Anda di halaman 1dari 2

GERAKAN NON BLOK

GNB atau Gerakan Non Blok merupakan suatu perkumpulan dunia yang di dalamnya berisi
negara yang tidak memiliki aliansi atau tidak berpihak dengan kekuatan besar manapun.
Dengan kata lain, Gerakan Non Blok atau GNB adalah perkumpulan negara-negara yang
bersikap netral.
Kata non-blok sendiri pertama kali diperkenalkan oleh Perdana Menteri India, Nehru, melalui
pidatonya tahun 1954 di Colombo, Sri Lanka. Ia menjelaskan lima pilar yang kemudian
dijadikan basis dari GNB, yaitu:
1. Saling menghormati integritas teritorial dan kedaulatan
2. Perjanjian non-agresi
3. Tidak mengintervensi urusan dalam negeri negara lain
4. Kesetaraan dan keuntungan bersama
5. Menjaga perdamaian
Gerakan Non-Blok (GNB) didirikan pada tahun 1961, tepatnya tanggal 1 September.
Pendirian Gerakan Non-Blok pada tahun 1961 dipelopori sejumlah tokoh, yakni Soekarno
(Indonesia), Gamal Abdul Nasser (Mesir), Jawaharlal Nehru (India), Kwame Nkrumah
(Ghana), dan Joseph Broz Tito (Yugoslavia).
Tokoh-tokoh pemimpin sejumlah negara Asia, Afrika, dan Eropa Timur yang baru saja
meraih kemerdekaannya itu menginisiasi pembentukan Gerakan Non-Blok (GNB) untuk
menyikapi situasi politik dunia pada era 1950-60an.
SEJARAH
Pembentukan Gerakan Non-Blok dilatarbelakangi oleh situasi setelah Perang Dunia II, saat
terjadi Perang Dingin antara Amerika Serikat (AS) dan Uni Soviet. Dalam konteks politik,
Perang Dunia ke-2 ini membentuk fragmentasi dari negara-negara yang terasosiasi dalam dua
blok.
Blok tersebut dikenal dengan Blok Barat yang dipimpin oleh Amerika Serikat dengan paham
liberalisme-demokrasi dan Blok Timur yang dipimpin oleh Uni Soviet dengan ideologi
sosialisme-komunisme. Ada 8 negara yang ikut dalam Blok Barat, yaitu Amerika Serikat,
Inggris, Perancis, Belanda, Belgia, Luxemburg, Norwegia, dan Kanada.
Di lain sisi, Blok Timur juga memiliki beberapa negara masuk ke dalam sistem, yakni (Uni
Soviet, Cekoslovakia, Rumania, dan Jerman Timur). Kemudian, mengapa dua negara ini
yang memimpin? Karena Amerika Serikat dan Uni Soviet merupakan negara pemenang di
Perang Dunia ke-2 dan berambisi melebarkan pengaruhnya ke negara-negara lain di dunia.
Dalam upaya melakukan pengaruh yang masif kepada negara-negara lain di dunia, maka
Blok Barat membentuk NATO (North Atlantic Treaty Organization) dan Blok Timur
membentuk Pakta Warsawa. Tidak hanya sampai disitu, kedua blok ini masih tetap mencari
sekutu untuk menambah pertahanannya di Asia, Afrika dan Amerika.
Atas dasar ini, ada beberapa negara yang tidak ingin berpihak kepada Blok Barat dan Blok
Timur atau netral. Akhirnya, negara-negara ini mendirikan Gerakan Non-Blok (GNB) yang
memiliki sikap geopolitik yang putih, netral, dan tidak memihak kepada kedua blok tersebut.

○TUJUAN
1. Mendukung tercapainya hak untuk menentukan nasib sendiri, kemerdekaan nasional,
kedaulatan, dan integritas nasional bagi negara anggota
2.Menentang segala bentuk kejahatan internasional yaitu imperialisme, neo-kolonialisme,
kolonialisme, apartheid, rasisme, agresi militer, pendudukan dan dominasi asing, serta
pelucutan senjata
3. Berkomitmen dalam pembangunan ekonomi-sosial, restrukturisasi perekonomian
internasional, serta kerjasama atas dasar persamaan hak

PERAN INDONESIA DALAM GNB


1. Sebagai Pelopor Gerakan Non Blok. Indonesia turut andil dalam berdirinya gerakan ini.
Bahkan Presiden Soekarno merupakan tokoh pendiri GNB bersama tokoh dunia lainnya.
2. Menjadi Tuan Rumah KAA dan KTT. Peran Indonesia bisa dilihat dari pelaksanaan
KAA pada tahun 1955 di Bandung. Indonesia pun menjadi tuan rumah Konferensi Tingkat
Tinggi Gerakan Non-Blok (GNB) ke-X yang diadakan di Jakarta, pada tanggal 1-6
September 1992.
3. Memimpin GNB. Pada saat KTT GNB ke-10, Presiden Soeharto ditunjuk sebagai Ketua
Gerakan Non-Blok.
4. Berprinsip Sama Seperti GNB. Semenjak merdeka, Indonesia menentang beragam
kerjahatan internasional, terutama penjajahan. Perdamaian ini dijunjung dan diaplikasikan
dalam politik luar negeri bebas aktif. Politik tersebut ternyata sejalan dengan prinsip Gerakan
Non-Blok.
5. Aktif Mengupayakan Perdamaian Dunia. Dalam KTT GNB ke-X, lahirlah Jakarta
Message atau Pesan Jakarta. Sejumlah pokok dari Pesan Jakarta di antara lain ialah
mendukung Palestina, meminta diskriminasi rasial yang terjadi di Afrika Selatan diakhiri,
serta menolak adanya penggunaan senjata nuklir.

Anda mungkin juga menyukai