Anda di halaman 1dari 11

MODULPERKULIAHAN

Kewirausahaan I

KEWIRAUSAHAAN DARI PERSPEKTIF SOSIOLOGIS


DAN PSIKOLOGIS

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh


Teknik Tk Sipil
Adi Sofyana Latif, S.Si, MM.CMA

Abstract Kompetensi
Pada materi ini akan dibahas Mahasiswa diharapkan mampu melihat
mengenai karakteristik psikologis, dan memanfaatkan peluang, adapun hal
menyangkut kepribadian, motivasi, yang perlu diperhatikan oleh mahasiswa
evaluasi diri, dan sifat-sifat kognitif, adalah karekteristik secara pribadi,
juga dibahas factor-faktor yang kepribadian yang berbeda tentunya akan
mempengaruhi dan contoh kasus. menunjukkan cara-cara yang berbeda
pula dalam menghadapinya.

2019 KEWIRAUSAHAAN I
1 Adi Sofyana Latif, S.Si, MM.CMA
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Pengantar
Tinjauan kewirausahaan dari perspektif Psikologi lebih terfokus pada pertanyaan mengapa
secara individual ada orang dapat yang memanfaatkan peluang? Mengapa yang lain tidak?
Mengapa ada pengusaha yang sukses? Mengapa ada yang tidak sukses?Melihat sebuah peluang
menjadi awal suatu ide untuk menancapkan sebuah roda usaha. Namun, hal tersebut perlu
ditindak lanjuti dengan upaya eksploitasi peluang sehingga menciptakan keuntungan yang
menjanjikan. Dalam hal ini, tidak semua orangmampu melihat peluang usaha.Terdapat beberapa
karakteristik kepribadian seseorang yang akan mempengaruhi dirinya dalam cara
mengorganisasikan peluang wirausaha. Kepribadian yang berbeda akan menunjukkan perbedaan
cara dalam menghadapi tantangan meski berada dalamsituasi yang sama.Seperti yang kita
ketahui dalam artikel sebelumnya, peluang kewirausahaan membutuhkan formulasi kerangka baru
(Casson, 1982).
Dalam artikel ini mari kita mengajukan pertanyaan: kenapa seseorang dan bukan yang lain,
dapat mengetahui danmelihat adanya peluang? Rumus yang dapat kita ajukan adalah
kepemilikan orangtersebut akan informasi dan belief yang dapat mengantarkan seseorang untuk
berikirtentang ide-ide inovatif. Karena belief dan kepemilikan informasi tidak sama antara
satuorang dengan yang lain maka tidak setiap orang mampu mengenali setiap
peluangkewirausahaan yang tersedia (Shane, 2000). Penelitian telah menjelaskan
bahwakarakteristik psikologis dan non psikologis dari seseorang mempengaruhi tendensinyauntuk
mengihat peluang kewirausahaan.Secara umum, yang menyebabkan seseorang mampu melihat
peluang usahadibandingkan yang tidak adalah pertama mereka memiliki akses yang lebih baik
akaninformasi tentang keberadaan peluang. Kedua, mereka dapat mengenali peluang lebihbaik
daripada yang lain, walaupun diberikan sejumlah informasi yang sama tentang halpeluang.
Biasanya, hanya orang yang memiliki kemampuan kognitif superior yangmemiliki kemampuan
tersebut.Akses informasiBeberapa orang mampu mengenali peluang lebih baik karena mereka
memilikiinformasi lebih dibandingkan orang lain (Hayek, 1945; Kirzner, 1973). Informasi
inimemungkinkan seseorang untuk mengetahui bahwa sebuah peluang adalah sebuahanugerah
ketika orang lain mengabaikan situasi tersebut. Informasi pengalaman hidupyang spesifik, seperti
pekerjaan atau kehidupan sehari-hari dapat memberikan aksespada informasi dimana orang lain
belum tentu mendapatkannya (Venkataraman, 1997).Pengalaman hidup ini memberikan proses
permulaan pada informasi bahwa orang laintelah menggunakan sumberdaya secara tidak lengkap
atau tidak proporsional, sepertiperubahan teknologi atau perkembangan peraturan yang
baru.Pengalaman hidupAktivitas tertentu memberikan referensi pada pengatahuan yang
dibutuhkanuntuk mengetahui peluang. Dalam faktanya, penelitian sebelumnya telah
menunjukkankejadian dari dua aspek pengalaman hidup yang meningkatkan probabilitas
seseoranguntuk mengetahui peluang yaitu pekerjaan dan pengalaman yang berbeda.Pekerjaan

2019 KEWIRAUSAHAAN I
2 Adi Sofyana Latif, S.Si, MM.CMA
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
seseorang dapat mengantarkan seseorang untuk menemukanpeluang baru. Sebagai contoh, ahli
kimia atau fisika lebih dulu dalam menemukanteknologi dibandingkan ahli sejarah karena
penelitian memberikan mereka akses padainformasi tentang peluang dimana orang lain tidak
mendapatkannya (Freeman, 1982).Diantara tipe-tipe pekerjaan yang menyediakan akses pada
informasi, yang palingsignifikan adalah Research and Development (Klepper dan Sleeper, 2001).
Karenapenelitian dan pengembangan menciptakan sebuah informasi baru yang
menyebabkanperubahan teknologi, sehingga menjadi sebuah sumber utama dari peluang
(Aldrich,1999) maka orang yang bekerja dalam bidang penelitian dan pengembangan akan
lebihcepat mengetahui tentang adanya peluang dan perkembangan teknologi dibandingkanorang
lain.Contoh yang paling dekat dengan kita adalah penemuan VCO oleh dosen MIPAKimia UGM,
Bapak Bambang Prastowo. Beliau adalah seorang peneliti. Beliaumenemukan cara untuk
mengambil minyak kelapa tanpa ada proses pemanasan.Hasilnya, ternyata minyak tersebut
memiliki khasiat yang banyak dan lebih baik.Hasilnya penelitiannya beliau jual dan mendapatkan
keuntungan banyak.
Variasi dalam pengalaman hidupVariasi dalam pengalaman hidup menyediakan akses pada
informasi yang barudan dapat membantu seseorang dalam menemukan peluang. Penemuan
peluang inikadang seperti menyusun puzzle, karena sebuah kepingan informasi yang baru
kadangmemiliki elemen yang hilang dan membutuhkan kecermatan bahwa peluang baru
telahhadir. Variasi dalam pengalaman menyebabkan seseorang akan menerima informasi yang
baru Selanjutnya, dari hal tersebut individu dapat menemukan kepingan peluang(Romanelli dan
Schoonhoven, 2001) karena individu dengan pengalaman hidup danpekerjaan yang banyak akan
memiliki akses dalam pengalaman yang beranekaragam(Casson, 1995).Delmar dan Davidsson
(2000) telah membandingkan sampel secara acak dari405 orang yang memiliki bisnis dengan
sebuah kelompok kontrol yang juga dipilihsecara acak dan menemukan bahwa dalam proses
memulai sebuah bisnis umumnyamereka adalah orang yang sering berpindah-pindah kerja
dibandingkan kelompokkontrol.Ikatan SosialSalah satu cara yang penting agar individu bisa
mendapatkan akses informasitentang peluang kewirausahaan adalah melalui interaksi dengan
orang lain atau jejaringsosial mereka. Struktur dari jejaring sosial seseorang aka mempengaruhi
informasi apayang mereka terima dan mengkategorikan informasi tersebut. Ikatan yang kuat pada
seseorang yang kita percayai sepenuhnya, juga sangat menguntungkan dalam menemukan
peluang. Dalam ikatan yang kuat, terdapat kepercayaan sehingga individu dapat mempercayai
sepenuhnya keakuratan informasi yang datang dari orang tersebut. Kepercayaan dalam
keakuratan informasi merupakan hal yang penting untuk penemuan peluang karena
wirausahawan membutuhkan akses informasi, dan selanjutnya mensintesiskannya. Beberapa
penelitian mendukung pendapat ini bahwa ikatan sosial meningkatkan kemungkinan seseorang
dalam menemukan peluang kewirausahaan. Sebagai contoh, Zimmer dan Aldrich (1987)
mempelajari kelompok etnik yang bekerja secara mandiri di tiga kota di Inggris dan menemukan
2019 KEWIRAUSAHAAN I
3 Adi Sofyana Latif, S.Si, MM.CMA
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
bahwa kebanyakan pemilik usaha mendapatkan informasi tentang peluang kewirausahaan melalui
channel mereka.

B. Kharakteristik Psikologis
Shane (2003) mengelompokkan karakter psikologis yang mempengaruhi mengapa seseorang
lebih memanfaatkan peluang dibandingkan yang lain dalam 4 aspek yaitu:
1. kepribadian
2. motivasi
3. evaluasi diri
4. sifat-sifat kognitif

1. Kepribadian
Kepribadian dan motivasi berpengaruh terhadap tindakan seseorang dalam mengambil keputusan
yang berkaitan dengan tindakan memanfaatkan peluang. Bahkan ketika sekumpulan orang
dihadapkan pada peluang yang sama, mempunyai ketrampilan yang hampir sama, dan informasi
yang sama; maka orang dengan motivasi tertentu akan memanfaatkan peluang, sementara yang
lain tidak. Ada 5 aspek kepribadian dan motif yang berpengaruh dalam memanfaatkan peluang.
a. Ekstraversi
Ektraversi terkait dengan sikap sosial, asertif, aktif, ambisi, inisiatif, dan ekshibisionis. Sikap ini
akan membantu entrepreneur untuk mengeksploitasi peluang terutama dalam memperkenalkan
ide ataupun kreasi mereka yang bernilai kepada calon pelanggan, karyawan, dan sebagainya.
Sikap ini membantu entrepreneur untuk mengombinasikan dan mengorganisasikan sumber daya
dalam kondisi yang tidak menentu.
b. Agreebleeness (Kesepahaman)
Sikap ini terkait dengan keramahan, konformitas sosial, keinginan untuk mempercayai,
kerjasama, keinginan untuk memaafkan, toleransi, dan fleksibilitas dengan orang lain. Hal ini akan
membantu entrepreneur dalam membangun jaringan kerjasama untuk kematangan bisnisnya
terutama aspek dari keinginan untuk mempercayai orang lain.

c. Pengambilan Resiko
Sikap ini berkaitan dengan kemauan seseorang untuk terlibat dalam kegiatan beresiko. Beberapa
resiko yang mungkin dihadapi oleh entrepreneur antara lain pemasaran, finansial, psikologis dan
sosial. Seseorang yang memiliki perilaku pengambilan resiko yang tinggi akan lebih mudah dalam
mengambil keputusan dalam keadaan yang tidak menentu dan mengorganisasikan sumber daya
yang dimilikinya terutama dalam memperkenalkan produknya ke pembeli.

2. Motivasi
2019 KEWIRAUSAHAAN I
4 Adi Sofyana Latif, S.Si, MM.CMA
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Hal yang tak kalah penting dalam menumbuhkan jiwa kewirausahaan adalah motivasi. Sebagian
besar entrepreneur dimotivasi oleh keinginan untuk menentukan nasibnya sendiri. Dalam paparan
berikut ini akan dibahas mengenai 2 macam kebutuhan yang melandasi motivasi seorang
entrepreneur.
a. Kebutuhan Berprestasi
Merupakan motivasi yang akan memicu seseorang untuk terlibat dengan penuh rasa tanggung
jawab, membutuhkan usaha dan keterampilan individu, terlibat dalam resiko sedang, dan
memberikan masukan yang jelas. Kebutuhan berprestasi yang tinggi dapat dilihat dari
kemampuan individu dalam menghasilkan sesuatu yang baru terhadap masalah khusus.
Selanjutnya, kebutuhan berprestasi juga dicirikan dengan adanya penentuan tujuan,
perencanaan, dan pengumpulan informasi serta kemauan untuk belajar. Ciri selanjutnya dari
adanya kebutuhan berprestasi adalah kemampuannya dalam membawa ide ke implementasi di
masyarakat. Dengan demikian, kebutuhan berprestasi yang tinggi akan membantu seorang
entrepreneur dalam menjalankan usahanya untuk memecahkan masalah sesuai dengan
penyebabnya, membantu dalam menentukan tujuan, perencanaan, dan aktivitas pengumpulan
informasi. Selain itu, kebutuhan informasi akan membantu entrepreneur untuk bangkit dengan
segera ketika
menghadapi tantangan.
b. Keinginan untuk independent (Need for independence)
Faktor ini menjadi penentu kekhasan dari seorang entrepreneur. Selain keinginan yang tidak ingin
ditentukan oleh orang lain, keinginan untuk independen akan memicu seorang entrepreneur
menghasilkan produk yang berbeda dengan orang lain. Ia akan lebih berani dalam membuat
keputusan sendiri dalam mengeksploitasi peluang berwirausaha. Motivasi seseorang juga akan
meningkat seiring dengan adanya role model dalam membangun usahanya. Seorang
entrepreneur akan berupaya mewarnai bisnisnya karena terinspirasi dengan entrepreneur yang
telah sukses sebelumnya. Biasanya hal ini akan terlihat ketika seorang entrepreneur mulai
memperkenalkan usahanya ke publik. Role model berperan sebagai katalis dan mentor dalam
menjalankan usahanya. Selain itu, jaringan dukungan sosial dari orang-orang di sekitar
entrepreneur akan berperan terutama ketika usaha tersebut menghadapi kesulitan ataupun ketika
berada dalam keadaan stagnan dalam prosesnya. Keberadaan jaringan ini dikategorikan menjadi:
a. Jaringan dukungan moral. Jaringan ini bisa berawal dari dukungan pasangan, teman-teman,
dan saudara.
b. Jaringan dukungan dari profesional. Jaringan ini akan membantu seorang entrepreneur dalam
mendapatkan nasihat dan konseling mengenai perkembangan usahanya. Jaringan ini bisa
berawal dari mentor, asosiasi bisnis, asosiasi perdagangan, dan hubungan yang bersifat personal.

2019 KEWIRAUSAHAAN I
5 Adi Sofyana Latif, S.Si, MM.CMA
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
3. Evaluasi Diri
a. Locus of control
Locus of control didefinisikan sebagai kepercayaan seseorang bahwa ia mampu mengendalikan
lingkungan di sekitarnya. Seorang entrepreneur yang memiliki internal locus of control lebih
mampu dalam memanfaatkan peluang kewirausahaan. Mereka memiliki kepercayaan dapat
memanfaatkan peluang, sumber daya, mengorganisasikan perusahaan, dan membangun strategi.
Hal ini dikarenakan kesuksesan dalam menjalankan aktivitas entrepreneur tergantung pada
keinginan seseorang untuk percaya pada kekuatannya sendiri.
b. Self Efficacy
Self-efficacy adalah kepercayaan seseorang pada kekuatan diri dalam menjalankan tugas
tertentu. Entrepreneur sering membuat penilaian sendiri pada keadaan yang tidak menentu, oleh
karena itu mereka harus memiliki kepercayaan diri dalam membuat pernyataan, keputusan
mengenai pengelolaan sumber daya yang mereka miliki.

4. Karakteristik Kognitif
Karakteristik kognitif merupakan faktor yang mempengaruhi bagaimana seseorang berpikir dan
membuat keputusan. Dalam mengembangkan peluang kewirausahaan, seorang entrepreneur
harus membuat keputusan positif mengenai sesuatu yang mereka belum pahami, dalam
ketidakpastian, dan informasi yang terbatas. Dalam membuat keputusan positif tersebut
dibutuhkan karakteristik kognitif yang membantu entrepreneur untuk memetakan cara bagaimana
memanfaatkan peluang wirausaha. Karakteristik tersebut antara lain:
a. Overconfidence
Overconfidence merupakan kepercayaan pada pernyataan diri yang melebihi keakuratan dari data
yang diberikan. Sikap percaya yang berlebihan ini sangat membantu entrepreneur terutama dalam
membuat keputusan pada situasi yang belum pasti dan informasi yang terbatas. Mereka akan
melangkah lebih pasti dalam menjalankan keputusannya meskipun kesuksesan yang diinginkan
belum pasti. Hal ini sebenarnya bias dari rasa optimisme. Overconfidence mendorong orang
mampu memanfaatkan peluang usaha (Busenitz dalam Shane, 2003).

Beberapa riset yang mendukung teori bahwa overconfidence mendorong memanfaatkan peluang
usaha. Shane (2003) mempresentasikan beberapa penelitian yang mendukung kenyataan ini.
Gartner dan Thomas pada tahun 1989 melakukan survei terhadap 63 pendiri perusahaan software
computer. Hasilnya menunjukkan bahwa mereka cenderung overconfidence dan perkiraan rata-
rata penjualan 29% di atas penjualan tahun sebelumnya. Sementara penelitian yang dilakukan
oleh Cooper dkk tahun 1988 menunjukkan bahwa 33,3% dari yang mereka percaya bahwa
mereka akan sukses dan dua pertiga dari yang mereka survei merasa yakin akan kesuksesan
yang akan diraihnya.
2019 KEWIRAUSAHAAN I
6 Adi Sofyana Latif, S.Si, MM.CMA
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Entrepreneur cenderung lebih overconfidence dibandingkan dengan manajer. Hasil penelitian
Busenizt dan Barney tahun 1997 dengan cara membandingkan 124 pendiri perusahaan dan 74
manajer dalam sebuah organisasi besar. Hasilnya menunjukkan bahwa pendiri perusahaan lebih
overconfidence dibandingkan dengan manajer. Demikian juga penelitian yang dilakukan oleh Amir
dkk tahun 2001, yang dilakukan dengan cara wawancara pada 51 pendiri perusahaan dan 28
manajer senior (bukan pendiri) di Kanada. Pendiri perusahaan memperkirakan mereka
mempunyai peluang sukses lebih besar dibandingkan dengan perkiraan manajer senior.
b. Representatif
Representatif merupakan keinginan untuk menggeneralisasi dari sebuah contoh kecil yang tidak
mewakili sebuah populasi. Bias dalam representatif akan mendorong seorang entrepreneur dalam
membuat keputusan. Ia menjadi lebih mudah dalam membuat keputusan terutama dalam keadan
yang tidak menentu. Penelitian mengenai hal ini dilakukan oleh Busenitz dan Barney di tahun
1997. dengan cara membandingkan 124 pendiri perusahaan dengan 74 manajer. Hasilnya
menunjukkan bahwa para pendiri perusahaan memiliki sekor representativeness yang lebih tinggi
dibandingkan dengan manajer. Hal ini menunjukkan bahwa gaya pemecahan masalah antara
entrepreneur dan manajer berbeda.
c. Intuisi
Sebagian besar entrepreneur menggunakan intuisi daripada menganalisis informasi dalam
membuat keputusan. Kegunaan intuisi untuk memfasilitasi pembuatan keputusan mengenai
ketersediaan sumber daya, mengorganisasi dan membangun strategi baru. dengan memfasilitasi
pembuatan keputusan maka argumen akan muncul, dan intuisi selanjutnya akan meningkatkan
performa dalam kegiatan entrepreneur. Beberapa riset mendukung fakta di atas. Shane (2003)
melaporkan beberapa hasil penelitian berikut ini. Hasil penelitian Allison dkk membandingkan 156
pendiri perusahaan dan perusahaan yang masuk daftar dalam British Publication Local Heroes
sebagai perusahaan yang berkembang dengan 546 manajer. Hasil penelitiannya menunjukkan
bahwa pendiri perusahaan lebih intuitif dalam pengambilan keputusan dibandingkan dengan
manajer.

C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Karakteristik Wirausaha


1. Lingkungan keluarga dan masa kecil
Beberapa penelitian yang berusaha mengungkap mengenai pengaruh lingkungan keluarga
terhadap pembentukan semangat berwirausaha. Penelitian bertopik urutan kelahiran menemukan
bahwa anak dengan urutan kelahiran pertama lebih memilih untuk berwirausaha. Namun,
penelitian ini perlu dikaji lebih lanjut. Selanjutnya pengaruh pekerjaan orang tua terhadap
pertumbuhan semangat kewirausahaan ternyata memiliki pengaruh yang signifikan.
2. Pendidikan
2019 KEWIRAUSAHAAN I
7 Adi Sofyana Latif, S.Si, MM.CMA
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Faktor pendidikan juga tak kalah memainkan penting dalam penumbuhan semangat
kewirausahaan. Pendidikan tidak hanya mempengaruhi seseorang untuk melanjutkan usahanya
namun juga membantu dalam mengatasi masalah dalam menjalankan usahanya.
3. Nilai-nilai Personal
Faktor selanjutnya adalah nilai-nilai personal yang akan mewarnai usaha yang dikembangkan
seorang wirausaha. Nilai personal akan membedakan dirinya dengan pengusaha lain terutama
dalam menjalin hubungan dengan pelanggan, suplier, dan pihak-pihak lain, serta cara dalam
mengatur organisasinya.
4. Pengalaman Kerja
Pengalaman kerja tidak sekedar menjadi salah satu hal yang menyebabkan seseorang untuk
menjadi seorang entrepreneur. Pengalaman ketidakpuasan dalam bekerja juga turut menjadi
salah satu pendorong dalam mengembangkan usaha baru.

D. Bahan Diskusi
Bacalah dengan seksama kasus berikut ini. Coba lakukan analisis mengenai kharakteristik
kewirausahaan dari perspektif psikologis.
Sumber:
Shane, S. 2003. A General Theory of Entrepreneurship.the Individual-opportunity Nexus. USA:
Edward Elgar
Hisrich,R.D., Peters, M.P., dan Shepherd, D.A. 2005. Entrepreneurship. Sixth Edition. New York:
McGraw-Hill
Kasus diambil dari Kedaulatan Rakyat, 1 Maret 2004
Ny. Indriyati, Cikal Bakal Gardena Group Mirintis
Usaha Kios Sejak 1960
1). Bagi masyarakat Yogyakarta, nama toko Gardena dan Vinolia, sudah tak asing lagi. Sebagai
pemain kawakan dalam dunia bisnis supermarket di Yogya, ke dua toko itu, hingga kini tetap eksis
di tengah maraknya bermunculan mall dan supermarket di berbagai lokasi.
2). Bicara tentang perjalanan toko Gardena bersama group usaha yang dikelolanya, yakni
Gardena Departemen Store di Yogya dan di Magelang, Vinolia baby and Kids Yogya, Matari
shopping mall, Ibis Malioboro, Dynasty fashion, dan Varia fashion, tak lepas dari pemrakarsa dan
cikal bakalnya yakni almarhumah Ny. Indriyati yang baru saja dipanggil Tuhan pada tanggal 26
Februari 2004 dalam usia 83 tahun di RS Singapura. Ny. Indriyati meninggalkan 4 orang anak, 9
cucu, dan 1 cicit.
3). Menurut putera sulungnya, Bintoro Sulaksono, semasa hidupnya, Ny. Indriyati pekerja keras
dan ulet, apalagi sejak suaminya meninggal pada tahun 1980. Ia harus bertangungjawab penuh
dalam mengatur rumah tangga dan usahanya. Kendati tidak didukung latar pendidikan yang

2019 KEWIRAUSAHAAN I
8 Adi Sofyana Latif, S.Si, MM.CMA
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
tinggi, namun karena karunia Tuhan, Ny. Indriyati mampu mengembangkan suatu jaringan bisnis
ritel.
4). Di era tahun 1960 an Indryiati membuka 2 kios di pasar Beringharjo Yogya. Dengan kerja keras
dan keuletannya. Pada tahun 1967, ia pun mengembangkan usaha dengan mendirikan toko
Vinolia di jalan Solo, yang pada saat itu tercatat sebagai toko yang terlengkap di kawasan itu,
yang menyediakan koleksi fashion dan kosmetik. Setiap HUT RI, toko Vinolia aktif berpartisipasi
ikut karnaval mobil yang memperagakan koleksi fashionnya.
5). Keberhasilannya mengelola toko dan memimpin karyawannya menjadikan Pemda menunjuk
lokasi di seberang lokasi toko itu untuk pengembangan usaha baru. Jadilah tahun 1977, dibuka
toko Gardena. Sebagai ungkapan syukurnya, ia menyumbangkan gapura perbatasan kota
Yogyakarta dan Sleman. Selanjutnya pada tanggal 21 Januari 1984, Gardena dikembangkan jadi
departemen store dan supermarket yang diresmikan oleh Sri Paku Alam VIII almarhum. Gardena
saat itu tercatat sebagai department store dan supermarket pertama di Yogyakarta yang buka non
stop dari jam 09.00 s.d 21.00; ditunjang fasilitas eskalator pertama di Yogyakarta.
6). Dengan keinginan untuk dapat melayani masyarakat luas dengan bisnis ritel tersebut, ia
mendirikan satu cabang lagi di Magelang. Sikap dan sifatnya dalam mengatur bisnis ritelnya telah
banyak memberikan teladan bagi semua staf dan karyawannya. Wanita enerjik ini sangat
menjunjung tinggi disiplin kerja dan menghargai staf dan karyawan yang berpotensi maupun
berprestasi. Kepedulian terhadap karyawan ditandai dengan mengenal setiap nama mereka.
“Sikap dan sifat inilah yang membuat karyawan dan staf kagum, menghormati dan mencintainya,”
kata Bintoro.
7). Disamping kesibukannya dalam mengelola bisnis ritel, ia juga aktif dalam berorganisasi dan
aktivitas sosial. Kepeduliannya terhadap lingkungan juga terlihat dengan dilakukannya
pembangunan tanggul perbatasan sungai dari Jalan Solo sampai Pengok, sehingga warga
kampung Pengok tak mengalami kebanjiran pada waktu hujan. Ia tercatat aktif dalam organisasi
IWAPI Yogyakarta, dan aktif juga mengikuti seminar-seminar.
8). Setelah tiada, apa yang ditinggalkannya, yakni Gardena Departement store dan supermarket
serta toko Vinolia, juga merupakan monumental. Ia selalu menanamkan kepada anaknya, cucu
maupun staf dan karyawannya, ucapan Bung Karno “Gantungkan cita-citamu di langit dan raihlah
bintang-bintan

2019 KEWIRAUSAHAAN I
9 Adi Sofyana Latif, S.Si, MM.CMA
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
dapat melaksanakan tugas dan pekerjaan dengan baik. Maka dari itu fungsi integratif sangat
diperlukan dalam mewujudkan hal tersebut, setidaknya ada 2 saluran komunikasi yang
dapat mewujudkan fungsi integratif yaitu saluran informasi formal dan saluran komunikasi
informal.

2019 KEWIRAUSAHAAN I
1 Adi Sofyana Latif, S.Si, MM.CMA
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Daftar Pustaka

 Suharyadi dkk, Kewirausahaan- Membangun Usaha Sukses Sejak Usia


Muda” Empat Jakarta 2007.

 https://pakarkomunikasi.com/komunikasi-kepemimpinan

2019 KEWIRAUSAHAAN I
1 Adi Sofyana Latif, S.Si, MM.CMA
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id

Anda mungkin juga menyukai