Anda di halaman 1dari 30

Pemikiran

Thomas Robert Malthus

Oleh:
Dewi Khalimatus Sadiyah
Handika Ryan V.

Sejarah Thomas Malthus (17661834)


Lahir dari
keluarga
kaya

Guru besar sejarah dan


ekonomi politik di
Menjadi fellow dari
Menjadi
East India
pendeta
Company Collegeperhimpunan kerajaan

Buku: The Principle Menikah


Kuliah di
Univ. Cambridge of Population dengan Heriett

Akhir hayat,
serangan jantung

Penentangan Malthus terhadap


Kaum Optimis
- Sejak Thomas More menulis Utopia, para filsuf
memimpikan dunia kebahagiaan universal tanpa
perang, tanpa kejahatan, dan tanpa kemiskinan. Adam
Smith, dan rekan-rekannya (Montesquieu, Say, Bastiat,
dan de Tocqueville), mengembangkan sistem ekonomi
kebebasan alamiah yang dapat menciptakan
perdamaian, kesetaraan, dan kekayaan universal.
- Namun, model tersebut mendapat tantangan yang
berat, dan ironisnya tantangan ini diciptakan oleh salah
satu murid Smith, Thomas Robert Malthus dan David
Ricardo. Malthus mengajukan pertanyaan terhadap
konsep kemakmuran baru Adam Smith bahwa apakah
mampu manusia bertahan hidup ketika manusia
semakin lama bertambah sedangkan sumber daya
yang tersedia di bumi ini semakin lama akan habis.

Tokoh Utama Kaum Optimis

Penentangan terhadap Poor Law di Inggris

Kebijakan Poor Law di Inggris adalah


sebuah sistem sederhana yang diatur
secara lokal di Inggris. Menurut Malthus,
setiap usaha untuk menciptakan
masyarakat yang lebih baik justru akan
selalu kontraproduktif. Sistem
kesejahteraan pasti akan menambah
populasi tanpa menambah produksi
makanan, dan akibatnya menambah
penderitaan orang banyak.

Macam Teori Malthus

Teori Populasi
- Pokok tesis Malthus adalah pemikiran bahwa pertumbuhan
penduduk cenderung melampui pertumbuhan persediaan
makanan. Malthus menyuguhkan idenya dalam bentuk
yang cukup kaku. Dia mengatakan, penduduk cenderung
tumbuh secara "deret ukur" (misalnya, dalam lambang 1, 2,
4, 8, 16 dan seterusnya) sedangkan persediaan makanan
cenderung bertumbuh secara "deret hitung" (misalnya,
dalam deret 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7 dan seterusnya). Dalam
terbitan-terbitan belakangan, Malthus menekankan lagi
tesisnya, tetapi tidak sekaku semula, dengan hanya berkata
bahwa penduduk cenderung bertumbuh secara tak terbatas
hingga mencapai batas persediaan makanan.
- Akibatnya akan terjadi krisis penderitaan, kejahatan
kemiskinan, dan Malthus menganggap tidak akan terjadi
perkembangan teknologi.

Lanjutan . . .
Pada saat yang sama karena adanya ketentuan
pertambahan hasil yang semakin berkurang (diminishing
of return) dari suatu faktor produksi yang jumlahnya
tetap (tanah dan sumber daya alam) maka persediaan
pangan hanya akan meningkat menurut deret hitung.
Dalam kenyataannya, karena setiap anggota masyarakat
hanya memiliki tanah yang sedikit, maka kontribusi
marginal atau produksi pangan akan semakin menurun.
Oleh karena pertumbuhan pangan tidak dapat berpacu
dengan pesatnya pertambahan penduduk, maka
pendapatan perkapita (dalam masyarakat agraris,
pendapatan perkapita diartikan sebagai produksi pangan
perkapita) akan mempunyai tendensi turun sedemikian
rendahnya sehingga mencapai sedikit di atas tingkat
subsisten (kemiskinan absolut).

Pertambahan Penduduk, Sumber Daya


Alam, dan Subsistensi
-> Persediaan sumber daya alam
bertambah dalam kondisi yang
terus menurun, sedangkan
permintaan dari penduduk yang
terus bertambah meningkat lebih
cepat pada tingkat geografis. Titik
C mempresentasikan level
subsisten, dimana mayoritas
manusia hidup pas-pasan (level
subsistensi). Jika penduduk dunia
melampaui titik C, penduduk dunia
akan kembali ke titik C melalui
terjadinya kelaparan, kematian,
dan kejahatan. Karenanya,
menurut Malthus, dunia dikutuk
untuk menjalani hidup penuh
kesulitan yang tak bisa diatasi
termasuk penderitaan, kelaparan,
dan kejahatan.

Pertumbuhan secara deret ukur (geometri) melebihi


pertumbuhan secara deret hitung (aritmatika)
-> Terdapat 100 hektar lahan pertanian
untuk dikonsumsi oleh 100 orang
(satu hektar untuk satu orang),
kemudian menambahkan lagi 100
hektar lahan tiap dekade
(pertumbuhan aritmatika/deret
hitung) sedangkan populasi naik 3%
tiap dekade (pertumbuhan
geometri/deret ukur), hasilnya adalah
bahwa selama beberapa dekade akan
terjadi surplus pada tanah pertanian
untuk menghasilkan bahan pangan
terhadap populasi sebelum akhirnya
pertumbuhan populasi melebih dari
pertumbuhan lahan pertanian untuk
menghasilkan bahan pangan, maka
produksi dari pangan akan mengalami
defisit atau Malthus menyebutnya
sebagai penderitaan dan kemiskinan.

Pembuktian 1: Teori Populasi Malthus


A. Pertambahan jumlah penduduk
(menurut deret ukur)
a. Peningkatan Populasi dan
Penurunan Angka Kelahiran.
b. Pertumbuhan Pendapatan Per
Kapita
B. Sumber daya alam yang Terbatas
(menurut deret hitung)

A. Pertambahan Populasi
a. Peningkatan Populasi dan Penurunan
Angka Kelahiran

Peningkatan jumlah penduduk memang


erkiraan Penduduk Dunia 1600-2000mirip
M yang dikatakan Malthus bahwa
pertumbuhan penduduk di dunia
seperti deret ukur. Pada masa Malthus
jumlah penduduk adalah 1 M dan kini 6
M.
Namun, penyebabnya bukan efek
Malthusian, peningkatan populasi yang
secara tajam pada tahun 1800 tersebut
dipengaruhi oleh dua faktor utama
yakni, berkembangnya teknologi di
bidang kedokteran membuat angka
kematian bayi berkurang dan
peningkatan usia harapan hidup yang
dilatar belakangi oleh semakin majunya
teknologi dan metode pengobatan,
program perbaikan gizi, sistem sanitasi
yang baik, dan penurunan angka

Lanjutan . . .
Penurunan Angka Kematian di
Beberapa Negara, 1860-1960

Pada paruh abad ke-20, tingkat


kelahiran selama kurun waktu 50
tahun terakhir, baik di negara
industri maju maupun berkembang
mengalami penurunan. Maka hal
ini dapat membuktikan bahwa di
dunia tingkat kelahiran semakin
berkurang.
Semakin tinggi pendapatan
seseorang semakin tinggi pula
tingkat intelektualitasnya, dan
semakin tinggi intelektualitasnya,
orang tidak menginginkan banyak
anak. Dengan demikian, Malthus
secara jelas meremehkan
kompentensi manusia untuk
berusaha merubah hidupnya lebih
baik melalui beragam
pengembangan teknologi.

b. Pertumbuhan Pendapatan per Kapita


Pemasukan Per Kapita dan
Angka
Kelahiran yang Dipilih secara
Nasional

Malthus berpendapat bahwa tingkat


pendapatan yang tinggi hanya akan
mendorong lebih banyak anak.
Menurutnya, ketika pendapatan per
kapita meningkat, populasi akan
meningkat lebih cepat, yang pada
gilirannya mengurangi pendapatan
per kapita sampai ke tingkat
subsistensi.
Namun, ternyata secara fakta tesis
dari Malthus tersebut terbantahkan.
Pada kenyataanya bahwa semakin
tingginya pendapatan per kapita
membuat total angka kesuburan
semakin menurun. Orang yang
memiliki pendapatan besar
cenderung menunjukkan kepemilikan
anak yang sedikit

Lanjutan . . .
Pada abad 19-an keadaan yang
terjadi malah sebaliknya dimana
teori yang dikemukakan Adam Smith
dapat kembali mencuat bahwa
standar hidup yang lebih tinggi
adalah jauh lebih baik daripada
campur tangan pemerintah terhadap
kehidupan pribadi keluarga. Namun
disisi lain, tidak bisa dipungkuri lagi
bahwa budaya juga merupakan salah
satu pengaruh besar yang dapat

B. Sumber Daya Alam yang Terbatas


-> Hukum teori populasi kedua Malthus adalah Subsistensi
meningkat hanya dalam rasio aritmatika.
- Hukum teori populasi yang kedua bisa dikatakan ada kecacatan.
Hukum yang kedua adalah produksi makanan cenderung
bertambah menurut deret hitung (secara aritmatika). Hukum ini
bisa dikatakan cacat karena hewan bisa lebih cepat melahirkan
dan bertelur. Sedangkan manusia sedikit lambat. Hewan bisa
melahirkan lebih dari dua anak sekaligus, sedangkan manusia
hanya 1, dan apabila kembar itu sangat jarang sekali terjadi.
Begitu pula dengan tumbuhan pertumbuhanya bisa dipercepat
dengan adanya teknologi (pupuk buatan, pestisida)
- Malthus tidak memberikan alasan bahwa tanaman dan hewan
tidak seproduktif manusia. Ia hanya mengatakan bahwa alam
menyebar benih kehidupan yang seluas-luasnya dan sebebasbebasnya, namun bumi kekurangan ruang dan gizi untuk
membesarkan benih itu. Ia berpendapat bahwasanya lahan
pertanian adalah sumber daya alam yang sudah ditetapkan
jumlahnya dan tidak mungkin lagi bertambah.

Solusi Malthus dalam


Mengendalikan Pertumbuhan
Populasi

Sumber: Mantra (2000: 53).

Pembuktian 2: Teori Pendapatan yang


Menurun
-> Menurut Malthus, Sarana-sarana untuk mendukung kehidupan
manusia dibatasi oleh kelangkaan tanah oleh besarnya tanah yang
gersang di muka bumi dan oleh menurunnya proporsi produk yang
harus selalu dihasilkan dari penambahan kapital terus-menerus
terhadap tanah yang sudah ditanami. Sumber daya alam yang
cenderung terus menerus berkurang ini sekarang dikenal sebagai
hukum pendapatan yang menurun.
- Malthus mengemukakan sebuah teori pada edisi berikutnya ini
berdasarkan bahwa sumberdaya alam semakin lama-semakin
berkurang maka pendapatan manusia semakin menurun sedangkan
tanah hanya tetap, bahkan cenderung berkurang karena banyak
dibangun gedung/tempat tinggal, sehingga menurunnya proporsi
produk. Hal ini yang dijadikan acuan oleh mathus. Malthus
diaanggap sebagai ekonom pertama yang mengungkapkan teori ini.
Dia mengacu pada semakin banyak orang manambahkan kapital
dan tanah pada suatu lahan atau tanah maka penambahan
produksi ataupun output semakin menurun. oleh karena itu ia
mengungkapkan bahwa pendapatan semakin menurun.

Produktifitas Pekerja Pertanian


Jagung, Gandum, dan Katun
1800-1967 (di Amerika)

Terjadinya peningkatan produktifitas


ketiga sektor tersebut diakibatkan
oleh penggunaan mesin panen
McCormick, traktor, pupuk buatan,
perkembangan irigasi, terobosan
manajemen dan teknologi lainnya.
Produksi meningkat tajam pada
rentang tahun 1935-1960. Hal ini
terbukti bahwa kemampuan manusia
dalam menciptakan terobosan baru
dalam hal teknologi mampu
mengatasi permintaan yang semakin
meningkat seiring bertambahnya
populasi sehingga dapat menekan
angka kematian akibat kelaparan,
perang, dan kejahatan. Menurut
Simon, sebagian besar kasus
kelaparan diakibatkan oleh kebijakan
pemerintah yang buruk yang
membuat petani tidak bisa menuai
panen, membatasi impor, dan tidak
mendorong penggunaan proses
produksi pertanian yang baru.

Pengaruh Pemikiran Malthus


1. Dia dianggap sebagai pendiri studi demografi dan populasi.
(Inggris melakukan sensus pertamanya pada 1801, akibat
dari pengaruh studi Malthus).
2. Dia dianggap sebagai guru perekayasa sosial yang
mendukung kontrol populasi dan batas pertumbuhan
ekonomi.
3. Esainya tentang populasi memperkuat pandangan muram
dan fatalistik dari banyak ilmuwan dan pembaru sosial,
yang meramalkan akan muncul kemiskinan, kematian,
penderitaan, peran, dan kerusakan lingkungan akibat
pengambilan sumber daya oleh populasi.
4. Karya utamanya sangat memengaruhi teori ekonomi makro
John Maynard Keynes yang didasarkan pada gagasan bahwa
daur hidup bisnis disebabkan oleh perubahan dalam
permintaan efektif total oleh konsumen dan investor.
5. Pesimisme Malthus dan Ricardo membuat ilmu ekonomi
dicap sebagai ilmu yang muram

Lanjutan . . .
6. Para ahli ekonomi yang terpengaruh Malthus berkesimpulan bahwa,
dalam keadaan normal, kebanyakan penduduk dapat mencegah
kenaikan upah melampaui batas yang layak. Ekonom Inggris yang
masyhur, David Ricardo, seorang sahabat akrab Malthus berkata;
"Upah yang layak bagi buruh adalah upah yang diperlukan untuk
memungkinkan para buruh dapat hidup dan bertahan dari
pergulatan, tanpa bertambah atau berkurang." Teori ini lazim disebut
"hukum basi upah," disetujui oleh Karl Marx, dan menjadi unsur
penting dalam teorinya tentang "nilai lebih.
7. Pada pakar bidang Biologi. Teori Malthus memengaruhi pemikiran
Charles Darwin dan Alfred Russel Wallace. Charles Darwin adalah
pendiri teori evolusi modern dimana teorinya mengenai seleksi
alam dan survival of the fittest dipengaruhi oleh teori hukum
populasi Malthus. Kemudian, Alfred Russel Wallace seorang pendiri
teori evolusi organik, dalam pemikiranya tersebut terinspirasi oleh
hukum teori populasi Malthus pada bahasan biologi filosofis.

Malthus bukan Penggagas Utama Teori


Populasi
Malthus menunjuk Plato dan Aristoteles sudah mendiskusikan
perkara ini. Dia mengutip esay Aristoteles yang menulis pada
kalimatnya antara lain: dalam rata-rata negeri, jika tiap
penduduk dibiarkan bebas punya anak semau-maunya, ujungujungnya dia akan dilanda kemiskinan.
Plato dan Aristoteles hanya menyebut ide itu sepintas.
Kemudian bahasan permasalahan umumnya sudah dilupakan
orang. Dengan segenap curahan tenaga dan pikiranya,
Malthus yang mulai mengembangkan ide itu dan menulis
secara intensif pokok persoalannya. Dan yang lebih penting,
Malthus merupakan orang pertama yang menekankan bahaya
dari masalah kebanyakan penduduk, dan mengedepankan
masalah ini agar menjadi pusat perhatian kaum intelektual
dunia. Dan hingga saat ini, pokok bahasan Malthus tersebut
tetap menjadi topik penting yang perlu diwaspadai mengenai
pertambahan jumlah penduduk dan akibat-akibat yang
ditimbulkan di kemudian hari.

Aliran Neo-Malthusian
Aliran Neo-Malthusian merupakan pendukung Malthus yang lebih
radikal terhadap teori Malthus sebelumnya pada abad 18-an yang
kemudian pada akhir abad ke-19 dan permulaan abad ke-20. Pada
abad tersebut, teori Malthus mulai dipersoalkan kembali oleh para
pakar karena menyangkut persoalan baru yang perlu untuk
dipecahkan.
Kelompok ini tidak sependapat dengan Malthus bahwa mengurangi
jumlah penduduk cukup dengan moral restraint atau
pengekangan moral saja. Untuk keluar dari jebakan Malthus,
mereka menganjurkan menggunakan semua cara-cara preventive
checks misalnya dengan menggunakan alat-alat kotrasepsi untuk
mengurangi jumlah kelahiran, pengguguran kandungan.
Kelompok Neo-Malthusian sejak awal menentang Marxist. Pada
prinsipnya mereka mengikuti teori Malthus, dengan ide bahwa
pertumbuhan penduduk apabila tidak dikontrol akan
menghilangkan hasil-hasil yang diperoleh dari pembangunan
ekonomi. Dengan kata lain, pertumbuhan penduduk yang tinggi
akan mengakibatkan gagalnya pembangunan.

Tokoh Utama Aliran NeoMalthusian


Paul R. Ehrlich adalah seorang tokoh yang mendukung teori Malthus
pada abad 1900-an. Keprihatinannya terhadap pertambahan jumlah
populasi yang semakin mengkhawatirkan hingga pada tahun 1970an membuatnya menuliskan sebuah buku berjudul The Population
Bomb. Buku ini menjelaskan bahwa populasi yang tak terkontrol
dengan pertumbuhan yang besar akan menghabiskan sumber daya
alam yang berharga dan perusakan lingkungan alam tak dapat
dihindarkan. Ehrlich tidak sendirian, ia didukung oleh laporan Club of
Rome, The Limit of Grow, yang terbit pada 1972.
Ehrlich memperingatkan bahwa sampai saat ini tidak ada yang bisa
mencegah peningkatan substansial dalam angka kematian di seluruh
dunia ... Pada 1970-an dunia akan mengalami kelaparan ratusan
juta orang akan kelaparan sampai mati - Apa yang menyebabkan
bencana ini? Ehrlich berbicara dengan nada Malthusian: Kita harus
mengambil tindakan untuk memulihkan kerusakan lingkungan kita
sebelum penduduk meruntuhkan planet kita secara permanen.
Angka kelahiran harus diseimbangkan dengan angka kematian sebab
jika tidak manusia akan punah selamanya.

Julian Simon menentang pendapat Ehrlich


Efek ekonomi berdasarkan teori Malthusian dianggapnya
tidak relevan dengan kenyataan.
Ada 2 pendapatnya:
1. Disisi penawaran/persediaan, sumber daya alam
sesungguhnya tak terbatas dalam jangka panjang.
Maksudnya, semakin langka sumber daya alam, harga
komoditas tersebut akan meningkat sehingga mendorong
penemuan barang subtitusi dan pengurangan pemakaian
komoditas.
2. Kedua, disisi permintaan, populasi yang besar dan terus
bertambah adalah menguntungkan dan ini berarti pula
tercipta standar hidup yang lebih tinggi karena penduduk
yang besar akan meningkatkan stok pengetahuan dan
pekerja yang terlatih. Maksudnya, pertumbuhan
teknologi akan memacu penggunaan teknologi yang
sudah ada sehingga dapat memacu inovasi yang lebih
muktahir.

Lanjutan . . .
Hubungan Aktivitas Keilmuan
dengan
Jumlah Populasi, Setelah
Pendapatan per Kapita Dihitung,
1970-an

-> Pertumbuhan populasi


yang semakin meningkat
justru menurunkan angka
kelahiran sebagai akibat
dari semakin besarnya
pendapatan dan metode
pengendalian kelahiran
yang baik.

B. Garett Hardin
Garett Hardin adalah seorang professor ekologi manusia
di Universitas California Santa Barbara. Ia menulis sebuah
esay yang berjudul The Tragedy of the Commons yang
dimuat pada artikel Science pada tahun 1968. Ia lebih
memandang bahwa pertambahan populasi akan
menyebabkan kerusakan lingkungan. Ada kecenderungan
bahwa pemanfaatan sumber daya alam secara berlebihan
oleh publik.
Hardin menungkapkan, Kebebasan dalam kebersamaan
akan menghancurkan semuanya. Dia mencontohkan
pemanfaatan berlebihan pada tanah penggembalaan
publik. kebebasan dalam pemanfaatan sumber daya alam
akan menyebabkan pemakaian yang tidak terkontrol.
Penyebab dari permasalahan atau tragedi kebersamaan
ini menurut Hardin adalah karena kurangnya hak properti
dan harga pasar. Tidak adanya peraturan mengenai kedua
hal tersebut membuat kerusakan lingkungan.

Kritikan terhadap Malthus


1. (Weeks, 2008), Kritikan yang berasal dari
kaum Optimistik adalah:
a. pernyataan bahwa produksi pangan tidak
bisa bersaing dengan pertumbuhan penduduk
b. kesimpulan bahwa kemiskinan adalah hasil
tak terelakkan dari pertumbuhan penduduk.
c. keyakinan bahwa kendali moral (moral
restraint) adalah satu-satunya perintang
preventif (preventive check) yang dapat
diterima.

2. Lebih lanjut, Mantra (2000):


a. Malthus tidak memperhitungkan kemajuan-kemajuan
transportasi yang menghubungkan daerah satu dengan
yang lain sehingga pengiriman bahan makanan ke
daerah-daerah yang kekurangan pangan mudah
dilaksanakan.
b. Dia tidak memperhitungkan kemajuan yang pesat
dalam bidang teknologi, terutama dalam bidang
pertanian. Jadi produksi pertanian dapat pula ditingkatkan
secara cepat dengan mempergunakan teknologi baru.
c. Malthus tidak memperhitungkan usaha pembatasan
kelahiran bagi pasangan-pasangan yang sudah menikah.
Usaha pembatasan kelahiran ini telah dianjurkan oleh
Francis Place pada tahun 1822. Fertilitas akan menurun
apabila terjadi perbaikan ekonomi dan standard hidup
penduduk dinaikkan. Hal ini tidak dapat diperhitungkan
oleh Malthus.

. . . TERIMA KASIH . . .

Anda mungkin juga menyukai