Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

TEORI STRUKTUR MODAL

Disusun oleh:

Muhammad Daffa Rizki 14030122130116

DEPARTEMEN ADMINISTRASI BISNIS

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS DIPINEGORO

2023
A. PENDAHULUAN

Struktur modal (capital structure) adalah perbandingan atau imbangan pendanaan


jangka panjang perusahaan yang ditunjukkan oleh perbandingan hutang jangka panjang
terhadap modal sendiri. Pemenuhan kebutuhan dana perusahaan dari sumber modal sendiri
berasal dari modal saham, laba ditahan, dan dana cadangan. Jika dalam pendanaan
perusahaan yang berasal dari modal sendiri masih mengalami kekurangan (defisit) maka
perlu dipertimbangkan pendanaan perusahaan yang berasal dari luar, yaitu dari hutang (debt
financing). Namun dalam pemenuhan kebutuhan dana, perusahaan harus mencari alternatif-
alternatif pendanaan yang efisien. Pendanaan yang efisien akan terjadi bila perusahaan
mempunyai struktur modal yang optimal. Struktur modal yang optimal dapat diartikan
sebagai struktur modal yang dapat meminimalkan biaya penggunaan modal keseluruhan atau
biaya modal rata-rata, sehingga memaksimalkan nilai perusahaan.

Teori struktur modal modern dimulai tahun 1958 ketika Modigliani dan Miller
mempublikasikan artikel keuangan yang paling berpengaruh yaitu “the cost of capital,
corporatiaon finance, and the theory of investment”. Modigliani dan Miller membuktikan
bahwa nilai perusahaan tidak dipengaruhi oleh struktur modalnya. Dalam keadaan pasar
modal sempurna maka penggunaan utang adalah tidak relevan dengan nilai perusahaan. Nilai
perusahaan bergantung pada arus kas yang akan dihasilkan dan bukan pada rasio utang dan
ekuitas. Di tahun 1963, Modigliani dan Miller mempublikasikan makalah yaitu “corporate
income taxes and the cost of capital: a correction” yang melemahkan asumsi tidak adanya
pajak perseroan, karena teori sebelumnya kurang relevan.

Keputusan struktur modal merupakan salah satu fungsi dari pengelolaan keuangan
perusahaan. Keputusan investasi yang tepat akan memberi tingkat return yang lebih tinggi
apabila didanai dengan struktur modal yang terbaik bagi perusahaan. Struktur modal
dikemukakan dalam teori-teori struktur modal dengan pandangan yang berbeda.
B. PEMBAHASAN
I. Teori Pecking Order
Teori pecking order dalam analisis struktur modal pertama kali dikembangkan
oleh Myers dan Majluf (1984). Teori pecking order menyatakan bahwa
perusahaan melakukan keputusan pendanaan secara hierarki dari pendanaan
internal dan eksternal. Dalam teori ini, sumber utama modal perusahaan yang
pertama kali harus berasal dari hasil usaha perusahaan yang berupa keuntungan
bersih setelah pajak yang tidak dibagikan kepada para pemilik perusahaan atau
pemegang saham, dalam artian laba ditahan. Kemudian laba ditahan ini akan
diinvestasikan kembali dalam usaha atau proyek perusahaan yang
menguntungkan. Namun, jika laba ditahan tidak mencukupi untuk membiayain
proyek investasi, maka perusahaan dapat meningkatkan modalnya dengan mencari
dana dari hutang dan kemudian dari modal sendiri atau ekuitas.

Menurut Frank dan Goyal (2005), teori pecking order menyatakan bahwa
adanya target rasio hutang yang diinginkan perusahaan untuk mencapai nilai
perusahaan tertentu. Teori pecking order muncul karena adanya asimetri informasi
antara perusahaan dan para pemodalnya. Oleh karena itu muncullah hierarki
pembiayaan perusahaan yang dimulai dengan laba ditahan yang memiliki biaya
asimetri informasi terendah, diikuti hutang, dan akhirnya ekuitas dari sumber
eksternal yang memiliki biaya asimetri informasi tertinggi. Asimetri informaasi
merupakan kekuatan yang didorong oleh teori pecking order yang banyak terjadi
di negara-negara berkembang termasuk Indonesia.

Dalam teori pecking order, membuat keputusan pendanaan harus sesuai urutan
preferensi logis investor terhadap prospek perusahaan dan konsisten pada tujuan,
agar pihak manajer mampu memaksimumkan kesejahteraan pemegang saham.
Teori ini mengasumsikan bahwa perusahaan cenderung memilih pembiayaan
internal untuk mendanai proyek perusahaan. Pecking order theory memaparkan
hubungan antara struktur modal, dividen perusahaan dan kebijakan investasi.
Teori ini menunjukkan bahwa perusahaan lebih suka menggunakan laba ditahan
untuk membayar dividen dan membiayai investasi baru.
II. Teori Trade Off
Teori trade off menyatakan bahwa hubungan antara struktur modal dengan
nilai perusahaan terdapat suatu tingkat leverage yang optimal. Tercapainya
struktur modal yang optimal memerlukan keseimbangan agency cost if financial
distress dan the tax advantage of debt financing. Berdasarkan trade off theory,
struktur modal yang optimal dicapai apabila nilai sekarang dari tax shield hutang
adalah sama dengan nilai sekarang dari biaya kesulitan keuangan hutang.

Teori ini menjelaskan bahwa apabila perusahaan ingin meningkatkan nilai


perusahaan melalui indikator earning per share (EPS) maka pembiayaan investasi
tambahan harus dibiayai oleh hutang. Hal ini karena dengan pembiayaan oleh
hutang, perusahaan dapat memperoleh penghematan pajak sekaligus
mempertahankan jumlah saham yang beredar. Kondisi seperti ini mendorong
pendapatan per lembar saham (EPS) akan lebih tinggi. Sebaliknya, jika
perusahaan mengalami kegagalan dalam mengelola investasi yang berakibat pada
ketidakmampuan membayar bunga dan pokok pinjaman, maka posisi perusahaan
berada di ambang kebangkrutan. Namun, apabila semua biaya akibat kesulitan
keuangan tersebut sama dengan jumlah tambahan pendapatan dari penghematan
pajak (tax shield of debt) maka struktur modal perusahaan dianggap sudah
optimal.

Teori trade off menyatakan bahwa terdapat rasio hutang yang optimal atau
struktur modala yang optimal di dalam keuangan perusahaan. Perusahaan
membuat keputusan struktur modal berdasarkan sumber modal yang paling mahal
biaya modalnya. Dalam teori trade-off terdapat asumsi bahwa sumber pajak yang
berasal dari hutang sama dengan biaya financial distress. Teori ini memiliki
dampak bahwa manajer berpikir tentang rerangka trade-off termasuk [erlindungan
pajak dan financial distress. Trade-off theory bagi perusahaan dapat
menyelaraskan fungsi perlindungan pajak dan utang karena adanya potensi
kehancuran. Perusahaan yang mengalami kehancuran akan tetap memiliki
kewajiban terhadap pertanggungjawaban, baik dari aspek pelaporan maupun
kepatuhan pada perundang-undangan dan pada akhirnya perusahaan tersebut juga
akan ditinggalkan oleh konsumen/supplier/karyawan.
III. Teori Agency
Teori ini pertamam kali dikemukakan oleh Michael C. Jensen dan William H.
Meckling pada tahun 1976. Teori ini menyebutkan bahwa manajemen merupakan
agen dari pemegang saham, sebagai pemilik perusahaan. Para pemegang saham
berharap agen akan bertindak atas kepentingan mereka sehingga mendelegasikan
wewenang kepada agen. Biaya yang ditimbulkan dari pengawasan yang dilakukan
oleh manajemen disebut biaya agensi (agency cost). Menurut Mayangsari (2001)
agency cost adalah biaya-biaya yang berhubungan dengan pengawasan
manajemen untuk meyakinkan bahwa manajemen bertindak konsisten sesuai
dengan perjanjian kontraktual perusahaan dengan kreditur dan pemegang saham.
Pengawasan manajemen dapat dilakukan dengan audit laporan keuangan dan
pembatasan pembuatan keputusan manajemen.

Agency theory menunjukkan bahwa perusahaan merupakan kumpulan kontrak


antara principal dengan agen. Tujuan kontrak itu adalah untuk menyelaraskan
kepentingan terjadinya konflik. Hubungan keagenan dapat menimbulkan dua
permasalahan yaitu asimetri informasi dan konflik kepentingan. Untuk mencegah
terjadinya masalah tersebut akan menimbulkan agency cost yang akan dialihkan
baik kepada principal maupun agen. Salah satu cara untuk menghindari
permasalahan keagenan adalah tata kelola perusahaan yang baik. Jensen &
Meckling (1976) mengatakan bahwa biaya keagenan (agency cost) mencakup
biaya pengawasan, biaya bonding, dan biaya akibat turunnya kesejahteraan
principal. Tarjo (2005) menjelaskan cara-cara untuk meminimalkan biaya
keagenan, yaitu:
1. Meningkatkan kepemilikan saham oleh manajemen
2. Mengurangi free cash flow yang dikuasai oleh manajemen, dengan pembagian
dividen
3. Meningkatkan leverage perusahaan

Agency theory menunjukkan bahwa penggunaan hutang menjadikan manajer


mempunyai kewajiban untuk mengembalikan pinjaman dan membayar beban
bunga secara periodik. Hal itu menyebabkan manajer akan bekerja keras untuk
meningkatkan laba dengan cara melakukan investasi pada asset-aset produktif
sehingga dapat memenuhi kewajiban atas penggunaan hutang tersebut.

IV. Teori Tradisional


Teori ini berpendapat akan adanya struktur modal yang optimal. Artinya struktur
modal mempunyai pengaruh terhadap nilai perusahaan, dimana struktur modal
dapat berubah-ubah agar bisa diperoleh nilai perusahaan yang optimal.
Pendekatan ini menerangkan bahwa biaya modal sendiri akan lebih besar dengan
meningkatkan utang.

V. Teori MM (Modigliani dan Miller)


Pada tahun 1950-an, dua orang ekonom menentang pandangan tradisional
struktur modal. Mereka berpendapat bahwa struktur modal tidak mempengaruhi
nilai perusahaan. Kemudian pada awal tahun 1960-an, kedua ekonom tersebut
memasukkan faktor pajak ke dalam analisis mereka. Mereka sampai pada
kesimpulan bahwa nilai perusahaan dengan hutang lebih tinggi dibandingkan nilai
perusahaan tanpa hutang. Kenaikan nilai tersebut dikarenakan adanya
penghematan pajak dari penggunaan hutang.
Teori MM tanpa pajak
Pada tahun 1958 mereka mengajukan suatu teori yang ilmiah tentang struktur
modal perusahaan. Teori mereka menggunakan beberapa asumsi: Risiko bisnis
perusahaan diukur dengan σ EBIT (Standard Deviation Earning Before Interest
and Taxes). Investor memiliki pengharapan yang sama tentang EBIT perusahaan
di masa mendatang. Saham dan obligasi diperjual belikan di suatu pasar modal
yang sempurna Seluruh aliran kas adalah perpetuitas (sama jumlahnya setiap
periode hingga waktu tak terhingga). Dengan kata lain, pertumbuhan perusahaan
adalah nol atau EBIT selalu sama.
Teori struktur modal modern yang pertama adalah teori Modigliani dan Miller
(teori MM). Mereka berpendapat bahwa struktur modal tidak relevan atau tidak
mempengaruhi nilai perusahaan. MM mengajukan beberapa asumsi untuk
membangun teori mereka (Brigham dan Houston, 2001, p.31) yaitu:
a. Tidak terdapat agency cost.
b. Tidak ada pajak.
c. Investor dapat berhutang dengan tingkat suku bunga yang sama dengan
perusahaan
d. Investor mempunyai informasi yang sama seperti manajemen mengenai
prospek perusahaan di masa depan
e. Tidak ada biaya kebangkrutan
f. Earning Before Interest and Taxes (EBIT) tidak dipengaruhi oleh penggunaan
dari hutang.
g. Para investor adalah price-takers.
h. Jika terjadi kebangkrutan maka aset dapat dijual pada harga pasar (market
value).
Nilai perusahaan yang menggunakan hutang akan sama dengan nilai perusahaan
yang tidak menggunakan hutang

VI. Teori Asimetri


Teori ini mengatakan bahwa dalam pihak pihak yang berkaitan dengan
perusahaan tidak mempunyai informasi yang sama mengenai prospek dan resiko
perusahaan. Pihak tertentu mempunyai informasi yang lebih dari pihak lainnya.
Teori ini terdiri dari Teori:
a. Myers dan Majluf
Menurut Teori ini ada asimetri informasi antara manger dengan pihak luar.
Manager mempunyai informasi yang lebih lengkap mengenai kondisi
perusahaan dibandingan pihak luar.
b. Signaling
Mengembangkan model dimana struktur modal (penggunaan hutang)
merupakan signal yang disampaikan oleh manager ke pasar. Jika manager
mempunyai keyakinan bahwa prospek perusahaan baik, dan karenanya ingin
agar saham tersebut meningkat, ia ingin megkomunikasikan hal tersebut
kepada investor. Manager bisa menggunakan hutang lebih banyak sebagai
signal yang lebih credible. Karena perusahaan yang meningkatkan hutang bisa
dipandang sebagai perusahaan yang yakin dengan prospek perusahaan di masa
mendatang. Investor diharapkan akan menangkap signal tersebut, signal
bahwa perusahaan mempunyai prospek yang baik.
C. KESIMPULAN
Toeri-teori dasar yang menjelaskan bagaimana sebaiknya struktur modal
perusahaan itu ditentukan, menunjukkan perbedaan pandangan dan bahkan saling
bertentangan. Sistem keuangan perusahaan merupakan suatu pertimbangan yang perlu
dianalisis. Untuk memilih teori struktur modal mana yang digunakan perusahaan
merupakan kebijakan dari masing-masing perusahaan yang tentuntya akan berbeda
satu dengan lainnya.
Modligiani dan Miller menyatakan bahwa struktur modal tidak mempunyai
pengaruh terhadap nilai perusahaan, akibatnya pembahasan teori keuangan hanya
bertumpu pada tiga persoalan yaitu teori irrelavan, faktor penentu struktur modal dan
struktur modal optimal. Perkembangan teori keuangan mengenai struktur modal
terutama berkaitan dengan teori irrelevan Miller dan Modligiani mendapat tanggapan
beragam sehingga melahirkan teori baru yang dikenal dengan teori pendekatan
tradisional, trade-off, teori pecking order, asimetri informasi dan signaling, teori MM,
dan teori agency
DAFTAR PUSTAKA
Harjito, D. Agus. 2011. Teori Pecking Order dan Trade-Off dalam Analisis
Struktur Modal Di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Siasat Bisnis Vol 15 No. 2 Hal: 187-
196, Juli 2011.
Joni, Lina. 2020. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Struktur Modal. Jurnal
Bisnis dan Akuntansi Vol. 12, No. 2, Hal: 82-97, Agustus 2020.
Mai, Muhammad Umar. 2013. Keputusan Struktur Modal, Tingkat
Produktivitas dan Profitabilitas serta Nilai Perusahaan (Kajian atas Perspektif Teori
Dasar Struktur Modal). Jurnal Akuntansi Politeknik Negeri Bandung Vol. 12, No. 1,
Hal: 19-32, Juni 2013.
Sumani, dkk. 2020. Relevankah Teori Struktur Modal Di Indonesia. Jurnal
Akuntansi Multiparadigma Vol 11 No. 2 Hal: 373-385, Agustus 2020.

Anda mungkin juga menyukai