Anda di halaman 1dari 19

CAPITAL STRUCTURE & VALUATION OF LEVERED COMPANIES

( CORPORATE FINANCE)

Dibuat Oleh:

Kelompok 2

Arry Hendriwal A.P 23205220


Suci Agusti Wulandari 2320522038
Namira Putri Maliza 2320522018
Dianthadisa Agusti P 2320522022

Dosen Pengampu:

Dr. Rida Rahim SE. ME

PROGRAM STUDI S2 MAGISTER MANAJEMEN

UNIVERSITAS ANDALAS PADANG

2023
Capital Structure atau Struktur Modal

A. Pengertian Capital Structure atau Struktur modal

Struktur modal merupakan gabungan kata dari “struktur” dan “modal”. Istilah “struktur”
sendiri diartikan sebagai pengaturan setiap bagian yang lebih rinci. Sedangkan kata “modal”
merupakan kumpulan uang pokok untuk menjalankan usaha. Oleh sebab itu, struktur modal
memiliki arti pengaturan uang pokok dalam menjalankan usaha dari sumber-sumber yang
berbeda untuk jangka panjang perusahaan.

Dari penjelasan di atas, maka dapat kita simpulkan bahwa struktur modal atau “capital
structure” berkaitan dengan kombinasi saham ekuitas, modal saham preferensi, surat utang,
pinjaman jangka panjang, laba yang tertahan, serta sumber dana jangka panjang lainnya yang
berhasil dikumpulkan oleh perusahaan. Inilah yang membuat perusahaan melakukan
pengawasan secara ketat terkait masa depan kondisi keuangan perusahaanya.

Struktur modal yang optimal dapat diartikan sebagai struktur modal yang dapat
meminimalkan biaya penggunaan modal keseluruhan atau biaya modal rata-rata, sehingga
akan memaksimalkan nilai perusahaan.

B. Tujuan dan Fungsi Capital Structure atau Struktur Modal

Pengelolaan capital structure bertujuan untuk memadukan sumber-sumber dana permanen


yang digunakan untuk kegiatan operasional, yang akan memaksimalkan nilai perusahaan.
Tidak hanya itu, pengaturan modal ini memiliki fungsi untuk perusahaan, di antaranya:

a. Memaksimalkan Pengembalian
Pengaturan moal yang dirancang dengan baik memberikan ruang lingkup untuk
meningkatkan laba per saham sehingga dapat memaksimalkan pengembalian bagi
pemegang saham ekuitas dan memulihkan biaya pinjaman.
b. Mengurangi Risiko Finansial
Struktur yang benar dapat menyeimbangkan utang dan ekuitas bisnis. Dengan begitu,
dapat membantu perusahaan untuk mengelola dan mengurangi risiko keuangan.
c. Meminimalkan Biaya Modal
Struktur modal dapat menyediakan perencanaan modal utang jangka panjang untuk
perusahaan secara strategis. Dengan demikian, dapat membantu meminimalkan biaya
modal.
d. Mengoptimalkan Pemanfaatan Dana
Pengaturan modal yang baik dan tersusun secara sistematis membantu perusahaan
dalam menghasilkan output yang optimal dari dana yang tersedia.
e. Membantu Perencanaan Pajak Perusahaan
Bagi perusahaan yang memilih dana utang, pengaturan modal yang baik dapat
membantu pengurangan pajak manfaat dan tabungan sehingga mengurangi biaya
pinjaman. Optimasi pajak perusahaan dapat dilakukan dengan menggunakan aplikasi
seperti OnlinePajak. Sebagai penyedia jasa aplikasi perpajakan, OnlinePajak memiliki
fitur-fitur yang dapat mengoptimalkan pajak perusahaan serta menghindari risiko
ketidakpatuhan, sehingga dapat memaksimalkan modal perusahaan.
f. Fleksibilitas
Struktur modal yang baik dapat memfasilitasi ekspansi atau kontraksi modal utang
agar sesuai dengan strategi dan kondisi perusahaan.
g. Solvabilitas
Pengelolaan struktur yang baik dapat membantu menjaga likuiditas perusahaan karena
modal utang yang tidak direncanakan dapat menyebabkan beban pembayaran bunga,
yang dapat mengurangi kas perusahaan.
h. Meningkatkan Nilai Perusahaan
Struktur modal yang sehat dapat menarik perhatian investor untuk menanamkan saham
di suatu perusahaan. Dengan begitu, dapat meningkatkan nilai pasar dari saham dan
sekuritas perusahaan.
C. Teori Struktur Modal

Terdapat beberapa teori landasan untuk melaksanakan struktur modal. Ada 5 teori
yang perlu diketahui: Teori pendekatan tradisional, teori pendekatan Modigliani dan Miller,
teori trade off dalam struktur modal, teori pecking order, serta teori asimetri informasi dan
signaling, serta teori keagenan.

a. Teori Pendekatan Tradisional


Teori ini menyatakan adanya struktur modal yang optimal. Artinya, struktur
mempunyai pengaruh pada nilai perusahaan, yang mana struktur dapat berubah-
ubah agar mendapatkan nilai perusahaan yang optimal.
b. Teori Pendekatan Modigliani dan Miller
 Teori ini dinamakan oleh pencetusnya, yaitu Franco Modigliani dan Merton
Miller. Teori ini terbagi menjadi dua, yaitu teori tanpa pajak dan teori dengan
pajak.
 Teori pendekatan Modigliani dan Miller dengan pajak menyatakan bahwa
struktur tidak relevan dengan nilai perusahaan. Nilai dua perusahaan yang
identik akan tetap sama dan tidak akan memengaruhi pilihan keuangan yang
diadopsi untuk membiayai aset. Modigliani dan Miller kemudian mengajukan
asumsi untuk membangun teorinya, beberapa di antaranya yaitu tanpa agency
cost, tanpa pajak, tanpa biaya kebangkrutan, investor dapat berutang dengan
suku bunga sama dari perusahaan, dan investor memiliki informasi serupa
manajemen tentang prospek perusahaan pada masa depan.
 Teori ini juga menyatakan bahwa tidak ada biaya kebangkrutan dalam struktur
modal, aset dapat dijual dengan nilai pasar jika terjadi kebangkrutan, earning
before interest (EBIT) tidak dipengaruhi utang, dan investor adalah price-
takers.
 Sedangkan teori pendekatan Modligiani dan Miller dengan pajak menyatakan
bahwa pajak dibayarkan untuk pemerintah, artinya menjadi aliran kas keluar
perusahaan. Utang perusahaan menjadi pengurang pajak sehingga dapat
menghemat pengeluaran pajak.
c. Teori Trade-Off
Teori ini menentukan struktur yang optimal dengan memasukkan beberapa faktor,
seperti pajak, biaya keagenan, atau kesulitan keuangan. Namun, tetap
mempertahankan sebuah asumsi symetric information dan efisiensi pasar. Jadi,
pelaku usaha akan berpikir untuk menghemat pajak dan kesulitan biaya pada
keuangan.
d. Teori Pecking Order
Teori ini menyatakan bahwa tingkat keuntungan suatu perusahaan yang lebih
tinggi, akan memiliki tingkat utang yang lebih kecil. Secara spesifik, perusahaan
memiliki urutan preferensi dalam penggunaan dana, dengan skenario sebagai
berikut:
 Perusahaan memilih pandangan internal yang diperoleh dari laba hasil kegiatan
perusahaan.
 Perusahaan menghitung target rasio pembayaran berdasarkan perkiraan
kesempatan investasi.
 Adanya kebijakan konstan yang digabung dengan fluktuasi dan kesempatan
berinvestasi tanpa prediksi sehingga cash flow lebih besar daripadan
pengeluaran investasi.
 Jika memerlukan pandangan eksternal, perusahaan akan mengeluarkan surat
berharga yang paling aman terlebih dahulu.
Itulah skenario yang digunakan sebagai referensi dalam penggunaan dana
pada teori pecking order.
e. Teori Asimetri Informasi dan Signaling
Teori struktur modal ini menyatakan bahwa pihak-pihak yang berhubungan dengan
perusahaan tidak memiliki informasi yang sama tentang adanya risiko perusahaan.
Ada dua jenis teori di dalamnya, yaitu Myers dan Majluf serta Signaling.
 Menurut teori Myers dan Majluf, ada asimetri informasi yang terjadi antara
manajer dan pihak luar. Manajer memiliki informasi perusahaan yang lebih
lengkap ketimbang pihak luar.
 Menurut teori Signaling, pengembangan modal dengan penggunaan utang pada
struktur itu merupakan sinyal yang disampaikan dari manajer ke pasar. Manajer
memastikan prospek perusahaan, baik dengan saham yang meningkat, dan
mengkomunikasikan kepada investor.
f. Teori Keagenan
Teori ini menyatakan bahwa struktur dibuat untuk mengurangi konflik antara
kelompok yang memiliki kepentingan.
D. Faktor yang Memengaruhi Stuktur Modal

Ada beberapa faktor yang memengaruhi capital structure yang perlu diketahui, di
antaranya:

a. Struktur Aktiva (Tangibility)


Menurut Weston dan Brigham, struktur aktiva adalah perimbangan atau
perbandingan antara aktiva tetap dan total aktiva. Lalu, ada pula menurut
Syamsudin bahwa struktur aktiva adalah penentuan besar alokasi dana untuk tiap-
tiap komponen aktiva, baik aktiva tetap maupun aktiva lancar.
Umumnya, perusahaan industri yang sebagian besar modalnya tertanam dalam
aktiva tetap, akan mengutamakan pemenuhan modal dari modal permanen yang
berarti modal sendiri. Sedangkan utang adalah bersifat pelengkap.
Perusahaan dengan aktiva yang semakin besar, terutama aktiva lancar, akan
cenderung mengutamakan pemenuhan kebutuhan dana dengan utang. Ini
menunjukkan adanya pengaruh struktur aktiva terhadap struktur modal suatu
perusahaan.
b. Growth Opportunity
Growth opportunity adalah peluang perusahaan tumbuh di masa depan. Namun
menurut Kartini dan Arianto (2008), growth opportunity adalah perubahan total
aktiva yang dimiliki perusahaan. Perusahaan memiliki kesempatan untuk
melakukan investasi pada hal-hal yang menguntungkan.
c. Ukuran Perusahaan (Form Size)
Perusahaan besar cenderung melakukan diversifikasi atau keanekaragaman produk,
serta menentukan lokasi untuk mendapatkan keuntungan sebanyak-banyaknya.
Karena itu, perusahaan akan lebih siap menghadapi krisis karena ukurannya yang
besar. Sementara perusahaan kecil sulit untuk melakukan hal ini sehingga
menyebabkannya lebih rentan bangkrut.
d. Profitabilitas
Perusahaan dengan profit yang tinggi umumnya memiliki dana internal lebih
banyak. Artinya, perusahaan memiliki utang lebih rendah karena dana internal yang
cukup. Hal ini dapat memengaruhi penataan modal.
e. Risiko Bisnis
Faktor ini dapat menjadi salah satu alasan perusahaan mengalami kesulitan untuk
pendanaan eksternal, yang akan memberikan pengaruh negatif kepada penggunaan
aset atau dana perusahaan.
E. Cara Menemukan Struktur Modal (Capital Structure) yang Optimal

Untuk menemukan struktur modal yang optimal, secara umum manajer


menggunakan formulasi biaya modal rata-rata tertimbang. Biaya Modal Rata-Rata
Tertimbang atau Weighted Average Cost of Capital (WACC) adalah formulasi yang
umum dikenal dalam manajemen keuangan. Jika dijelaskan secara singkat, WACC
dihasilkan dari proporsi penyesuaian tingkat utang dan modal dengan pertimbangan
risiko keuangan seminimal mungkin. Namun dalam praktek riilnya, WACC bukan satu-
satunya formulasi yang digunakan oleh manajemen dalam menentukan keputusan
struktur modal optimal. Manajemen terkadang menggunakan strategi atau teori lain yang
didasarkan pada insting mereka dalam menentukan struktur modal optimalnya.

Dalam menentukan struktur modal, secara umum manajer menggunakan dua


istilah berikut:

a. Low Leverage: proporsi utang lebih rendah daripada proporsi ekuitas dalam
Struktur Modal. Sebagai contoh jika perusahaan memiliki total aset
Rp1.000.000, maka manajer akan mengatur jumlah utang sejumlah Rp300.000
dan ekuitas sejumlah Rp700.000.
b. High Leverage: sebaliknya, proporsi utang lebih tinggi daripada proporsi
ekuitas dalam Struktur Modal. Dengan contoh yang sama, mungkin manajer
akan mengatur jumlah utang sebesar Rp800.000 dan ekuitas sejumlah
Rp200.000.
F. Penerapan Capital Structure Secara Umum Oleh Berbagai Jenis Industri

Penerapan capital structure adalah dapat bervariasi dan bersifat dinamis sesuai
masing-masing jenis industri. Misal industri pertambangan sering tidak cocok dengan
struktur modal high leverage. Ini dikarenakan profil arus kas mereka tidak dapat
diprediksi dan ada terlalu banyak ketidakpastian mengenai kemampuan mereka untuk
membayar utang. Sedangkan kreditur cenderung tidak mau mengambil risiko tinggi
ketika hendak meminjamkan uangnya kepada perusahaan.

Sebaliknya, jenis industri seperti perbankan dan asuransi menggunakan struktur


modal high leverage. Karena model bisnis mereka memang membutuhkan banyak
pendanaan berupa utang dari para nasabah. Butuh riset mendalam dalam menentukan
capital structure yang optimal pada setiap jenis perusahaan. Karena bagaimanapun
perusahaan harus menemukan suatu struktur yang tidak merugikan baik pihak investor,
kreditur, dan perusahaan itu sendiri. Manajer harus mengetahui faktor-faktor internal
maupun eksternal yang dapat memengaruhi keputusan. Profitabilitas, ukuran perusahaan,
tangibilitas aset, dan rasio-rasio terkait arus kas menjadi faktor penting dalam
menentukan capital structure.
Valuation of Levered Companies atau valuasi perusahaan levered

A. Pengertian Valuasi

Valuasi adalah perhitungan nilai sebuah perusahaan dengan melihat kualitas manajemen,
struktur permodalan, jumlah aset, dan proyeksi pendapatan. Valuasi itu penting bagi semua
perusahaan, baik besar maupun kecil, terutama yang masih membutuhkan pendanaan untuk
berkembang. valuasi dilakukan dengan menghitung seluruh aset, potensi keuntungan, dan
faktor-faktor lain yang berpengaruh dalam menilai bisnis secara akurat. Valuasi memainkan
peran sentral dalam berbagai situasi, termasuk akuisisi, penjualan, penarikan investor, dan
keperluan franchise.

Sebagai contoh, ketika sebuah perusahaan startup dihadapkan pada proses akuisisi,
perusahaan tersebut jadi tahu berapa kisaran harga yang ditawarkan kepada calon pembelinya,
berdasarkan valuasi yang dimiliki. Contoh lainnya adalah ketika performa perusahaan menurun.
pemilik jadi tahu kapan waktu yang tepat untuk menjual perusahaan dengan harga yang ideal,
sebelum kondisi semakin buruk dan nilainya jatuh.

B. Faktor yang Mempengaruhi Valuasi Suatu Bisnis/Perusahaan

Untuk melakukan valuasi yang akurat, berbagai faktor harus dipertimbangkan. Berikut
adalah beberapa faktor kunci yang memengaruhi valuasi suatu bisnis atau perusahaan.

 Alokasi dan Manajemen Pendanaan


Alokasi dan manajemen pendanaan yang baik akan memberikan gambaran yang kuat
tentang kinerja keuangan perusahaan. Ketika manajemen dapat mengelola pendanaan
dengan efisien, ini dapat meningkatkan valuasi perusahaan secara signifikan.
 Aset yang Dimiliki
Aset fisik dan non-fisik perusahaan, seperti inventaris, properti, peralatan, dan hak
kekayaan intelektual, berperan penting dalam valuasi. Aset yang berharga dan dapat
meningkatkan potensi keuntungan akan meningkatkan nilai perusahaan.
 Stabilitas Penjualan Bisnis
Pendapatan yang stabil dan pertumbuhan penjualan yang konsisten menunjukkan
kesehatan dan keberlanjutan bisnis. Keberlangsungan pendapatan ini akan memberikan
dampak positif pada valuasi.
 Keberhasilan Model Bisnis yang Diterapkan
Model bisnis yang sukses dan terbukti akan meningkatkan potensi keuntungan di masa
depan. Valuasi akan mencerminkan prospek positif dari model bisnis yang terbukti
berhasil.
 Persaingan Industri
Posisi perusahaan dalam persaingan industri juga berpengaruh pada valuasi. Perusahaan
yang memiliki keunggulan kompetitif dan dominan di pasar akan memiliki valuasi yang
lebih tinggi.
 Manajemen yang Berkualitas
Tim manajemen yang kompeten dan memiliki track record yang baik dapat
meningkatkan valuasi perusahaan. Kualitas manajemen menunjukkan kemampuan
perusahaan untuk mencapai tujuan dan mempertahankan kinerja yang baik.

C. Tujuan Valuasi

Menghitung valuasi perusahaan itu penting dengan berbagai tujuan sebagai berikut:

 Membantu Pengambilan Keputusan


Valuasi memberikan pandangan yang mendalam tentang nilai perusahaan, membantu
manajemen dalam mengambil keputusan strategis, termasuk ekspansi, investasi, atau
restrukturisasi.
 Sebagai Penilaian dan Evaluasi Internal Perusahaan
Valuasi juga berfungsi sebagai alat untuk menilai kinerja dan pertumbuhan perusahaan
secara internal. Dengan mengevaluasi valuasi secara rutin, manajemen dapat
mengidentifikasi potensi peningkatan dan tantangan yang dihadapi perusahaan.
 Menarik Investor
Investor potensial tertarik untuk mengetahui nilai perusahaan sebelum memutuskan
untuk berinvestasi. Valuasi yang transparan dan akurat dapat menarik minat investor
dan membantu perusahaan mendapatkan dana yang diperlukan.
 Untuk Keperluan Waralaba/Franchise
Dalam ekspansi melalui sistem waralaba atau franchise, valuasi digunakan untuk
menentukan harga waralaba dan persyaratan finansial yang diperlukan dari calon mitra.
 Memperlancar Akuisisi Bisnis
Valuasi menjadi kunci dalam proses akuisisi bisnis. Perusahaan yang berniat membeli
perusahaan lain harus melakukan valuasi yang akurat untuk menentukan nilai dan
strategi akuisisi.
 Menghitung Kepemilikan Saham Setelah Pendanaan
Valuasi juga relevan ketika perusahaan melakukan pendanaan lanjutan. Dengan menilai
perusahaan kembali, manajemen dan investor dapat menghitung kepemilikan saham
baru setelah pendanaan.

D. Cara Menghitung Valuasi Perusahaan Startup

Bagi perusahaan startup, menghitung valuasi adalah langkah kritis dalam menarik
investor dan mencapai pertumbuhan yang berkelanjutan. Berikut adalah beberapa metode
umum untuk menghitung valuasi perusahaan startup.

 Likuidasi
Metode likuidasi menghitung nilai perusahaan dengan mengestimasi jumlah aset yang
akan diterima jika perusahaan dihentikan dan asetnya dijual. Ini adalah metode yang
lebih konservatif dan sesuai untuk situasi di mana perusahaan harus dihentikan.
 Book Value
Book value mengacu pada nilai perusahaan berdasarkan nilai asetnya setelah dikurangi
dengan hutang dan kewajiban. Ini mendasarkan valuasi pada nilai yang tercatat dalam
laporan keuangan perusahaan.
 Kapitalisasi Pasar
Metode kapitalisasi pasar menggunakan harga saham terakhir yang diperdagangkan di
pasar terbuka dan mengalikan jumlah saham yang beredar dengan harga per saham.
 Metode Times Revenue
Metode ini mengalikan pendapatan tahunan perusahaan dengan rasio tertentu yang
ditentukan berdasarkan industri dan pertumbuhan perusahaan.
 Melipat gandakan Pendapatan
Metode ini menghitung valuasi dengan melipatgandakan pendapatan terakhir
perusahaan. Nilai lipat yang digunakan bervariasi tergantung pada sektor dan
karakteristik perusahaan.
 DCF (Discounted Cash Flow)
DCF adalah metode yang paling kompleks, menghitung nilai perusahaan berdasarkan
perkiraan arus kas masa depan dan menyesuaikannya dengan tingkat diskonto yang
relevan.

E. Contoh Cara Menghitung Valuasi Perusahaan

Dalam dunia bisnis, valuasi perusahaan menjadi kunci penting dalam mengambil
keputusan strategis dan menarik minat investor. Berikut adalah beberapa contoh cara
menghitung valuasi perusahaan yang sering digunakan dan memberikan gambaran lebih jelas
tentang nilai sebuah bisnis.

Valuasi Perusahaan XYZ Menggunakan Metode Kapitalisasi Pasar

Pada tanggal 31 Juli 2023, harga saham terakhir perusahaan XYZ di pasar terbuka adalah
Rp5.000 per saham. Jumlah saham yang beredar adalah 1.000.000 saham.

Valuasi perusahaan XYZ = Rp5.000 (harga saham) x 1.000.000 (jumlah saham yang
beredar) = Rp5.000.000.000

Valuasi Perusahaan ABC Menggunakan Metode Times Revenue

Pendapatan tahunan perusahaan ABC adalah Rp10.000.000.000. Berdasarkan rasio industri,


nilai lipat yang digunakan adalah 4.

Valuasi perusahaan ABC = Rp10.000.000.000 (pendapatan tahunan) x 4 (nilai lipat) =


Rp40.000.000.000

Valuasi Perusahaan DEF Menggunakan Metode DCF

Perusahaan DEF memperkirakan arus kas masa depan selama 5 tahun sebagai berikut:

Tahun 1: Rp 2.000.000.000
Tahun 2: Rp 2.500.000.000

Tahun 3: Rp 3.000.000.000

Tahun 4: Rp 3.500.000.000

Tahun 5: Rp 4.000.000.000

Tingkat diskonto yang relevan adalah 10%.

Valuasi perusahaan DEF = [(Rp 2.000.000.000 / (1 + 0.10)^1) + (Rp 2.500.000.000 / (1 +


0.10)^2) + (Rp 3.000.000.000 / (1 + 0.10)^3) + (Rp 3.500.000.000 / (1 + 0.10)^4) + (Rp
4.000.000.000 / (1 + 0.10)^5)] = Rp 12.871.901.250

F. Levered Firm

Levered firm menurut Ross (2019) adalah perusahaan yang sebagian menggunakan utang
pada struktur modalnya. Penelitian Bakar dan Duong (2016) menyebutkan bahwa dengan adanya
utang, perusahaan cenderung dapat meningkatkan nilai perusahaan melalui tax shield. Namun,
penggunaan dengan adanya utang maka akan muncul tekanan untuk membayar pinjaman pokok
dan bunga, jika pinjaman berada di luar kendali perusahaan, ada banyak potensi risiko dan
operasi perusahaan tidak lagi dapat dipertahankan. Oleh karena itu, Sarkar dan Zhang (2020)
menyatakan bahwa perlu adanya optimalisasi utang dalam struktur modal agar dapat mencapai
investment yang optimal. Perbedaan levered firm dibanding dengan unlevered firm pada
penelitian ini adalah kemampuan learning speed teknologi pada perusahaan pada industri seperti
industri kimia, semiconductors, aircraft manufacturing, shipbuilding, dan perusahaan-perusahaan
yang membutuhkan teknologi tinggi. Levered firm memiliki learning speed yang lebih baik
dibanding unlevered firm yang dapat meningkatkan kinerja operasional perusahaan. Hal tersebut
tentu berdampak pada peningkatan kinerja perusahaan, sehingga dapat disimpulkan bahwa
perusahaan yang didanai dengan kombinasi utang dan modal akan memiliki competitive
advantage lebih baik dibanding perusahaan yang hanya mengandalkan ekuitas saja.

Levered firm adalah perusahaan yang sebagian menggunakan utang pada struktur
modalnya. Sehingga sebagian lagi pendanaan juga bisa didapatkan perusahaan melalui
penerbitan saham. Untuk itu, perusahaan melakukan penerbitan saham melalui Initial Public
Offering (IPO) (Sudana, 2015). Sehingga valuasi saham akan diperhitungkan terutama oleh para
calon investor yang akan menjadi pemegang saham untuk mengetahui nilai wajar saham untuk
menghindari saham undervalued maupun overvalued.

G. Rumus Leverage

1. Debt to Assets Ratio (DAR) Rasio Utang Terhadap Aset

Rasio ini untuk menghitung atau mengukur kemampuan perusahaan yang mengandalkan utang
untuk membiayai asetnya. Jadi, seberapa besar utang perusahaan akan memengaruhi pengelolaan
asetnya.

Cara menghitungnya dengan membagi total utang dengan total aset perusahaan yang
diformulasikan seperti berikut:

Rumus Debt to Total Asset Ratio (DAR)

DAR = Total Utang : Total Aset

Bila nilai DAR semakin rendah, berarti tingkat keamanan dananya baik, serta pencatatan
transaksi keuangannya aman. Hal ini karena rasio utang akan menjelaskan atau menerangkan
sejauh mana utang yang sanggup ditutup oleh aset.

2. Debt to Equity Ratio (DER) Rasio Utang Terhadap Ekuitas

DER merupakan rasio utang terhadap ekuitas. DER ini menunjukkan keterkaitan antara jumlah
utang jangka panjang dengan jumlah modal yang dimiliki perusahaan.

Rasio keuangan memiliki keseimbangan yang relatif antara utang dan ekuitas. Rasio ini juga
digunakan untuk membiayai operasional perusahaan.

Nah, cara menghitung rasio ini adalah menjumlahkan kewajiban utang dan membaginya dengan
total ekuitas.

Rumus Debt to Equity Ratio (DER)


DER = Total Utang Keseluruhan : Modal sendiri x 100%

Semakin rendah nilai DER, maka keamanan keuangan suatu perusahaan semakin baik, dan
begitu pula sebaliknya.

3. Debt to Capital Ratio (DCR) Rasio Utang Terhadap Modal

Rasio ini adalah rasio yang berfokus pada kewajiban utang sebagai bagian dasar total modal
perusahaan.

Selain utang jangka panjang, utang pada rasio ini mencakup semua kewajiban jangka pendek
seperti modal yang termasuk dalam utang perusahaan dan ekuitas bagi para pemegang saham.

Bila suatu perusahaan sedang mengalami tingginya rasio utang terhadap modal dibanding
dengan perusahaan lainnya, artinya akan terjadi kegagalan risiko bayar yang tinggi. Oleh karena
itu, utang tersebut bisa memberikan dampak buruk terhadap operasional bisnisnya.

Rumus Debt to Capital Ratio (DCR) Rasio Utang Terhadap Modal

DCR = Total Utang Saat Ini : (Total Utang + Total Ekuitas)

4. Time Interest Earned (TIE) Rasio Cakupan Bunga

Rasio ini bermanfaat untuk menghitung besarnya laba operasi yang mampu membayar bunga
dari utang. Bila perusahaan sudah menghitung Times Interest Earned (TIE), perusahaan akan
mengetahui berapa besarnya laba bersih yang dimiliki. Laba bersih ini disebut Interest Coverage
Ratio.

Rumus Interest Earned (TIE) Rasio Cakupan Bunga

TIE = Laba Operasi(+Penyusutan) : Bunga Utang Jangka Panjang

5. Tangible Assets Debt Coverage (TAD Coverage) Rasio Solvabilitas


Suatu perusahaan perlu menghitung besarnya aset tetap yang dapat digunakan perusahaan untuk
menjamin utang jangka panjang atau Tangible Assets Debt Coverage (TAD Coverage).

Rumus Tangible Assets Debt Coverage (TAD Coverage) Rasio Solvabilitas

TAD Coverage = (Jumlah Aktiva+Tangible+Utang Lancar) : Utang Jangka Panjang

H. Manfaat Leverage

Menghitung leverage memang sangat dibutuhkan dan perlu dilakukan oleh suatu perusahaan.
Perhitungan ini memiliki beberapa manfaat yang akan dirasakan perusahaan dan kreditur.

Menurut Kasmir ada beberapa manfaat leverage yang didapatkan ketika menggunakan
leverage ratio, seperti berikut ini:

 Dapat menilai dan melihat kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban yang
bersifat tetap. Misalnya, membayar angsuran pinjaman dan bunga dari pihak kreditor.
 Mengetahui kedudukan perusahaan atas kewajiban ke pihak kreditor.
 Menilai besarnya pengaruh utang terhadap pengelolaan aset.
 Dapat melihat besaran nilai aset perusahaan yang dibiayai oleh utang.
 Melihat dan mengukur seberapa besar porsi dari modal yang dijadikan jaminan utang
jangka panjang oleh perusahaan.
 Mengetahui kesetimbangan antara nilai aset seperti aktiva tetap dengan modal.
 Dapat mengetahui total dana atau modal pinjaman yang dalam waktu dekat akan jatuh
tempo.

I. Contoh Leverage

Contoh leverage dengan menggunakan rumus leverage ratio. Berikut ini contoh
leverage yang kasusnya berdasarkan pada laporan keuangan sebuah perusahaan.

LAPORAN POSISI KEUANGAN

31 Desember 2021
LAPORAN LABA RUGI DAN

PENGHASILAN KOMPREHENSIF

Dari laporan di atas, berikut ini perhitungan nilai rasio leveragenya:

 Debt to Total Asset Ratio(DAR) = Total Utang : Total Aktiva/Aset

5.000.000 : 15.000.000 = 0,33

Ini berarti bahwa, bagian aset yang digunakan untuk menjamin utang sebesar Rp0,33 per
rupiah aktiva yang menjadi jaminan utang.

 Debt to Equity Ratio (DER) = Total Utang : Modal sendiri x 100%

5.000.000 : 10.000.000 = 0,5 x 100% = 50%


Hal ini berarti, 50% dari setiap modal milik perusahaan adalah jaminan utang.

 Long Term Debt to Equity Ratio = Utang Jangka Panjang : Modal Sendiri x 100%

2.000.000 : 10.000.000 = 0,2 x 100% = 20%

Hasil 20% ini artinya setiap modal perusahaan merupakan jaminan utang jangka panjang.

 Times Interest Earned (TIE) = Laba Operasi (+Penyusutan) : Bunga

6.750.000 : 87.500 = 77,14

Hasil dari TIE di atas artinya setiap rupiah bunga utang jangka panjang akan dijamin oleh
keuntungan sebesar Rp77,14.

 Tangible Assets Debt Coverage = (Aset – Intangible – Utang Jangka Pendek) : Utang
Jangka Panjang

(15.000.000 – 3.000.000 – 3.000.000) : 2.000.000 = 4.54

Setiap rupiah dari kewajiban jangka panjang akan dijamen aset tangible yang nilainya
sebesar Rp4,54 atau 45,4%.

Anda mungkin juga menyukai