INDONESIA
SMKN 1 DEPOK
Jalan Padjajaran, Maguwoharjo, Depok, Sleman
DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN SLEMAN
2023
A. Gerakan Nonblok
1. Latar Belakang
Konferensi Asia-Afrika
Gerakan Nonblok (GNB) atau yang dalam bahasa inggris disebut
Non-Aligned Movement adalah organisasi internasional yang
berkeinginan untuk bebas lepas dari kekuatan blok manapun.
Organisasi ini lahir akibat dari kejenuhan pengotak-kotakan kekuatan
berdasarkan perbedaan ideologi yang membuat negara berkembang
atau yang baru merdeka sulit membangun perekonomiannya. Blok
barat maupun Blok timur sama-sama mengeklaim ideologinya yang
paling benar dan menjamin kesejahteraan umat manusia. Atas dasar
keyakinan itu, masing-masing blok berupaya memperluas
pengaruhnya ke negara-negara dunia ketiga. Nyatanya kepentingan
utama meraka adalah memperebutkan penguasaan atas sumber-
sumber daya alam di negara-negara dunia ketiga tersebut. Menyadari
pengutuban dunia dalam dua blok tersebut, Indonesia akhirya
memutuskan untuk menerapkan sistem politik luar negeri bebas aktif
yang diperkenalkan pertama oleh Bung Hatta pada 2 September
1948.
Dasar hukum pelaksanaan politik luar negeri bebas aktif itu tergambar
secara jelas dalam pembukaan UUD 1945 alinea I dan IV. Alinea I
menyatakan sebagai berikut, “Kemerdekaan itu adalah hak segala
bangsa dan oleh sebab itu maka penjajahan diatas dunia harus
dihapuskan karena tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan peri
keadilan.”
Di sisi lain, Republik Indonesia sendiri saat itu menganut politik luar
negeri yang dikenal dengan “politik bebas”. Sering pula politik ini
diperjelas dengan menambahkan kata “aktif” sehingga menjadi politik
“bebas-aktif”. Kata “aktif” itu digunakan agar Indonesia berusaha
sekuat-kuatnya untuk memelihara perdamaian dan meredakan
pertentangan-pertentangan sesuai cita-cita PBB. Oleh karena itu,
Indonesia yang saat itu dipimpin oleh Perdana Menteri Ali
Sastroamidjojo melihat perlunya keaktifan pemerintah untuk ikut serta
meredakan ketegangan yang sedang terjadi antara dua kekuatan
baru tersebut. Konferensi Asia Afrika berlangsung pada tanggal 18
– 24 April 1955 dan dihadiri oleh 29 negara dengan 5 negara sebagai
sponsor KAA. Agenda dalam Konferensi Asia Afrika ini antara lain
membicarakan kerjasama ekonomi, budaya, hak asasi manusia dan
hak menentukan nasib sendiri, masalah bangsa-bangsa yang belum
merdeka, perdamaian dunia dan kerjasama internasional, dan
deklarasi tentang memajukan perdamaian dunia. Selain itu,
ditentukan pula mengenai empat tujuan pokok dari Konferensi Asia-
Afrika.