Anda di halaman 1dari 3

Dampak Repelita I Terhadap Pedesaan

Dalam bidang pertanian, Repelita I memberikan dampak positif. Dengan


meningkatnya sebagian besar hasil pertanian beras naik rata-rata 4% setahun,
produksi kayu khususnya kayu rimba naik rata-rata 37,4% setahun. Selain
perkembnagan yang semakin membaik di bidang pertanian, terdapat pula
perkembangan yang kurang menggembirakan di bidang produksi umbi-umbian,
kelapa, kopi, teh, dan kapas (Poesponegoro dan Notosusanto, 2008:580).

Pada sektor perikanan memperlihatkan perkembangan yang menggembirakan.


Eksporikan, terutama udang, naik rata-rata 62% setahun. Dengan membaiknya
iklim ekonomi di Indonesia menjadikan para penanam modal dalam negeri dan
penanam modal asing tertarik untuk menanamkan modalnya. Untuk sektor
produksi industri terjadi peningkatan, antara lain produksi semen mengalami
kenaikan sebesar 51 % Industri tekstil mengalami kemajuan. Benang tenun
meningkat dari 177.000 bal menjadi 316.247 bal. Sedangkan bahan tekstil
meningkat dari 449,8 juta menjadi 920 juta meter. Pembangunan kesehatan
dilakukan dengan membangun sarana kesehatan, jumlah Balai Kesejahteraan Ibu
dan Anak (BKIA) dalam tahun 1973 meningkat menjadi 6801 buah. Jumlah
puskesmas meningkat dari 1227 buah dalam 1969 menjadi 2343 buah dalam
tahun 1973 ( Poesponegoro dan Notosusanto, 2008:580-582).

a. Bantuan Pembangunan Daerah Tingkat I

Dalam Repelita I bantuan uang diberikan kepada provinsi atau daerah tingkat I
ditetapkan berdasar ketentuan yang diatur menurut Sumbangan Pemerintah
Pengganti Alokasi Devisa Otomatis (SPP ADO). Besarnya bantuan yang diterima
tiap-tiap provinsi didasarkan pada perhitungan nilai volume ekspor (diluar minyak
dan gas bumi) yang terdapat didalam lingkungan masing-masing provinsi
tersebut, dengan patokan besarnya ADO tahun1969. Dasar pemberian dengan
sistem ADO ini menimbukan ketidakseimbangan dalam besar kecilnya jumlah
bantuan yang diterima. Daerah-daerah tingkat I yang tidak atau kurang memiliki
hasil-hasil komoditi untuk diekspor menerima jumlah yang sedikit dari daerah lain
yang mempunyai komoditi ekspor yang kecil itu, mungkin membutuhkan bantuan
yang lebih besar bagi pembangunan daerahnya. Hasil fisik yang dicapai selama
Repelita I, meliputi perbaikan 1.600 kilometer jalan, 384.130 ribu hektar
perbaikan sawah, sedang perkiraan pendapatan lapangan kerja langsung meliputi
1.483.675 orang dengan rata-rata bekerja 100 hari pertahun. Dalam tahun 1974-
1975 bantuan pembangunan daerah tingkat II ditingkatkan menjadi Rp 400 per
kapita. Jumlah bantuan minimum untuk setiap daerah tingkat II dinaikkan menjadi
Rp 16 juta yang keseluruhannya menelan biaya sebesar Rp 42,5 milyar. Untuk
tahun 1975-1976 bantuan ini akan ditingkatkan lagi menjadi Rp 400 per kapita,
dengan bantuan nimimum sebesar Rp 20 juta, dan akan menelan biaya Rp 59
milyar. Disamping hasil-hasil fisik berupa perbaikan prasarana ekonomi di daerah
pedesaan serta menciptakan lapangan kerja langsung telah pula tercipta
peningkatan ketrampilan para aparatur pemerintah daerah dalam bidang
perencanaan, Hasil-hasil fisik tersebut, dengan sendirinya akan membantu
kelancaran program lain, terutama peningkatan produksi karena dengan prasarana
ekonomi terutama jalan dan jembatan maka pengangkatan sarana pertanian ke
daerah pedesaan dan hasil-hasil dari daerah pedesaan dapat lebih lancar.

b. Bantuan Pembangunan Desa

Besarnya bantuan Pembangunan Desa selama Repelita I adalah Rp 100.000 tiap-


tiap desa. Disamping bantuan Rp 100.000 per desa, kepada pemenang lomba desa,
desa yang tergolong minus dan kritis diberikan bantuan tambahan khusus. Selain
dari bantuan tersebut, secara selektif diberikan pula bantuan keserasian yang
didasarkan pada besarnya potensi gotong royong yang ada pada masyarakat desa.
Jumlah bantuan desa ini terus meningkat dari Rp 100.000 per desa dalam Repelita
I menjadi Rp 200.000 pada tahun 1974-1975 dan menjadi Rp 300.000 per desa
untuk tahun anggaran 1975-1976. Dengan semakin meningkatnya jumlah bantuan
ini semakain penting bagi pemimpin desa untuk mengikuti pedoman pengawasan,
pelaksanaan dan pelaporan proyek sehingga bantuan ini dapat dimanfaatkan
sebaik mungkin.

Bila ditelaah lebih lanjutnya, adanya Repelita tersebut menimbulkan sebuah hasil
yang sebagian besar mengarah pada sisi positif. Meski demikian, adanya sebuah
pembangunan memiliki sisi lain pula yakni sisi dari segi dampak yang bersifat
negatif. Meski adanya dampak negatif ini tidak terlihat pada Repelita I dampak ini
dapat dilihat dari adanya dana atau anggaran yang dihabiskan demi
berlangsungnya Repelita. Dana yang dipakai ada pula yang berasal dari kredit
maupun re-invetasi dengan perusahaan asing dilain sisi hal tersebut menjadikan
Indonesia memiliki ketergantungan dengan pihak asing. Selain itu ada pula
dampak negatif yang disebabkan oleh para penanam modal, membaiknya iklim
ekonomi menjadikan mulai ramainya para pemilik modal terutama dari pihak
asing. Saat para penanam modal asing menanamkan sahamnya, tentu berakibat
dengan berkembangnya para penanam modal dari dalam negeri. Dampak ini tidak
begitu dirasakan sebagai sebuah dampak yang membuahkan hal merugikan besar
karena dilain sisi, hubungan tersebut lebih banyaknya menimbulkan dampak yang
positif atau menguntungkan diantara kedua belah pihak.

Anda mungkin juga menyukai