4. Mendirikan ASEAN
Peran aktif bangsa Indonesia pada masa perang dingin berikutnya adalah
pembentukan organisasi ASEAN dalam rangka menciptakan kawasan Asia
Tenggara yang aman, damai dan stabil. Pendirian ASEAN ini melihat kondisi
geopolitik yang terancam akibat adanya perebutan pengaruh ideologi negara
adikuasa.
ASEAN atau Association of Southeast Asian Nations didirikan pertama kali
pada tanggal 8 Agustus 1967 di Bangkok, Thailand. Pendirian dilandaskan atas
Deklarasi Perbara oleh 5 negara yakni Thailand, Singapura, Indonesia, Malaysia
dan Filipina.
Pembentukan ASEAN ini selaras dengan prinsip politik luar negeri Indonesia
yang bebas aktif. Indonesia berprinsip tidak memihak blok apapun namun tetap
turut aktif dalam memelihara perdamaian dunia.
Indonesia terlibat aktif dalam mewujudkan perdamaian konflik di wilayah Asia
Tenggara yakni antara Vietnam dan Kamboja.
Indonesia memilih untuk tidak memihak pada blok Barat (Amerika Serikat dan
sekutunya) atau blok Timur (Uni Soviet dan sekutunya) selama Perang Dingin
karena memandang bahwa netralitas adalah jalan yang sesuai dengan
kepentingan nasional dan prinsip kedaulatan.
Indonesia memilih untuk tidak memihak pada blok Barat (yang dipimpin oleh
Amerika Serikat) dan blok Timur (yang dipimpin oleh Uni Soviet) selama
Perang Dingin karena beberapa alasan strategis dan prinsip. Beberapa faktor
yang memengaruhi keputusan tersebut termasuk:
1. Prinsip Netralitas: Prinsip dasar dalam politik luar negeri Indonesia saat itu
adalah netralitas. Pemimpin Indonesia seperti Presiden Sukarno menekankan
pentingnya mempertahankan kemerdekaan dan ketidak-terlibatan dalam konflik
asing.
3. Peran dalam Gerakan Non-Blok: Indonesia adalah salah satu pendiri Gerakan
Non-Blok, yang mengedepankan netralitas dan ketidak-terlibatan dalam konflik
antara dua blok besar. Indonesia aktif mempromosikan prinsip-prinsip Gerakan
Non-Blok.
Beberapa contoh organisasi yang muncul selama Perang Dingin adalah NATO
(North Atlantic Treaty Organization) di blok Barat dan Pakta Warsawa di blok
Timur. Tujuan dari organisasi ini adalah untuk memastikan keamanan dan
koordinasi militer dalam blok masing-masing selama periode konflik antara AS
dan Uni Soviet.