Prosesnya
Maka dalam menindak lanjut perang dingin
tersebut, bangsa Indonesia menyatakan
sikap nya nelalui beberapa pemimpin kabinet
sebagai berikut
"Politik Luar Negeri Republik Indonesia
berdasarkan pancasila, pandangan hidup bangsa
Indonesia yang menghendaki perdamaian dunia.
Indonesia akan memelihara hubungan dengan
negara- negara yang menganggap Indonesia
sebagai Sahabat"
( Keterangan Kabinet Sukiman)
Kabinet Wilopo
Menegaskan pada parlemennya 1952, terkait
perang dingin, maka Indonesia mengambil sikap
dengan melaksanakan Politik Luar Negeri Bebas
Aktif ( P.L.N.B.A) dengan makna :
1. Tidak memilih salah satu pihak pun untuk
selamanya dengan mengikat kepada salah satu
dari dua blok dalam pertentangan itu
2. Tidak mengikat diri untuk selamanya tidak campur
tangan aray NETRAL dalam tiap - tiap peristiwa
yang terbit dari kedua blok
Kabinet Natsir
Perkembangannya
Kabinet Ali I
Untuk mengahadapi situasi yang kian genting,
oleh Ali Sastroamidjoyo selaku PM Indonesia
mengambil sikap. Dengan
diselenggarakannya hubungan bilateral
dengan negara- negara yang berada di
kawasan Asia - Afrika guna membahas lebih
mendalam. Sehongga hal inilah yang
mendasari semangat untuk membangun KAA
KONFERENSI ASIA AFRIKA ( KAA)
Latar Belakang
Setelah terjadinya perang dingin yang
melibatkan dua negara super power yakni
Amerika Serkat dan Uni Sovyet yang
saling bersaling dalam pengembangan
militer dan perkembangan ekonomi .
Dikhwatirkan akan menimbulkan konflik
yang berkepanjangan
PROSESNYA
Yerhadap dua masalah itu, Indonesia
memilih untuk menanggapi dengan " Politik
Bebas Aktif" dengan maksud usaha sekuat-
kuatnya memelihara Perdamaian Dunia.
PROSESNYA
Kemudian diadakan pertemuan di Bogor
(28-30 Desember 1954) yang dihadiri oleh 4
Perdana Menteri. Isi dari pertemuan itu:
Mengadakan KAA di Bandung pada April
1955
Menetapkan 5 negara peserta Konferensi
Bogor sebagai sponsor
Mengundang 25 negara Asia - Afrika yang
akan ikut dalam KAA
Menentukan 4 pokok tujuan KAA
PELAKSANAAN KAA
Pada pertemuan negara Asia- Afrika di dalam
Konferensi Asia - Afrika di Bandung , membicarakn 5
pokok pembicaraan :
LATAR BELAKANG
Setelah Perang Dunia II, dunia dibagi menjadi dua blok
utama dengan ideologi yang berlawanan. Di satu sisi, ada
Blok Barat yang dipimpin oleh AS dan sekutu-sekutunya,
yang menganut sistem kapitalis dan demokrasi liberal. Di sisi
lain, ada Blok Timur yang dipimpin oleh Uni Soviet dan
sekutu-sekutunya, yang menganut sistem sosialis dan
komunis.
U
J GNB menekankan pentingnya kedaulatan nasional dan hak untuk
menentukan jalur politik dan ekonomi masing-masing negara tanpa
U campur tangan eksternal yang tidak diinginkan.
A
N
Gerakan Non-Blok mendorong negara-negara anggotanya untuk bekerja
Pemilihan Umum
Pasal 1 ayat (2) UUDS 1950 bahwa kedaulatan RI adalah di tangan rakyat
dan dilakukan oleh Pemerintahan bersama-sama dengan Dewan
Perwakilan rakyat Persiapan untuk membuat UU pemilihan umum seperti
diperintahkan oleh pasal 57 dan pasal 134 UUDS 1950, diantara tahun 1950-
1953 tidak berjalan dengan lancar.
Tanggal 4 April 1953 rancangan UU Pemilihan umum dapat diundangkan
sebagai UU No.7 Tahun 1953. UU ini mengatur Pemilihan anggota
konstituante dan anggota DPR, dan baru dilaksanakan pada tahun 1955.
Pasal 35 UUDS 1950 dan Pasal 135 ayat (2) menentukan asas
Pemilihan umum sbb:
a. Umum, yakni setiap warga yang mencukupi syarat.
b. Langsung, yakni tidak boleh melalui perantara/tidak diwakili.
c. Rahasia, yakni tidak boleh diketahui orang lain saat memilih.
d. Bebas, yakni bebas menentukan Pilihan.
e. Berkesamaan, yakni semua wakil dipilih melalui pemilu.
Penyelenggaraan Pemilu
Pemilihan Umum
Ada dua macam masalah yang muncul; masalah keamanan dan Pelanggaran
aturan Pemilu. kondisi Indonesia selama pemilu konduktif, namun di beberapa
daerah mengalami gangguan dari kelompok kriminal dan pemberontak DI/ TII.
Gangs keamanan terjadi di kawedanan naga pinah, kab sintang. Saat
masyarakat akan menyelurkan har pilihnya, tibi- tiba gerombolan pengacau
keamanan muncul dan menakut-nakuti warga. Kemudian Pemberian land
gember PKI. Di Surabaya terjadi pelanggaran penggunaan hak pemilih oleh
orang yg tidak berhak.