Gerakan Non Blok (GNB) dalam bahasa Inggris disebut Non Aligned Movement (NAM) merupakan suatu
organisasi yang dibentuk oleh negara-negara yang cinta damai serta negara-negara yang ingin berperan aktif
dalam rangka menciptakan perdamaian serta keamanan dunia, yaitu dengan tidak beraliansi dengan blok-blok
manapun. Organisasi ini beranggotakan lebih dari 100 negara, termasuk Indonesia di dalamnya.
GNB didirikan berdasarkan prinsip-prinsip dasar sebagai hasil kesepakatan dalam Konferensi Tingkat Tinggi Asia
Afrika yang dikenal dengan sebutan dasasila Bandung. Terdapat keterkaitan yang erat antara GNB dan dasasila
Bandung tersebut. Keterkaitan tersebut dapat dilihat dari :
Setelah kita mengetahui penjelasan mengenai gerakan non blok. Kita akan menjelaskan mengenai peran
indonesia dalam gerakan non blok. Berikut adalah penjelasannya :
Seperti yang telah kita ketahui, bahwa Indonesia merupakan negara penganut sistem politik luar negri
Indonesia yang bebas dan aktif. Dalam menjalankan politik tersebut, Indonesia telah melakukan berbagai
upaya dalam menjaga perdamaian serta keamanan dunia internasional, yaitu dengan mambantu
penyelesaian berbagai persoalan serta persengketaan di berbagai kawasan dunia, serta penyelesaian
diplomatik lainnya.
presiden pertama Republik Indonesia yaitu Ir. Soekarno menjadi salah satu pemrakarsa berdirinya Organisasi
tersebut bersama dengan 4 kepala negara sahabat lainnya, yaitu Presiden Yugoslavia Josip Broz Tito, Perdana
menterii India Pandit Jawaharlal Nehru, Presiden Mesir Gamal Abdul Nasser, dan Perdana Menteri Ghana Kwame
Nkrumah.
GNB lahir sebagai suatu solusi atas beberapa kekisruhan yang terjadi di dunia internasional di sera tahun 1950-an,
dimana pada waktu itu telah terjadi perang dingin antara Amerika Serikat dan uni Sovyet yang membawa dampak
besar bagi beberapa negara, seperti Jerman, Vietnam, serta semenanjung Korea.
Salah satu alasan terjadinya perang dingin diantara 2 negara adikuasa tersebut adalah untuk memperebutkan
negara-negara yang berada di kawasan Asia Timur serta Asia Tenggara seperti Indonesia, Malaysia, thailand, serta
negara-negara yang banyak menghasilkan energi dunia seperti Qatar, Uni Emirat Arab, serta Kuwait.
Awal kelahiran Gerakan Non Blok adalah ketika terjadi Konferensi Asia afrika (KAA) di Bandung pada tahun 1955
dimana kurang lebih 29 kepala negara di kawasan Asia dan Afrika berkumpul guna melakukan identifikasi serta
pendalaman berbagai masalah yang menimpa dunia kala itu, serta mendeklarasikan keinginan mereka untuk tidak
terlibat dalam konfrontasi kedua blok yang sedang bertikai tersebut.
Indonesia beranggapan bahwa hubungan luar negri merupakan suatu kegiatan yang dilakukan antar bangsa baik
itu regional maupun secara global melalui bernagai macam forum bilateral maupun multilateral yang ditujukan untuk
kepentingan nasional dengan politik Luar negri bebas aktif sebagai landasannya. Kondisi tersebut diarahkan
dengan ikut berperan aktif dalam mewujudkan tatanan dunia baru yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi, serta keadilan sosial untuk meningkatkan hubungan kerja sama internasional, salah satunya adalah dengan
memantapkan serta meningkatkan peranannya dalam Gerakan Non Blok. Adapun langkah yang ditempuh
Indonesia dalam meningkatkan peranan di GNB adalah :
Kebijakan Soekarno di Masa Perang Dingin
Kebijakan Soekarno di Masa Perang Dingin – Keabadian Soekarno sebagai nama mantan presiden Indonesia tampaknya
bukan hanya akan dikenang oleh bangsa Indonesia saja. Soekarno pernah berpengaruh kuat di dalam percaturan politik
internasional, terlebih semasa perang dingin. Soekarno dikenal sebagai pemimpin yang garang, tegas, karismatik, dan paling
ditakuti dari Asia pada masanya. Sosok Soekarno tampaknya sudah menjadi sangat terkenal sehingga namanya kini sudah
diabadikan oleh setidaknya 5 negara asing di dunia baik berupa masjid, jalan, patung, perangko, dan sebagainya.
Ketenaran nama Soekarno tersebut tidak terlepas dari pengaruhnya di masa-masa silam. Pada masa perang dingin dimana dua
kekuatan blok terbesar di dunia kala itu yaitu Blok Barat yang dipimpin oleh Amerika Serikat dan Blok Timur yang dipimpin
oleh Uni Soviet saling bersaing untuk memperkuat pengaruh ideologi masing-masing di dunia internasional dengan merekrut
negara lain sebagai anggota. Soekarno menegaskan sikapnya untuk tidak memihak pada satupun Blok, dan memimpin
Indonesia untuk bisa terlepas dari dua pengaruh negara pemimpin Blok tersebut.
Soekarno menolak tegas pengaruh kedua negara yang hendak menjadikan Indonesia di bawah kepemimpinannya menjadi
‘anjing peliharaan’ bagi kedua negara terkuat dunia kala itu. Kebijakannya tersebut didampingi oleh sikap beraninya dalam
menghimpun pemimpin-pemimpin dunia ketiga untuk menyatakan sikap yang menolak gerakan blok. Inisiatif Soekarno dalam
menolak gerakan blok yang ada ditandai dengan terselenggaranya Konferensi Tingkat Tinggi Asia-Afrika (KAA) yang di
dalamnya terdapat negara-negara Asia dan juga Afrika yang baru saja merdeka pasca berakhirnya Perang Dunia II. Indonesia
sebagai negara inisiator berhasil menggandeng Mesir yang juga berpengaruh dalam pengakuan kedaulatan Indonesia sebagai
negara merdeka untuk menghimpun terbentuknya Gerakan Non-Blok (GNB) sebagai bentuk perlawanan dan juga kemandirian
di masa perang dingin. KAA sendiri berhasil terlaksana di tahun 1955, dimana Indonesia sebagai inisiator bertindak juga
Walaupun Soekarno menolak tegas Gerakan Blok, namun secara umum ia lebih condong ke gerakan kiri yang terlihat berteman
baik dengan negara-negara Komunis namun garang terhadap negara Barat. Hal ini juga dipertegas dengan ketakutan Amerika
Serikat terhadap kepemimpinan Soekarno yang ditakutkan akan memperkuat pengaruh Uni Soviet dan melemahkan posisinya.
Di sisi lain, Soekarno mulai menunjukkan sikap oportunisnya dengan memanfaatkan ‘hadiah’ berupa peralatan militer dari
Amerika Serikat dan juga Uni Soviet kala itu. Dengan cepat Soekarno dan kebijakannya menjadi sangat disegani di dunia
Barat, karena jika dipandang dalam geopolitik kala itu, Indonesia di bawah Soekarno merupakan kekuatan Asia yang paling
ditakuti bersama dengan Cina dan Vietnam. Disegani di dunia Barat karena ia secara tegas menunjukkan ketidaksukaannya
dengan pengaruh dunia Barat dalam sistem internasional kala itu. Apalagi kekuatan militer Indonesia sangat kuat saat itu.
Bukti lain ketidaksukaan Soekarno terhadap imperialisme Barat terjadi dalam penjajahan Belanda di Irian Barat, dimana
diplomasi Soekarno sukses mengusir pendudukan Belanda tersebut dengan menggandeng nama besar Uni Soviet untuk
menakuti Amerika Serikat di bawah kepemimpinan John F. Kennedy yang kemudian menyerukan kepada Belanda sebagai
sekutu Amerika Serikat untuk menarik pasukan dari Irian Barat. Irian Barat pun terbebas dari pendudukan Belanda tanpa
peperangan. Pasukan Belanda di Irian Barat dipaksa hengkang oleh Amerika Serikat karena AS tidak tega sekutunya tersebut
diporak-porandakan oleh pasukan Uni Soviet yang ingin membantu Indonesia dalam mengusir Belanda. Belanda pun berhasil
kabur dan Uni Soviet tidak menembak sebutir peluru pun dalam hal tersebut. Hal tersebut merupakan salah satu bukti diplomasi
dan kebijakan Soekarno yang sangat kuat dalam mempermainkan dan meraih kepentingan nasionalnya hingga negara besar
Adanya kecaman Indonesia terhadap pengaruh neokolonialisme Inggris di Malaysia yang ditandai dengan Dwikora tahun 1964
juga menjadi tanda bahwa Indonesia anti terhadap imperialisme Barat. Puncaknya, ketidaksukaan Soekarno terhadap
imperialisme Barat ditandai dengan keluarnya Indonesia sebagai anggota PBB pada tanggal 7 Januari 1965 sebagai bentuk
ketidaksukaan Indonesia terhadap pengangkatan Malaysia yang dinilai pro Barat sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan
Kebijakan yang diambil Soekarno disebut dengan “Politik Bebas-Aktif”, dimana Indonesia kala itu boleh saja berhubungan
dengan negara manapun dan juga aktif mewujudkan serta aktif dalam pendistribusian hubungan tersebut berdasar pada
kepentingan nasionalnya. Atas dasar kebijakan Bebas-Aktif Indonesia di masa perang dingin, posisi Indonesia pun kini tidak
begitu menunjukkan adanya kekangan terhadap bipolar di masa lampau bahkan yang hingga kini masih terus berjalan meski
terselubung.
==========================================================================================
Gelombang unjuk rasa mahasiswa dan golongan masyarakat meminta PKI dibubarkan pasca peristiwa G30S/PKI.Foto
Harian Sejarah –
Perang Dingin muncul akibat ketegangan-ketegangan yang terjadi antara Amerika dan Uni Sovyet di berbagai kawasan.
Perang Vietnam
Perang Korea
Perang Soviet-Afganistan
Krisis Kongo
Revolusi Hongaria
Krisis Iran
Pengaruh polarisasi dunia bagi perkembangan di Indonesia sebagai negara yang baru merdeka amat dirasakan. Indonesia
menjadi bagian dari percaturan politik Uni Soviet dan AS di kawasan Asia Tenggara.
Teori Domino menyebabkan AS berusaha menjauhkan Indonesia dari pengaruh komunisme yang begitu kental dan mencapai
puncaknya pada tahun 1960an. Di sisi lain Uni Soviet memberikan bantuan kepada Indonesia berupa penjualan Alutsista
dengan angsuran jangka panjang dalam rangka integrasi Papua Barat pada tahun 1961.
Muso, ketua CC PKI dan dalang Peristiwa PKI Madiun 1948. Foto: Referensiana
Setelah Amerika, Belgia dan Australia Yang tergabung dalam KTN pada tahun 1947 membantu menyelesaikan konflik
Indonesia-Belanda. Di dalam negeri terjadi pemberontakan PKI Madiun 1948 dimana tokoh-tokoh komunis banyak yang
Soekarno membacakan Dekrit Presiden 5 Juli 1959. Foto: Buku "30 Tahun Indonesia Merdeka Jilid 2"
Dalam rangka mencari dukungan untuk mengakui pengakuan kemerdekaan Indonesia oleh dunia barat, Indonesia berusaha
menerapkan sistem demokrasi liberal seperti yang dilakukan di Eropa Barat. Indonesia kemudian menganut sistem parlementer
Meskipun demikian, Indonesia menganut sistem politik bebas dan aktif yang tidak memihak kepada blok barat dan timur.
Pergolakan Perang Dingin dalam masa Demokrasi Liberal Indonesia terjadi ketika Kabinet PM. Sukiman menerima
program Mutual Security Act berupa bantuan militer oleh AS yang membuat kegaduhan politik di parlemen yang akhirnya
Presiden Soekarno kemudian mengakhiri sistem parlementer ini karena dirasa kurang cocok dengan iklim politik di Indonesia.
Presiden kemudian mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 yang mengembalikan konstitusi dari UUDS 1950 menjadi UUD
1945 dan pembubaran Dewan Konstituante, serta mulainya Demokrasi Terpimpin ala Soekarno.
Sistem Demokrasi Liberal yang gagal dan mengacaukan perpolitikan di Indonesia mendorong sikap anti barat,
neokolonialisme, dan neoimperialisme (NEKOLIM) oleh Presiden Soekarno. Indonesia sendiri kemudian menjadi negara yang
Indonesia kemudian mempelopori Gerakan Non Blok (GNB) pada tahun 1961 dan melaksanakan KTT ke-1 di Beograd,
Yugoslavia. Indonesia kemudian condong dekat dengan blok Timur dengan bergabung ke dalam poros Jakarta-Moskow-
Peking-Hanoi-Pyongyang. Dalam upaya mengintegrasikan Papua Barat, Indonesia mendapatkan bantuan persenjataan dari Uni
Soviet setelah AS menolak membantu Indonesia, meskipun AS kemudian akan mendorong permasalahan Indonesia ke Dewan
Keamanan PBB.
Setalah Papua Barat kembali terintegrasi dengan Indonesia tahun 1963, Indonesia berusaha menghalau pembentukan Malaysia
yang dinilai sebagai boneka Inggris di Asia Tenggara. Soekarno kemudian mencetuskan "ganyang Malaysia." Meletusnya
G30S/PKI tahun 1965 mengakhiri karier Soekarno dan politik yang sedang ia bangun.
Mahasiwa dan banyak golongan masyarakat menduduki gedung DPR/MPR sebagai bentuk keras gelombang
Reformasi yang akan menggulingkan kekuasaan Presiden Soeharto yang sudah berkuasa lebih dari 30 tahun. Foto:
Indonesia yang dimasa Soekarno cenderung vokal dalam perpolitikan Internasional mulai menurunkan
tensinya ketika Presiden Soeharto menjadi Presiden ke-2 Indonesia. Konfrontasi Indonesia-Malaysia yang
dilakukan pada tahun 1963 berakhir dengan ditandatanganinya Jakarta Achord di Jakarta 11 Agustus 1966.
Indonesia kemudian bersama dengan negara Asia Tenggara lainnya mendirikan ASEAN sebagai bukti bahwa
Asia Tenggara tidak berada pada dua kutub yang bersebrangan, meskipun ada beberapa negara yang
bergabung dengan SEATO (Pakta Pertahanan Asia Tenggara) yang dibentuk AS.
Meskipun politik Indonesia cenderung bebas dan aktif pada masa Orde Bara, hanya saja tidak begitu pada
perekonomiannya. Dalam membangun perekonomian Indonesia bergantung pada pinjaman IMF yang
cenderung dikendalikan oleh negara-negara Barat. Hal berakibat pada kebijakan ekonomi Indonesia yang
mendapatkan tekanan dari IMF tadi. Kondisi ini berlangsung hingga Orde Baru runtuh karena krisis yang
dipicu oleh masalah ekonomi 1998 dan gelombang Reformasi.
RekomendasiPenulisEmail