Anda di halaman 1dari 32

MANAJEMEN KEUANGAN STRATEGIK

KEPUTUSAN PENDANAAN

Dosen Pengampu:
Dr. I Wayan Widnyana, S.E., M.M.

Nama Kelompok II:


Luh Yuni Puspita (2002612010936/15)
Ni Putu Arista Rahayu (2002612010944/17)
Maria Ene Malus (2002612010952/18)
I Wayan Angga Mardika (2002612011038/29)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MAHASARASWATI
DENPASAR
2022
KEPUTUSAN PENDANAAN

A. Keputusan Pendanaan

1. Pengertian Keputusan Pendanaan

Keputusan pendanaan adalah keputusan yang berhubungan dengan

sumber dana yang didapat perusahaan. Sumber dana bisa berasal dari

hutang dan modal sendiri. Manajemen dapat menentukan seberapa besar

komposisi hutang dan ekuitas bagi perusahaan. Perusahaan yang lebih

banyak dibiayai oleh hutang memiliki kewajiban lebih besar untuk

membayar hutangnya. (Himawan dan Christiawan, 2016).

Menurut Yuesti dan Kepramareni (2019) pendanaan adalah

keputusan yang berhubungan dengan penentuan sumber dana yang akan

digunakan, penentuan perimbangan pendanaan yang optimal, dan

perusahaan menggunakan sumber dana dari dalam perusahaan atau akan

mengambil dari luar perusahaan.

Murtini (2008) menyatakan keputusan pendanaan merupakan cara

bagaimana perusahaan dapat mendanai kegiatan operasinya secara

optimal, dan juga bagaimana cara perusahaan mengkomposisikan sumber

dana optimal yang harus dipertahankan.

Pengertian keputusan pendanaan menurut Harmono (2011),

Keputusan pendanaan adalah menganalisis kondisi sumber pendanaan

perusahaan baik melalui utang maupun modal yang akan dialokasikan

1
untuk mendukung aktivitas operasi perusahaan, baik dalam investasi

modal kerja ataupun aset tetap.

Menurut Sutrisno (2015) keputusan pendanaan sering disebut

sebagai kebijakan struktur modal karena pada keputusan ini, manajer

keuangan dituntut untuk mempertimbangkan dan menganalisis kombinasi

dari sumber-sumber dana yang ekonomis bagi perusahaan guna

membelanjai kebutuhan-kebutuhan investasi serta kegiatan usahanya.

Dengan kata lain, keputusan pendanaan adalah penetapan sumber

pendanaan kedalam struktur modal yang akan digunakan untuk membiayai

kegiatan operasional perusahaan.

Harjito dan Martono (2010) menyatakan bahwa keputusan

pendanaan menyangkut beberapa hal; Pertama, keputusan mengenai

penetapan sumber dana yang diperlukan untuk membiayai investasi.

Kedua, penetapan tentang perimbangan pembelanjaan yang terbaik atau

sering disebut struktur modal yang optimum.

Fungsi pendanaan harus dilakukan secara efisien. Manajer keuangan

harus mengusahakan agar perusahaan dapat memperoleh dana yang

diperlukan dengan biaya yang minimal dan syarat-syarat yang paling

menguntungkan. Manajer keuangan harus mempertimbangkan dengan

cermat sifat dan biaya dari masing-masing sumber dana yang akan dipilih,

karena masing-masing sumber dana mempunyai konsekuensi finansial

yang berbeda-beda. Dalam melaksanakan fungsi pendanaan, manajer

keuangan harus selalu mencari alternatif-alternatif sumber dana untuk

2
kemudian dianalisa, dan dari hasil analisa tersebut harus diambil

keputusan alternatif sumber dana atau kombinasi sumber dana mana yang

akan dipilih. Dengan demikian, manajer keuangan harus mengambil

keputusan pendanaan (Riyanto, 2010).

2. Rumus-Rumus Mengukur Keputusan Pendanaan

Terdapat beberapa metode perhitungan untuk mengukur keputusan

pendanaan, adapun rumus-rumus untuk mengukur keputusan pendanaan,

sebagai berikut:

a. Debt to Total Assets Ratio (debt ratio)

Pengertian Debt to Total Assets Ratio menurut Kasmir (2015):

“Rasio ini merupakan rasio utang yang digunakan untuk mengukur

perbandingan antara total utang dengan total aktiva. Dengan kata lain,

seberapa besar aktiva perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan

aktiva”. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

b. Debt to Equity Ratio (DER)

Pengertian Debt to Equity Ratio menurut Kasmir (2015):

“Merupakan rasio yang digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas.

Rasio ini dicari dengan cara membandingkan antara seluruh utang,

termasuk utang lancar dengan seluruh ekuitas. Rasio ini berguna untuk

mengetahui jumlah dana yang disediakan peminjam (kreditor dengan

3
pemilik perusahaan). Dengan kata lain, rasio ini berfungsi untuk

mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan untuk jaminan

utang”. Perhitungan DER dilakukan dengan menggunakan rumus:

c. Long Term Debt to Equity Ratio (LTDER)

Pengertian Long Term Debt to Equity Ratio menurut Kasmir

(2015): “Merupakan rasio antara utang jangka panjang dengan modal

sendiri. Tujuannya adalah untuk mengukur berapa bagian dari setiap

rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan utang jangka panjang

dengan cara membandingkan antara utang jangka panjang dengan

modal sendiri yang disediakan oleh perusahaan”. Perhitungan LTDER

dilakukan dengan menggunakan rumus:

3. Struktur Modal

a. Pengertian Struktur Modal

Sutrisno (2012) mendefinisikan struktur modal bahwa “Struktur

modal merupakan imbangan antara modal asing atau hutang dengan

modal sendiri”. Sedangkan Harmono (2011) menyatakan bahwa

“Struktur modal adalah proporsi utang dan modal terhadap modal

4
perusahaan”. Riyanto (2010) mendefinisikan struktur modal adalah

“Struktur modal adalah pembelanjaan permanen dimana

mencerminkan perimbangan antara utang jangka panjang dengan

modal sendiri”.

b. Teori Struktur Modal

Menurut Hanafi dan Halim (2012) teori mengenai struktur modal

terdiri dari:

1) Pendekatan Tradisional

Menurut teori pendekatan tradisional terdapat struktur modal

yang optimal. Dengan kata lain struktur modal mempunyai

pengaruh terhadap nilai suatu perusahaan. Struktur modal bisa

diubah-ubah agar bisa diperoleh nilai perusahaan yang optimal.

2) Pendekatan Modigliani dan Miller (MM)

Pada pendekatan Modigliani dan miller (MM), tahun1960-an

kedua ekonom tersebut memasukan faktor pajak ke dalam analisis

mereka. Dalam teori MM, terdapat berbagai asumsi yang dirasa

tidak realistis, hasil ketidakrelevanan MM memiliki arti yang

sangat penting dengan menunjukkan kondisi-kondisi dimana

struktur modal tersebut tidak relevan. MM juga telah memberikan

petunjuk mengenai hal-hal apa yang dibutuhkan agar membuat

struktur modal menjadi relevan dan yang mempengaruhi nilai

perusahaan Brigham dan Houston (2006). Mereka sampai pada

kesimpulan bahwa nilai perusahaan dengan utang lebih tinggi

5
adalah tidak relevan dibandingkan nilai perusahaan tanpa utang.

Kenaikan tersebut dikarenakanadanya penghematan pajak dari

penggunaan utang.

3) Teori Trade-Off

Teori trade off merupakan gabungan antara teori struktur

modal modigliani dan miller dengan memasukkan biaya

kebangkrutan dan biaya keagenan yang mengindikasikan adanya

penghematan pajak dari utang dengan biaya kebangkrutan. Pada

teori ini, mengasumsikan bahwa struktur modal perusahaan

merupakan hasil pertukaran (trade-off) dari keuntungan pendanaan

melalui utang (pajak perusahaan yang menguntungkan) dengan

tingkat suku bunga dan biaya kebangkrutan yang lebih tinggi.

Sehingga pada teori ini, perusahaan lebih suka mendapatkan dana

dari eksternal perusahaan daripada dana yang berasal dari internal

perusahaan.

4) Model Millern dengan Pajak Perusahaan dan Personal

Modigliani dan miller mengembangkan model struktur modal

tanpa pajak dan dengan pajak. Nilai perusahaan dengan pajak lebih

tinggi dibandingkan dengan nilai perusahaan tanpa pajak. Selisih

tersebut diperoleh melalui penghematan pajak karena bunga bisa

dipakai untuk mengurangi pajak. Miller kemudian

mengembangkan model struktur modal dengan memasukkan pajak

personal. Pemegang saham dan pemegang utang harus membayar

6
pajak jika mereka menerima dividen (untuk pemegang saham) atau

bunga (untuk pemegang utang). Menurut model tersebut, tujuan

yang ingin dicapai adalah tidak hanya meminimalkan pajak

perusahaan, tetapi meminimalkan total pajak yang harus

dibayarkan (pajak perusahaan, pajak atas pemegang saham, dan

pajak atas pemegang utang).

5) Pecking-Order Theory

Teori pecking order bisa menjelaskan kenapa perusahaan

yang mempunyai tingkat keuntungan yang tinggi justru

mempunyai tingkat utang yang lebih kecil. Tingkat utang yang

kecil tersebut tidak dikarenakan perusahaan mempunyai target

tingkat utang yang kecil, tetapi karena mereka tidak membutuhkan

dana eksternal. Tingkat keuntungan yang tinggi menjadikan dana

internal mereka cukup untuk memenuhi kebutuhan investasi. Pada

perusahaan yang menggunakan teori pecking-order ini, mereka

lebih suka menggunakan dana internal perusahaan dibandingkan

dengan dana eksternal perusahaan.

6) Teori Asimetri: Informasi dan Signaling

Konsep signaling dan asimetri informasi berkaitan erat. Teori

asimetri mengatakan bahwa pihak-pihak yang berkaitan dengan

perusahaan tidak mempunyai informasi yang sama mengenai

prospek dan risiko perusahaan. Pihak tertentu mempunyai

informasi yang lebih baik dibandingkan pihak lainnya. Manajer

7
biasanya mempunyai informasi yang lebih baik dibandingkan

dengan pihak luar (investor). Karena itu bisa dikatakan terjadi

asimetri informasi antara manajer dengan investor. Teori signaling

adalah model dimana struktur modal (penggunaan utang)

merupakan signal yang disampaikan oleh manajer ke pasar.

Perusahaan yang meningkatkan utang bisa dipandang sebagai

perusahaan yang yakin dengan prospek perusahaan di masa

mendatang. Karena cukup yakin, maka manajer perusahaan

tersebut berani menggunakan utang yang lebih besar. Investor

diharapkan akan menangkap signal tersebut, signal bahwa

perusahaan mempunyai prospek yang baik. Dengan demikian

utang merupakan tanda atau signal positif.

c. Komponen Struktur Modal

Menurut Gitman dan Zutter (2012) dalam Dewi dan Lestasi

(2014) modal dapat dibagi menjadi 2, yaitu modal hutang dan modal

ekuitas.

1) Modal hutang (debt capital)

Modal hutang adalah seluruh pinjaman dana jangka panjang

yang diperoleh perusahaan. Hutang jangka panjang adalah hutang

yang jangka waktunya lebih dari 1 tahun. Instrumen hutang dibagi

menjadi dua yaitu sebagai berikut.

a) Pinjaman berjangka (term loan)

8
Suatu perjanjian antara pihak peminjam dan pemberi

pinjaman, dimana pihak peminjam setuju untuk membayar

bunga dan pokok pinjaman pada waktu tertentu kepada pihak

yang meminjamkan (jangka waktunya antara tiga sampai

dengan lima hari).

b) Obligasi (bond)

Suatu perjanjian jangka panjang dimana pihak peminjam

setuju untuk membayar bunga dan pokok pinjaman pada waktu

tertentu kepada pemegang obligasi. Obligasi disebut juga

pinjaman berjangka, tetapi penerbitan obligasi biasanya

disebarluaskan dan ditawarkan kepada publik. Jadi dalam

penerbitan obligasi ada lebih dari satu pemberi pinjaman.

2) Modal ekuitas (equity capital)

Modal ekuitas terdiri dari dana jangka panjang yang disajikan

oleh kepemilikan perusahaan, yaitu para pemegang saham. Modal

ekuitas dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu sebagai berikut.

a) Saham biasa (common stock)

Saham biasa adalah suatu sertifikat yang memiliki fungsi

sebagai bukti kepemilikan suatu perusahaan dengan berbagai

aspek-aspek penting bagi perusahaan. Pemegang saham akan

mendapatkan hak untuk menerima sebagian pendapatan tetap

(dividend) dari perusahaan serta kewajiban menanggung resiko

kerugian yang ditanggung perusahaan.

9
b) Saham istimewa (preferred stock)

Saham istimewa adalah bentuk khusus dari kepemilikan

yang mempunyai dividen tetap secara berkala. Pemilik saham

istimewa akan diprioritaskan terlebih dahulu dalam

pembayaran dividen sebelum dibagikan kepada pemilik saham

biasa.

c) Laba ditahan (retained earning)

Laba ditahan adalah jumlah dari seluruh perolehan dividen

bersih yang ditahan, dan diinvestasikan ulang oleh perusahaan.

Laba tidak dibagikan kepada pemilik sebagai dividen sehingga

laba ditahan merupakan bentuk pendanaan internal perusahaan.

d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal

Menurut Brigham & Houston (2013) terdapat beberapa faktor

yang mempengaruhi keputusan struktur modal yaitu:

1) Stabilitas Penjualan

Suatu perusahaan yang penjualannya relatif stabil dapat secara

aman mengambil utang dalam jumlah yang lebih besar dan

mengelurakan beban tetap yang lebih tinggi dibandingkan dengan

perusahaan yang penjualannya tidak stabil.

2) Struktur Aset

Perusahaan yang asetnya memadai untuk digunakan sebagai

jaminan pinjaman cenderung akan cukup banyak menggunakan

utang. Aset umum dapat digunakan oleh banyak perusahaan dapat

10
menjadi jaminan yang baik, sementara tidak untuk aset dengan

tujuan khusus. Jadi perusahaan real estate biasanya memiliki

leverage yang tinggi sementara perusahaan yang terlibat dalam

bidang pendidikan teknologi, hal seperti ini tidak berlaku.

3) Leverage Operasi

Perusahaan dengan leverage operasi yang lebih rendah akan

lebih mampu menerapkan leverage keuangan karena perusahaan

tersebut akan memiliki risiko usaha yang lebih rendah.

4) Tingkat Pertumbuhan

Jika hal lain dianggap sama, maka perusahaan yang memiliki

pertumbuhan lebih cepat harus lebih mengandalkan diri pada

modal eksternal. Selain itu, biaya emisi yang berkaitan dengan

penjualan saham biasa akan melebihi biaya emisis yang terjadi

ketika perusahaan menjual utang, mendorong perusahaan yang

mengalami pertumbuhan pesat untuk lebuh mengandalkan diri

pada utang. Namun, pada waktu yang bersamaan perusahaan

tersebut seringkali menghadapi ketidakpastian yang lebih tinggi,

cenderung akan menurunkan keinginan mereka untuk

menggunakan utang.

5) Profitabilitas

Sering kali diamati bahwa perusahaan dengan tingkat

pengembalian atas investasi yang sangat tinggi ternyata

menggunakan utang dalam jumlah yang relatif sedikit. Salah satu

11
penjelasan praktisnya adalah perusahaan yang menguntungkan

seperti Intel, Microsoft dan Coca-Cola tidak membutuhkan

pendanaan utang terlalu banyak. Tingkat pengembalian yang tinggi

memungkinkan perusahaan-perusahaan tersebut melakukan

sebagian besar pendanaannya melalui dana yang dihasilkan secara

internal.

6) Pajak

Bunga merupakan suatu beban pengurang pajak, dan

pengurangan ini lebih bernilai bagi perusahaan dengan tarif pajak

tinggi. Jadi makin tinggi tarif suatu pajak suatu perusahaan, maka

makin besar keunggulan dari utang.

7) Kendali

Pengaruh utang dibandingkan saham pada posisi kendali suatu

perusahaan dapat mempengaruhi struktur modal. Jika manajemen

saat ini memiliki kendali hak suara (lebih dari 50 persen saham)

tetapi tidak berada dalam posisi untuk membeli saham tambahan

lagi, maka manajemen mungkin akan memilih utang sebagai

pendanaan baru. Pertimbangan kendali dapat mengarah pada

penggunaan baik itu utang maupun ekuitas karena jenis modal

yang memberikan perlindungan terbaik kepada manajemen akan

bervariasi dari suatu situasi ke situasi lain.

8) Sikap Manajemen

12
Manajemen dapat melaksanakan pertimbangannya sendiri

tentang struktur modal yang tepat. Beberapa manajemen cenderung

lebih konservatif dibandingkan yang lain, dan menggunakan utang

dalam jumlah yang lebih kecil dibandingkan dengan rata-rata

perusahaan di dalam industrinya, sementara manajemen yang

agresif menggunakan lebih banyak utang dalam usaha mereka

untuk mendapatkan laba yang lebih tinggi.

9) Sikap Pemberi Pinjaman dan Lembaga Pemeringkat

Tanpa mempertimbangkan analisis manajemen terdiri atas

sektor leverage yang tepat bagi perusahaan, sikap pemberi

pinjaman dan lembaga pemeringkat sering kali akan

mempengaruhi kepuasan struktur keuangan. Perusahaan sering kali

membahas struktur modalnya dengan pihak pemberi pinjaman dan

lembaga pemeringkat serta sangat memperhatikan saran mereka.

10) Kondisi Pasar

Kondisi pasar saham dan obligasi mengalami perubahan

dalam jangka panjang maupun jangka pendek yang dapat

memberikan arah penting pada struktur modal optimal suatu

perusahaan. Perusahaan berperingkat rendah yang membutuhkan

modal terpaksa pergi ke pasar saham atau pasar utang jangka

pendek, tanpa melihat sasaran struktur modalnya. Namun, ketika

kondisi melonggar perusahaan-perusahaan ini menjual obligas

13
jangka panjang untuk mengembalikan struktur modalnya kembali

pada sasaran.

11) Kondisi Internal Perusahaan

Kondisi internal suatu perusahaan sendiri juga dapat

berpengaruh pada sasaran struktur modalnya. Perusahaan dapat

menjual penerbitan saham biasa, menggunakan hasilnya untuk

melunasi utang, dan kembali pada sasaran modalnya.

12) Fleksibilitas Keuangan

Fleksibilitas keuangan atau kemampuan untuk menghimpun

modal dengan persyaratan yang wajar dalam kondisi yang buruk.

Potensi kebutuhan akan dana di masa depan dan konsekuensi

kekurangan dana akan mempengaruhi sasaran struktur modal,

makin besar kemungkinan kebutuhan modal dan makin buruk

konsekuensi jika tidak mampu untuk mendapatkannya, maka

makin sedikit jumlah utang yang sebaiknya ada di neraca

perusahaan.

4. Pendekatan Praktis dalam Pemilihan Sumber Pendanaan

a. Analisis Rentabilitas Ekonomi dan Rentabilitas Modal Sendiri

Menurut Riyanto (2002) konsep analisis rentabilitas ekonomi dan

rentabilitas modal sendiri didasarkan bahwa penggunaan hutang dapat

dibenarkan di dalam perusahaan sejauh penggunaan hutang tersebut

diharapkan memberikan rentabilitas ekonomi yang lebih besar dari

bunga hutang tersebut.

14
Rumus:

EBIT
RE=
Total Aktiva

EAT
RMS=
Modal Sendiri

b. Analisis dari Sisi Likuiditas

Penggunaan hutang akan menimbulkan kewajiban finansial, baik

dalam bentuk pembayaran bunga maupun angsuran pokok pinjaman.

Oleh karena itu, tidak diinginkan penggunaan hutang akan

menimbulkan kesulitan likuiditas bagi perusahaan, dalam artian tidak

mampu membayar bunga dan angsuran pokok pinjaman. Untuk

memperkirakan apakah penggunan hutang akan menimbulkan

kesulitan likuiditas atau tidak, dapat menggunakan rasio keuangan

debt service coverage atau DSC.

EBIT + Penyusutan
Rumus: DSC = Bunga + Sewaguna+ Angsuran pokok pinjaman
(1−t)

5. Analisis Rentabilitas

a. Pengertian Rentabilitas

Menurut Kasmir (2014) Rentabilitas merupakan rasio untuk

menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini

juga memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu

perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari

penjualan dan pendapatan investasi.

15
Menurut Munawir (2014) profitabilitas atau rentabilitas adalah

menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba

selama periode tertentu.” Seperti rasio-rasio yang lain sudah dibahas

sebelumnya, rasio profitabilitas juga memiliki tujuan dan manfaat,

tidak hanya bagi pemilik perusahaan atau manajemen saja, tetapi juga

pihak luar perusahaan, terutama pihak-pihak yang memiliki hubungan

atau kepentingan dengan perusahaan.

Menurut Irham (2012) Rentabilitas adalah rasio ini mengukur

efektivitas manajemen secara keseluruhan yang ditujukan oleh besar

kecilnya tingkat keuntungan yang diperoleh dalam hubungannya

dalam penjualan maupun investasi. Semakin baik rasio profitabilitas

maka semakin baik menggambarkan kemampuan tingginya perolehan

keuntungan perusahaan.

b. Tujuan dan Manfaat Rentabilitas

Rasio rentabilitas mempunyai tujuan dan manfaat tidak hanya

bagi pihak pemilik usaha atau manajemen saja, tetapi juga bagi pihak

diluar perusahaan terutama pihak-pihak yang memiliki hubungan atau

kepentingan dengan perusahaan.

Tujuan penggunaan rasio rentabilitas bagi perusahaan, maupun

bagi pihak luar perusahaan menurut Kasmir (2014), yaitu:

1) Untuk mengukur atau menghitung laba yang diperoleh perusahaan

dalam satu periode tertentu

16
2) Untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan

tahun sekarang

3) Untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu

4) Untuk menilai besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal

sendiri

5) Untuk mengukur produktivitas seluruh dana perusahaan yang

digunakan baik modal pimjaman maupun modal sendiri

6) Untuk mengukur produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang

digunakan baik modal sendiri.

Manfaat rasio rentabilitas menurut Kasmir (2014) adalah untuk:

1) Mengetahui besarnya tingkat laba yang diperoleh perusahaan

dalam satu periode

2) Mengetahui posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan

tahun sekarang

3) Mengetahui perkembangan laba dari waktu ke waktu

4) Mengetahui besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal

sendiri

5) Mengetahui produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang

digunakan baik modal pinjaman maupun modal sendiri.

c. Jenis-Jenis Rentabilitas

Ada dua cara penilaian rentabilitas, yaitu:

1) Rentabilitas Ekonomi (Return on Total Assets/ ROA)

17
Return on Total Assets (ROA) yang sering juga disebut

dengan Return on Investment (ROI). Rentabilitas ekonomi

mengindikasikan seberapa besar kemampuan asset yang dimiliki

untuk menghasilkan tingkat pengembalian atau pendapatan atau

dengan kata lain Rentabilitas Ekonomi menunjukkan menghasilkan

laba. ROA menunjukkan seberapa efisien perusahaan

menggunakan asetnya untuk menghasilkan laba Rumus

Rentabilitas Ekonomi yaitu:

Menurut Munawir (2014) besarnya ROA dipengaruhi oleh dua

faktor yaitu:

a) Profit Margin

Profit margin itu sendiri merupakan perbandingan antara

net operating income dengan net sales, perbandingan mana

dinyatakan dalam persentase. Rasio profit margin ini mengukur

tingkat keuntungan yang dapat dicapai oleh perusahaan

dihubungkan dengan penjualannya. Adapun rumus yang

digunakan untuk menghitung profit margin yaitu:

b) Operating Asset Turnover (Tingkat Perputaran Aset Yang

Digunakan Untuk Operasi)

18
Operating assets turnover adalah salah satu cara yang

digunakan untuk mengetahui apakah suatu perusahaan telah

menggunakan modalnya dengan efisien atau belum. Setiap

perusahaan yang ingin mendapatkan suatu keuntungan, maka

yang harus diperhatikan adalah mengusahakan turnover lebih

cepat berputar, sehingga perusahaan akan berjalan secara

efisiensi dan akan memperoleh keuntungan yang diharapkan

pada akhirnya. Adapun rumus yang digunakan untuk

menghitung operating assets turnover yaitu:

Efisiensi penggunaan modal itu sendiri jika dikaitkan

dengan kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan

keuntungan berkaitan dengan dua hal yaitu operating assets

turnover dan profit margin. Kaitannya dengan profit margin

disini adalah bagaimana kemampuan suatu perusahaan dalam

melakukan penghematan biaya dalam menjalankan aktivitasnya

sehingga diperoleh hasil yang maksimal pula. Sedangkan,

operating assets turnover berkaitan dengan kemampuan

perusahaan dalam meningkatkan perputaran masing-masing

elemen-elemen aset lancar seperti kas, piutang, persediaan dan

aset tetap dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.

19
Untuk dapat dikatakan bahwa rentabilitas ekonomi akan meningkat

apabila:

a) Profit margin meningkat, sedangkan Operating assets tunrover

tetap.

b) Operating assets tunrover meningkat, sedangkan profit margin

tetap

c) Kedua-duanya meningkat.

2) Rentabilitas Modal Sendiri (Return on Equity / ROE)

Return on Equity ini sering juga disebut rate of return on Net

Worth yaitu kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan

laba dengan modal sendiri yang dimiliki, sehingga ROE ini ada

yang menyebut sebagai rentabilitas modal sendiri. Rentabilitas

Modal Sendiri adalah kemampuan perusahaan dengan modal

sendiri yang bekerja didalamnya untuk menghasilkan keuntungan.

Dengan rentabilitas modal sendiri perusahaan akan mengetahui

seberapa tingkat keuntungan yang diperoleh dari modal-modal

yang ditanamkan. ROE merupakan ukuran efisiensi yang dicapai

perusahaan dalam mendayagunakan modal para pemilik. Semakin

besar ROE mencerminkan kemampuan perusahaan dalam

menghasilkan keuntungan yang tinggi bagi para investor. Rumus

Rentabilitas Modal Sendiri yaitu:

20
6. Analisis Likuiditas

Likuiditas (Riyanto, 2015) adalah berhubungan dengan masalah

kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansialnya

yang segera harus dipenuhi. Jumlah alat-alat pembayaran (alat likuid) yang

dimiliki oleh suatu perusahaan pada suatu saat merupakan kekuatan

membayar dari perusahaan yang bersangkutan. Suatu perusahaan yang

mempunyai kekuatan membayar belum tentu dapat memenuhi segala

kewajiban finansialnya yang segera harus dipenuhi atau dengan kata lain

perusahaan tersebut belum tentu memiliki kemampuan membayar. Suatu

perusahaan yang mempunyai kekuatan membayar sedemikian besarnya

sehingga mampu memenuhi segala kewajiban finansiilnya yang segera

harus dipenuhi, dikatakan bahwa perusahaan tersebut adalah likuid, dan

sebaliknya yang tidak mempunyai kemampuan membayar adalah illikuid.

Sedangkan menurut Munawir (2014) likuiditas adalah menunjukkan

kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya

yang harus segera dipenuhi, atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi

kewajiban keuangan pada saat ditagih. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

likuiditas adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban

keuangan jangka pendeknya yang segera harus dipenuhi.

Menurut Kasmir (2019) adalah Rasio likuiditas atau sering juga

disebut dengan nama rasio modal kerja merupakan rasio yang digunakan

untuk mengukur seberapa likuidnya suatu perusahaan. Caranya adalah

dengan membandingkan komponen yang ada dineraca, yaitu total aktiva

21
lancar dengan total passiva lancar (utang jangka pendek). Penilaian dapat

dilakukan untuk beberapa periode sehingga terlihat perkembangan

likuiditas perusahaan dari waktu ke waktu.

Jadi, analisis likuiditas adalah analisis keuangan yang dilakukan

dengan menghitung rasio likuiditas untuk mengukur kemampuan

perusahaan dalam memenuhi kewajiban keuangan jangka pendek dengan

menggunakan aset lancar.

Berikut ini adalah beberapa tujuan dan manfaat yang dapat dipetik

dari rasio likuiditas menurut Kasmir (2019) adalah sebagai berikut:

a) Mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban atau utang

yang segera jatuh tempo pada saat ditagih. Artinya, kemampuan untuk

membayar kewajiban yang sudah waktunya dibayar sesuai jadwal

batas waktu yang telah ditetapkan (tanggal dan bulan tertentu).

b) Mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka

pendek dengan aktiva lancar secara keseluruhan. Artinya, jumlah

kewajiban yang berumur di bawah satu tahun atau sama dengan satu

tahun, dibandingkan dengan total aktiva lancar.

c) Mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka

pendek dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan sediaan atau

piutang. Dalam hal ini aktia lancar dikurangi sediaan dan utang yang

dianggap likuiditasnya lebih rendah.

d) Mengukur atau membandingkan antara jumlah sediaan yang ada

dengan modal kerja perusahaan.

22
e) Mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar

utang.

f) Sebagai alat perencanaan ke depan, terutama yang berkaitan dengan

perencanaan kas dan utang.

g) Melihat kondisi dan posisi likuiditas perusahaan dari waktu ke waktu

dengan menbandingkannya untuk beberapa periode.

h) Melihat kelemahan yang dimiliki perusahaan, dari masing-masing

komponen yang ada di aktiva lancar dan utang lancar.

i) Menjadi alat pemicu bagi pihak manajemen untuk memperbaiki

kinerjanya, dengan melihat rasio likuiditas yang ada pada saat ini.

Rasio likuiditas adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan

untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi dan

dalam menilai likuiditas suatu perusahaan digunakan beberapa rasio

sebagai alat untuk menginterprestasikan data tersebut yaitu:

a) Rasio Lancar

Menurut Kasmir (2019) Rasio lancar atau current ratio merupakan

rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar

kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat

ditagih secara keseluruhan. Dengan kata lain, seberapa banyak aktiva

lancar yang tersedia untuk menutupi kewajiban jangka pendek atau

utang yang segerajatuh tempo.

Rumus untuk mencari rasio lancar atau current rasio dapat yang

digunakan sebagai berikut:

23
Faktor – faktor yang harus dipertimbangkan dalam menganalisis

rasio lancar menurut Munawir (2004) adalah:

1) Distribusi atau proporsi daripada aktiva lancer

2) Data trend daripada aktiva lancar dan hutang lancar, untuk jangka

waktu 5 tahun atau lebih dari waktu yang lalu.

3) Syarat yang diberikan oleh kreditor kepada perusahaan dalam

mengadakan pembelian maupun syarat kredit yang diberikan oleh 

perusahaan dalam menjual barangnya,

4) Present value (nilai sesungguhnya) dari aktiva lancar, sebab ada

kemungkinan perusahaan mempunyai saldo piutang yang cukup be

sar tetapi piutang tersebut sudah lama terjadi dan sulit ditagih

sehingga nilai realisasinya mungkin lebih kecil dibandingkan

dengan yang dilaporkan,

5) Kemungkinan perubahan nilai aktiva lancar, kalau nilai persediaan

semakinturun (deflasi) maka aktiva lancar yang besar (terutama

ditunjukkan dalam persediaan) maka tidak menjamin likuiditas

perusahaan

b) Rasio Cepat

Menurut Kasmir (2019) Rasio cepat (quick ratio) atau rasio sangat

lancar atau acid test ratio merupakan rasio yang menunjukkan

kemampuan perusahaan dalam memenuhi atau membayar kewajiban

24
atau utang lancar (utang jangka pendek) dengan aktiva lancar tanpa

memperhitungkan nilai sediaan (inventory). Artinya mengabaikan nilai

sediaan, dengan cara dikurangi dari total aktiva lancar. Hal ini

dilakukan karena sediaan dianggap memerlukan waktu relatif lebih

lama untuk diuangkan, apabila perusahaan membutuhkan dana cepat

untuk membayar kewajibannya dibandingkan dengan aktiva lancar

lainnya.

c) Rasio Kas

Menurut Kasmir (2019) Rasio kas atau cash ratio merupakan alat

yang digunakan untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia

untuk membayar utang. Ketersediaan uang kas dapat ditunjukkan dari

tersedianya dana kas atau setara dengan kas seperti rekening giro atau

tabungan di bank (yang dapat ditarik setiap saat). Dapat dikatakan rasio

ini menunjukkan kemampuan sesungguhnya bagi perusahaan untuk

membayar utang-utang jangka pendeknya.

7. Analisis Rentabilitas & Likuiditas dan Kaitannya dengan Biaya Modal

Pada hakikatnya modal merupakan nominal yang harus selalu ada

untuk menopang kegiatan usaha perusahaan atau badan usaha. Begitu juga

dengan koperasi, dalam menjalankan usahanya koperasi memerlukan

modal, baik modal sendiri maupun modal pinjaman. Modal sangat

menentukan berjalan tidaknya usaha atau kegiatan koperasi. Apabila

25
koperasi mengalami keuntungan maka koperasi mempunyai rentabilitas.

Rentabilitas merupakan angka pengukur efektifitas penggunaan modal

dalam menghasilkan profit atau di dalam koperasi sering disebut dengan

SHU. Munawir (2004) menjelaskan bahwa “rasio yang digunakan untuk

mengukur profit yang diperoleh dari modal-modal yang digunakan dalam

operasi disebut rasio rentabilitas”. Besar kecilnya nilai rentabilitas

tergantung dari keuntungan yang diperoleh dan modal yang dimiliki dalam

menjalankan usaha koperasi.

Rentabilitas adalah perbandingan antara laba dengan modal yang

digunakan untuk menghasilkan laba tersebut. Dengan kata lain rentabilitas

adalah kemampuan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Pada

umumnya masalah rentabilitas adalah lebih penting dari pada masalah

laba, karena laba yang besar saja belum bisa dijadikan sebagai ukuran

bahwa perusahaan atau koperasi telah dapat bekerja dengan efisien.

Efisien baru dapat diketahui dengan membandingkan laba yang diperoleh

dengan kekayaan atau modal yang menghasilkan laba tersebut atau dengan

kata lainnya ialah menghitung rentabilitasnya (Riyanto, 2002). Maka baik

perusahaan maupun koperasi tidak hanya berusaha untuk memperbesar

laba, tetapi yang lebih penting ialah usaha untuk mempertinggi

rentabilitasnya.

Aktiva lancar yang tinggi dibutuhkan dalam suatu perusahaan.

Perusahaan yang memiliki lebih banyak aktiva yang likuid menunjukkan

bahwa perusahaan tersebut mempunyai kemampuan lebih besar untuk

26
memnuhi kewajiban yang jatuh tempo (Keown dan Martin, 2008). Dalam

penelitian yang dilakukan oleh (Mikrawardhana, Hidayat, dan Azizah,

2015) tentang pengaruh profitabilitas dan likuiditas terhadap struktur

modal menyatakan bahwa likuiditas berpengaruh signifikan terhadap

struktur modal. Hasil penelitian tersebut didukung oleh penelitian yang

dilakukan oleh (Bhawa dan Dewi, 2015) yang menyatakan hasil bahwa

likuiditas berpengaruh terhadap struktur modal, dimana jika semakin besar

likuiditas maka semakin besar pula struktur modal dan jika semakin kecil

likuiditas maka semakin kecil pula struktur modal. Semakin tinggi

kemampuan perusahaan dalam mengembalikan kewajiban- kewajiban

jangka pendeknya maka semakin likuid perusahaan tersebut sehingga

kepercayaan dari kreditur meningkat dan mempermudah perusahaan

memperoleh utang jangka panjangnya.

Menurut pecking order teory perusahaan yang mempunyai likuiditas

yang tinggi akan cenderung tidak menggunakan pembiayaan dari hutang.

Karena apabila perusahaan memiliki likuiditas tinggi, maka akan

menunjukkan bahwa perusahaan memiliki kelebihan aset lancar. Rajan dan

Myers menyatakan bahwa saat biaya agensi dari likuiditas tinggi, para

kreditur luar akan membatasi jumlah pembiayaan hutang yang tersedia

sebagai perusahaan. Kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban

jangka pendeknya akan ditanggapi positif oleh pasar, bahwa perusahaan

tersebut memiliki kinerja yang baik. Pasar akan menaruh kepercayaan

27
terhadap perusahaan pada saat tingkat likuiditas tingi (Dewi, Andini dan

Santoso, 2018).

B. Resiko dalam Keputusan Pendanaan

Sebagai akibat perusahaan menggunakan biaya pendanaan tetap,

perusahaan sering menghadapi apa yang disebut risiko pendanaan. Risiko

pendanaan adalah tambahan risiko sebagai akibat perusahaan menggunakan

pendanaan dengan utang dan atau dengan saham preferen. Risiko pendanaan

dapat dicari dengan rumus: koefisien variasi EPS (KVEPS) dikurangi

koefisien EBIT (KVEBIT) (Miswanto, 2001). Dengan adanya risiko

pendanaan memungkinkan terjadi keadaan yang membuat perusahaan tidak

dapat menutup biaya tetap pendanaan yang berupa bunga utang jangka

panjang (obligasi) dan atau dividen saham preferen. Apabila penggunaan

pendanaan dengan obligasi atau saham preferen semakin meningkat, risiko

pendanaan yang ditanggung oleh perusahaan juga semakin tinggi, karena

adanya biaya tetap pendanaan yang semakin tinggi pula.

28
DAFTAR PUSTAKA

Bhawa, I. B. dan Dewi, M. R. 2015. Pengaruh Ukuran Perusahaan, Likuiditas,

Profitabilitas, Dan Risiko Bisnis Terhadap Struktur Modal Perusahaan

Farmasi. E-Jurnal Manajemen Unud, 4 (7). pp.1949-1966.

Brigham, Eugene F dan Houston, Joel F. 2006. Fundamental of Financial

Management: Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Edisi 10. Jakarta:

Salemba Empat.

Brigham, Eugene F dan Houston, Joel F. 2013. Dasar-Dasar Manajemen

Keuangan. Jakarta: Salemba Empat.

Dewi, N., Andini, R., dan Santoso, E. B. 2018. Pengaruh Likuiditas dan

Pertumbuhan Perusahaan terhadap Nilai Perusahaan dengan Variabel

Struktur Modal sebagai Variabel Intervening (Strudi kasus pada

Perusahaan Property dan Real Estate yang terdaftar di BEI periode tahun

2012-2016). Jurnal of Accounting

Gitman, Lawrence J dan Chad J. Zutter. 2012. Principles of Managerial

Finance. 13th Edition. Global Edition. Pearson Education Limited

Hanafi, Mahduh dan Abdul Halim. 2012. Analisis Laporan Keuangan.

Yogyakarta: (UPP) STIM YKPN.

Harjito, A dan Martono. 2010. Manajemen Keuangan. Yogyakarta: Ekonesia.

Harmono. 2011. Manajemen Keuangan Berbasis Balanced Scorecard

Pendekatan Teori, Kasus, dan Riset Bisnis. Jakarta: PT Bumi Aksara

Himawan, M. R. dan Chistiawan, Y. J. 2016. Pengaruh Keputusan Pendanaan

dan Kebijakan Deviden Terhadap Nilai Perusahaan Pada Sektor

29
Manufaktur di Imdonesia. Business Accounting Review, Vol 4, no 1 (193-

204).

Irham, Fahmi. 2012. Analisis Laporan Keuangan. Cetakan kedua. Bandung:

Alfabeta.

Kasmir, 2014. Analisis Laporan Keuangan. Edisi Pertama, Cetakan Ketujuh.

Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.

Kasmir. 2015. Analisis Laporan Keuangan. Edisi Satu. Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada

Kasmir. 2019. Analisis Laporan Keuangan. Edisi Pertama. Cetakan

Keduabelas. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta

Keown, A. Martin, J., & William, P. 2010. Manajemen Keuangan: Prinsip dan

Penerapan. Jilid 2. Jakarta: PT Indeks.

Mikrawardhana, M. R., Hidayat, R. R., & Azizah, D. F. 2015. Pengaruh

Profitabilitas dan Likuiditas Terhadap Struktur Modal Perusahaan

Multinasional (Studi pada Perusahaan Multinasional Yang Terdaftar di

Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2013). Jurnal Admisitrasi Bisnis

(JABI), 8(2). pp.1-7

Miswanto. 2001. Pengaruh Keputusan Leverage Terhadap Laba dan Risiko,

Jurnal Kajian Bisnis STIE Widya Wiwaha Yogyakarta.

Munawir, 2004. Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta: Liberty.

Munawir. 2014. Analisa Laporan Keuangan. Edisi Empat. Yogyakarta:

Liberty Yogyakarta.

30
Murtini, Umi. 2008. Pengaruh Keputusan Manajemen Keuangan terhadap

Nilai Perusahaan. Jurnal Riset Akuntansi dan Keuangan, 4(1).

Riyanto, Bambang. 2002. Dasar – Dasar Pembelanjaan Perusahaan.

Yogyakarta: BPFE

Riyanto, Bambang. 2010. Dasar – Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi 4.

Yogyakarta: BPFE

Riyanto, Bambang, 2015. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan Edisi

Empat, Cetakan Keempat Belas. Yogyakarta: BPFE.

Sutrisno. 2012. Manajemen Keuangan Teori, Konsep dan Aplikasi.

Yogyakarta: Ekonisia.

Sutrisno. 2015. Manajemen keuangan; Teori konsep, dan aplikasi.

Yogyakarta: Ekonisia.

Yuesti, Anik. & Kepramareni, Putu. (2019). Manajemen Keuangan Jendela

Pengelolaan Bisnis. Bali: CV. Noah Aletheia.

31

Anda mungkin juga menyukai