0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
12 tayangan9 halaman
Gerakan Non-Blok didirikan pada tahun 1961 di Yugoslavia oleh negara-negara yang tidak ingin terlibat dalam konfrontasi Blok Timur dan Barat. Tujuannya mencakup mempromosikan kerja sama ekonomi dan perdamaian internasional. Indonesia memiliki peran penting dalam mendirikan dan mengembangkan Gerakan Non-Blok dengan menjadi tuan rumah konferensi penting dan mendukung prinsip-prinsip perdamaian.
Gerakan Non-Blok didirikan pada tahun 1961 di Yugoslavia oleh negara-negara yang tidak ingin terlibat dalam konfrontasi Blok Timur dan Barat. Tujuannya mencakup mempromosikan kerja sama ekonomi dan perdamaian internasional. Indonesia memiliki peran penting dalam mendirikan dan mengembangkan Gerakan Non-Blok dengan menjadi tuan rumah konferensi penting dan mendukung prinsip-prinsip perdamaian.
Gerakan Non-Blok didirikan pada tahun 1961 di Yugoslavia oleh negara-negara yang tidak ingin terlibat dalam konfrontasi Blok Timur dan Barat. Tujuannya mencakup mempromosikan kerja sama ekonomi dan perdamaian internasional. Indonesia memiliki peran penting dalam mendirikan dan mengembangkan Gerakan Non-Blok dengan menjadi tuan rumah konferensi penting dan mendukung prinsip-prinsip perdamaian.
DISUSUN OLEH: Kelompok 3 XI MIPA 4 Arin Aulia Putri (07) Msy. Putri Fatika Safitri (21) Muhammad Rizky Pratama (22) Najwa Athaya Salsabila (24)
PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA SELATAN
DINAS PENDIDIKAN SMA PLUS NEGERI 17 PALEMBANG TAHUN AJARAN 2023/2024 GERAKAN NON-BLOK
A. Pengertian Gerakan Non-Blok
Gerakan Non-Blok (GNB) atau dalam Bahasa Inggris adalah Non-Alligned Movement (NAM) merupakan sebuah organisasi internasional yang beranggotakan negara-negara yang menganggap dirinya tidak beraliansi atau memihak terhadap blok manapun. Organisasi ini didirikan pada tahun 1961 di Yugoslavia, tepatnya di Beograd, Serbia. Pelopor pembentukan Gerakan Non- Blok terdiri dari 5 orang dari beberapa negara, yaitu: Perdana Menteri Jawaharlal Nehru dari India, Presiden Soekarno dari Indonesia, Presiden Gamal Abdel Nasser dari Mesir, Presiden Josip Broz Tito dari Yugoslavia, dan Presiden Kwame Nkrumah dari Ghana. Pada awalnya, Gerakan Non-Blok merupakan himpunan negara-negara yang baru merdeka atau negara berkembang yang tidak memihak kepada salah satu blok era perang dingin. Negara- negara yang baru merdeka ini meliputi semua negara yang terbebas dari penjajahan seiring dengan berakhirnya Perang Dunia II pada tahun 1945. Sebelum berhasil mendeklarasikan GNB, para pemimpin negara berkembang ini mengadakan empat kali pertemuan untuk membentuk prinsip dasar gerakan. Salah satunya menghasilkan Dasa Sila Bandung dalam Konferensi Asia Afrika atau KAA di Bandung. Selanjutnya, pada Konferensi Tingkat Tinggi atau KTT I di Yugoslavia, 1- 6 September 1961, diumumkan secara resmi berdirinya GNB.
Gambar 1.1 Peta negara-negara anggota GNB.
B. Sejarah dan Latar Belakang Berdirinya Gerakan Non-Blok
Sejarah dan latar belakang berdirinya Gerakan Non-Blok tidak lepas kaitannya dengan perang dingin. Perang dingin merupakan masa kompetitif dua negara besar atau negara adidaya pemenang Perang Dunia II, yaitu Uni Soviet dan Amerika Serikat. Kedua negara adidaya ini memperebutkan pengaruh dari negara-negara yang sedang berkembang atau baru merdeka untuk menjadi sekutu salah satu di antara mereka. Saat itu dunia terbelah menjadi dua blok utama, yaitu Barat dan Timur. Blok Barat merupakan aliansi politik pengusung ideologi liberalisme-demokrasi- kapitalisme yang berada di bawah pengaruh Amerika Serikat dan Inggris. Sebaliknya, Blok Timur menjadi aliansi negara-negara pendukung ideologi sosialis-komunis yang kala itu dipimpin Uni Soviet (Rusia). Lahirnya GNB ini dilatarbelakangi oleh kekhawatiran para pemimpin negara dunia terutama dari Asia-Afrika terhadap munculnya ketegangan dunia karena adanya persaingan antara Blok Barat (Amerika) dan Blok Timur (Uni Soviet/Rusia). Melihat perbedaan yang menjadi masalah dalam kehidupan internasional, negara-negara yang baru mendapatkan kemerdekaan di kawasan Asia-Afrika melakukan diskusi, tepatnya melalui Konferensi Asia-Afrika (KAA) di daerah Bandung, Jawa Barat pada tahun 1955. Konferensi ini dihadiri oleh pemimpin negara dari 29 negara berkembang di Asia-Afrika. Konferensi ini mendiskusikan tentang masalah-masalah yang dihadapi negara-negara bekas koloni Barat yang baru saja berkembang. Namun KAA saja tidak cukup karena ada negara berkembang yang baru merdeka juga, yaitu Yugoslavia yang berada di luar Asia-Afrika. Sehingga, setelah KAA Bandung, tepat pada tanggal 1 hingga tanggal 6 September 1961, dilaksanakan kembali Konferensi Tingkat Tinggi (KTT I) yang dilaksanakan di Beograd, Yugoslavia. Konferensi tersebut dihadiri oleh kurang lebih 25 negara termasuk juga Indonesia. Melalui konferensi tersebut, Jawaharlal Nehru, Perdana Menteri India, dan pemimpin negara lainnya mendeklarasikan Gerakan Non-Blok yang merupakan sebuah organisasi negara yang netral dan tidak terlibat di dalam konfrontasi ideologi Barat dan Timur. Oleh sebab itu, GNB akhirnya ditetapkan secara resmi pada tanggal 1 September 1961. Beberapa negara yang ada di dalam GNB dan ikut serta menghadiri KTT I diantaranya yaitu Aljazair, Afghanistan, Arab Saudi, Sri Lanka, Burma, Kongo, Kamboja, Kuba, Ethiopia, Cyprus, Ghansa, India, Guinea, Indonesia, Lebanon, Irak, Maroko, Mali, Sudan, Somalia, Tunisia, RPA, Yugoslavia, Yaman dan Nepal. Di dalam Konferensi Tingkat Tinggi I tersebut, negara pendiri GNB sepakat untuk mendirikan gerakan, bukan sebuah organisasi untuk menghindari diri dari segala implikasi birokrasi dalam membangun sebuah upaya kerja di antara tiap negara GNB. Kemudian KTT I menegaskan bahwa akan membuat posisi negara sendiri dengan independen atau mandiri yang dapat mencerminkan semua kepentingan negara anggota.
C. Faktor Pendorong Terbentuknya Gerakan Non-Blok
Selain karena kekhawatiran para pemimpin negara dunia terutama dari Asia-Afrika terhadap munculnya ketegangan dunia karena adanya persaingan antara Blok Barat (Amerika) dan Blok Timur (Uni Soviet/Rusia), faktor pendorong terbentuknya GNB antara lain: 1.) Penandatanganan ''Dokumen Brioni'' tahun 1956 oleh Presiden Joseph Broz Tito (Yugoslavia), PM Jawaharlal Nehru (India), Presiden Gamal Abdul Nasser (Mesir), bertujuan mempersatukan negara-negara non-blok. 2.) Terjadinya krisis Kuba 1961 karena US membangun pangkalan militer di Kuba secara besar-besaran, sehingga mengkhawatirkan Amerika Serikat. 3.) Pertemuan 5 orang negarawan pada sidang umum PBB di markas besar PBB, yaitu : Presiden Soekarno (Indonesia), Perdana Menteri Jawaharlal Nehru (India), Presiden Gamal Abdul Nasser (Mesir), Presiden Joseph Broz Tito (Yugoslavia) dan Presiden Kwame Nkrumah (Ghana). 4.) Kerisuhan di dunia internasional akibat dari kekuatan negara adidaya yang memperebutkan negara-negara di luar Eropa.
D. Tujuan Gerakan Non-Blok
Secara umum, tujuan GNB adalah untuk membuat negara-negara Non-Blok tidak ingin dijadikan objek kepentingan blok Timur dan Barat dalam pergolakan politik internasional. Dengan kata lain, negara-negara Non-Blok tidak mau ikut campur dalam perlombaan dua negara raksasa tersebut untuk saling merebut pengaruh. Adapun tujuan lain dari Gerakan Non-Blok, yaitu: 1.) Tujuan ke dalam, yakni melakukan usaha kemajuan dan pengembangan ekonomi, sosial, dan politik yang jauh tertinggal dari negara maju. 2.) Tujuan ke luar adalah melakukan usaha meredakan ketegangan antara Blok Barat dan Blok Timur menuju perdamaian dan keamanan.
E. Manfaat Gerakan Non-Blok
Secara garis besar, manfaat dari Gerakan Non-Blok ialah untuk menciptakan stabilitas dan mengupayakan agar tidak terjadinya konflik yang berkelanjutan yang dapat menyebabkan peperangan. Selain itu, Gerakan Non- Blok juga menciptakan budaya perdamaian dan keamanan dunia serta mendorong pendekatan multilateralisme dan menjalin kemitraan untuk mencapai kesejahteraan bagi rakyat; tata kelola pemerintahan yang baik di tatanan internasional (global governance), baik di bidang politik maupun di bidang ekonomi-pembangunan.
F. Peran serta Indonesia dalan Gerakan Non-Blok
Berikut merupakan peran Indonesia di dalam GNB, sebagai berikut: 1.) Indonesia sebagai pelopor GNB karena Presiden Soekarno memiliki peran sebagai tokoh dari pendiri GNB bersama dengan tokoh-tokoh dunia lainnya, seperti Perdana Menteri India dan Presiden dari Mesir. 2.) Menjadi tuan rumah dari KAA serta KTT sebagaimana mulanya tercetus ide untuk membentuk GNB adalah berasal dari Konferensi Asia Afrika (KAA) yang diadakan di Bandung, Jawa Barat. Selain KAA, Indonesia pun pernah menjadi tuan rumah untuk KTT GNB yang ke 10 yang diadakan di Jakarta pada tahun 1992 tepatnya pada 1-6 September. 3.) Prinsip Indonesia sama dengan GNB yaitu, Indonesia menentang berbagai macam kejahatan internasional, terutama penjajahan. Perdamaian tersebut dijunjung serta diaplikasikan dalam politik luar negeri bebas aktif di Indonesia yang sejalan dengan prinsip GNB. 4.) Indonesia aktif dalam mengupayakan perdamaian dunia seperti dalam KTT 10 GNB, lahirlah Jakarta Message atau Pesan Jakarta yang menitikberatkan pada kerja sama pembangunan ekonomi. Pokok dari pesan mendukung Palestina, meminta diskriminasi rasial yang terjadi di Afrika Selatan diakhiri, menolak adanya penggunaan senjata nuklir, menyelesaikan konflik regional seperti, konflik berdarah di Kamboja, gerakan separatis Moro di Filipina dan sengketa Laut Cina Selatan.
Bagi Indonesia, Gerakan Non-Blok (GNB) merupakan wadah bagi negara-
negara berkembang untuk memperjuangkan cita-citanya. GNB mempunyai arti yang khusus bagi bangsa Indonesia yang dapat dikatakan lahir sebagai negara netral. Hal tersebut tercermin dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan bahwa “kemerdekaan adalah hak segala bangsa, dan oleh sebab itu maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan”. Selain itu, diamanatkan pula bahwa Indonesia ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Sebagaimana kedua hal tersebut merupakan hakikat dasar GNB. Sebagai anggota dari GNB, Indonesia akan tetap melakukan penanganan terhadap berbagai permasalahan penting GNB dan berusaha untuk menyumbangkan peranannya untuk kemajuan GNB di masa mendatang serta mengoptimalkan berbagai pengalaman selama menjabat sebagai ketua GNB.
G. Kegiatan dan Pertemuan Gerakan Non-Blok
Pada dasarnya, pertemuan GNB berlanjut setiap tiga tahun sekali. Berikut ini ialah urutan pertemuan dan kegiatan pada pertemuan GNB: 1.) KTT I Dilaksanakan tanggal 1 sampai dengan 6 Desember 1961, di Beograd, Yugoslavia. Hasil KTT I: GNB bukan organisasi pembentuk blok sendiri, GNB wadah perjuangan yang tidak bersifat pasif, GNB mendukung setiap usaha menentang imperialisme, kolonialisme, neokolonialisme, rasialisme, apartheid, serta zionisme (penjajahan dalam segala bentuk). 2.) KTT II Dilaksanakan tanggal 5 – 10 Oktober 1964, di Kairo, Mesir. Hasil: demokrasi, hubungan internasional, kerjasama budaya. 3.) KTT III Dilaksanakan tanggal 10 Oktober 1970, di Lusaka, Zambia. Hasil: kerja sama ekonomi dunia ke-3 (negara berkembang). 4.) KTT IV Dilaksanakan tanggal 5 – 9 September 1973, di Aljir, Aljazair. Hasil: kerja sama ekonomi negara berkembang dan negara maju, serta mengatasi ketegangan politik di Timur Tengah dan Afrika. 5.) KTT V Dilaksanakan tanggal 16 – 19 September 1976, di Kolombo, Sri Lanka. Hasil: bahaya perang nuklir, memperkokoh persatuan, masalah Timor Timur (usulan Angola, dulu jajahan Portugis). 6.) KTT VI Dilaksanakan tanggal 3 – 9 September 1979, Havana, Kuba. Hasil: adanya perbedaan pandangan dalam Gerakan Non Blok, yaitu antara golongan Radikal (Kuba, Aljazair, Vietnam) dengan golongan moderat (Indonesia, Yugoslavia, India, Sri Lanka) tentang serangan RRC ke Vietnam, perang saudara Kamboja, persetujuan Camp David (Mesir– Israel). 7.) KTT VII Dilaksanakan pada September 1982, di New Delhi, India. Hasil : adanya perbedaan pendapat dalam GNB, bahwa ternyata Kuba pro Uni Soviet, sehingga ketua GNB mengancam mengeluarkan Kuba dari anggota GNB. 8.) KTT VIII Dilaksanakan tanggal 1 – 6 September 1986, di Harare, Zimbabwe. Hasil: setelah meredanya Perang Dingin Amerika Serikat, Uni Soviet lebih menekankan pada masalah sosial – ekonomi. 9.) KTT IX Dilaksanakan tanggal 4 – 7 September 1989, Beograd, Yugoslavia. Hasil: kurang membawa hasil bermanfaat karena perpecahan dalam negeri negeri Federasi, Yugoslavia. 10.) KTT X Dilaksanakan tanggal 1 – 7 September 1992, Jakarta, Indonesia. Hasil: penyelesaian Hutang Negara Berkembang. Adanya Deklarasi : Jakarta Message (Pesan Jakarta). 11.) KTT XI Dilaksanakan tanggal 18 – 20 Oktober 1995, di Cartagena de Indieas, Kolombia. Hasil: upaya rekonstrukturisasi Dewan Keamanan PBB. 12.) KTT XII Dilaksanakan tanggal 2 – 3 Desember 1999, di Durban, Afrika Selatan. Hasil: perjuangan demokrasi bagi pengakuan negara dunia ke-3. Kebijakan hubungan internasional Indonesia. 13.) KTT XIII Dilaksanakan tanggal 20 – 25 Pebruari 2003, di Kuala Lumpur, Malaysia. Hasil: menerima anggota baru Timor Leste, Saint Vincent, Grendinis, sehingga berjumlah 116 negara. Menentang terjadinya perang AS – Inggris terhadap Irak. 14.) KTT XIV Dilaksanakan tanggal 11 – 16 September 2006, di Havana, Kuba. Hasil: menyelamatkan dunia dari bahaya terorisme internasional, memperjuangkan kepentingan bersama di segala bidang, pemanfaatan teknologi tinggi untuk peningkatan kesejahteraan rakyat di masing-masing negara dan serukan pembahasan soal nuklir Iran. 15.) KTT XV Dilaksanakan tanggal 11 – 16 Juli 2009, di Sharm El-Sheikh, Mesir. Hasil: perhatian pada krisis ekonomi dan moneter global, perlunya komunitas internasional kembali pada komitmen pada prinsip Piagam PBB, peningkatan kerja sama antar negara maju dan berkembang. H. Sekretaris Jenderal dan Anggota Gerakan Non-Blok Sekretaris Jenderal GNB sekarang adalah Ilham Aliyev, yaitu Presiden Azerbaijan sejak tahun 2019 hingga sekarang. Lalu negara-negara yang menjadi anggota dari organisasi GNB pada gambar di bawah ini.