, piutang, dan persediaan, sedangkan kewajiban lancar terdiri dari
hutang bank jangka pendek atau hutang lainnya yang mempunyai jangka waktu kurang
dari satu tahun.

f. Stabilitas Penjualan

Sebuah perusahaan yang penjualnya relatif stabil dapat aman mengambil lebih banyak
utang dan menanggung beban tetap yang lebih tinggi daripada perusahaan dengan
penjualan tidak stabil, secara historis dapat menggunakan lebih banyak leverage
keuangan daripada perusahaanperusahaan industry (Brigham & Houston, 2006).

g. Leverage operasi dan pajak


Perusahaan dengan leverage operasi yang lebih sedikit memiliki kemampuan yang lebih
baik dalam menerapkan leverage karena perusahaan tersebut akan memiliki risiko bisnis
yang lebih kecil. Ditinjau dari sisi pajak dapat dikaitkan dengan bunga. Bunga adalah
beban yang dapat pengurangan pajak, dan pengurangan pajak adalah hal yang sangat
berharga bagi perusahaan dengan tarif pajak yang tinggi. Semakin tinggi tarif pajak
sebuah perusahaan, semakin besar manfaat yang diperoleh dari utang (Brigham &
Houston, 2006). Dengan demikian adanya tariff pajak yang semakin tinggi akan
mendorong perusahaan untuk melakukan utang.

h. Pengendalian

Dampak utang versus saham pada posisi pengendalian manajemen dapat memengaruhi
struktur modal. Jika manajemen saat ini memiliki kendali atas pengembalian suara
(memiliki lebih dari 50 persen saham) tetapi berada dalam posisi dimana tidak dapat
membeli saham lagi. Manajemen mungkin akan memilih utang untuk pendanaan-
pendanaan baru. Di lain pihak, manajemen akan memutuskan untuk menggunakan
ekuitas jika situasi keuangan perusahaan begitu lemahnya sehingga menggunakan
utang (Brigham & Houston, 2006).

i. Fleksibilitas keuangan

Fleksibilitas keuangan atau kemampuan untuk memperoleh modal dengan persyaratan


yang wajar dalam kondisi yang buruk. Baik potensi kebutuhan dana di masa depan
maupun konsekuensi dari kekurangan dana akan memengaruhi sasaran struktur modal,
dimana semakin tinggi kemungkinan kebutuhan modal di masa mendatang dan semakin
buruk konsekuensi dari kekurangan dana, maka neraca perusahaan harus semakin

kuat (Brigham & Houston, 2006).

Anda mungkin juga menyukai