Anda di halaman 1dari 9

Kelompok 2

1. Ramlah (201910167)
2. Asriyanti (2901910182)
3. Icetriani (201910181)

RMK Struktur Modal Dan Deviden

A. Struktur Modal

1. Pengertian Struktur Modal

Menurut J. Fred Weston dan Thomas E Copeland (1996), mengatakan bahwa struktur
modal adalah pembiayaan permanen yang terdiri dari utang jangka panjang, saham
preferen dan modal pemegang saham.
Berdasarkan beberapa referensi penulis dapat menyimpulkan bahwa struktur modal
adalah proporsi dalam menentukan pemenuhan kebutuhan belanja perusahaan dengan
sumber pendanaan jangka panjang yang berasal dari dana internal dan dana eksternal,
dengan demikian struktur modal adalah struktur keuangan dikurangi utang jangka
pendek.

2. WACC dan Perubahan Struktur Modal

Manajer menentukan struktur modal yang akan memaksimalkan harga saham


perusahaan sebagai sasaran. Akan tetapi, sulit bagi kita untuk mengestimasi apa pengaruh
suatu perubahan tertentu dari struktur modal pada harga saham. Struktur modal yang
memaksimalkan harga saham juga akan meminimalkan WACC, dan terkadang akan lebih
mudah untuk meramalkan apa pengaruh perubahan struktur modal pada WACC
dibandingkan dengan harga saham. Jadi, banyak manajer menggunakan estimasi
hubungan antara struktur modal dan WACC untuk memadu keputusan struktur modal
yang mereka ambil.

3. Struktur modal optimal

Saat ini, perusahaan tidak memiiki utang, sehingga rasio utangnya nol, dan pada titik
ini WACC = rs = 12%. Dengan dimulai digunakannya utang erbiaya rendah, maka
WACC akan ikut turun. Namun seiring dengan meningkatnya rasio utang, biaya dari
utang maupun ekuitas akan naik, pertama secara perlahan kemudian makin cepat. Pada
akhirnya, kenaikan biaya kedua komponen ini akan menutupi kenyataan bahwa
perusahaan menggunakan utang dengan biaya yang lebih murah. Jadi, pada utang 40%,
WACC akan mencapai titik minimum sebesar 11,04%, dan setelah itu akan naik seiring
dengan peningkatan rasio utang.

Meskipun komponen biaya ekuitas lebih tinggi dibandingkan utang, penggunaan


utang berbiaya lebih rendah saja tidak akan meminimalkan nilai karena adanya pengaruh
umpan balik utang pada biaya utang dan ekuitas.

Paling penting bahwa strktur modal yang meminimalkan WACC juga merupakan
struktur modal yang akan memaksimalkan harga saham perusahaan.

4. Menentukan struktur modal yang optimal

Struktur modal yang optimal merupakan struktur yang akan memaksimalkan harga
saham perusahaan, dan struktur ini pada umumnya meminta rasio utang yang lebih
rendah dari pada rasio yang memaksimalkan EPS yang diharapkan.

Harga saham akan berbanding lurus dengan dividen yang diharapkan tetapi
berbanding terbalik dengan tingkat pengembalian ekuitas yang diminta. Perusahaan
dengan labih tinggi akan mampu membayar dividen yang lebih tinggi, sehingga sampai
tingkat di mana utang yang lebih tinggi menaikkan EPS yang diharapkan, leverage akan
meningkatkan harga saham. Namun, tingkat utang yang lebih tinggi juga kan
meningkatkan risiko perusahaan, dan hal ini akan meningkatkan biaya ekuitas dan
mengakibatkan terjadinya penurunan pada harga saham.

5. Teori struktur modal

a. Teori Pertukaran (Trade-Off-Theory)

Merupakan teori struktur modal yang menyatakan perusahaan menukar manfaat


pajak dari pendanaan utang dengan masalah yang ditimbulkan oleh
potensi  kebangkrutan.

b. Teori Sinyal (Signal Theory)

Suatu tindakan yang diambil oleh manajemen suatu perusahaan yang memberikan
petunjuk kepada investor, tentang bagaimana manajemen menilai prospek perusahaan,
perusahaan dengan prospek yang menguntungkan akan mencoba menghindari
penjualan saham dan mengusahakan setiap modal baru yang diperlukan dengan cara-
cara lain, termasuk penggunaan utang yang melebihi target struktur modal yang
normal.

6. Faktor-faktor ketika melakukan keputusan struktur modal:

1) Stabilitas penjualan. Suatu perusahaan yang penjualannya relative stabil dapat


secara aman mengambil utang dalam jumlah yang lebih besar dan mengeluarkan
beban tetap yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang penjualannya
tidak stabil.
2) Struktur aset. Perusahaan yang asetnya memadai untuk digunakan sebagai
jaminan pinjaman cenderung akan cukup banyak menggunakan utang. Aset umum
yang dapat digunakan oleh banyak perusahaan dapat menjadi jaminan yang baik,
sementara tidak untuk aset dengan tujuan khusus.
3) Leverage operasi. Jika hal yang lain dianggap sama, perusahaan
dengan leverage operasi yang lebih rendah akan lebih mampu
menerapkan leverage keuangan karena perusahaan tersebut akan memiliki resiko
usaha yang lebih rendah.
4) Tingkat pertumbuhan.  Jika hal yang lain dianggap sama, maka perusahaan yang
memiliki pertumbuhan lebih cepat harus lebih mengandalkan diri dari pada modal
eksternal. Selain itu biaya emisi yang berkaitan dengan penjualan saham biasa
akan melebihi biaya emisi yang terjadi ketika perusahaan menjual utang,
mendorong perusahaan yang mengalami pertumbuhan pesat untuk lebih
mengandalkan diri pada utang.
5) Profitabilitas.  Sering kali diamati bahwa perusahaan dengan tingkat
pengembalian atas investasi yang sangat tinggi ternyata menggunakan utang
dalam jumlah yang relative sedikit.
6) Pajak.  Bunga merupakan suatu beban pengurangan pajak, dan pengurangan ini
lebih bernilai bagi perusahaan dengan tarif pajak yang tinggi. Jadi, makin tinggi
tarif pajak suatu perusahaan, maka makin besar keunggulan dari utang. 
7) Kendali.  Pengaruh utang dibandingkan saham pada posisi kendali suatu
perusahaan dapat mempengaruhi struktur modal. Jika manajemen saat ini
memiliki kendali hak suara (lebih dari 50% saham) tetapi tidak berada dalam
posisi untuk membeli saham tambahan lagi, maka manajemen mungkin akan
memilih utang sebagai pendanaan baru.
8) Sikap manajemen. Tidak ada yang dapat membuktikan bahwa satu struktur modal
akan mengarah pada harga saham yang lebih tinggi dibandingkan dengan struktur
yang lain.
9) Sikap pembeli pinjaman dan lembaga pemeringkat. Tanpa mempertimbangkan
analisis manajemen sendiri atas factor leverage yang tepat bagi perusahaan, sikap
pemberi pinjaman dan lembaga pemeringkat sering kali akan memengaruhi
keputusan struktur keuangan.
10) Kondisi pasar. Kondisi pasar saham dan obligasi mengalami perubahan dalam
jangka panjang maupun jangka pendek yang dapat memberikan arah penting pada
struktur modal optimal suatu perusahaan.
11) Kondisi internal perusahaan. Kondisi internal suatu perusahaan sendiri juga
dapat berpengaruh pada sasaran stuktur modalnya.
12) Fleksibilitas keuangan.

7. Variasi-variasi dalam struktur modal

Variasi yang luas dalam penggunaan leverage keuangan terjadi baik di antara


industry maupun di antara setiap perusahaan di salam masing-masing industry.

Perusahaan farmasi dan computer menggunakan utang yang relative kecil karena
industry perusahaan-perusahaan ini cenderung bersifat musiman, berorientasi pada
penelitian, atau menghadapi tuntuntan ganti rugi produk yang sangat besar. Perusahaan
fasilitas umum, menggunakan utang dalam jumlah yang relative besar karena aset tetap
yang dimilikinya dapat menjadi jaminan yang baik untuk obligasi hipotik dan juga karena
penjualan perusahaan tersebut yang relative stabil menjadikannya lebih aman dalam
menanngung utang dengan jumlah di atas rata-rata.

Rasio kelipatan pembayaran bunga memberikan indikasi tentang seberapa rentan


perusahaan terhadap kesulitan keuangan. Rasio ini bergantung pada tiga factor : (1)
persentase utang, (2) tingkat bunga atas utang, dan (3) profitabilitas perusahaan. Pada
umumnya, industry-industri dengan leverage rendah seperti computer dan farmasi
memiliki rasio cakupan yang tinggi., sementara industry-industri seperti fasilitas umum,
yang didanai sebagian besar menggunakan utang, memiliki cakupan yang rendah.
B. Kebijakan Deviden

1. Pengertian Kebijakan Deviden

Pengertian kebijakan dividen menurut Agus Sartono menyatakan bahwa : “Kebijakan


dividen adalah keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada
pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna
pembiayaan investasi di masa datang”.

menurut Martono dan D. Agus Harjito (2000:253) merupakan bagian yang tidak dapat
dipisahkan dengan keputusan pendanaan perusahaan. Kebijakn dividen (dividendpolicy)
merupakan keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan pada akhir tahun akan
dibagi kepada pemegang saham dalam bentuk dividen atau akan ditahan untuk menambah
modal guna pembiayaan investasi di masa yang akan datang.

Ketika memutuskan seberapa besar jumlah kas yang akan didistribusikan,  manajer


keuangan harus selalu ingat bahwa tujuan perusahaan adalah untuk memaksimalkan nilai
pemegang saham. Sehingga sebagian besar sasaran rasio pembayaran (target payout
ratio) yang didefinisikan sebagai presentase laba bersih yang akan dibayarkan sebagai
dividen tunai – seharusnya didasarkan atas preferensi investor atas dividen versus
keuntungan modal

2. Teori – Teori dalam Kebijakan Deviden

a. Teori Dividen Ireleven

Proffesor Merton Miller dan Franco Modigliani (MM) mengemukakan teori


bahwa kebijakan dividen tidak berdampak pada harga saham maupun biaya modal
suatu perusahaan; kebijakan dividen merupakan sesuatu
yang irelevan (irrelevant) MM mengembangkan teori mereka berdasarkan
sekumpulan asumsi yang ketat, dan berdasarkan asumsi – asumsi tersebut, mereka
membuktikan bahwa nilai suatu perusahaan hanya ditentukan oleh profitabilitas dasar
dan risiko usahanya. Dengan kata lain, nilai perusahaan hanya bergantung pada laba
yang dihasilkan oleh asetnya, bukan pada bagaimana laba itu dipecah antara dividen
dan laba ditahan.

Berdasarkan asumsi – asumsi mereka, MM berpendapat  bahwa setiap pemegang


saham dapat menentukan kebijakan dividennya sendiri. Misalnya, jika suatu
perusahaan tidak membayarkan dividen, maka seorang pemegang saham yang
menginginkan dividen 5 persen dapat “menciptakannya” dengan menjual 5 persen
sahamnya.

Beberapa ahli menentang pendapat Modigliani dan Miller mengenai dividen tidak
relevan dengan menunjukkan bahwa adanya: biaya emisi saham baru akan
mempengaruhi nilai perusahaan. Perusahaan lebih suka menggunakan laba ditahan
daripada menerbitkan saham baru. Ada kemungkinan laba ditahan tidak cukup besar
sehingga perusahaan harus menerbitkan saham baru. Semakin besar target laba
ditahan, semakin kecil kemungkinan perusahaan menerbitkan saham baru. Karena
biaya modal sendiri ditentukan oleh besar-kecilnya laba ditahan yang ditentukan
dividen (Dr.DermawanSjahrial, M.M.,2002: 312-313).

b. Bird in the hand theory

Teori dari Lintner (1962), Gordon (1963), dan Bhattacharya (1979) menjelaskan
bahwa investor menyukai pendapatan dividen yang tinggi karena pendapatan dividen
yang diterima seperti burung di tangan (bird in the hand) yang mempunyai nilai yang
lebih tinggi dan risiko yang kecil daripada pendapatan modal (bird in the bush) karena
dividen lebih pasti dari pendapatan modal. Teori ini juga berpendapat bahwa investor
menyukai dividen karena kas di tangan lebih bernilai daripada kekayaan dalam bentuk
lain. Konsekuensinya, harga saham perusahaan akan sangat ditentukan oleh besarnya
dividen yang dibagikan. Peningkatan dividen akan meningkatkan harga saham yang
akan berdampak pula pada nilai perusahaan. Menurut Modigliani dan Miller pendapat
Gordon dan Lintner merupakan suatu kesalahan, karena akhirnya investor akan
kembali menginvestasikan dividen yang diterima pada perusahaan yang sama atau
perusahaan yang memiliki resiko yang hampir sama.

c. Teori Perpindahan Pajak

Teori ini diajukan oleh Litzenberger dan Ramaswamy menyatakan bahwa karena
adanya pajak terhadap keuntungan dividen dan capital gains, para investor lebih
menyukai capital gains karena dapat menunda pembayaran pajak. Oleh karena itu
investor mensyaratkan suatu tingkat keuntungan yang lebih tinggi pada saham yang
memberikan dividend yield tinggi, capital gains yield rendah dari pada saham dengan
dividend yield rendah, capital gains yield tinggi. Jika pajak atas dividend lebih besar
dari pajak atas capital gains, perbedaan ini akan makin terasa. Suatu teori yang
menyatakan bahwa karena adanya pajak terhadap dividen dan capital gains maka para
investor lebih menyukai capital gains karena dapat menunda pembayaran pajak
dengan alasan sebagai berikut ini:

1) Keuntungan modal dikenakan tarif pajak yang lebih rendah daripada


untuk    pembagian dividen, karena itu investor yang kaya mungkin lebih suka
perusahaan menahan dan menanamkan kembali laba di dalam perusahaan.
2) Pajak atas keuntungan tidak dibayarkan sampai saham terjual, karena adanya
nilai efek waktu, satu dolar pajak yang dibayarkan di masa mendatang
mempunyai biaya efektif yang lebih rendah daripada satu dolar yang
dibayarkan.
3) Jika selembar saham dimiliki oleh seseorang sampai ia meninggal, sama sekali
tidak ada pajak keuntungan modal yang terutang, ahli waris dapat terhindar
dari pajak keuntungan modal.

3. Bentuk-Bentuk Kebijakan Dividen

Kebijakan dividen yang dilakukan perusahaan bentuknya bisa bermacam-macam.


Menurut Bambang Riyanto (2001:269) menyatakan bahwa ada macam-macam
kebijakan dividen yang dilakukan oleh perusahaan antara lain sebagai berikut :

a. Kebijakan dividen yang stabil

Banyak perusahaan yang menjalankan kebijakan dividen yang stabil, artinya


jumlah dividen per lembar yang dibayarkan setiap tahunnya relatif tetap selama
jangka waktu tertentu meskipun pendapatan per lembar saham setiap tahunnya
berfluktuasi.

b. Kebijakan dividen dengan penetapan jumlah dividen minimal plus jumlah ekstra
tertentu

Kebijakan ini menetapkan jumlah rupiah minimal dividen per lembar saham tiap
tahunnya. Dalam keadaan keuangan yang lebih baik perusahaan akan membayarkan
dividen ekstra diatas jumlah minimal tersebut.

c. Kebijakan dividen dengan penetapan dividend payout ratio yang konstan


Jenis kebijakan dividen yang ketiga adalah penetapan dividend payout ratioyang
konstan. Perusahaan yang menjalankan kebijakan ini menetapkan dividen payout
ratio yang konstan misalnya 50%. Ini berarti bahwa jumlah dividen per lembar saham
yang dibayarkan setiap tahunnya akan berfluktuasi sesuai dengan perkembangan
keuntungan netto yang diperoleh setiap tahunnya.

d. Kebijakan dividen yang fleksibel

Kebijakan dividen yang terakhir adalah penetapan dividen payout ratio yang


fleksibel, yang besarnya setiap tahun disesuaikan dengan posisi financial dan
kebijakan financial dari perusahaan yang bersangkutan.

4. Faktor – Faktor yang mempengaruhi Kebijakan Deviden

1) Pembatasan
a. Perjanjian obligasi, kontrak utang sering kali membatasi pembayaran dividen
atas laba yang dihasilkan setelah pinjaman diberikan. Kontrak utang juga
sering kali menyatakan bahwa tidak ada pembayaran dividen kecuali jika rasio
lancer, rasio kelipatan pembayaran bunga, dan rasio – rasio keamanan lainnya
melebihi nilai minimum yang telah ditentukan.
b. Pembatasan saham preferen pada umumnya, dividen  saham biasa tidak dapat
dibayarkan jika perusahaan menghilangkan dividen saham
preferennya.tunggakan sahan preferen harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum
dividen saham biasa dapat diteruskan pembayarannya.
c. Ketersediaan kas. Dividen tunai hanya dapat dibayarkan dengan kas. Jadi,
kekurangan kas pada bank dapat membatasi pembayaran dividen,. Namun
kemampuan untuk melakukan pinjaman akan dapat menutupi factor ini.

2) Sumber – sumber modal alternative


a. Biaya penjualan saham baru. Jika suatu perusahaan perlu mendanai investasi
dalam tingkat tertentu, perusahaan dapat mendapatkan ekuiditas dengan
menahan laba atau menerbitkan saham biasa baru.
b. Kemampuan untuk mensubtitusi utang dengan ekuitas. Perusahaan dapat
mendanai tingkat investasi tertentu menggunakan baik itu utang atau ekuiditas.

5. Dampak kebijakan dividen pada rs


1) Keinginan pemegang saham untuk mendapatkan laba saat ini versus masa depan
2) Anggapan tingkat risiko dividen versus keuntungan modal
3) Keuntungan pajak atas keuntungan modal dibandingkan dividen
4) Muatan informasi dividen (sinyal).

6. Pecah saham dan dividen saham

Adalah suatu tindakan yang diambil oleh suatu perusahaan untuk meningkatkan
jumlah lembar saham beredar, seperti melipatgandakan jumlah lembar saham beredar
dengan memberikan dua saham baru kepada setiap pemegang saham untuk setiap
satu lembar saham yang sebelumnya di miliki. Sedangkan Dividen saham adalah
suatu dividen yang dibayarkan dalam bentuk tambahan lembar saham dan bukan
dalam bentuk tunai.

Anda mungkin juga menyukai