Anda di halaman 1dari 6

Situasi Indonesia Dalam

Menghadapi Perang Dingin


Latar Belakang
Setelah perang dunia ke II, muncul dua kekuatan besar , super power
di dunia yakni blok Barat ( Amerika Serikat ) dan Blok Timur ( Uni
Sovyet) muncul persaingan dan pertentangan ideologi dan haluan
yang saling bertentangan secara politis dan saling mengembangkan
kekuatan militer dan meliputi juga perkembangan ekonomi. Masing-
masing pihak menuntut agar semua negara memilih salah satu pihak.
Tidak "Pro" = Anti " dan " Netral = Dikutuk"

Prosesnya
Maka dalam menindak lanjut perang dingin
tersebut, bangsa Indonesia menyatakan
sikap nya nelalui beberapa pemimpin kabinet
sebagai berikut
"Politik Luar Negeri Republik Indonesia
berdasarkan pancasila, pandangan hidup bangsa
Indonesia yang menghendaki perdamaian dunia.
Indonesia akan memelihara hubungan dengan
negara- negara yang menganggap Indonesia
sebagai Sahabat"
( Keterangan Kabinet Sukiman)

Kabinet Wilopo
Menegaskan pada parlemennya 1952, terkait
perang dingin, maka Indonesia mengambil sikap
dengan melaksanakan Politik Luar Negeri Bebas
Aktif ( P.L.N.B.A) dengan makna :
1. Tidak memilih salah satu pihak pun untuk
selamanya dengan mengikat kepada salah satu
dari dua blok dalam pertentangan itu
2. Tidak mengikat diri untuk selamanya tidak campur
tangan aray NETRAL dalam tiap - tiap peristiwa
yang terbit dari kedua blok

Kabinet Natsir

"Antara blok Barat ( Amerika Serikat ) dan Blok


Timur (Uni Sovyet) muncul persaingan dan
pertentangan ideologi dan haluan. Membentuk
blog barat dan tumur. Dengan demikian
dikhawatirkan akan menyebabkan perang di
daerah - daerah perbatasan antar dua negera ".

Perkembangannya
Kabinet Ali I
Untuk mengahadapi situasi yang kian genting,
oleh Ali Sastroamidjoyo selaku PM Indonesia
mengambil sikap. Dengan
diselenggarakannya hubungan bilateral
dengan negara- negara yang berada di
kawasan Asia - Afrika guna membahas lebih
mendalam. Sehongga hal inilah yang
mendasari semangat untuk membangun KAA
KONFERENSI ASIA AFRIKA ( KAA)

Latar Belakang
Setelah terjadinya perang dingin yang
melibatkan dua negara super power yakni
Amerika Serkat dan Uni Sovyet yang
saling bersaling dalam pengembangan
militer dan perkembangan ekonomi .
Dikhwatirkan akan menimbulkan konflik
yang berkepanjangan

PROSESNYA
Yerhadap dua masalah itu, Indonesia
memilih untuk menanggapi dengan " Politik
Bebas Aktif" dengan maksud usaha sekuat-
kuatnya memelihara Perdamaian Dunia.

Melaksanakan Konferensi Colombo . Dari


pertemuan itu , Indonesia menyarankan
agar dilakukan pertemuan selanjutnya
diperluas ke negara Asia- Afrika

PROSESNYA
Kemudian diadakan pertemuan di Bogor
(28-30 Desember 1954) yang dihadiri oleh 4
Perdana Menteri. Isi dari pertemuan itu:
Mengadakan KAA di Bandung pada April
1955
Menetapkan 5 negara peserta Konferensi
Bogor sebagai sponsor
Mengundang 25 negara Asia - Afrika yang
akan ikut dalam KAA
Menentukan 4 pokok tujuan KAA

PELAKSANAAN KAA
Pada pertemuan negara Asia- Afrika di dalam
Konferensi Asia - Afrika di Bandung , membicarakn 5
pokok pembicaraan :

1. Membahas Kerja sama dalam bidang ekonomi


2. Membahas kerja sama dalam bidang budaya
3. Hak menentukan nasib sendiri - dalam hal ini
membahas juga tentang palestina dan realisme
4. Membahas permasalahan tentang bangsa yang
tidak merdeka di kawasan Asia -Afrika
5. Kerjasama internasional dan masalah
perdamaian dunia
GERAKAN NON-BLOK
(GNB)

LATAR BELAKANG
Setelah Perang Dunia II, dunia dibagi menjadi dua blok
utama dengan ideologi yang berlawanan. Di satu sisi, ada
Blok Barat yang dipimpin oleh AS dan sekutu-sekutunya,
yang menganut sistem kapitalis dan demokrasi liberal. Di sisi
lain, ada Blok Timur yang dipimpin oleh Uni Soviet dan
sekutu-sekutunya, yang menganut sistem sosialis dan
komunis.

Pasca Perang Dunia II, banyak negara di Asia, Afrika, dan


Amerika Latin meraih kemerdekaan dari penjajahan
kolonial. Negara-negara yang baru merdeka ini ingin
mempertahankan netralitas dalam persaingan antara Blok
Barat dan Blok Timur agar dapat mengupayakan
pembangunan nasional dan memperkuat kedaulatan
mereka.

Persaingan ideologi dan militer antara Blok Barat dan


Blok Timur menyebabkan ketegangan internasional yang
tinggi. Hal ini menyebabkan negara-negara kecil dan baru
merdeka dihadapkan pada tekanan untuk memilih pihak
atau aliansi tertentu.

KAA yang diadakan di Bandung (1955), menjadi tonggak


penting dalam pembentukan GNB. Konferensi ini dihadiri
oleh sejumlah pemimpin dari negara-negara baru yang
merdeka, termasuk Jawaharlal Nehru dari India, Sukarno
dari Indonesia, dan Gamal Abdel Nasser dari Mesir.

Menjaga netralitas dalam persaingan politik global antara Blok Barat


dan Blok Timur selama periode Perang Dingin. Negara-negara anggota
GNB berkomitmen untuk tidak terikat pada aliansi militer manapun dan
berusaha untuk menghindari ikut campur dalam konflik antara
T kekuatan besar.

U
J GNB menekankan pentingnya kedaulatan nasional dan hak untuk
menentukan jalur politik dan ekonomi masing-masing negara tanpa
U campur tangan eksternal yang tidak diinginkan.
A
N
Gerakan Non-Blok mendorong negara-negara anggotanya untuk bekerja

sama secara aktif dalam mengatasi masalah-masalah global, termasuk


G pembangunan ekonomi, sosial, dan politik.
N
B
Gerakan Non-Blok berupaya memperkuat posisi dan peran negara-
negara berkembang dalam politik dunia dan organisasi internasional.
Hal ini termasuk mengadvokasi kepentingan dan aspirasi negara-negara
anggota di panggung dunia.
Gerakan Non-Blok (GNB) pertama kali dibentuk pada
Konferensi Asia-Afrika yang berlangsung dari tanggal 18
hingga 24 April 1955 di Bandung, Indonesia. Konferensi ini
lebih dikenal dengan sebutan "Konferensi Asia-Afrika" atau
"Konferensi Bandung." Meskipun tidak secara resmi
dinamakan Gerakan Non-Blok pada saat itu, konferensi ini
merupakan tonggak awal terbentuknya GNB karena
mengumpulkan sejumlah negara yang memiliki prinsip-
prinsip serupa mengenai netralitas dan independensi dalam
politik internasional.

Konferensi Bandung dihadiri oleh sejumlah pemimpin


dari negara-negara Asia dan Afrika yang baru saja merdeka
atau masih berjuang untuk mencapai kemerdekaan dari
penjajahan kolonial. Beberapa pemimpin yang hadir
termasuk Jawaharlal Nehru dari India, Zhou Enlai dari
Republik Rakyat Tiongkok, Soekarno dari Indonesia, Gamal
Abdel Nasser dari Mesir, dan Kwame Nkrumah dari Ghana, di
antara lainnya.

KEADAAN SOSIAL DAN EKONOMI


GERAKAN NON-BLOK

Keadaan Sosial: Keadaan Ekonomi:


Banyak negara anggota Banyak negara anggota
Gerakan Non-Blok baru saja Gerakan Non-Blok
merdeka dari penjajahan menghadapi ketergantungan
kolonial atau masih dalam ekonomi terhadap negara-
proses memperjuangkan negara adidaya atau negara-
kemerdekaan. negara kolonial masa lalu.
Banyak negara anggota Negara-negara anggota
gerakan ini menghadapi gerakan ini sering berfokus
masalah hak asasi manusia dan pada pembangunan ekonomi
kesenjangan sosial yang harus untuk mengatasi kemiskinan
diatasi. dan meningkatkan
Gerakan Non-Blok mendorong kesejahteraan rakyat mereka.
penguatan nasionalisme dan Mereka berusaha untuk
identitas nasional di antara mencapai kemandirian
negara-negara anggotanya. ekonomi melalui
Mereka berusaha untuk industrialisasi dan
menjaga kedaulatan dan diversifikasi ekonomi.
integritas wilayah mereka dari
campur tangan asing.
DEKRIT PRESIDEN
5 JULI 1959

Kehidupan politik yang lebih


sering dikarenakan sering jatuh
bangunnya kabinet dan

Latar persaingan partai politik yang


semakin menajam.
Belakang 2. Kegagalan konstituante dalam
menyusun Undang-undang dasar
3. Terjadinya gangguan
keamanan berupa
pemberontakan bersenjata di
daerah-daerah

Konsepsi Demokrasi terpimpin


Presiden Soekarno yang disampaikan
pada tanggal 21 Februari
I957 berisi:
1. Bahwa Demokrasi Liberal secara
Konsepsi
barat tidak sesuai dengan
kepribadian bangsa Indonesia
karena itu harus diganti dengan
Demokrasi Terpimpin
2. Dibentuknya kabinet gotong
royong yang terdiri dari wakil-wakil
dari partai-partai
ditambah dengan golongan
fungsional.
3. Dibentuknya Dewan Nasional yang
beranggotakan wakil-wakil partai dan
golongan
fungsional dari masyarakat

Dekrit Presiden 5 Juli 1959, Keluarnya


terdiri dari:
1. Tidak berlakunya UUDS
Dekrit
1950 dan berlakunya
kembali UUD 1945.
2. Pembubaran Badan
Konstitusional
3. Membentuk DPR
sementara dan DPA
sementara
PEMILU 1955
Dasar Hukum dan Akses

Pemilihan Umum
Pasal 1 ayat (2) UUDS 1950 bahwa kedaulatan RI adalah di tangan rakyat
dan dilakukan oleh Pemerintahan bersama-sama dengan Dewan
Perwakilan rakyat Persiapan untuk membuat UU pemilihan umum seperti
diperintahkan oleh pasal 57 dan pasal 134 UUDS 1950, diantara tahun 1950-
1953 tidak berjalan dengan lancar.
Tanggal 4 April 1953 rancangan UU Pemilihan umum dapat diundangkan
sebagai UU No.7 Tahun 1953. UU ini mengatur Pemilihan anggota
konstituante dan anggota DPR, dan baru dilaksanakan pada tahun 1955.

Pasal 35 UUDS 1950 dan Pasal 135 ayat (2) menentukan asas
Pemilihan umum sbb:
a. Umum, yakni setiap warga yang mencukupi syarat.
b. Langsung, yakni tidak boleh melalui perantara/tidak diwakili.
c. Rahasia, yakni tidak boleh diketahui orang lain saat memilih.
d. Bebas, yakni bebas menentukan Pilihan.
e. Berkesamaan, yakni semua wakil dipilih melalui pemilu.

Penyelenggaraan Pemilu

Tanggal 29 September 1955, memilih anggota


DPR
Tanggal; 15 Desember 1955 memilih anggota
konstituante

Hasilnya adalah keluar 4 Partai Besar hasil pemilu 1 tahun 1955


1. MASYUMI
2. PNI
3. NU
4. PKI

Suasana disekitar TPS

Antusitas masyarakat dalam memilih cukup tinggi : masyarakat


menggunakan kentongan untuk memanggil warga agar bergerak menuju
TPS pada 15 desember. Masyarakat rela mengarungi lautan dengan sampan
dami menuju TPS di pulau terdekat.
Masyarakat menerapkan budaya antri; walaupun ditengah terik matahari
warga tetap mengantri demi memberi hak suara.

Masalah yang Muncul Selama

Pemilihan Umum
Ada dua macam masalah yang muncul; masalah keamanan dan Pelanggaran
aturan Pemilu. kondisi Indonesia selama pemilu konduktif, namun di beberapa
daerah mengalami gangguan dari kelompok kriminal dan pemberontak DI/ TII.
Gangs keamanan terjadi di kawedanan naga pinah, kab sintang. Saat
masyarakat akan menyelurkan har pilihnya, tibi- tiba gerombolan pengacau
keamanan muncul dan menakut-nakuti warga. Kemudian Pemberian land
gember PKI. Di Surabaya terjadi pelanggaran penggunaan hak pemilih oleh
orang yg tidak berhak.

Anda mungkin juga menyukai