Anda di halaman 1dari 27

PARTISIPASI MASYARAKAT

SUNARKO
PENGERTIAN
 Mikkelsen (1999: 64) membagi partisipasi
menjadi 6 (enam) pengertian, yaitu:
 Partisipasi adalah kontribusi sukarela dari

masyarakat kepada proyek tanpa ikut serta


dalam pengambilan keputusan;
 Partisipasi adalah “pemekaan” (membuat

peka) pihak masyarakat untuk meningkatkan


kemauan menerima dan kemampuan untuk
menanggapi proyek-proyek pembangunan;
 Partisipasi adalah keterlibatan sukarela oleh
masyarakat dalam perubahan yang
ditentukannya sendiri;
 Partisipasi adalah suatu proses yang aktif,

yang mengandung arti bahwa orang atau


kelompok yang terkait, mengambil inisiatif
dan menggunakan kebebasannya untuk
melakukan hal itu;
 Partisipasi adalah pemantapan dialog antara
masyarakat setempat dengan para staf yang
melakukan persiapan, pelaksanaan,
monitoring proyek, agar supaya memperoleh
informasi mengenai konteks lokal, dan
dampak-dampak sosial;
 Partisipasi adalah keterlibatan masyarakat

dalam pembangunan diri, kehidupan, dan


lingkungan mereka.
TAHAP
 Partisipasi masyarakat dalam pembangunan
dikelompokkan menjadi 4 tahap, yaitu:
 1) partisipasi dalam tahap perencanaan,
 2) partisipasi dalam tahap pelaksanaan,
 3) partisipasi dalam tahap pemanfaatan hasil

pembangunan, dan
 4) partisipasi dalam tahap pengawasan. 
BENTUK
 Nuring Septyasa, 2013, bentuk-bentuk
partisipasi masyarakat sebagai berikut:
 1. Partisipasi pikiran

Partisipasi ini dilakukan


masyarakat dengan memberikan
sumbangan ide atau gagasan yang dimiliki
oleh masyarakat.
 2. Partisipasi tenaga
Partisipasi ini dilakukan masyarakat
dengan memberikan sumbangan tenaga.

3. Partisipasi harta
Partisipasi ini dapat dilakukan masyarakat
dengan memberikan sumbangan berupa
harta atau uang dan makanan yang dapat
membantu pelaksanaan pembangunan.
 Karianga (2011: 249-250) bentuk-bentuk
partisipasi dapat dibagi menjadi 4
pengertian:
 (1) Partisipasi dapat bersifat transitif atau

intransitif,
partisipasi transitif ini berorientasi pada
tujuan tertentu, sedangkan partisipasi
intransitif apabila subjek tertentu
berpartisipasi tanpa tujuan yang jelas,
 (2) Partisipasi bermoral atau tak bermoral,
partisipasi memenuhi sisi moral apabila
tujuan yang hendak dicapai sesuai dengan
etika,
 (3) Partisipasi yang bersifat dipaksa dan

bersifat bebas,
 (4) Partisipasi yang bersifat manipulatif atau
spontan,
partisipasi yang dimanipulasi mengandung
pengertian bahwa partisipan tidak merasa
dipaksa untuk melakukan sesuatu, tetapi
sesungguhnya partisipan diarahkan untuk
berpartisipasi oleh kekuatan di luar
kendalinya.
TINGKATAN
 Arnstein (1969, terdapat delapan tingkatan
dalam partisipasi masyarakat, yaitu sebagai
berikut:
a. Manipulasi (Manipulation) 
 Manipulation merupakan tingkat partisipasi

yang paling rendah dan sebagai tangga


pertama dari delapan anak tangga partisipasi.
 Pada tingkatan ini pemerintah membuat program
pembangunan kemudian membentuk komite
(Badan Penasehat) untuk mendukung pemerintah.
 Dengan dibentuknya komite tersebut, pemerintah
memanipulasi masyarakat sehingga munculnya
anggapan bahwa program tersebut sangat
dibutuhkan oleh masyarakat.
 Partisipasi masyarakat hanya dijadikan kendaraan
oleh pemerintah, sehingga mengakibatkan tidak
adanya peran serta masyarakat.
 b. Terapi (Therapy) 
 Therapy merupakan tangga kedua. Pada

tingkatan ini, terapi digunakan untuk


merawat atau menyembuhkan penyakit
masyarakat akibat adanya kesenjangan antara
masyarakat kaya dan miskin ataupun
kesenjangan kekuasaan dan kesenjangan ras
yang telah menjadi penyakit di masyarakat.
 Pada tingkat ini, pemerintah membuat
berbagai program pemerintah yang hanya
bertujuan untuk mengubah pola pikir
masyarakat seperti proses penyembuhan
pasien dalam terapi sebagai upaya untuk
mengobati masalah-masalah psikologis
masyarakat seperti halnya perasaan
ketidakberdayaan (sense of powerless), tidak
percaya diri dan perasaan bahwa diri mereka
bukan komponen penting dalam masyarakat.
 c. Pemberian Informasi (Informing) 
 Informing merupakan tangga ketiga.

Tingkatan ini merupakan transisi antara non


participation dengan tokenism. Pada tingkat
ini terdapat 2 karakteristik yang bercampur,
yaitu:
 Pemerintah memberi informasi mengenai
hak, tanggung jawab, dan berbagai pilihan
masyarakat, hal ini adalah langkah pertama
menuju partisipasi masyarakat.
 Pemberian informasi hanya bersifat komunikasi
satu arah (dari pemerintah kepada masyarakat)
berupa negosiasi terhadap rencana program
yang akan dilakukan, tanpa adanya umpan
balik (feedback) dari masyarakat sehingga kecil
kemungkinan untuk mempengaruhi rencana
program pembangunan tersebut.
 Media massa, poster, pamflet dan tanggapan
atas pertanyaan, merupakan alat yang sering
digunakan dalam komunikasi satu arah.
 d. Konsultasi (Consultation) 
 Consultation merupakan tangga keempat.

Pada tingkatan ini pemerintah memberi


informasi dan mengundang opini masyarakat.
 Tingkat ini merupakan tingkat yang sah

menuju tingkat partisipasi penuh.


 Komunikasi dua arah ini sifatnya tetap buatan
(artificial)karena tidak dijadikannya ide-ide
dari masyarakat sebagai bahan
pertimbangan.
 Bentuk konsultasi masyarakat adalah survei

tentang pola pikir masyarakat, pertemuan


antar tetangga, dan dengar pendapat publik.
 Di sini partisipasi tetap menjadi sebuah ritual

yang semu.
 e. Perujukan (Placation) 
 Placation merupakan tangga kelima.
 Pada tingkatan ini masyarakat sudah mulai

mempunyai pengaruh terhadap program


pemerintah, ini terbukti sudah adanya
keterlibatan masyarakat yang ikut menjadi
anggota komite (badan kerjasama) yang
terdiri dari wakil-wakil dari instansi
pemerintah.
 Dengan kata lain, pemerintah membiarkan
masyarakat berpenghasilan rendah untuk
memberikan saran atau usul, tetapi
keputusan masih dipegang oleh elit
kekuasaan.
 Hal ini disebabkan jumlah masyarakat pada

anggota komite masih terlalu sedikit


dibandingkan dengan anggota instansi
pemerintah.
 f. Kemitraan (Partnership) 
 Partnership merupakan tangga keenam.
 Pada tingkatan ini masyarakat memiliki

kekuatan bernegosiasi dengan pemegang


kekuasaan.
 Pemerintah membagi tanggung jawab dengan
masyarakat terhadap perencanaan,
pengambilan keputusan, penyusunan
kebijaksanaan dan pemecahan berbagai
permasalahan melalui badan kerjasama.
 Setelah ada kesepakatan tidak dibenarkan

adanya perubahan-perubahan yang dilakukan


secara sepihak.
 g. Pelimpahan Kekuasaan (Delegated Power) 
 Delegated Power merupakan tangga ketujuh.
 Pada tingkat ini, masyarakat diberi limpahan

kekuasaan untuk membuat keputusan pada


rencana atau program-program
pembangunan yang bermanfaat bagi mereka.
 Untuk memecahkan permasalahan yang ada,

pemerintah harus mengadakan tawar


menawar dibandingkan dengan memberi
tekanan kepada masyarakat.
 h. Pengawasan Masyarakat (Citizen Control) 
 Citizen Control merupakan tangga kedelapan

dan merupakan tingkat partisipasi tertinggi.


 Pada tingkat ini, masyarakat mempunyai

kekuatan penuh untuk mengukur program


atau kelembagaan yang berkaitan dengan
kepentingan mereka.
 Masyarakat mempunyai kewenangan penuh
dibidang kebijaksanaan dan masyarakat
dapat langsung berhubungan dengan pihak-
pihak luar untuk mendapatkan bantuan atau
pinjaman dana tanpa melalui perantara pihak
ketiga.
REFERENSI
 Mikkelsen, Britha, 1999, Metode Penelitian Partisipatoris
dan Upaya-Upaya Pemberdayaan, Jakarta, Penerbit
Yayasan Obor Indonesia.
 Karianga, Hendra. 2011, Partisipasi Masyarakat dalam
Pengelolaan Keuangan Daerah (Perspektif Hukum dan
Demokrasi), Bandung: PT. Alumni
 Nuring Septyasa. (2013). Bentuk-Bentuk Partisipasi
Masyarakat.
 Arif Zulkifli Nasution, 2017, Partisipasi Masyarakat atau
Society participation
 Arnstein SR. 1969. A Leadder of Citizen Participation.
Journal of the American. Planning Association, Volume 35
(4).

Anda mungkin juga menyukai