Anda di halaman 1dari 5

Review Riset Penelitian

Judul Jurnal

: Incidence of Multidimensional Poverty Among Riverine


Households in Southwestern Nigeria

Author

: O.A.C. Ologbon, A.O. Idowu, K.K. Salmonu, I.B. Oluwatayo

Penerbit

: Journal of Agricultural Science

Tahun

: 2014

Abstrak
Penelitian ini melihat bagaimana kemiskinan yang ada di wilayah barat daya sungai
Nigeria, kemiskinan adalah kurangnya pendapatan yang jika dilihat dari sudut pandang
subjektif pendapatan yang mewakili aspek tambahan seperti fungsi manusia dan
kemampuan sehingga muncul pandangan bagaimana mengurangi kemiskinan yang
ada diwilayah tersebut. Data yang diperoleh dari 448 Rumah tangga yang berada di
wilayaha barat daya sungai , data ini untuk melihat tingkat kekurangan multidimensi dan
jenis kemiskinan dari 448 rumah tangga tersebut. Kemiskinan yang terjadi dimasyarakat
sekitar sungai Nigeria beragam, 60,3% dari mereka masuk kekurangan terhadap
delapan indikator yang ditentukan. Kemiskinan diwujudkan dalam standar atas barang
dan jasa dari rumah tangga yang berada dekat sungai seperti pendidikan,akses air
bersih, makanan, energi, kesehatan, toilet bersih serta sarana peningkatan mata
pencaharian.
Menurut saya isi dari abstrak ini tidak menggambarkan secara eksplisit tujuan penelitian
ini diadakan dan metode apa yang peneliti gunakan, apakah observasi , wawancara
atau penyebaran kuesioner. Kata kunci kemiskinan multidimensi yang dimaksudkan
hanya secara implisit digambarkan. Seharusnya abstrak penelitian ini memperlihatkan
tujuan yang mendasari penelitian ini, metode penelitian apa yang digunakan,
bagaimana cara mengolah data dan apa hasil dari penelitian ini.
Pendahuluan
Kemiskinan dianggap sebagai manifestasi dari sosial-ekonomi dimana dilihat dari
penghasilan yang didapatkan, sehingga penelitian ini menambahkan aspek lain dari
kemiskinan yaitu aspek non-moneter, kemiskinan hendaknya ditangani seperti di
Okundewa 2002 Oyukale dan Okunmadwa 2011 yang dilihat dari sudut pandang
multidimensional oleh pemangku kepentingan di era pembangunan, bentuk
ketidakadilan dalam distribusi kondisi kehidupan penting jika melihat martabat manusia.
Kondisi hidup idealnya sesuai dengan kemampuan individu, rumah tangga dan
masyarakat untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti pendapatan, pendidikan,
kesehatan , makanan, gizi, air bersih, pekerjaan, perumahan, akses ke aset produktif ,
ke pasar dan partisipasi masyarakat (Asselin, 2009).

Sekitar 20 juta Masyarakat di daerah pesisir Nigeria yang menghuni di sekitar hutan air
tawar dan pantai pegunungan disepanjang 800 KM . mereka dihadapkan oleh berbagai
resiko bencana alam seperti banjir , Studi oleh Sandra et al (2008) mengungkapkan
bahwa rumah tanggga disekitar sungai tidak menemukan tempat penampungan yang
memadai dan tepat, privasi bagi perempuan serta banjir yang terjadi membuat para
kegiatan akademik siswa terganggu.
Dalam studi kemiskinan di pedesaan Nigeria melaporkan bahwa di zona selatan pesisir
negara, kemiskinan relatif adalah sangat tinggi di Akwa Ibom (5,06%); Bayelsa
(1,18%); Cross River (2.57%); Delta (3,32%); dan Sungai (2.84%) diantara Negaranegara selatan lainnya.
Penelitian ini, tidak memberikan sebuah perbandingan konsep kemiskinan yang terjadi
di masyarakat pesisir Nigeria dengan konsep kemiskinan yang misalnya pemerintah
Nigeria maksudkan atau. Kemiskinan yang menimpa masyarakat di sekitar sungai
apakah hanya karena letak wilayah mereka yang beresiko yaitu di pinggir sungai atau
karena ada faktor lain yang menyebabkan mereka miskin dan kurang sejahtera.
Penelitian ini juga tidak memberikan penjelsan bagaimana perhatian pemerintah atas
kondisi masyarakat pesisir, apakah ada kebijakan tersendiri untuk mengatasinya ,
karena sebelumnya sudah ada studi yang menjelskan bagaimana kondisi yang ada dan
seperti apa kebutuhan masyrakat jika terjadi bencana alam.
Metode
Lokasi penelitian ini adalah daerah pesisir zona geo-politik barat daya Nigeria, ditandai
dengan keberadaan Laguna , Samudra Atlantik dan Air Payau yaitu Ogun, Ondu dan
Lagos. Metode pengumpulan data yaitu menggunakan kuesioner terstruktur dengan
melihat informasi ekonomi sosial, dengan variabel demografi dan variabel yang
menganggu kesejahteraan komonitas. Indikator kesejahteraan yang digunakan yaitu
indikator kesejahteraan Sixteen (lima dimensi) yang terkait langsung dengan MDGs
yang digunakan untuk memeriksa struktur kemiskinan multidimensi dalam rumah
tangga yaitu pendidikan (usia anak bersekolah), kesehatan (metode pengobatan
malaria), pangan dan gizi (ketersediaan dan kecukupan), standar hidup (air minum,
bahan bakar, jenis toilet, pembuangan limbah rumah tangga , kepemilikan aset dasar),
dan afiliasi sosial (partisipasi politik dan sosial).
Metode pemilihan sampel dengan memilih lokasi penelitian berdasarkan pada
karakteristik lokasi penelitian yang telah ditentukan, maka Ogun, Ondo dan Logus
terpilih karena sebagai daerah pesisir dari zona geo politik Nigeria. Kemudian
menentukan daerah dari tiga negara bagian tersebut , penentuan daerah tersebut
dengan cara langsung , Ogun (Ipokia dan Ijebu timur), Ondo (Irele dan Epe), Lagos
(Badasri, Ijebu atau Lekki). Tahap berikutnya melihat temuan proporsional dari 20
bangsal politik dan menentukan 100 komunitas.
Tahap terakhir yaitu menentukan 5 KK yang proporsional sehingga mencapai 500

sampel. Namun hanya 448 yang digunakan sementara lainnya dibuang karena
mencerminkan informasi yang tidak lengkap.
Penentuan kesejahteraan rumah tangga dengan mengukur dimensi kemiskinan AlkireFoster (2007), pendekatan yang digunakan adalah untuk mengetahui tingkat
kekurangan kesejahteraan rumah tangga yang disurvey dan melihat perampasan
kesejahteraan yang diderita masyarakat pesisir sungai Nigeria yang dimulai dengan
mengidentifikasi jumlah dimensi kesejahteraan dalam rumah tangga yang dirampas
dengan menggunakan beberapa persamaan.
Menurut saya pemilihan lokasi penelitian dengan menggunakan penentuan standar
sudah tepat, namun pemilihan lokasi tempat penelitian dengan menggunakan cara
langsung sedikit rancu dan subjektif, pemilihan sampel lokasi penelitian seharusnya
tidak secara langsung mengingat ketiga lokasi yang dipilih sudah memenuhi standar
penentuan sehingga untuk sampel harusnya menggunakan sample random agar
menghindari error dan subjektifitas.
Model penentuan kesejahteraan rumah tangga yang peneliti terapkan juga menurut
saya bagus karena membandingkan antara realitas kesenjengan kesejahteraan yang
ada dengan aturan atau kebijakan yang pemerintah Nigeria tetapkan, yang artinya ada
pembanding sehingga peneliti dengan mudah untuk menentukan ukuran kesejahteraan
yang sebenarnya. Namun dalam metode tidak ada metode terkait kajian literatur
terhadap kumpulan kebijakan pemerintah terkait pemberantasan kemiskinan.
Hasil dan Pembahasan
Karakteristik sosial ekonomi rumah tangga kawasan sungai di Nigeria, dari data yang
dikumpulkan, terdapat sekitar 84% rumah tangga yang tidak memiliki pekerjaan karena
pengaruh usia (anak-anak dan lansia) , 77,4% memiliki pendapatn sekitar 50.000
/bulan. Masyarakat yang bersekolah sampai dengan pendidikan tinggi hanya 9%,
mayoritas masyarakatnya adalah laki-laki dan 38,48% berpoligami. Mayoritas bekerja
diperikanan yaitu 68% dan 32% sebagai pekerja lepas atau petani dan hanya
mengelola 2 hektar lahan pertanian. Sehingga disimpulkan sifat multidimensi
kemiskinan di daerah penelitian divonis sebagai konsekuensi dari kurang meratanya
kesejahteraan yang diperlukan untuk bertahan hidup.
Berdasarkan indikator spesifik cutoff (zj) hanya lima dari delapan variabel standar hidup
yang memuaskan dari proses rescaling. Hasil menunjukkan bahwa proporsi rumah
tangga sungai dalam setiap dimensi berkisar dari 5,8% untuk partisipasi dalam proyekproyek pengembangan masyarakat, 97,5% untuk sumber air minum. Dengan implikasi,
94.2% dari rumah tangga yang mengikuti berbagai program pengembangan
masyarakat menganggap bahwa itu merupakan upaya mereka untuk mengurangi
penderitaan mereka. Untuk pendidikan, dimensi kesehatan dan makanan / gizi, rumah
tangga lebih baik (yaitu, 50%) dari dua indikator yang membentuk masing-masing
dimensi kesejahteraan. Sekitar 71% dari rumah tangga yang disurvei, tidak ada rumah

tangga yang anggotanya minimum telah mengikuti pendidikan dasar sembilan tahun
(SMP) sebagaimana ditetapkan dalam kebijakan pendidikan Nigeria untuk mencapai
tujuan pembangunan milenium kedua (MDGS). Hal ini memiliki implikasi yaitu
ketidakmampuan anggota rumah tangga pesisir untuk melepaskan diri dari kegiatan
penangkapan ikan untuk mengambil pekerjaan di sektor formal dengan demikian maka
situasi kemiskinan mereka semakin memburuknya. Hanya sedikit (sekitar 20%) rumah
tangga memiliki anak usia sekolah (6-15 tahun) yang saat ini belum terdaftar di sekolah,
memberikan indikasi bahwa kekurangan dalam dimensi pendidikan mungkin hanya
bersifat sementara di antara rumah tangga sungai tersebut. Temuan ini
menggarisbawahi program Pendidikan Untuk Semua (PUS) yang merupakan kebijakan
pemerintah Nigeria (FGN) untuk menjamin semua anak, khususnya anak perempuan,
untuk memiliki akses untuk menyelesaikan, pendidikan dasar gratis dan wajib
berkualitas baik pada tahun 2015 (NEEDS, 2004).
Dari segi kecukupan makanan, kurang dari 15% rumah tangga anak usia 6-15 tahun
memakan kurang dari 2 jenis makanan utama per hari dengan 46% dari rumah tangga
yang disurvei. Hanya 2,5% dari rumah tangga yang memiliki akses terhadap air minum
dari sumur yang dilindungi , sumur bor atau air pipa. Mayoritas (97,5%) dari rumah
tangga mendapatkan air dari tidak dilindungi sumur, mata air, sungai, laguna, hujan,
stagnan air dan hutan sungai yang umum dalam lingkungan mereka.
Hasil yang didapatkan sudah cukup baik karena telah mendapatkan gambaran terkait
kondisi kemiskinan di masyarakat pesisir Nigeria. Gambaran yang didapatkan terkait
dengan presentase masyarakat pesisir Nigeria dalam memenuhi standar yang
ditetapkan MDGs. Namun karena menggunakan metode kuantitatif sehingga agak sulit
mendapatkan gambaran yang cukup mendalam terkait kondisi kemiskinan tersebut.
Pembahasan yang hanya terkait presentase juga tidak terlalu memberi jalan keluar
terhadap permasalahan kemiskinan di pesisir Nigeria.
Referensi
Referensi yang digunakan sudah cukup baik karena mencakup hasil penelitian lokal
maupun internasional. Materi yang diambil dari jurnal dan hasil penelitian internasional
terkait teori-teori mengenai kemiskinan sedangkan materi dari jurnal dan hasil penelitian
lokal banyak digunakan untuk melakukan perbandingan hasil penelitian yang
didapatkan.
Kelemahan dan Riset Lanjutan
Penelitian ini jika dipandang dari sudut kegunaan dan esensi yang ingin diperlihatkan
sangat bermanfaat, dan menjadi sebuah rekomendasi atas data yang diperoleh.
Berbicara mengenai konsep kemiskinan tidak lepas dari bagaimana kebijakan yang
diturunkan oleh pemerintah, dalam hal ini campur tangan dan intervensi negara.
Berbicara mengenai kelemahan, seperti yang dikemukakan pada tiap poin review,

kelemahan penelitian ini hanya pada metodenya dan tujuan khusus yang ingin meneliti
tampilkan, jika kita melihat kelemahan yang ada itu hanya pada tataran pekerjaan
lapangan. Berbicara mengenai teori dasar memang ada beberapa teori dan penelitian
terdahulu yang melandasi penelitian ini namun tidak mengangkat bagaimana kebijakan
dan perhatian pemerintah selama ini terhdap rumah tangga yang dikategorikan dalam
miskin atau kurang sejahtera.
Harapan saya dan saran untuk riset lanjutan yang jika berbicara pada kemiskinan
rumah tangga itu tidak hanya ada pada wilayah pesisir tapi juga pada masyarakat
pegunungan dan masyarakat pertanian dan juga terletak pada kebijakan pemerintah
dan bagaimana intervensi pemerintah terhadap sumberdaya yang ada, baik
sumberdaya manusia, alam atau sumberdaya modal.

Anda mungkin juga menyukai