Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN KASUS

KATARAK MATUR

Pembimbing:
dr. Naila Karina, Sp.M

Disusun oleh:
Citra Anggraini 110.2009.066

DEPARTEMEN MATA
RUMAH SAKIT PUSAT ANGKATAN DARAT GATOT SOEBROTO
KEPANITERAAN KLINIK PERIODE 20 OKTOBER 22 NOVEMBER 2014
I. STATUS PASIEN

I. IDENTITAS
Nama : Tn. K
Jenis kelamin : Laki-Laki
Umur : 54 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Purnawirawan TNI AD
Alamat : Taman Wisma Asri Blok R 21 No 9 Bekasi Utara
Tanggal pemeriksaan : 23 Oktober 2014

II. ANAMNESA
Anamnesis : Autoanamnesis
Keluhan utama : Penglihatan mata kiri buram secara perlahan sejak 5 bulan
yang lalu.
Keluhan tambahan : Silau ketika melihat cahaya/lampu
Riwayat perjalanan penyakit :
Pasien mengeluh penglihatan mata kanan buram sejak 5 bulan yang lalu.
Pasien mengaku penglihatannya menjadi sangat kabur dalam 3 bulan terakhir. Pasien
mengatakan pandangan yang buram terlihat seperti ada asap. Tidak ada faktor yang
memperburuk atau memperingan gejala tersebut. Keluhan pasien tidak disertai dengan
mata merah ataupun nyeri pada matanya. Pasien memiliki riwayat operasi katarak
bulan September 2014 dan saat ini penglihatan mata kanan pasien membaik. Pasien
mengaku tidak memiliki keluhan melihat seperti ada benda-benda berterbangan yang
mengikuti arah gerak mata. Pasien juga merasa penglihatannya menjadi lebih silau
ketika melihat cahaya/lampu. Pasien menyangkal mempunyai keluhan sering
menabrak saat berjalan. Riwayat nyeri hebat pada mata yang disertai dengan mual,
muntah dan sakit kepala disangkal oleh pasien. Pasien merupakan penderita diabetes
sejak 8 tahun yang lalu. Pasien mengkonsumsi metformin namun tidak teratur. Pasien
memiliki kebiasaan merokok, kurang lebih 12 batang per hari selama 10 tahun
terakhir. Pasien menyangkal mempunyai riwayat pemakaian obat tetes mata atau
konsumsi obat dalam waktu lama.

2
Riwayat penyakit dahulu :
Riwayat hipertensi, penyakit jantung, dan trauma pada mata disangkal. Pasien
menyangkal mempunyai keluhan yang sama sebelumnya. Riwayat alergi disangkal
oleh pasien
Riwayat penyakit keluarga :
Orang tua pasien tidak ada yang menderita diabetes mellitus. Tidak ada
anggota keluarga yang mengalami sakit serupa dengan pasien

III. PEMERIKSAAN FISIK


a. Status generalis:
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : compos mentis
Tanda-tanda vital
Tekanan darah :110/80 mmHg
Nadi : 88x per menit
Suhu : Afebris
Laju pernafasan : 16x per menit
Kepala :Normocephal, tidak terdapat deformitas
Telinga :Discharge (-)
Hidung :Deviasi septum (-), discharge (-)
Mulut : Karies gigi (-)
Leher :Kelenjar getah bening tidak mengalami pembesaran
Thorax
Jantung :BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-)
Paru :Suara napas dasar vesikuler, rhonki (-), wheezing (-)
Abdomen :Cembung, supel, nyeri tekan (-), bising usus (+) N.
Ekstremitas :Hangat, udema -/-, deformitas (-)

b. Status oftalmologis
KETERANGAN OD OS
1. VISUS
Tajam penglihatan 6/15 1/300
Koreksi Dapat dikoreksi Tidak dapat dikoreksi

3
Addisi Tidak dapat dinilai Tidak dapat dinilai
Distansia Pupil 58mm
Kaca mata lama - -
2. KEDUDUKAN BOLA MATA
Eksoftalmus Tidak ada Tidak ada
Endoftalmus Tidak ada Tidak ada
Deviasi Tidak ada Tidak ada
Gerakan mata Baik ke segala arah Baik ke segala arah
3. SUPRA SILIA
Warna Hitam Hitam
Letak Simetris Simetris
4. PALPEBRA SUPERIOR DAN INFERIOR
Edema Tidak Ada Tidak Ada
Nyeri tekan Tidak Ada Tidak Ada
Ektropion Tidak Ada Tidak Ada
Entropion Tidak Ada Tidak Ada
Blefarospasme Tidak Ada Tidak Ada
Trikiasis Tidak Ada Tidak Ada
Sikatriks Tidak Ada Tidak Ada
Fisura palpebra 9 mm 9 mm
Hordeolum Tidak Ada Tidak Ada
Kalazion Tidak Ada Tidak Ada
Ptosis Tidak Ada Tidak Ada
5. KONJUNGTIVA TARSAL SUPERIOR DAN INFERIOR
Hiperemis Tidak Ada Tidak Ada
Folikel Tidak Ada Tidak Ada
Papil Tidak Ada Tidak Ada
Sikatriks Tidak Ada Tidak Ada
Anemia Tidak Ada Tidak Ada
Kemosis Tidak Ada Tidak Ada

4
6. KONJUNGTIVA BULBI
Injeksi konjungtiva Tidak Ada Tidak Ada
Injeksi siliar Tidak Ada Tidak Ada
Perdarahan subkonjungtiva Tidak Ada Tidak Ada
Pterigium Tidak Ada Tidak Ada
Pinguekula Tidak Ada Tidak Ada
Nervus pigmentosus Tidak Ada Tidak Ada
7. SISTEM LAKRIMALIS
Punctum lakrimal Terbuka Terbuka
Tes Anel Tidak dilakukan Tidak dilakukan
8. SKLERA
Warna Putih Putih
Ikterik Tidak Ada Tidak Ada
9. KORNEA
Kejernihan Jernih Jernih
Permukaan Licin Licin
Ukuran 12 mm 12 mm
Sensibilitas Baik Baik
Infiltrat Tidak ada Tidak ada
Ulkus Tidak ada Tidak ada
Perforasi Tidak ada Tidak ada
Arkus senilis Tidak ada Tidak ada
Edema Tidak ada Tidak ada
Tes Plasido Reguler Reguler
10. BILIK MATA DEPAN
Kedalaman Dalam Dalam
Kejernihan Jernih Jernih
Hifema Tidak ada Tidak ada
Hipopion Tidak ada Tidak ada
Efek Tyndall Tidak ada Tidak ada

5
11. IRIS
Warna Coklat Coklat
Kripte Jelas Jelas
Bentuk Bulat Bulat
Sinekia Tidak ada Tidak ada
Koloboma Tidak ada Tidak ada
12. PUPIL
Letak Sentral Sentral
Bentuk Bulat Bulat
Ukuran 4 mm 4 mm
Refleks cahaya langung + +
Refleks cahaya tidak langsung + +
13. LENSA
Kejernihan Jernih Keruh
Letak Menyeluruh Menyeluruh
Tes Shadow - -
14. BADAN KACA
Kejernihan Sulit dinilai Sulit dinilai
15. FUNDUS OKULI
a. Reflex fundus Positif Sulit dinilai

b. Papil
o Bentuk Bulat Sulit dinilai
o Warna Kuning kemerahan Sulit dinilai
o Batas Tegas Sulit dinilai
o Warna Kuning kemerahan Sulit dinilai
o C/D Ratio 0.3 Sulit dinilai
c. A/V Ratio 2/3 Sulit dinilai
d. Retina
o Edema Tidak ada Sulit dinilai
o Perdarahan Tidak ada Sulit dinilai

6
o Exudat Tidak ada Sulit dinilai
o Sikatriks Tidak ada Sulit dinilai
e. Makula lutea
o Refleks fovea Positif Sulit dinilai
o Edema Tidak ada Sulit dinilai
o Pigmentosa Tidak ada Sulit dinilai
16. PALPASI
Nyeri tekan Tidak Ada Tidak Ada
Massa tumor Tidak Ada Tidak Ada
Non Nontact Tonometeri 15.7 mmHg 17.1 mmHg

17. KAMPUS VISI


Sama dengan pemeriksa Sama dengan pemeriksa
Tes konfrontasi
(dengan cahaya) (dengan lambaian tangan)

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG:


1. Biometri Oculi Dextra
2. Pemeriksaan laboratorium darah :
a. Hb,Hct, Leukosit, Trombosit, PT dan aPTT
b. Pemeriksaan glukosa darah
3. Pemeriksaan EKG dan konsultasi ke departemen Jantung

V. RESUME:
Pasien laki-laki 54 tahun datang dengan keluhan pengelihatan mata kirinya buram secara
perlahan sejak 5 bulan yang lalu tanpa disertai dengan mata merah. Memburuk sejak 3 bulan
terakhir. Penglihatan yang buram dideskripsikan pasien seperti berkabut. Silau ketika
melihat cahaya/lampu. Nyeri pada mata disangkal. Pasien memiliki riwayat operasi katarak
pada mata kanannya. Pasien memiliki riwayat Diabetes Mellitus sejak 8 tahun yang lalu.
Pada pemeriksaan fisik didapati pada OS 1/300 dan kekeruhan pada lensa yang menyeluruh
dengan shadow test negatif.

7
VI. DIAGNOSIS KERJA:
OS : Katarak senilis stadium matur

VII. DIAGNOSIS BANDING:


Retinopati Diabetes

VIII. PENATALAKSANAAN:
1. Non Medikamentosa:
- Edukasi penyakit katarak dan diabetes
- Modifikasi gaya hidup dengan mengurangi faktor risiko, diet dan olahraga teratur.
2. Tindakan operasi :
- OS: Operasi ECCE (Extracapsular Cataract Extraction), Fakoemulsifikasi + IOL.

IX. PROGNOSIS
a. Ad vitam: ad bonam
b. Ad fungsionam: ad bonam
c. Ad sanationam: ad bonam

X. ANALISA KASUS
Diagnosis pada pasien ini adalah:
OS: Katarak senilis stadium matur
Atas dasar :
A. Identitas
Usia pasien 54 tahun, pasien memiliki faktor predisposisi menderita katarak senilis
yaitu kekeruhan pada lensa pada usia diatas 50 tahun.
B. Anamnesis:
Keluhan utama pasien adalah penurunan fungsi penglihatan secara perlahan
tanpa disertai mata merah, sejak 5 bulan lalu dan mulai memburuk terutama pada 3
bulan terakhir. Penyakit ini masuk dalam kelompok penyakit visus turun perlahan
tanpa mata merah. Penglihatan buram pasien dideskripsikan seperti berasap, pasien
juga merasa cahaya/lampu menjadi lebih silau dari sebelum-sebelumnya. Ini
merupakan gejala penurunan visus dan glare yang terdapat pada katarak. Pasien
menyangkal mempunyai keluhan sering menabrak saat berjalan yang menunjukan
adanya gangguan dalam penyempitan lapangan pandang. Pasien menyangkal adanya

8
gejala nyeri pada mata yang berat disertai dengan sakit kepala, mual dan muntah.
Pasien menderita diabetes mellitus sejak 8 tahun yang lalu, penyakit diabetes ini
membut perjalanan penyakit katarak menjadi lebih cepat. Oleh karena pasien
menderita diabetes kita dapat membuat diabetes retinopati sebagain diagnosis
banding. Pasien memiliki kebiasaan merokok, menghabiskan kurang lebih 12 batang
per hari selama 10 tahun terakhir. Riwayat hipertensi disangkal oleh pasien. Pasien
menyangkal mempunyai riwayat pemakaian obat tetes mata atau konsumsi obat dalam
waktu lama.
C. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan oftalmologis didapatkan:
Pada OS: 1. Visus 1/300
2. Lensa yang keruh shadow test (-).
3. Non contact tonometri: 17.1 mmHg
4. Tes konfrontasi normal
OS memiliki visus 1/300 .Pada mata kiri, terdapat kekeruhan pada lensa
dengan shadow test (-) sugestif katarak matur. Tes konfrontasi normal dengan TIO
normal menyingkirkan glaukoma kronik.
D. Pemeriksaan anjuran:
1. Biometri OS: untuk persiapan operasi, untuk pemilihan ukuran lensa
intraokuler.
2. Pemeriksaan Hb, Hct, Leukosit, Trombosit, PT dan aPTT : persiapan operasi
serta menilai fungsi hemostasis.
3. Pemeriksaan glukosa darah : untuk melihat apakah gula darah dalam kondisi
yang baik untuk operasi agar tidak terjadi komplikasi seperti ketoasidosis dan
untuk memastikan apakah pasien memiliki Diabetes Mellitus dalam pemberian
penatalaksanaan medikamentosa dan non-medikamentosa
4. Pemeriksaan EKG dan konsultasi ke jantung: untuk melihat apakah ada
kelainan dengan irama atau fungsi jantung untuk menilai kesiapan pasien
untuk operasi dan pemilihan jenis anestesi.
E. Penatalaksanaan
1. Non Medikamentosa:
- Edukasi tentang penyakit katarak
- Modifikasi gaya hidup dengan mengurangi faktor resiko, diet dan olahraga
teratur. Pasien juga dianjurkan untuk berhenti merokok, karena rokok

9
meningkatkan risiko kardiovaskular, serta untuk memperlambat perburukan
katarak pada mata kanan karena DM tipe 2 yang diderita pasien
2. Tindakan operasi:
OS: Operasi ECCE (Extracapsular Cataract Extraction), fakoemulsifikasi + IOL.
Dilakukan sebagai terapi definitif untuk katarak matur atas indikasi untuk
perbaikan visus. Dipilih ECCE dengan fakoemulsifikasi + IOL, karena insisi pada
kornea yang dibutuhkan lebih kecil dengan resiko astigmatisme post-operatif yang
lebih kecil daripada ICCE. Komplikasi yang lebih sedikit dan pemulihan visus yang
lebih cepat.

10
II. TINJAUAN PUSTAKA

DEFINISI
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi
(penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau terjadi akibat kedua-duanya.
Biasanya kekeruhan mengenai kedua mata dan berjalan progresif ataupun dapat tidak
mengalami perubahan dalam waktu yang lama.

KLASIFIKASI
A. Klasifikasi berdasarkan etiologi
I. Katarak kongenital
II. Katarak akuisita
1. Katarak senilis
2. Katarak traumatik
3. Katarak komplikata
4. Katarak metabolik
5. Katarak oleh karena cedera listrik
6. Katarak oleh karena radiasi
7. Katarak oleh karena logam berat
dan obat-obatan
8. Katarak yang berhubungan
dengan penyakit kulit
9. Katarak yang berhubungan dengan penyakit tulang
10. Katarak dengan sindroma lainnya seperti sindroma Down
B. Klasifikasi berdasarkan morfologis
1. Katarak kapsular: meliputi kapsul
i. Katarak kaspular anterior
ii. Katarak kapsular posterior
2. Katarak subkapsular: mengenai bagian superfisial dari korteks (dibawah kapsul)
i. Katarak subkapsular anterior
ii. Katarak subkapsular posterior
3. Katarak kortikal: meliputi sebagian besar dari korteks
4. Katarak supranuklear: meliputi bagian dalam korteks (diluar nukelus)

11
5. Katarak nuklear: meliputi nukelus dari lensa
6. Katarak polaris: meliputi kapsul dan bagian superfisial dari korteks pada daerah
polar
i. Katarak polaris anterior
ii. Katarak polaris posterior

KATARAK SENILIS
Katarak senilis (age-related cataract) merupakan jenis katarak didapat (akuisita) yang
paling sering ditemukan pada laki-laki maupun perempuan, biasanya berusia di atas 50 tahun.
Pada usia sekitar 70 tahun, hampir 90% individu menderita katarak. Kondisi kekeruhan
biasanya bilateral akan tetapi hampir selalu kondisi salah satu mata lebih berat dari mata
lainnya. Secara morfologis katarak senilis dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu katarak kortikal
dan katarak nuklear. Kedua jenis katarak ini sering terjadi secara bersamaan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi tipe, maturasi dan usia munculnya katarak senilis:
- Keturunan : mempengaruhi peran genetik dalam mulainya awitan seorang individu
terkena katarak dan maturasi dari kataraknya tersebut,
- Radiasi Ultraviolet: paparan UV yang tinggi mempercepat maturasi dan usia
munculnya katarak.
- Faktor diet: Defisiensi dari beberapa jenis protein, asam amino dan vitamin C, E serta
riboflavin dihubungkan dengan kecepatan maturasi dan usia munculnya katarak
- Krisis dehidrasi: Riwayat dehidrasi berat seperti pada kolera meningkatkan resiko.
- Merokok: merokok mempercepat munculnya katarak. Merokok menyebabkan
penumpukan molekul berpigmen -3 hydroxykhynurine dan chromophores, yang
menyebabkan terjadinya penguningan warna lensa, yang menyebabkan kekuningan.
Sianat dalam rokok juga menyebabkan terjadinya karbamilasi dan denaturasi protein.

Stadium maturasi katarak senilis :


A. Maturasi dari katarak senilis tipe kortikal
I. Stadium katarak insipien
Merupakan stadium yang paling dini, yang belum menimbulkan gangguan
visus.Kekeruhan terutama terdapat pada bagian perifer berupa berca-bercak seperti jari-jari
roda, terutama mengenai korteks anterior, sedang aksis relatif masih jernih.Gambaran berupa
Spokes of a wheel.

12
Gambar : Katarak stadium insipien Spokes of a wheel
II. Katarak senilis imatur:
Lensa terlihat putih keabu-abuan, namun masih terdapat korteks yang jernih, maka
terdapat iris shadow.Kekeruhan terdapat dibagian posterior dan bagian belakang nukleus
lensa.Pada stadium ini mungkin terjadi hidrasi kroteks, yang mengakibatkan lensa menjadi
cembung, sehingga indeks refraksi berubah karena daya biasnya bertambah dan mata menjadi
miopia.

III. Katarak senilis matur:


Kekeruhan korteks secara total sehingga iris shadow tidak ada.Lensa telah menjadi
keruh seluruhnya.Pada pupil nampak lensa yang seperti mutiara.Pada stadium ini, lensa akan
berukuran normal kembali akibat terjadi pengeluaran air.

13
IV. Katarak senilis hipermatur
i. Katarak hipermatur tipe Morgagni: Pada kondisi ini, korteks mencair dan lensa
menjadi seperti susu. Nukleus yang berwarna coklat tenggelam ke dasar.Pada
stadium ini juga terjadi kerusakan kapsul lensa, sehingga isi korteks yang cair
dapat keluar dan lensa menjadi kempis, yang dibawahnya terdapat nukleus lensa.
ii. Katarak hipermatur tipe sklerotik: Pada kondisi ini, korteks terdisintegrasi dan
lensa menjadi berkerut yang menyebabkan COA menjadi dalam

Gambar : Katarak hipermatur tipe Morgagni

B. Maturasi dari katarak senilis tipe nuklear:


Pada keadaan ini, lensa menjadi keras dan tidak elastis, sehingga menurunkan
kemampuan akomodasi serta menghalangi cahaya. Perubahan dimulai dari tengah, lalu secara
perlahan menyebar ke perifer sampai hampir meliputi seluruh kapsul, namun masih terdapat
sedikit bagian dari korteks yang masih jernih. Warna yang dapat dilihat ialah coklat
(cataracta brunescens), hitam (cataracta nigra) dan merah (cataracta rubra)

Gambar : A.Cataracta brunescens, B.Cataracta nigra, C.Cataracta rubra

14
GEJALA KLINIS
Kekeruhan lensa dapat terjadi tanpa menimbulkan gejala, dan dijumpai pada pemeriksaan
mata rutin. Gejala katarak yang sering dikeluhkan adalah :
1. Silau
Pasien katarak sering mengeluh silau, yang bisa bervariasi keparahannya mulai dari
penurunan sensitivitas kontras dalam lingkungan yang terang hingga silau pada saat siang
hari atau sewaktu melihat lampu mobil atau kondisi serupa di malam hari. Keluhan silau
tergantung dengan lokasi dan besar kekeruhannya, biasanya dijumpai pada tipe katarak
posterior subkapsular.
2. Diplopia monokular atau polypia
Terkadang, perubahan nuklear terletak pada lapisan dalam nukleus lensa,
menyebabkan daerah pembiasan multipel di tengah lensa sehingga menyebabkan refraksi
yang ireguler karena indeks bias yang berbeda.
3. Halo
Hal ini bisa terjadi pada beberapa pasien oleh karena terpecahnya sinar putih menjadi
spektrum warna oleh karena meningkatnya kandungan air dalam lensa.
4. Distorsi
Katarak dapat menyebabkan garis lurus kelihatan bergelombang
5. Penurunan tajam penglihatan
Katarak menyebabkan penurunan penglihatan progresif tanpa rasa nyeri. Umumnya
pasien katarak menceritakan riwayat klinisnya langsung tepat sasaran. Dalam situasi lain,
pasien hanya menyadari adanya gangguan penglihatan setelah dilakukan pemeriksaan. Pada
katarak kupuliform (opasitas sentral) gejala lebih buruk ketika siang hari dan membaik ketika
malam hari. Pada katarak kuneiform (opasitas perifer) gejala lebih buruk ketika malam hari.

15
6. Myopic shift
Seiring dengan perkembangan katarak, dapat terjadi peningkatan dioptri kekuatan
lensa, yang pada umumnya menyebabkan miopia ringan atau sedang. Umumnya, pematangan
katarak nuklear ditandai dengan kembalinya penglihatan dekat oleh karena meningkatnya
miopia akibat kekuatan refraktif lensa nuklear sklerotik yang menguat, sehingga kacamata
baca atau bifokal tidak diperlukan lagi. Perubahan ini disebut second sight. Akan tetapi,
seiring dengan penurunan kualitas optikal lensa, kemampuan tersebut akhirnya hilang.

PENATALAKSANAAN
Tindakan non-bedah:
1. Pengobatan dari penyebab katarak: Penyebab katarak harus dicari, karena apabila
penyakit tersebut dapat ditemui dan diobati seringkali memberhentikan progresi dari
penyakit tersebut, contohnya adalah:
- Kontrol gula darah pada pasien DM
- Menghentikan penggunaan obat-obatan seperti kortikosteroid
- Pengobatan uveitis untuk mencegah komplikasi
2. Memperlambat progresi: penggunaan yodium, kalsium, kalium, vitamin E dan aspirin
dihubungkan dengan perlambatan dari kataraktogenesis.
3. Meningkatkan penglihatan pada katarak insipien dan imatur dengan:
- Refraksi
- Pencahayaan: Pada opasitas sentral menggunakan penerangan yang terang. Pada
opasitas perifer menggunakan penerangan yang sedikit redup.
4. Pengunaan kacamata hitam ketika beraktifitas diluar ruangan pada pasien dengan
opasitas sentral
5. Midriatikum pada pasien dengan katarak aksial yang kecil.

Indikasi operasi katarak ialah:


1. Fungsi penglihatan: Ini merupakan indikasi yang paling sering. Operasi katarak
dilakukan ketika cacat visus menjadi menyebabkan gangguan signifikan pada
kehidupan sehari-hari pasien.
2. Indikasi medis: meskipun pasien merasa nyaman dari aspek penglihatan, operasi
dapat dianjurkan apabila pasien menderita:
- Glaukoma lens-induced
- Endoftalmitis fakoanafilaktik

16
- Penyakit retina seperti retinopati diabetikum dan ablasio retina yang terapinya
terganggu karena adanya kekeruhan lensa.
3. Indikasi kosmetik: Terkadang pasien dengan katarak matur meminta ekstraksi katarak
agar pupil kembali menjadi hitam.
Evaluasi Preoperatif
1. Pemeriksaan umum: untuk melihat apakah pasien memiliki penyakit diabetes
mellitus, hipertensi dan masalah jantung, PPOK dan daerah potensi infeksi seperti
periodontitis dan infeksi saluran kemih. Gula darah harus terkontrol dan hipertensi
tidak boleh diatas 160/100 mmHg
2. Pemeriksaan fungsi retina:
a. Persepsi sinar: apakah operasi tersebut akan menguntungkan dengan melihat
apakah fungsi retina masih baik atau tidak.
b. RAPD: apabila positif maka kemungkinan ada lesi nervus optikus
c. Persepsi warna
d. Pemeriksaan diskriminasi dua sinar
e. Pemeriksaan objektif seperti elektroretinogram, EOG dan VOR.
3. Mencari sumber infeksi lokalis: infeksi konjungktiva, meibomitis,blefaritis dan
infeksi sakus lakrimalis harus disingkirkan. Dilakukan uji anel untuk melihat patensi
sakus lakrimalis apabila pasien memiliki riwayat mata berair. Apabila terdapat
penyakit dakriosistitis, maka harus dilakukan dakriosistektomi ato
dakriosistorinostomi.
4. Evaluasi segmen anterior: apakah ada tanda-tanda uveitis seperti keratic precipitate,
efek Tyndall dan harus diobati sebelum operasi katarak
5. Pengukuran TIO: tekanan intraokuler yang tinggi merupakan prioritas pengobatan
sebelum ekstraksi katarak
Penyulit yang mungkin timbul setelah operasi katarak :
1. Peradangan pada hari pertama post-operasi, dapat dicegah dengan pemberian
antibiotika lokal dan sistemik
2. Prolaps iris melewati lubang diantara sayatan atau tempat jahitan
3. Jika prolaps iris dibiarkan, maka sekitar hari ke 4-5 dapat menyebabkan coa dangkal,
kemudian dapat timbul ablasi retina, akibat badan siliar kedepan

17
PEMBEDAHAN KATARAK SENILIS
1. Ekstraksi katarak intrakapsular (ICCE)
Pada teknik ini, keseluruhan lensa katarak dan kapsulnya diangkat. Zonula yang
lemah dan terdegenerasi merupakan syarat dari operasi ini. Karena hal ini, teknik ini
tidak bisa dilakukan pada pasien yang muda karena zonula yang kuat. Pada usia 40-50
tahun, digunakan enzim alphachymotrypsin yang melemahkan zonula.
Indikasi: Subluksasi dan dislokasi lensa.
2. Ekstraksi katarak ekstrakapsular (ECCE)
Pada teknik ini, bagian besar dari kapsula anterior dan epitel, nukleus dan korteks
diangkat; kapsula posterior ditinggalkan sebagai penyangga lensa implant.
Indikasi: Operasi katarak pada anak-anak dan dewasa.
Kontraindikasi: Subluksasi dan dislokasi lensa.
3. Fakoemulsifikasi
Pembedahan menggunakan vibrator ultrasonik untuk menghancurkan nukleus yang
kemudian diaspirasi melalui insisi 2.5-3 mm, dan kemudian dimasukan lensa
intraokular yang dapat dilipat. Keuntungan yang didapat ialah pemulihan visus lebih
cepat, induksi astigmatis akibat operasi minimal, komplikasi dan inflamasi pasca
bedah minimal.

Gambar : Teknik Fakoemulsifikasi pada operasi katarak

18
LENSA TANAM INTRAOKULER
Implantasi lensa intraokular merupakan metode pilihan untuk koreksi afakia. Biasanya bahan
lensa intraokuler terbuat dari polymethylmethacrylate (PMMA).
Pembagian besar dari lensa intraokular berdasarkan metodi fiksasi pada mata ialah:
1. IOL COA: Lensa di depan iris dan disangga oleh sudut dari COA.
2. Lensa yang disangga iris: lensa dijahit kepada iris, memiliki tingkat komplikasi yang
tinggi.
3. Lensa Bilik Mata Belakang: Lensa diletakan di belakang iris, disangga oleh sulkus
siliaris atau kapsula posterior lensa.

19
DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas HS, Yulianti SR. Ilmu penyakit mata. 4th 3 rev. ed. Badan penerbit FKUI. 2013.
2. Kanski JJ, Bowling B. Clinical ophthalmology: systemic approach. 7th ed.
Saunders.2012
3. Wijana, Nana. Ilmu Penyakit Mata.

20
21

Anda mungkin juga menyukai