Anda di halaman 1dari 8

Muhammad Daffa Rizki

XII-IPS 2

Sejarah Indonesia

1. Jelaskan latar belakang lahirnya demokrasi liberal di Indonesia 1950-

1959 (( awali dari bubarnya RIS )

Setelah dibubarkannya RIS, sejak tahun 1950 RI Melaksanakan demokrasi parlementer yang Liberal
dengan mencontoh sistem parlementer barat, dan masa ini disebut Masa demokrasi Liberal. Indonesia
dibagi manjadi 10 Provinsi yang mempunyai otonomi dan berdasarkan Undang – undang Dasar
Sementara tahun 1950 yang juga bernafaskan liberal. Akibat pelaksanaan konstitusi tersebut,
pemerintahan RI dijalankan oleh suatu dewan menteri (kabinet) yang dipimpin oleh seorang perdana
menteri dan bertanggung jawab kepada parlemen (DPR)

2. Jelaskan kebijakan politik pada masa demokrasi liberal (1950-1959) di

Indonesia

Berikut kebijakan yang diambil pada masa demokrasi liberal :

1. Gunting Sjafrudin ( Sanering atau pemotongan nilai mata uang)

2. Gerakan benteng yg dicanangkan Prof. Soemitro Djojohadikusumo

3. Sistem Ali Baba yang dicanangkan Mr Iskaq Tjakraadisoerjo

4. Persetujuan Finansial Ekonomi

5. Nasionalisasi De Javasche Bank

6. Musyawarah Nasional Pembangunan

3. Sebutkan 7 kabinet yang pernah berkuasa pada masa demokrasi liberal

dan jelaskan program apa saja yang berhasil pada masa kabinet

tersebut

a. Kabinet Natsir ini merupakan kabinet koalisi yang berisikan Partai Masyumi dan Perdana Menteri
Muhammad Natsir. Tokoh yang terloibat dalam kabinet ini yaitu Sultan Hamengkubuwono IX, Bp. Asaat,
Ir. Djuanda, dan Prof. Sumitro Joyohadikusumo.

Sistem Kerja
Dalam kabinet ini memiliki beberapa sistem kerja, yaitu:

Upaya meningkatkan keamanan dan ketertiban

Memperkuat Penilaian dan penyempurnaan pemerintah

Penyempurnaan angkatan perang

Mengembangkan dan Mengembangkan Ekonomi Rakyat

Upaya memperjuangkan penyelesaian Irian Barat

Keberhasilan

Keberhasilan yang dicapai oleh kabinet Natsir adalah peningkatan atau peningkatan pendapatan rakyat.
Pada tanggal 21 Maret 1951 kabinet Natsir mengalami perbaikan yang disebabkan oleh masalah DPRD
yang menyetujui pembentukan Masyumi dan merugikan golongan lainnya.

Kabinet Natsir ini merupakan kabinet koalisi yang berisikan Partai Masyumi dan Perdana Menteri
Muhammad Natsir. Tokoh yang terloibat dalam kabinet ini yaitu Sultan Hamengkubuwono IX, Bp. Asaat,
Ir. Djuanda, dan Prof. Sumitro Joyohadikusumo.

b. Kabinet Sukiman (27 April 1951 - 3 April 1952)

Kabinet Sukiman ini merupakan Kabinet koalisi antara PNI dan Masyumi dengan Perdana Menterinya
Sukiman Wiryosanjoyo.

Program Kerja

Dalam kabinet ini memiliki beberapa program kerja, yaitu:

Mempertegas hukum negara agar tercipta keamanan

Upaya meningkatkan kemakmuran rakyat

Upaya persiapan pemilihan umum

Melaksanakan politik luar negeri bebas aktif

Upaya memperjuangkan Irian Barat

Penyebab Jatuh

Berikut beberapa penyebab jatuhnya kabinet Sukiman, yaitu:

Adanya menyetujui memasukan Indonesia Ke dalam blok barat setelah penandatanganan bantuan
ekonomi dan militer dari Amerika

Adanya sikap kurang tegas dalam perlawanan pemberontakan di Jawa Tengah dan Kahar Muzakar di
Sulawesi Selatan
c. Kabinet Wilopo (3 April 1952 - 3 Juni 1953)

Kabinet Wilopo atau biasa disebut juga dengan Zaken Kabinet yang dipimpin langsung oleh Mr. Wilopo.
Kabinet ini merupakan koalisi antara PNI, Masyumi dan PSI.

Program Kerja

Berikut ini beberapa program kerja yang dimiliki kabinet Wilopo, yaitu:

Melaksanakan pemilihan umum

Meningkatkan kemakmuran rakyat

Upaya menciptakan keamanan dalam negeri

Upaya memperjuangkan Irian Barat

Melaksanakan politik luar negeri bebas aktif

Kegagalan

Wilopo, yaitu:

Peristiwa pada tanggal 17 Oktober 1952 yang disebabkan oleh masalah ekonomi, reorganisasi atau
profesionalisasi tentara, dan adanya campuran

Adanya kondisi krisis ekonomi sehingga menyebabkan jatuhnya harga barang ekspor Indonesia

Peristiwa Tanjung Morawa, yaitu acara di mana protes rakyat terhadap pemerintah yang telah
mengerjakan perkebunan bagi para investor dengan alasan untuk meningkatkanhasil devisa negara.

d. Kabinet Ali Sastroamidjojo I (31 Juli 1953 - 12 Agustus 1955)

Kabinet Ali Satroamidjojo I ini dipimpin oleh Pak Ali Sastroamidjojo. Kabinet ini juga merupakan koalisi
antara PNI dan NU. Sementara Masyumi menjadi berpindah (partai penenta

e. Kabinet Burhanuddin Harahap (12 Agustus 1955 - 3 Maret 1956)

Program Kerja

Beberapa program kerja Kabinet Burhanuddin Harahap yaitu:

Mengembalikan wibawa pemerintah

Melaksanakan pemilihan umum (pemilu)

Pengembalian Irian Barat

Melaksanakan kerja sama antara Asia-Afrika

Upaya menghilangkan faktor yang menimbulkan pemulihan


Prestasi

Prestasi yang diraih Kabinet Burhanuddin Harahap dapat menyelenggarakan Pemilu I untuk bangsa
Indonesia. Pengisian jabatan KSAD dan pembubaran Uni Indonesia-Belanda.

Keberhasilan

Berhasil menyelenggarakan Pemilu I

Berhasil mengembalikan posisi Nasution sebagai KSAD

Pembubaran Uni Indonesia-Belanda

Penyebab Jatuh

Sementara menyebabkan jatuhnya Kabinet Burhanuddin adalah jumlah suara partai-partai yang
diwakilinya tidak cukup besar untuk mencapai jumlah kursi yang dikumpulkan di DPR.

f. Kabinet Ali Sastroamidjojo II (12 Maret 1956 - 14 Maret 1957)

Kabinet Ali II merupakan koalisi antara PNI, Masyumi dan NU.

Program Kerja

Kabinet ini memiliki program kerja sebagai berikut:

Tunda KMB

Upaya perjuangan pemulihan Irian Barat ke Pangkuan Republik Indonesia

Melaksanakan keputusan KAA (Konferensi Asia Afrika)

Upaya pemulihan keamanan

Usaha dalam memperbaiki nasib kaum buruh dan pegawai

Penyebab Jatuhnya

Beberapa penyebab jatuhnya Kabinet Ali II yaitu:

Adanya pemberontakan antara PRRI-Permesta

Terjadi perpecahan dalam kabinet antara PNI dan Masyumi

Adanya konflik dalam badan konstituante

g. Kabinet Juanda (9 April 1957 - 5 Juli 1959)

Kabinet Juanda atau biasa disebut dengan Kabinet Karya. Dapat dilihat dari anggota kabinet yang
diambil dari para pakar dalam bidangnya, kabinet ini disebut juga Zaken Kabinet.

Program Kerja
Berikut ini beberapa program kerja kabinet Juanda, yaitu:

Membentuk Dewan Nasional

Upaya normalisasi keadaan negara

Tunda KMB

Perjuangan Irian Barat

Upaya Peningkatan pembangunan

Prestasi

Hasil atau pencapaian yang diperoleh Kabinet Juanda, yaitu:

Dapat disetujui kembali batas nasional Indonesia melalui deklarasi Juanda.

Terbentuknya Dewan Nasional sebagai badan yang mendukung dan menyalurkan pertumbuhan
masyarakat dan diketuai oleh presiden.

Diadakannya Musyawarah Nasional Pembangunan yang mendukung untuk mengatasi masalah dalam
negeri.

Kegagalan

Sementara gagal Kabinet Juanda ini disebabkan oleh Peristiwa Cikini adalah peristiwa percobaan atas
Presiden Soekarno.

4. Jelaskan 4 kebijkan ekonomi pada masa demokrasi liberal dan jelaskan

program masing2 kebijakan tersebut dan kenapa banyak terjadi

kegagalan

a. Gunting Syafruddin Gunting Syafruddin adalah kebijakan pemotongan nilai uang atau sanering yang
diambil Menteri Keuangan Syafruddin Prawiranegara. Pada 20 Maret 1950, semua uang yang bernilai Rp
2,50 ke atas dipotong nilainya hingga setengahnya. Tujuannya, menanggulangi defisit anggaran sebesar
Rp 5,1 miliar. Dengan kebijakan ini, jumlah uang yang beredar bisa berkurang.

b. Gerakan Benteng Gerakan Banteng adalah sistem ekonomi yang bertujuan mengubah struktur
ekonomi kolonial menjadi struktur ekonomi nasional. Sistem ini dicanangkan oleh Menteri Perdagangan
Sumitro Djojohadikusumo, ayah dari Prabowo Subianto.   Gerakan Benteng diwujudkan dengan
menumbukan pengusaha Indonesia lewat kredit. Sayangnya, program ini gagal karena pengusaha tak
mampu bersaing. Kegagalan ini justru menambah defisit anggaran dari Rp 1,7 miliar
c. Nasionalisasi De Javasche Bank Pada 1951, pemerintah menasionalisasi De Javasche Bank menjadi
Bank Indonesia. Bank milik Belanda itu dijadikan sepenuhnya bank milik Indonesia untuk menaikkan
pendapatan, menurunkan biaya ekspor, dan menghemat secara drastis. Sebab sebelumnya, operasional
De Javasche Bank masih membutuhkan persetujuan dari Belanda. Dengan nasionalisasi bank milik
Belanda, pemerintah lebih leluasa dalam menjalankan kebijakan ekonomi dan moneter.

d. Sistem Ekonomi Ali-Baba Sistem ekonomi Ali-Baba diprakarsai oleh Menteri Perekonomian Kabinet Ali
I, Iskaq Tjokrohadisurjo. Program ini diberi nama Ali Baba karena melibatkan pengusaha pribumi (Ali)
dan pengusaha keturunan Tionghoa (Baba). Lewat program ini, pengusaha keturunan Tionghoa
diwajibkan melatih tenaga pribumi. Sebagai imbalan, para pengusaha keturunan Tionghoa akan
mendapat bantuan kredit dan lisensi dari pemerintah. Sayangnya, program ini tak berjalan sesuai
harapan.

5. Jelaskan dampak /pengaruh ( negatif /[positif) pelaksanaan demokrasi

liberal di Indonesia

Dampak Positif

Dampak pertama yang akan dikupas ialah dampak positof dari penerapan demokrasi liberal di indonesia.
Uraiannya ialah sebagai berikut :

1. Kebebasan Dalam Berdemokrasi

Sebagai negara yang majemuk dan beragam penerapan demokrasi liberal memberikan dampak positif
berupa kebebasan dalam berdemokrasi sebagaimana sistem pemilu distrik  . Kebebasan ini menandai
adanya sebuah upaya agar masyarakat dapat lebih berpartisipasi dalam semua aspek pemerintahan.
Baik dari segi perekonomian, sosial, budaya, keamanan hingga bahkan penyelenggaraan negara.
Kebebasan dan keterbukaan dalam demokrasi ini benad-benar secara nyata diterapkan. Hasilnya ialah
ada banyak sekali wakil-wakit rakyat dri kelompok partai yang pada akhirnya dapat duduk di parlemen.

2. Kebebasan Sistem Multipartai

Sebagimana dijelaskan dalam poin sebelumnya demokrasi liberal memberikan kebebasan setiap
warganya untuk berpartisipasi dalam pemerintahan. Salah satu caranya ialah melalui jalur partai.
Masyarakat diberi kebebasan untuk membentuk dan membuat banyak partai yang tentunya dapat
mewakili suara mereka di perlemen. Kebebasan ini akan semakin membuat kondiai politik lebih
semarak. Sebab akan ada lebih banyak partai yang terlibat. Dengan demikian maka masyarakat akan
disuguhi pilihan-pilhan yang terbaik. Sehingga pada akhirnya masyarakat akan dapat memiliki wakil yang
terbaik dan mewakili mereka di parlemen.

3. Kemajuan Dalam Beberapa Sektor Industri


Demokrasi liberal memberikan pengaruh terhadap kemajuan di berbagai sektor industri. Dalam
demokrasi liberal swasta dan masyarakat diberikan kebebasan seluas-luasnya untuk dapat mengelola
usaha dan juga mengelola sumber kekayaan negara. Sehingga ada banyak sektor industri yang kemudian
dapat maju dan berkembang dengan pesat. Inilah yang kemudian menyebabkan geliat dan pertumbujan
ekonom semakin meningkat. Para pengusaha meniliki spekulasi yang lebih terbuka serta minat swasta
dan asing untuk berinvestasi pada perusahaan negara semakin besar. Simak juga mengapa presiden
soekarno mengeluarkan dekrit presiden , metode pemenangan pilkada , pengertian analisa politik ,
serta dampak positif dan negatif pemilu .

Dampak Negatif 

Dampak negatif tentunya juga membayangi penerapan demokrasi liberal di Indonesia, beberapa
dampak tersebut antara lain ialah sebagai berikut.

1. Tingginya Kesenjangan Sosial

Demokrasi liberal memberi peluamg kepada mereka yang betmodak besar dan memiliki kekayaan yang
melimpah untuk dapat bersaing dan memguasai sumber daya alam negara. Kondiai ini kemudian
menyebabkan kaum berpenghasilan kecil tidak memiliki peluang untuk bersaing. Sebab bukan hanya
bermodalkan uang saja namun para pengusaha industri juga memiliki koneksi yang dekat dengan para
dewan di parlemen. Kekutan ini lah yang tentunya tidak dimiliki oleh kaum non berduit atau kelas
bawah. Kondisi ini memicu kesenjangan sosial dimasyarakat.

Dimana yang kaya semakin kaya dan yang miskin akan semakin miskin atau begitu-begitu saja hidupnya.
Dalam artian meskipun masyarakat dibenaskan terlibat lngsung dalam perekonomian namun tetap saja
yang akan berkuasa ialah mereka yang memiliki modal besr dan koneksi yang kuat. Bagi kaum lemah
mereka hanya akan berperan sebagai pekerja yang penghasilannya tentu hanya cukup untuk itu-itu saja.
Inilah yang kemudian membuay kita sangat mudah menemukan kelompok masyarakat yang kaya sekali
dan kelompok masyarakat tak berpenghasilan.

2. Kebijakan Pemerintahan yang Berbelit-Belit

Banyak yang beranggapan bahwa pada masa demokrasi liberal dianut Indonesia. Ketimpangan yang
terjadi di parlemen ialah terlalu banyak kebijakan yang dikeluarkan dan sifatnya berbelit-belit.
Mengingat bahwa pada masa demokrasi liberal kabinet yang ada selalu di rombak dan berganti-ganti.
Faktor inilah yang kemudian membuat kebijakan yang di buat pemerintah tergolong berbelit-belit. Belim
selesai dibuat dan baru proses penggodokan kabinet sudah ganti, efeknya  ya sudah pasti kebijakan tadi
menjadi terbengkalai dan tak terealisasi. [AdSense-C]

3. Kondisi Negara Menjadi Tidak Stabil

Pada masa demokrasi liberal kondisi negara yang tidak stabil sebagai akibat dari pergantian kabinet yang
terlalu sering terjadi pada masa demokrasi liberal sehingga menyebabkan pemerintahan tidak berjalan
secara efisien yang berdampak besar pada perekonomian Indonesia yang mengalami keterpurukan
akibat inflasi yang tinggi. Pergantian kabinet yang terlalu sering membuat tidak rampungya kinerja
kabinet lama. Sehingga kemudian menjadi carut marut dan pada akhirnya memberikan dampak yang
lebih lias baik pada aspek perekonomian, kemanan, dan stabilitas pemerintahan. Simak juga kekuatan
politik indonesia ,  sistem pemilu proporsional , dan kelemahan sistem parlementer.

4. Rendahnya Tingkat Kesejahteraan Rakyat

Meskipun beberapa industri mengalami kemajuan namun, berbanding terbalik dengan kesejarteraan
masyarakat. Rendahnya tingkat kesejahteraan rakyat pada masa demokrasi liberal karena pemerintah
terlalu fokus pada perkembangan politik sehingga tidak terlalu memperhatikan pekembangan ekonomi.
Sorotan hanya dilakukam pada bidang politik sehingga bidang ekonomi kemudian diabaikan. Alhasil
perekonomian Imdonesia saat itu bisa dibilang cukup kritis. Sebab kurs rupiah semakin melamah dari
waktu ke wak

Anda mungkin juga menyukai