Anda di halaman 1dari 9

RESUME

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN


GERAKAN NON-BLOK

DISUSUN OLEH:
Kelompok 3
XI MIPA 4
Arin Aulia Putri (07)
Msy. Putri Fatika Safitri (21)
Muhammad Rizky Pratama (22)
Najwa Athaya Salsabila (24)

PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA SELATAN


DINAS PENDIDIKAN
SMA PLUS NEGERI 17 PALEMBANG
TAHUN AJARAN 2023/2024
GERAKAN NON-BLOK

A. Pengertian Gerakan Non-Blok


Gerakan Non-Blok (GNB) atau dalam Bahasa Inggris adalah Non-Alligned
Movement (NAM) merupakan sebuah organisasi internasional yang
beranggotakan negara-negara yang menganggap dirinya tidak beraliansi atau
memihak terhadap blok manapun. Organisasi ini didirikan pada tahun 1961 di
Yugoslavia, tepatnya di Beograd, Serbia. Pelopor pembentukan Gerakan Non-
Blok terdiri dari 5 orang dari beberapa negara, yaitu: Perdana Menteri
Jawaharlal Nehru dari India, Presiden Soekarno dari Indonesia, Presiden Gamal
Abdel Nasser dari Mesir, Presiden Josip Broz Tito dari Yugoslavia, dan
Presiden Kwame Nkrumah dari Ghana.
Pada awalnya, Gerakan Non-Blok merupakan himpunan negara-negara
yang baru merdeka atau negara berkembang yang tidak memihak kepada salah
satu blok era perang dingin. Negara- negara yang baru merdeka ini meliputi
semua negara yang terbebas dari penjajahan seiring dengan berakhirnya Perang
Dunia II pada tahun 1945. Sebelum berhasil mendeklarasikan GNB, para
pemimpin negara berkembang ini mengadakan empat kali pertemuan untuk
membentuk prinsip dasar gerakan. Salah satunya menghasilkan Dasa Sila
Bandung dalam Konferensi Asia Afrika atau KAA di Bandung. Selanjutnya,
pada Konferensi Tingkat Tinggi atau KTT I di Yugoslavia, 1- 6 September
1961, diumumkan secara resmi berdirinya GNB.

Gambar 1.1 Peta negara-negara anggota GNB.

B. Sejarah dan Latar Belakang Berdirinya Gerakan Non-Blok


Sejarah dan latar belakang berdirinya Gerakan Non-Blok tidak lepas
kaitannya dengan perang dingin. Perang dingin merupakan masa kompetitif dua
negara besar atau negara adidaya pemenang Perang Dunia II, yaitu Uni Soviet
dan Amerika Serikat. Kedua negara adidaya ini memperebutkan pengaruh dari
negara-negara yang sedang berkembang atau baru merdeka untuk menjadi
sekutu salah satu di antara mereka.
Saat itu dunia terbelah menjadi dua blok utama, yaitu Barat dan Timur. Blok
Barat merupakan aliansi politik pengusung ideologi liberalisme-demokrasi-
kapitalisme yang berada di bawah pengaruh Amerika Serikat dan Inggris.
Sebaliknya, Blok Timur menjadi aliansi negara-negara pendukung ideologi
sosialis-komunis yang kala itu dipimpin Uni Soviet (Rusia). Lahirnya GNB ini
dilatarbelakangi oleh kekhawatiran para pemimpin negara dunia terutama dari
Asia-Afrika terhadap munculnya ketegangan dunia karena adanya persaingan
antara Blok Barat (Amerika) dan Blok Timur (Uni Soviet/Rusia).
Melihat perbedaan yang menjadi masalah dalam kehidupan internasional,
negara-negara yang baru mendapatkan kemerdekaan di kawasan Asia-Afrika
melakukan diskusi, tepatnya melalui Konferensi Asia-Afrika (KAA) di daerah
Bandung, Jawa Barat pada tahun 1955. Konferensi ini dihadiri oleh pemimpin
negara dari 29 negara berkembang di Asia-Afrika. Konferensi ini
mendiskusikan tentang masalah-masalah yang dihadapi negara-negara bekas
koloni Barat yang baru saja berkembang.
Namun KAA saja tidak cukup karena ada negara berkembang yang baru
merdeka juga, yaitu Yugoslavia yang berada di luar Asia-Afrika. Sehingga,
setelah KAA Bandung, tepat pada tanggal 1 hingga tanggal 6 September 1961,
dilaksanakan kembali Konferensi Tingkat Tinggi (KTT I) yang dilaksanakan di
Beograd, Yugoslavia. Konferensi tersebut dihadiri oleh kurang lebih 25 negara
termasuk juga Indonesia.
Melalui konferensi tersebut, Jawaharlal Nehru, Perdana Menteri India, dan
pemimpin negara lainnya mendeklarasikan Gerakan Non-Blok yang merupakan
sebuah organisasi negara yang netral dan tidak terlibat di dalam konfrontasi
ideologi Barat dan Timur. Oleh sebab itu, GNB akhirnya ditetapkan secara
resmi pada tanggal 1 September 1961. Beberapa negara yang ada di dalam GNB
dan ikut serta menghadiri KTT I diantaranya yaitu Aljazair, Afghanistan, Arab
Saudi, Sri Lanka, Burma, Kongo, Kamboja, Kuba, Ethiopia, Cyprus, Ghansa,
India, Guinea, Indonesia, Lebanon, Irak, Maroko, Mali, Sudan, Somalia,
Tunisia, RPA, Yugoslavia, Yaman dan Nepal.
Di dalam Konferensi Tingkat Tinggi I tersebut, negara pendiri GNB sepakat
untuk mendirikan gerakan, bukan sebuah organisasi untuk menghindari diri dari
segala implikasi birokrasi dalam membangun sebuah upaya kerja di antara tiap
negara GNB. Kemudian KTT I menegaskan bahwa akan membuat posisi negara
sendiri dengan independen atau mandiri yang dapat mencerminkan semua
kepentingan negara anggota.

C. Faktor Pendorong Terbentuknya Gerakan Non-Blok


Selain karena kekhawatiran para pemimpin negara dunia terutama dari
Asia-Afrika terhadap munculnya ketegangan dunia karena adanya persaingan
antara Blok Barat (Amerika) dan Blok Timur (Uni Soviet/Rusia), faktor
pendorong terbentuknya GNB antara lain:
1.) Penandatanganan ''Dokumen Brioni'' tahun 1956 oleh Presiden Joseph Broz
Tito (Yugoslavia), PM Jawaharlal Nehru (India), Presiden Gamal Abdul
Nasser (Mesir), bertujuan mempersatukan negara-negara non-blok.
2.) Terjadinya krisis Kuba 1961 karena US membangun pangkalan militer di
Kuba secara besar-besaran, sehingga mengkhawatirkan Amerika Serikat.
3.) Pertemuan 5 orang negarawan pada sidang umum PBB di markas besar
PBB, yaitu : Presiden Soekarno (Indonesia), Perdana Menteri Jawaharlal
Nehru (India), Presiden Gamal Abdul Nasser (Mesir), Presiden Joseph Broz
Tito (Yugoslavia) dan Presiden Kwame Nkrumah (Ghana).
4.) Kerisuhan di dunia internasional akibat dari kekuatan negara adidaya yang
memperebutkan negara-negara di luar Eropa.

D. Tujuan Gerakan Non-Blok


Secara umum, tujuan GNB adalah untuk membuat negara-negara Non-Blok
tidak ingin dijadikan objek kepentingan blok Timur dan Barat dalam pergolakan
politik internasional. Dengan kata lain, negara-negara Non-Blok tidak mau ikut
campur dalam perlombaan dua negara raksasa tersebut untuk saling merebut
pengaruh. Adapun tujuan lain dari Gerakan Non-Blok, yaitu:
1.) Tujuan ke dalam, yakni melakukan usaha kemajuan dan pengembangan
ekonomi, sosial, dan politik yang jauh tertinggal dari negara maju.
2.) Tujuan ke luar adalah melakukan usaha meredakan ketegangan antara Blok
Barat dan Blok Timur menuju perdamaian dan keamanan.

E. Manfaat Gerakan Non-Blok


Secara garis besar, manfaat dari Gerakan Non-Blok ialah untuk
menciptakan stabilitas dan mengupayakan agar tidak terjadinya konflik yang
berkelanjutan yang dapat menyebabkan peperangan. Selain itu, Gerakan Non-
Blok juga menciptakan budaya perdamaian dan keamanan dunia serta
mendorong pendekatan multilateralisme dan menjalin kemitraan untuk
mencapai kesejahteraan bagi rakyat; tata kelola pemerintahan yang baik di
tatanan internasional (global governance), baik di bidang politik maupun di
bidang ekonomi-pembangunan.

F. Peran serta Indonesia dalan Gerakan Non-Blok


Berikut merupakan peran Indonesia di dalam GNB, sebagai berikut:
1.) Indonesia sebagai pelopor GNB karena Presiden Soekarno memiliki peran
sebagai tokoh dari pendiri GNB bersama dengan tokoh-tokoh dunia lainnya,
seperti Perdana Menteri India dan Presiden dari Mesir.
2.) Menjadi tuan rumah dari KAA serta KTT sebagaimana mulanya tercetus ide
untuk membentuk GNB adalah berasal dari Konferensi Asia Afrika (KAA)
yang diadakan di Bandung, Jawa Barat. Selain KAA, Indonesia pun pernah
menjadi tuan rumah untuk KTT GNB yang ke 10 yang diadakan di Jakarta
pada tahun 1992 tepatnya pada 1-6 September.
3.) Prinsip Indonesia sama dengan GNB yaitu, Indonesia menentang berbagai
macam kejahatan internasional, terutama penjajahan. Perdamaian tersebut
dijunjung serta diaplikasikan dalam politik luar negeri bebas aktif di
Indonesia yang sejalan dengan prinsip GNB.
4.) Indonesia aktif dalam mengupayakan perdamaian dunia seperti dalam KTT
10 GNB, lahirlah Jakarta Message atau Pesan Jakarta yang menitikberatkan
pada kerja sama pembangunan ekonomi. Pokok dari pesan mendukung
Palestina, meminta diskriminasi rasial yang terjadi di Afrika Selatan
diakhiri, menolak adanya penggunaan senjata nuklir, menyelesaikan konflik
regional seperti, konflik berdarah di Kamboja, gerakan separatis Moro di
Filipina dan sengketa Laut Cina Selatan.

Bagi Indonesia, Gerakan Non-Blok (GNB) merupakan wadah bagi negara-


negara berkembang untuk memperjuangkan cita-citanya. GNB mempunyai arti
yang khusus bagi bangsa Indonesia yang dapat dikatakan lahir sebagai negara
netral. Hal tersebut tercermin dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan bahwa “kemerdekaan adalah
hak segala bangsa, dan oleh sebab itu maka penjajahan di atas dunia harus
dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan”.
Selain itu, diamanatkan pula bahwa Indonesia ikut melaksanakan ketertiban
dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Sebagaimana kedua hal tersebut merupakan hakikat dasar GNB.
Sebagai anggota dari GNB, Indonesia akan tetap melakukan penanganan
terhadap berbagai permasalahan penting GNB dan berusaha untuk
menyumbangkan peranannya untuk kemajuan GNB di masa mendatang serta
mengoptimalkan berbagai pengalaman selama menjabat sebagai ketua GNB.

G. Kegiatan dan Pertemuan Gerakan Non-Blok


Pada dasarnya, pertemuan GNB berlanjut setiap tiga tahun sekali. Berikut
ini ialah urutan pertemuan dan kegiatan pada pertemuan GNB:
1.) KTT I
Dilaksanakan tanggal 1 sampai dengan 6 Desember 1961, di Beograd,
Yugoslavia. Hasil KTT I: GNB bukan organisasi pembentuk blok sendiri,
GNB wadah perjuangan yang tidak bersifat pasif, GNB mendukung setiap
usaha menentang imperialisme, kolonialisme, neokolonialisme, rasialisme,
apartheid, serta zionisme (penjajahan dalam segala bentuk).
2.) KTT II
Dilaksanakan tanggal 5 – 10 Oktober 1964, di Kairo, Mesir. Hasil:
demokrasi, hubungan internasional, kerjasama budaya.
3.) KTT III
Dilaksanakan tanggal 10 Oktober 1970, di Lusaka, Zambia. Hasil: kerja
sama ekonomi dunia ke-3 (negara berkembang).
4.) KTT IV
Dilaksanakan tanggal 5 – 9 September 1973, di Aljir, Aljazair. Hasil:
kerja sama ekonomi negara berkembang dan negara maju, serta mengatasi
ketegangan politik di Timur Tengah dan Afrika.
5.) KTT V
Dilaksanakan tanggal 16 – 19 September 1976, di Kolombo, Sri Lanka.
Hasil: bahaya perang nuklir, memperkokoh persatuan, masalah Timor
Timur (usulan Angola, dulu jajahan Portugis).
6.) KTT VI
Dilaksanakan tanggal 3 – 9 September 1979, Havana, Kuba. Hasil:
adanya perbedaan pandangan dalam Gerakan Non Blok, yaitu antara
golongan Radikal (Kuba, Aljazair, Vietnam) dengan golongan moderat
(Indonesia, Yugoslavia, India, Sri Lanka) tentang serangan RRC ke
Vietnam, perang saudara Kamboja, persetujuan Camp David (Mesir–
Israel).
7.) KTT VII
Dilaksanakan pada September 1982, di New Delhi, India. Hasil : adanya
perbedaan pendapat dalam GNB, bahwa ternyata Kuba pro Uni Soviet,
sehingga ketua GNB mengancam mengeluarkan Kuba dari anggota GNB.
8.) KTT VIII
Dilaksanakan tanggal 1 – 6 September 1986, di Harare, Zimbabwe.
Hasil: setelah meredanya Perang Dingin Amerika Serikat, Uni Soviet lebih
menekankan pada masalah sosial – ekonomi.
9.) KTT IX
Dilaksanakan tanggal 4 – 7 September 1989, Beograd, Yugoslavia.
Hasil: kurang membawa hasil bermanfaat karena perpecahan dalam negeri
negeri Federasi, Yugoslavia.
10.) KTT X
Dilaksanakan tanggal 1 – 7 September 1992, Jakarta, Indonesia. Hasil:
penyelesaian Hutang Negara Berkembang. Adanya Deklarasi : Jakarta
Message (Pesan Jakarta).
11.) KTT XI
Dilaksanakan tanggal 18 – 20 Oktober 1995, di Cartagena de Indieas,
Kolombia. Hasil: upaya rekonstrukturisasi Dewan Keamanan PBB.
12.) KTT XII
Dilaksanakan tanggal 2 – 3 Desember 1999, di Durban, Afrika Selatan.
Hasil: perjuangan demokrasi bagi pengakuan negara dunia ke-3. Kebijakan
hubungan internasional Indonesia.
13.) KTT XIII
Dilaksanakan tanggal 20 – 25 Pebruari 2003, di Kuala Lumpur,
Malaysia. Hasil: menerima anggota baru Timor Leste, Saint Vincent,
Grendinis, sehingga berjumlah 116 negara. Menentang terjadinya perang
AS – Inggris terhadap Irak.
14.) KTT XIV
Dilaksanakan tanggal 11 – 16 September 2006, di Havana, Kuba. Hasil:
menyelamatkan dunia dari bahaya terorisme internasional,
memperjuangkan kepentingan bersama di segala bidang, pemanfaatan
teknologi tinggi untuk peningkatan kesejahteraan rakyat di masing-masing
negara dan serukan pembahasan soal nuklir Iran.
15.) KTT XV
Dilaksanakan tanggal 11 – 16 Juli 2009, di Sharm El-Sheikh, Mesir.
Hasil: perhatian pada krisis ekonomi dan moneter global, perlunya
komunitas internasional kembali pada komitmen pada prinsip Piagam PBB,
peningkatan kerja sama antar negara maju dan berkembang.
H. Sekretaris Jenderal dan Anggota Gerakan Non-Blok
Sekretaris Jenderal GNB sekarang adalah Ilham Aliyev, yaitu Presiden
Azerbaijan sejak tahun 2019 hingga sekarang. Lalu negara-negara yang menjadi
anggota dari organisasi GNB pada gambar di bawah ini.

Anda mungkin juga menyukai