XII-IPS 2
Sejarah Indonesia
Setelah dibubarkannya RIS, sejak tahun 1950 RI Melaksanakan demokrasi parlementer yang Liberal
dengan mencontoh sistem parlementer barat, dan masa ini disebut Masa demokrasi Liberal. Indonesia
dibagi manjadi 10 Provinsi yang mempunyai otonomi dan berdasarkan Undang – undang Dasar
Sementara tahun 1950 yang juga bernafaskan liberal. Akibat pelaksanaan konstitusi tersebut,
pemerintahan RI dijalankan oleh suatu dewan menteri (kabinet) yang dipimpin oleh seorang perdana
menteri dan bertanggung jawab kepada parlemen (DPR)
Indonesia
dan jelaskan program apa saja yang berhasil pada masa kabinet
tersebut
a. Kabinet Natsir ini merupakan kabinet koalisi yang berisikan Partai Masyumi dan Perdana Menteri
Muhammad Natsir. Tokoh yang terloibat dalam kabinet ini yaitu Sultan Hamengkubuwono IX, Bp. Asaat,
Ir. Djuanda, dan Prof. Sumitro Joyohadikusumo.
Sistem Kerja
Dalam kabinet ini memiliki beberapa sistem kerja, yaitu:
Keberhasilan
Keberhasilan yang dicapai oleh kabinet Natsir adalah peningkatan atau peningkatan pendapatan rakyat.
Pada tanggal 21 Maret 1951 kabinet Natsir mengalami perbaikan yang disebabkan oleh masalah DPRD
yang menyetujui pembentukan Masyumi dan merugikan golongan lainnya.
Kabinet Natsir ini merupakan kabinet koalisi yang berisikan Partai Masyumi dan Perdana Menteri
Muhammad Natsir. Tokoh yang terloibat dalam kabinet ini yaitu Sultan Hamengkubuwono IX, Bp. Asaat,
Ir. Djuanda, dan Prof. Sumitro Joyohadikusumo.
Kabinet Sukiman ini merupakan Kabinet koalisi antara PNI dan Masyumi dengan Perdana Menterinya
Sukiman Wiryosanjoyo.
Program Kerja
Penyebab Jatuh
Adanya menyetujui memasukan Indonesia Ke dalam blok barat setelah penandatanganan bantuan
ekonomi dan militer dari Amerika
Adanya sikap kurang tegas dalam perlawanan pemberontakan di Jawa Tengah dan Kahar Muzakar di
Sulawesi Selatan
c. Kabinet Wilopo (3 April 1952 - 3 Juni 1953)
Kabinet Wilopo atau biasa disebut juga dengan Zaken Kabinet yang dipimpin langsung oleh Mr. Wilopo.
Kabinet ini merupakan koalisi antara PNI, Masyumi dan PSI.
Program Kerja
Berikut ini beberapa program kerja yang dimiliki kabinet Wilopo, yaitu:
Kegagalan
Wilopo, yaitu:
Peristiwa pada tanggal 17 Oktober 1952 yang disebabkan oleh masalah ekonomi, reorganisasi atau
profesionalisasi tentara, dan adanya campuran
Adanya kondisi krisis ekonomi sehingga menyebabkan jatuhnya harga barang ekspor Indonesia
Peristiwa Tanjung Morawa, yaitu acara di mana protes rakyat terhadap pemerintah yang telah
mengerjakan perkebunan bagi para investor dengan alasan untuk meningkatkanhasil devisa negara.
Kabinet Ali Satroamidjojo I ini dipimpin oleh Pak Ali Sastroamidjojo. Kabinet ini juga merupakan koalisi
antara PNI dan NU. Sementara Masyumi menjadi berpindah (partai penenta
Program Kerja
Prestasi yang diraih Kabinet Burhanuddin Harahap dapat menyelenggarakan Pemilu I untuk bangsa
Indonesia. Pengisian jabatan KSAD dan pembubaran Uni Indonesia-Belanda.
Keberhasilan
Penyebab Jatuh
Sementara menyebabkan jatuhnya Kabinet Burhanuddin adalah jumlah suara partai-partai yang
diwakilinya tidak cukup besar untuk mencapai jumlah kursi yang dikumpulkan di DPR.
Program Kerja
Tunda KMB
Penyebab Jatuhnya
Kabinet Juanda atau biasa disebut dengan Kabinet Karya. Dapat dilihat dari anggota kabinet yang
diambil dari para pakar dalam bidangnya, kabinet ini disebut juga Zaken Kabinet.
Program Kerja
Berikut ini beberapa program kerja kabinet Juanda, yaitu:
Tunda KMB
Prestasi
Terbentuknya Dewan Nasional sebagai badan yang mendukung dan menyalurkan pertumbuhan
masyarakat dan diketuai oleh presiden.
Diadakannya Musyawarah Nasional Pembangunan yang mendukung untuk mengatasi masalah dalam
negeri.
Kegagalan
Sementara gagal Kabinet Juanda ini disebabkan oleh Peristiwa Cikini adalah peristiwa percobaan atas
Presiden Soekarno.
kegagalan
a. Gunting Syafruddin Gunting Syafruddin adalah kebijakan pemotongan nilai uang atau sanering yang
diambil Menteri Keuangan Syafruddin Prawiranegara. Pada 20 Maret 1950, semua uang yang bernilai Rp
2,50 ke atas dipotong nilainya hingga setengahnya. Tujuannya, menanggulangi defisit anggaran sebesar
Rp 5,1 miliar. Dengan kebijakan ini, jumlah uang yang beredar bisa berkurang.
b. Gerakan Benteng Gerakan Banteng adalah sistem ekonomi yang bertujuan mengubah struktur
ekonomi kolonial menjadi struktur ekonomi nasional. Sistem ini dicanangkan oleh Menteri Perdagangan
Sumitro Djojohadikusumo, ayah dari Prabowo Subianto. Gerakan Benteng diwujudkan dengan
menumbukan pengusaha Indonesia lewat kredit. Sayangnya, program ini gagal karena pengusaha tak
mampu bersaing. Kegagalan ini justru menambah defisit anggaran dari Rp 1,7 miliar
c. Nasionalisasi De Javasche Bank Pada 1951, pemerintah menasionalisasi De Javasche Bank menjadi
Bank Indonesia. Bank milik Belanda itu dijadikan sepenuhnya bank milik Indonesia untuk menaikkan
pendapatan, menurunkan biaya ekspor, dan menghemat secara drastis. Sebab sebelumnya, operasional
De Javasche Bank masih membutuhkan persetujuan dari Belanda. Dengan nasionalisasi bank milik
Belanda, pemerintah lebih leluasa dalam menjalankan kebijakan ekonomi dan moneter.
d. Sistem Ekonomi Ali-Baba Sistem ekonomi Ali-Baba diprakarsai oleh Menteri Perekonomian Kabinet Ali
I, Iskaq Tjokrohadisurjo. Program ini diberi nama Ali Baba karena melibatkan pengusaha pribumi (Ali)
dan pengusaha keturunan Tionghoa (Baba). Lewat program ini, pengusaha keturunan Tionghoa
diwajibkan melatih tenaga pribumi. Sebagai imbalan, para pengusaha keturunan Tionghoa akan
mendapat bantuan kredit dan lisensi dari pemerintah. Sayangnya, program ini tak berjalan sesuai
harapan.
liberal di Indonesia
Dampak Positif
Dampak pertama yang akan dikupas ialah dampak positof dari penerapan demokrasi liberal di indonesia.
Uraiannya ialah sebagai berikut :
Sebagai negara yang majemuk dan beragam penerapan demokrasi liberal memberikan dampak positif
berupa kebebasan dalam berdemokrasi sebagaimana sistem pemilu distrik . Kebebasan ini menandai
adanya sebuah upaya agar masyarakat dapat lebih berpartisipasi dalam semua aspek pemerintahan.
Baik dari segi perekonomian, sosial, budaya, keamanan hingga bahkan penyelenggaraan negara.
Kebebasan dan keterbukaan dalam demokrasi ini benad-benar secara nyata diterapkan. Hasilnya ialah
ada banyak sekali wakil-wakit rakyat dri kelompok partai yang pada akhirnya dapat duduk di parlemen.
Sebagimana dijelaskan dalam poin sebelumnya demokrasi liberal memberikan kebebasan setiap
warganya untuk berpartisipasi dalam pemerintahan. Salah satu caranya ialah melalui jalur partai.
Masyarakat diberi kebebasan untuk membentuk dan membuat banyak partai yang tentunya dapat
mewakili suara mereka di perlemen. Kebebasan ini akan semakin membuat kondiai politik lebih
semarak. Sebab akan ada lebih banyak partai yang terlibat. Dengan demikian maka masyarakat akan
disuguhi pilihan-pilhan yang terbaik. Sehingga pada akhirnya masyarakat akan dapat memiliki wakil yang
terbaik dan mewakili mereka di parlemen.
Dampak Negatif
Dampak negatif tentunya juga membayangi penerapan demokrasi liberal di Indonesia, beberapa
dampak tersebut antara lain ialah sebagai berikut.
Demokrasi liberal memberi peluamg kepada mereka yang betmodak besar dan memiliki kekayaan yang
melimpah untuk dapat bersaing dan memguasai sumber daya alam negara. Kondiai ini kemudian
menyebabkan kaum berpenghasilan kecil tidak memiliki peluang untuk bersaing. Sebab bukan hanya
bermodalkan uang saja namun para pengusaha industri juga memiliki koneksi yang dekat dengan para
dewan di parlemen. Kekutan ini lah yang tentunya tidak dimiliki oleh kaum non berduit atau kelas
bawah. Kondisi ini memicu kesenjangan sosial dimasyarakat.
Dimana yang kaya semakin kaya dan yang miskin akan semakin miskin atau begitu-begitu saja hidupnya.
Dalam artian meskipun masyarakat dibenaskan terlibat lngsung dalam perekonomian namun tetap saja
yang akan berkuasa ialah mereka yang memiliki modal besr dan koneksi yang kuat. Bagi kaum lemah
mereka hanya akan berperan sebagai pekerja yang penghasilannya tentu hanya cukup untuk itu-itu saja.
Inilah yang kemudian membuay kita sangat mudah menemukan kelompok masyarakat yang kaya sekali
dan kelompok masyarakat tak berpenghasilan.
Banyak yang beranggapan bahwa pada masa demokrasi liberal dianut Indonesia. Ketimpangan yang
terjadi di parlemen ialah terlalu banyak kebijakan yang dikeluarkan dan sifatnya berbelit-belit.
Mengingat bahwa pada masa demokrasi liberal kabinet yang ada selalu di rombak dan berganti-ganti.
Faktor inilah yang kemudian membuat kebijakan yang di buat pemerintah tergolong berbelit-belit. Belim
selesai dibuat dan baru proses penggodokan kabinet sudah ganti, efeknya ya sudah pasti kebijakan tadi
menjadi terbengkalai dan tak terealisasi. [AdSense-C]
Pada masa demokrasi liberal kondisi negara yang tidak stabil sebagai akibat dari pergantian kabinet yang
terlalu sering terjadi pada masa demokrasi liberal sehingga menyebabkan pemerintahan tidak berjalan
secara efisien yang berdampak besar pada perekonomian Indonesia yang mengalami keterpurukan
akibat inflasi yang tinggi. Pergantian kabinet yang terlalu sering membuat tidak rampungya kinerja
kabinet lama. Sehingga kemudian menjadi carut marut dan pada akhirnya memberikan dampak yang
lebih lias baik pada aspek perekonomian, kemanan, dan stabilitas pemerintahan. Simak juga kekuatan
politik indonesia , sistem pemilu proporsional , dan kelemahan sistem parlementer.
Meskipun beberapa industri mengalami kemajuan namun, berbanding terbalik dengan kesejarteraan
masyarakat. Rendahnya tingkat kesejahteraan rakyat pada masa demokrasi liberal karena pemerintah
terlalu fokus pada perkembangan politik sehingga tidak terlalu memperhatikan pekembangan ekonomi.
Sorotan hanya dilakukam pada bidang politik sehingga bidang ekonomi kemudian diabaikan. Alhasil
perekonomian Imdonesia saat itu bisa dibilang cukup kritis. Sebab kurs rupiah semakin melamah dari
waktu ke wak