Anda di halaman 1dari 13

Seminar Manajemen Keuangan

Keputusan Pembelanjaan

Kelompok 9:

- Febriani L. Paledung 17061102276


- Inry Margaretha 17061102280
- Olifia V. Antula 17061102299

Kelas: 7B1/B3/B5

2. Teori Struktur Modal

Struktur modal merupakan perimbangan atau perbandingan antara modal milik sendiri
dengan modal asing. Dalam hal ini modal asing adalah hutang jangka pendek ataupun hutang
jangka panjang. Sementara modal modal sendiri dibagi menjadi laba ditahan dan kepemilikan
perusahaan.

Struktur modal sangat penting untuk dipahami, karena kondisi baik atau buruknya
keuangan perusahaan ditentukan oleh struktur modal. Maka dari itu, memahami struktur
modal adalah hal penting. Jika hutang jangka panjang perusahaan lebih banyak dibanding laba
ditahan, maka perusahaan bisa mengalami kerugian yang serius. Struktur modal akan mengatur
perimbangan tersebut di dalam perusahaan.

a. Faktor yang Memengaruhi Struktur Modal

- Struktur Aktiva (Tangibility)


Semakin besar jumlah aktiva perusahaan terutama aktiva lancar, maka
perusahaan cenderung mengoptimalkan terpenuhinya kebutuhan dana utang.
Hal ini yang menunjukkan adanya pengaruh dari struktur aktiva pada struktur
modal perusahaan.
- Growth Opportunity
Perusahaan cenderung melakukan investasi untuk mengembangkan
perusahaan. Kesempatan mengembangkan perusahaan menjadi lebih baik ini
biasanya tidak semuanya menguntungkan.
- Ukuran Perusahaan (Form Size)
Perusahaan besar lebih cenderung melakukan diversifikasi usaha lebih
banyak dibanding perusahaan kecil. Hal inilah yang membuat perusahaan kecil
lebih rentan bangkrut sedangkan perusahaan besar lebih siap menghadapi krisis
karena memiliki ukuran perusahaan yang lebih besar.
- Profitabilitas
Perusahaan dengan profit yang tinggi pasti mempunyai dana internal
lebih banyak dibanding dengan profit rendah. Dengan begini, perusahaan yang
memiliki profit tinggi akan memiliki hutang yang lebih rendah karena memiliki
dana internal yang cukup. Hal inilah yang mempengaruhi struktur modal
perusahaan.
- Risiko Bisnis
Risiko bisnis bisa menjadi salah satu alasan kenapa perusahaan
mengalami kesulitan untuk pendanaan eksternalnya. Ini berpengaruh leverage
perusahaan.
b. Teori Struktur Modal
- Teori Pendekatan Tradisional
Teori Pendekatan tradisional menyatakan bahwa akan ada struktur
modal dengan optimal. Dengan maksud, struktur modal mempunyai pengaruh
pada nilai perusahaan, yang mana struktur modal bisa berubah-ubah supaya
dapat didapatkan nilai perusahaan optimal.
- Teori Pendekatan Modligiani dan Miller
Teori ini dibagi menjadi dua. Yaitu:
1. Teori MM Tanpa Pajak
Pendapat Modligiani dan Miller mengenai struktur modal adalah tidak
relevan atau tidak berpengaruh pada nilai perusahaan. Kemudian ia
mengajukan asumsi guna membangun teori mereka, yakni :
 Tanpa agency cost.
 Tanpa pajak.
 Investor bisa berhutang dengan suku bunga sama dari perusahaan.
 Investor memiliki informasi serupa manajemen tentang prospek
perusahaan pada masa depannya.
 Tanpa biaya kebangkrutan.
 EBIT tanpa pengaruh penggunaan utang.
 Para investor merupakan price-takers.
 Jika mengalami kebangkrutan, maka aset dijual harga pasar
2. Teori MM dengan Pajak
Teori Modligiani dan Miller tanpa pajak dianggap tidak masuk akal. Lalu
dimasukkan pajak ke dalam teori mereka. Pajak dibayarkan untuk
pemerintah artinya menjadi aliran kas keluar perusahaan. Utang dapat
dipakai untuk menghemat pajak sebab dapat digunakan menjadi pengurang
pajak.
- Teori Trade Off pada Struktur Modal
Menurut pendapat yang diungkapkan Myers (2001), perusahaan
berhutang hingga dalam tingkat utang tertentu, yang mana penghematan pajak
dari tambahan utang seperti biaya kesulitan keuangan”.
Teori struktur modal perusahaan trade off ini, dalam struktur modal optimal
menggunakan faktor antara biaya agen, pajak dan biaya kesulitan, namun tetap
mempertahankan sebuah asumsi symmetric information dan efisiensi pasar
menjadi imbangan serta manfaat untuk pemakaian utang.
- Teori Pecking Orde
Teori Pecking Order menjelaskan mengapa perusahaan yang mempunyai
tingkat keuntungan yang lebih tinggi justru mempunyai tingkat utang yang lebih
kecil. Secara spesifik, perusahaan memiliki ururtan untuk preferensi penggunaan
dana perusahaan. Berikut urutannya:
1. Pandangan internal perusahaan. Dana internal didapat dari laba yang
dihasilkan perusahaan.
2. Perusahaan menghitung target rasio pembayaran berdasarkan perkiraan
kesempatan investasi.
3. Adanya kebijakan konstan yang digabung dengan fluktuasi dan
kesempatan berinvestasi tanpa prediksi sehingga aliran kas menjadi lebih
besar daripada pengeluaran investasi.
4. Jika pandangan eksternal diperlukan, maka perusahaan akan
mengeluarkan surat berharga yang paling aman terlebih dahulu.

- Teori Asimetri dan Signaling


Teori ini menyatakan bahwa pihak-pihak yang berhubungan dengan
perusahaan tidak memiliki informasi yang sama tentang prospek maupun resiko
bisnis.
- Teori Keagenan (Agency Approach)
Dengan teori ini, strutur modal tersusun untuk mengurangi konflik dari
kelompok yang berkepentingan saja.

Manajemen keuangan adalah manajemen yang mengkaitkan pemerolehan


( acquisition), pembelanjaan/pembiayaan (financing), dan manajemen aktiva dengan tujuan
secara menyeluruh dari suatu perusahaan. Untuk mencapai tujuan , kita harus mempunyai
keputusan. Salah satu keputusan dalam manajemen keuangan adalah keputusan pembelanjaan
(pembiayaan).
Keputusan ini menyangkut dana yang di butuhkan akibat adanya keputusan investasi.
Keputusan investasi adalah keputusan yang paling penting, dengan penentuan jumlah total
aktiva riil yang dibutuhkan untuk dimiliki oleh perusahaan. Lalu dengan keputusan
pembelanjaan, bagaimana mendapatkan dana yang akan digunakan untuk memperoleh aktiva
riil yang diperlukan.
Keputusan pembelanjaan merupakan keputusan untuk mengadakan aktiva keuangan
yang terdiri dari utang dan modal ekuitas (sendiri). Dalam neraca, aktiva keuangan umumnya
dijumpai di sisi kanan atau bawah. Perusahaan harus memutuskan menggunakan utang dan
atau modal ekuitas (sendiri) untuk mebiayai atau membayar aktiva-aktiva yang diperlukan.
Dari segi jangka waktunya, utang dibagi dua macam : utang lancar dan utang jangka
panjang. Modal ekuitas terdiri dari : saham preferen, saham biasa, dan laba ditahan.

3. Pendekatan Modigliani-Miller

Asumsi yang digunakan:

1. Risiko bisnis perusahaan diukur dengan deviasi standar EBIT dan perusahaan yang
memiliki risiko bisnis sama dikatakan berada dalam kelas yang sama.

2. Semua investor memiliki harapan yang sama dan homogen terhadap laba dan risiko
perusahaan serta memiliki ekspektasi yang sama terhadap EBIT di masa depan.

3. Saham dan obligasi diperdagangkan di pasar modal sempurna. Kriterianya adalah:

 Informasi selalu tersedia bagi semua investor (symmetric

information) dan dapat diperoleh tanpa biaya.

 Tidak ada biaya transaksi dan investor bersikap rasional.

 Investor dapat melakukan diversifikasi secara sempurna.

 Tidak ada pajak pendapatan perseorangan.

 Investor baik individu maupun institusi dapat meminjam dengan tingkat bunga
yang sama seperti halnya perusahaan sebesar tingkat bunga bebas risiko.

Pendekatan MM tanpa pajak

Asumsi : tidak terdapat pajak pendapatan perusahaan.

Ada tiga preposisi yang diajukan MM.

1. Preposisi I
 Nilai perusahaan merupakan kapitalisasi laba operasi bersih (EBIT) dengan
tingkat kapitalisasi (ko) konstan sesuai tingkat risiko perusahaan.

 Nilai perusahaan tidak dipengaruhi struktur modal. WACC sama dengan cost of
equity untuk perusahaan yang tidak memakai leverage (ko= keU)

 Dirumuskan:

VL= VU = EBIT/ ko

Arbitrase dalam Pendekatan MM Tanpa Pajak

 Apabila terdapat 2 perusahaan dengan nilai berbeda karena struktur modalnya


juga berbeda maka terjadi proses arbitrase. Investor akan menjual saham
perusahaan yang memiliki hutang dengan harga lebih tinggi dan membeli saham
perusahaan yang tidak memiliki hutang dan menginvestasikan kelebihan dana
pada investasi lain. Dengan asumsi tidak ada biaya transaksi maka investor dapat
meningkatkan tingkat keuntungan yang diterima dengan tingkat risiko sama.
Proses ini akan berlangsung terus hingga kedua perusahaan mempunyai nilai
pasar yang sama.
 Bukti arbitrase MM:
Perusahaan U dan L adalah identik. U menggunakan 100% modal sendiri dan L
memiliki utang sebesar $4.000.000 dengan bunga 7,5%. Keduanya memiliki EBIT
$900.000, memiliki tk. kapitalisasi keU=keL= 10% dan berada dalam kelas risiko
yang sama.

Untuk Perusahaan U :
Eu = (EBIT – kdD) / keU Vu = Du + Eu
=(900.000-0) / 0,10 = 0 + 9.000.000
= $9.000.000 = $9.000.000

Untuk Perusahaan L
EL = (EBIT – kdD) / keU VL = DL + EL
=(900.000-300.000) / 0,10 = 4.000.000 + 9.000.000
= $9.000.000 = $10.000.000

Nilai perusahaan yang memiliki leverage lebih tingggi daripada yang tidak
memiliki leverage. Dalam situasi seperti ini , menurut MM, investor dapat
memperoleh tk. Keuntugan lebih tinggi dengan risiko sama.
Proses Arbitrase
Misal: investor memiliki 10% saham L sehingga nilai pasar
=0,10x6.000.000 =$600.000.
1. Jual saham L yang dimiliki dan mendapat uang $600.000
2. Pinjam sebesar 10% total utang L (0,10x4.000.000= $400.000) dengan
bunga 7,5%
3. Beli 10% saham U sebesar 10%x9.000.000 = $900.000
4. Pendapatan $1.000.000 dan pengeluaran $900.000. Uang ekstra
$100.000 & dapat diinvestasikan dengan tk. keuntungan 7,5%

Old 10% dari memiliki saham L $60.000


Income ($600.000)

New 10% dari memiliki saham U $90.000


Income ($900.000)

(-) 7,5% bunga pinjaman


(30.000) $60.000
$400.000
7.500
(+) 7,5% bunga investasi
$100.000 $67.500
Total New Income

Penjualan saham L akan mengakibatkan lambat laun mengakibatkan harga


saham L akan turun. Sebaliknya pembelian saham U lambat laun
mengakibatkan harga saham U akan naik. Pada akhirnya keseimbangan
tercapai, nilai perusahaan U dan L serta biaya modal keduanya akan sama.
Menurut MM, nilai perusahaan dan WACC dalam kondisi keseimbangan
adalah independen terhadap struktur modal

2. Preposisi II
 Ke perusahaan yang mempunyai utang (keL) merupakan penjumlahan dari (1) ke
perusahaan yang tidak punya utang (keU) dengan (2) risk premium yang besarnya
tergantung dari selisih ke dan kd dikalikan jumlah utang.
 Dirumuskan:
KeL = KeL + Rsik Premium
= KeL + (KeL – Kd) (D/E)
3. Preposisi III
 Perusahaan seharusnya melakukan investasi proyek baru sepanjang nilai
perusahaan meningkat paling tidak sebesar biaya investasi. Dirumuskan:
∆V / ∆I > 1 karena ∆V = ∆ EBIT / keU maka
∆ EBIT / ∆ I > keU

Pendekatan MM dengan Pajak

Dalam kondisi ada pajak maka perusahaan yang memakai leverage bernilai lebih tinggi
daripada yang tidak memakai leverage. Kenaikan nilai terjadi karena pembayaran bunga atas
hutang merupakan pengurang pajak sehingga laba operasi yang mengalir ke investor semakin
besar.

Contoh:

 U dan L adalah perusahaan identik dengan EBIT $1.000. L memiliki utang $1.000 dengan
bunga 8%. Pajak 34%

Perusahaan U Perusahaan L

EBIT $1.000

Interest 0

EBT $1.000

Tax (34%) 340

EAT $ 660

Total Income (Creditor + 0+660 = $660 80+607,2 = $ 687,2


Stocholder)

Interest tax shield 0 $27,2

1. Preposisi I

 Nilai perusahaan yang memiliki leverage sama dengan nilai perusahaan yang
tidak ber-leverage ditambah nilai perlindungan pajak (tax-shield). Nilai
perlindungan pajak adalah tingkat pajak perusahaan dikalikan banyaknya
hutang. Dirumuskan:
VU = [EBIT(1-T)] / keU

VL = VU + TD

2. Preposisi II

 Ke perusahaan leveraged meningkat sesuai utang yang dipakai tetapi nilainya


lebih kecil daripada ke dalam kondisi tidak ada pajak.

 Identik dengan kondisi tidak ada pajak tetapi memasukkan unsur pengaruh
pajak sehingga dirumuskan:

keL = keU + (keU –kd)(1-T)(D/E)

3. Preposisi III

 Perusahaan seharusnya melakukan investasi sepanjang memenuhi


persyaratan IRR> keU[1-T(D/V)].

Kelemahan Pendekatan MM :

 Asumsi tidak ada biaya transaksi sehingga proses arbitrase tanpa biaya padahal
kenyataannya biaya komisi broker cukup besar.

 Asumsi investor dan perusahaan memilik akses sama terhadap lembaga keuangan
sehingga dapat meminjam dengan rate yang sama. Dalam kenyataannya investor besar
dapat memperoleh hutang dengan bunga lebih rendah dibanding investor individu.

 Asumsi tidak ada konflik keagenan (agency conflict) akibat penggunaan hutang sehingga
tidak terdapat agency cost tidak relevan.

 Tidak mempertimbangkan kemungkinan adanya financial distress akibat penggunaan


hutang yang semakin besar. Padahal semakin besar proporsi hutang dalam struktur
modal maka semakin besar pula beban tetap berupa pembayaran bunga hutang. Di sini
seharusnya risiko perusahaan akan terjadinya financial distress juga semakin tinggi.

Pendekatan Miller (1976)

 Menunjukkan pengaruh leverage terhadap nilai perusahaan jika ada pajak perusahaan
dan pajak perseorangan.

 Tc adalah pajak perusahaan; Tp adalah pajak pendapatan perseorangan dari saham dan
Td adalah pajak pendapatan dari hutang.

 Nilai perusahaan dirumuskan:


VU = [EBIT(1-Tc)(1-Tp)] / keU


V L=V U + 1−
( 1−T c ) (1−T p )
(1−T d ) ⟧
Bila nilai faktor terakhir negatif maka penggunaan hutang tidak menguntungkan. Bila = 0 maka
struktur modal tidak relevan karena perlindungan pajak atas pemakaian hutang diimbangi
dengan pajak pendapatan perseorangan. Apabila nilainya positif penggunaan hutang
menguntungkan pemilik modal.

4. Pecking Order Theory

Penelitian ini memakai teori yang berhubungan dengan struktur modal yakni pecking order
theory karena perusahan yang ingin berkembang harus memiliki modal yang diperoleh dari
utang. Tetapi, perusahaan tidak mudah untuk mendapatkan pinjaman, karena harus
menganalisa terlebih dahulu apakah memang sudah tepat untuk berhutang.

Pecking order theory adalah urutan sumber pendanaan dari internal (laba ditahan) dan
eksternal (penerbitan ekuitas baru) (Wibowo, 2013:26). Menurut Myers dan Majluf (dalam
Purba, 2014:13) memberikan pernyataan: Teori pecking order memiliki dasar dari dua asumsi
yang menonjol.

 Pertama: Para manajer lebih tahu prospek perusahaan mereka sendir dibanding dengan
investor luar.
 Kedua: Manajer bertindak dalam kepentingan terbaik pemegang saham yang ada.

Dengan kondisi diatas, perusahaan kadang-kadang akan melupakan positif proyek net
present value apabila menerima mereka memaksa perusahaan untuk mengeluarkan saham
undervalued untuk investor baru. Secara khusus, teori pecking order memberikan prediksi
bahwa perusahaan lebih memilih untuk memakai dana internal jika tersedia dan memilih
hutang atas ekuitas pada saat pembiayaan eksternal dibutuhkan.
Teori pecking order ditemukan oleh Donaldson pada tahun 1984 yang kemudian
disempurnakan oleh Myers dan Majluf. Teori pecking order menyatakan bahwa perusahaan
cenderung mencari sumber pendanaan yang minim risiko.

Risiko turunnya nilai perusahaan. Turunnya harga saham. Teori pecking order lebih
menyukai pendanaan dari internal perusahaan daripada eksternal perusahaan. Tidak ada
struktur modal yang optimal dalam teori pecking order karena pemilihan pendanaan
perusahaan didasarkan pada urutan preferensi (hierarki) risiko. Urut urutan pendanaan.

Pendanaan jangka panjang perusahaan setidaknya bisa diperoleh dari 3 sumber.

1. Laba ditahan
2. Utang
3. Ekuitas (modal tambahan/penerbitan saham baru

Pada teori pecking order, perusahaan akan memilih pendanaan berdasarkan preferensi
urutan. Dimulai dari mengutamakan pendanaan yang tidak beresiko, minim risiko hingga yang
beresiko tinggi. Lihat hierarki teori pecking order dibawah ini:

Hierarki Teori Pecking Order


Pertama, perusahaan akan mengusahakan mendapatkan dana yang tidak beresiko.
Apabila pendanaan yang tidak berisiko tidak bisa diperoleh, maka perusahaan akan memilih
pendanaan yang risikonya kecil. Dan jika pendanaan yang berisiko kecil juga tidak bisa
diperoleh, maka langkah terakhir perusahaan adalah mencari pendanaan yang memiliki risiko
lebih tinggi.
Laba ditahan adalah opsi pertama yang akan dipilih perusahaan karena tidak berisiko
atau memiliki risiko yang paling kecil diantara opsi pendanaan yang lain. Laba ditahan adalah
pendanaan internal yang diperoleh dari laba hasil operasional perusahaan diperiode
sebelumnya. Apabila laba ditahan tidak mencukupi kebutuhan, opsi kedua adalah dengan
pendanaan dari luar perusahaan. yaitu utang. Jika utang juga tidak bisa diperoleh, maka opsi
terakhir adalah pendanaan dari ekuitas atau penerbitan saham baru. Pemegang saham menilai,
penerbitan saham baru lebih berisiko daripada utang.
Sumber :

Husnan,suad, Enny Pudjiastuti. 2015. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Yogyakarta:


UPPAMPYKPN.

http://babayuuu.blogspot.com/2014/06/keputusan-pembelanjaan-pembiayaan-dalam.html
https://www.academia.edu/12099242/TEORI_STRUKTUR_MODAL

https://www.seputarpengetahuan.co.id/2017/12/pengertian-struktur-modal-komponen-teori-
faktor-yang-mempengaruhi.html

http://nichonotes.blogspot.com/2018/01/teori-pecking-order.html

https://www.jurnal.id/id/blog/pengertian-faktor-teori-struktur-modal-perusahaan/

https://www.jurnal.id/id/blog/2018-penjelasan-lengkap-6-teori-struktur-modal/

Anda mungkin juga menyukai