Organisasi regional adalah organisasi yang luas wilayahnya meliputi beberapa negara
tertentu saja. Organisasi regional mempunyai wilayah kegiatannya bersifat regional,
dan keanggotaan hanya diberikan bagi negara-negara pada kawasan tertentu saja.
Berikut ini merupakan contoh dari organisasi regional
2.ASEAN
Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara (PERBARA) atau lebih populer dengan
sebutan Association of Southeast Asia Nations (ASEAN) merupakan sebuah
organisasi geopolitik dan ekonomi dari negara-negara di kawasan Asia Tenggara,
yang didirikan di Bangkok, 8 Agustus 1967 melalui Deklarasi Bangkok oleh
Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand. Organisasi ini bertujuan
untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial, dan pengembangan
kebudayaan negara-negara anggotanya, serta memajukan perdamaian di tingkat
regionalnya. Negara-negara anggota ASEAN mengadakan rapat umum pada setiap
bulan November.
Organisasi Regional adalah organisasi yang luas wilayahnya meliputi beberapa
negara tertentu saja. Organisasi regional mempunyai wilayah kegiatannya bersifat
regional, dan keanggotaan hanya diberikan bagi negara-negara pada kawasan
tertentu saja. Berikut ini merupakan contoh dari organisasi regional :
APEC : Asia Pasific Economic Cooperation ( organisasi kerja samaa negara-
negara kawasan Asia Pasifik di bidang ekonomi )
EEC : Europe Economic Community ( Masyarakat Ekonomi Eropa ) kawasan
Eropa
ASEAN : Association of Southeast Asian Nations = Perhimpunan Bangsa-
bangsa Asia Tenggara (PERBARA) ( Dibentuk 8 Agustus 1967, memiliki 10 negara
anggota, Timor Leste dan Papua new Guinea hanya sebagai pemantau, dan masih
mempertimbangkan akan menjadi anggota)
EU = The European Union (27 negara anggota, 1 november 1993)
G8 = Group of Eight, kelompok negara termaju di dunia. Sebelumnya G6 pd
thn 1975, kemudian dimasuki oleh Kanada 1976 (Perancis, Jerman, Italia, Jepang,
Britania Raya, Amerika Serikat, Kanada dan Rusia (tidak ikut dalam seluruh acara),
serta Uni Eropa.
• Tindakan Pembakaran mesjid Al Aqsa oleh Israel merupakan suatu kejahatan yang
tidak dapat diterima.
• Tindakan Israel tesebut merongrong kesucian umat Islam dan Nasrani serta
mengancam keamanan Arab.
• Mendesak agar segera dilakukan Konfrensi Tingkat Tinggi negara-negara Islam.
Untuk merealisasikan hasil-hasil pertemuan diatas kemudian dibentuklah panitia
penyelenggara KTT Negara-negara Islam oleh Arab Saudi dan Maroko
berangotakan; Malaysia, Palestina, Somali dan Nigeria, dan pada tanggal 22-25
September 1969 dilangsungkan Konfrensi Tingkat Tinggi negara-negara Islam
dihadiri 28 negara dan menghasilkan beberapa keputusan penting diantaranya :
Tujuan OKI
1. Memelihara dan meningkatkan solidaritas diantara negara-negara anggota dalam
bidang ekonomi, sosial, budaya, ilmu pengetahuan politik dan pertahanan keamanan.
2. Mengkoordinasikan usaha-usaha untuk melindungi tempat-tempat suci.
3. Membantu dan bekerjasama dalam memperjuangkan kemerdekaan rakyat
Palestina.
4. Berupaya melenyapkan perbedaan rasial, diskriminasi, kolonialisme dalam segala
bentuk.
5. Memperkuat perjuangan umat Islam dalam melindungi martabat umat, dan hak
masing-masing negara Islam.
6. Menciptakan hubungan kerjasama yang harmonis, saling pengertian antar negara
OKI dan Negara-negara lain.
Struktur organisasi OKI
Struktur organisasi terdiri dari :
1. Badan utama meliputi :
• KTT para raja dan Kepala negara/pemerintahan
• Sekretaris Jenderal sebagai badan eksekutif
• Konferensi para Menteri luar negeri
• Mahkamah Islam Internasional sebagai badan Yudikatif
• Komite-komite khusus, meliputi :
• komite Al-Quds
2. komite social, ekonomi dan budaya
3. Badan-badan subsider meliputi:
a). Bidang Ekonomi terdiri dari:
1. Pusat Riset dan latihan sosial ekonomi berpusat di Ankara (Turki).
2. Pusat Riset dan latihan teknik berpusat di Dhakka (Bangladesh)
3. Kamar Dagang Islam berpusat di Casablanca (Maroko).
4. Dewan Penerbangan Islam berpusat di Tunis (Tunisia).
5. Bank Pembangunan Islam berpusat di Jeddah (Arab Saudi).
b). Bidang Sosial Budaya terdiri dari:
1. Dana Solidaritas Islam berpusat di Jeddah (Arab Saudi)
2. Pusat Riset Sejarah dan Budaya Islam berpusat di Istambul (Turki).
3. Dana Ilmu, teknologi dan Pembangunan berpusat di Jeddah (Arab Saudi).
4. Komisi Bulan Sabit Islam berpusat di Bengasi (Libya)
5. Komisi Warisan Budaya Islam berpusat di Istambul (Turki).
6. Kantor Berita Islam Internasional berpusat di Jeddah (Arab Saudi).
Kegiatan OKI
Adapun kegiatan yang dilakukan OKI selalu dalam rangka memperjuangkan
kepentingan umat Islam, negara-negara anggota, memelihara perdamaian,
ketentraman dan kesejahteraan dunia, memperjuangkan kemerdekaan Palestina,
baik dalam kegiatan politk, ekonomi dan sosial budaya. Adapun tantangan yang
dialami OKI sampai sekarang antara lain:
1. Meminimalisasi perbedaan orientasi politik diantara negara anggota OKI
2. Mengubah dan menghapuskan salah penafsiran dunia Barat terhadap Islam yang
selalu negatif, seperti mengaikkan Islam, dengan kegiatan Fundamentalis,
Terorisme, dan kekerasan lainya.
3. Meningkatkan rasa persatuan dan kesatuan serta Solidaritas antar Anggota OKI.
4. Meningkatkan Kerjasama dalam berbagai bidang untuk kemajuan dan
kesejahteraan rakyat seluruh negara anggota OKI.
5. Mengupayakan terus-menerus agar kemerdekaan dan kedaulatan rakyat
Pelestina.
4.Sejarah APEC
Dinamika ekonomi politik Asia Pasifik pada akhir tahun 1993 tampak memasuki
babak baru, terutama dalam bentuk pengorganisasian kerja sama perdagangan dan
investasi regional. Dalam hal ini, negara-negara Asia Pasifik berbeda dengan negara-
negara di Eropa Barat. Negara-negara di Eropa Barat memulainya dengan
membentuk wadah kerja sama regional. Dengan organisasi itu, ekonomi di setiap
negara saling berhubungan dan menghasilkan ekonomi Eropa yang lebih kuat
daripada sebelum Perang Dunia II. Sebaliknya, negara-negara Asia Pasifik,
terutama sejak tahun 1970-an, saling berhubungan secara intensif dan menimbulkan
pertumbuhan ekonomi yang tinggi walaupun tanpa kerangka kerja sama formal
seperti yang ada di Eropa. Bahkan, berbagai transaksi ekonomi terjadi antarnegara
yang kadang-kadang tidak memiliki hubungan diplomatik. Taiwan adalah contoh
negara yang tidak diakui eksistensi politiknya, tetapi menjadi rekanan aktif
sebagian besar negara Asia Pasifik dalam kegiatan ekonomi. Sekarang dinamika
ekonomi itu dianggap memerlukan wadah organisasi yang lebih formal.
Dunia usaha lebih dahulu merasakan adanya kebutuhan akan organisasi itu,
seperti tercermin dalam pembentukan Pacific Basin Economic Council (PBEC) tahun
1969. Organisasi ini beranggotakan pebisnis dari semua negara Asia Pasifik, kecuali
Korea Utara dan Kampuchea. Organisasi PBEC aktif mendorong perdagangan dan
investasi di wilayah Asia Pasifik, tetapi hanya melibatkan sektor swasta.
Pada tahun 1980 muncul Pacific Economic Cooperation Council (PECC). Organisasi
yang lahir di Canberra, Australia ini menciptakan kelompok kerja untuk
mengidentifikasi kepentingan ekonomi regional, terutama perdagangan, sumber daya
manusia, alih teknologi, energi, dan telekomunikasi. Walaupun masih bersifat
informal, PECC melibatkan para pejabat pemerintah, pelaku bisnis, dan akademis.
Salah satu hasil kegiatan PECC adalah terbentuknya Asia Pasific Economic
Cooperation (APEC) sebagai wadah kerja sama bangsa-bangsa di kawasan Asia
Pasifik di bidang ekonomi yang secara resmi terbentuk bulan November 1989 di
Canberra, Australia. Pembentukan APEC atas usulan Perdana Menteri
Australia, Bob Hawke. Suatu hal yang melatarbelakangi terbentuknya APEC adalah
perkembangan situasi politik dan ekonomi dunia pada waktu itu yang berubah secara
cepat dengan munculnya kelompok-kelompok perdagangan seperti MEE, NAFTA.
Selain itu perubahan besar terjadi di bidang politik dan ekonomi yang terjadi di Uni
Soviet dan Eropa Timur. Hal ini diikuti dengan kekhawatiran gagalnya perundingan
Putaran Uruguay (perdagangan bebas). Apabila masalah perdagangan bebas gagal
disepakati, diduga akan memicu sikap proteksi dari setiap negara dan sangat
menghambat perdagangan bebas. Oleh karena itu, APEC dianggap bisa menjadi
langkah efektif untuk mengamankan kepentingan perdagangan negara-negara di
kawasan Asia Pasifik.
II. Tujuan APEC
bekerja untuk mengurangi tarif dan hambatan perdagangan lainnya di seluruh
kawasan Asia-Pasifik,
menciptakan ekonomi domestik yang efisien dan secara dramatis meningkatkan
ekspor.
terwujudnya perdagangan dan investasi yang bebas dan terbuka di Asia-Pasifik pada
2010 untuk negara-negara industri dan pada 2020 untuk negara-negara
berkembang.
Tujuan ini diadopsi oleh pemimpin pada pertemuan 1994 di Bogor, Indonesia.
2. Dewan Gubernur
Dewan Gubernur Terdiri Dari Gubernur Yang Dipilih Oleh Masing-Masing
Anggota OPEC Untuk Duduk Dalam Dewan Yang Bersidang Sedikitnya Dua Kali
Dalam Setahun. Pertemuan Extraordinary Dari Dewan Dapat Berlangsung Atas
Permintaan Ketua Dewan Sekretaris Jenderal Atau 2/3 Dari Anggota Dewan ( Pasal
17 Dan 18 ).
Tugas Dewan Adalah Melaksanakan Keputusan Konferensi Mempertimbangkan
Dan Memutuskan Laporan – Laporan Yang Disampaikan Oleh Sekretaris Jenderal
Memberikan Rekomendasi Dan Laporan Kepada Pertemuan Konferensi OPEC
Membuat Anggaran Keuangan Organisasi Dan Menyerahkannya Kepada Sidang
Konferensi Setiap Tahun Mempertimbangkan Semua Laporan Keuangan Dan
Menunjuk Seorang Auditor Untuk Masa Tugas Selama Satu (1) Tahun Menyetujui
Penunjukan Direktur – Direktur Divisi, Kepala Bagian Yang Diusulkan Negara
Anggota Menyelenggarakan Pertemuan Extraordinary Konferensi OPEC Dan
Mempersiapkan Agenda Sidang ( Pasal 20 ) Dewan Gubernur Dipimpin Oleh Seorang
Ketua Dan Wakil Ketua Yang Berasal Dari Para Gubernur OPEC Negara – Negara
Anggota Dan Yang Disetujui Oleh Pertemuan Konferensi OPEC Untuk Masa Jabatan
Selama 1 Tahun ( Pasal 21 ).
3. Sekretariat
Adalah Pelaksana Eksekutif Organisasi Sesuai Dengan Statuta Dan Pengarahan
Dari Dewan Gubernur. Sekretaris Jenderal Adalah Wakil Resmi Dari Organisasi
Yang Dipilih Untuk Periode Tiga (3) Tahun Dan Dapat Diperpanjang Satu Kali Untuk
Periode Yang Sama. Sekretaris Jenderal Harus Berasal Dari Salah Satu Negara
Anggota. Dalam Melaksanakan Tugasnya Sekjen Bertanggung Jawab Kepada Dewan
Gubernur Dan Mendapat Bantuan Dari Para Kepala Divisi Dan Bagian.
D. Peranan Indonesia Sebagai Anggota OPEC
Sejak Menjadi Anggota OPEC Tahun 1962, Indonesia Ikut Berperan Aktif
Dalam Penentuan Arah Dan Kebijakan OPEC Khususnya Dalam Rangka Menstabilisasi
Jumlah Produksi Dan Harga Minyak Di Pasar Internasional.
Sejak Berdirinya Sekretariat OPEC Di Wina Tahun 1965, KBRI / PTRI Wina
Terlibat Aktif Dalam Kegiatan Pemantauan Harga Minyak Dan Penanganan Masalah
Substansi Serta Diplomasi Di Berbagai Persidangan Yang Diselenggarakan Oleh
OPEC. Pentingnya Peran Yang Dimainkan Oleh Indonesia Di OPEC Telah Membawa
Indonesia Pernah Ditunjuk Sebagai Sekjen OPEC Dan Presiden Konferensi OPEC.
Pada Tahun 2004, Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral ( MESDM )
Indonesia Terpilih Menjadi Presiden Dan Sekjen Sementara OPEC. Namun Akhir –
Akhir Ini, Status Keanggotaan Indonesia Di OPEC Telah Menjadi Wacana
Perdebatan Berbagai Pihak Di Dalam Negeri, Karena Indonesia Saat Ini Dianggap
Telah Menjadi Negara Pengimpor Minyak ( Net – Importer ). Dalam Kaitan Ini,
Indonesia Sedang Mengkaji Mengenai Keanggotaanya Di Dalam OPEC Dan Telah
Membentuk Tim Untuk Membahas Masalah Tersebut Dari Sisi Ekonomi Dan Politik.
Hambatan Dan Peluang Secara Ekonomi, Keanggotaan Indonesia Di OPEC
Membawa Implikasi Kewajiban Untuk Tetap Membayar Iuran Keanggotaan Sebesar
US$ Dua (2) Juta Setiap Tahunnya, Disamping Biaya Untuk Sidang – Sidang OPEC
Yang Diikuti Oleh Delegasi RI.
OPEC Melihat Bahwa Penurunan Tingkat Ekspor Di Beberapa Negara
AnggotaOPEC, Termasuk Indonesia, Disebabkan Karena Kurangnya Investasi Baru
Di Sektor Perminyakan. Apabila Kondisi Tersebut Terus Berlangsung, Maka
Diperkirakan Indonesia Akan Mengalami Hambatan Dalam Meningkatkan Tingkat
Produksinya Dan Tetap Menjadi Pengimpor Minyak Di Masa Mendatang.
Disamping Hambatan – Hambatan Tersebut Di Atas, Keanggotaan Indonesia Di
OPEC Akan Memberikan Berbagai Keuntungan Politis, Yaitu Meningkatkan Posisi
Indonesia Dalam Proses Tawar – Menawar Dalam Hubungan Internasional.
Kedudukan Menteri ESDM Dalam Kapasitasnya Sebagai Presiden Konferensi OPEC
Sekaligus Acting Sekjen OPEC Pada Tahun 2004, Telah Memberikan Posisi Tawar
Yang Sangat Tinggi Dan Strategik Serta Kontak Yang Lebih Luas Dengan Negara –
Negara Produsen Minyak Utama Lainnya.
Peningkatan Citra RI Di Luar Negeri. Pemberitaan Mengenai Persidangan Dan
Kegiatan OPEC Lainnya Yang Sangat Luas Secara Otomatis Dapat Mengangkat Citra
Negara Anggota. Perhatian Media Massa Lebih Terfokus Ketika Pejabat RI
( Menteri ESDM ) Memegang Jabatan Sebagai Presiden Konferensi OPEC.
Peningkatan Solidaritas Antar Negara Berkembang. Di Dalam Forum – Forum
OPEC, Semua Negara Anggota Memiliki Visi Dan Misi Yang Sama Di Bidang Energi
Serta Menjadikan OPEC Sebagai Wahana Bersama Untuk Meningkatkan Rasa
Persaudaraan Sesama Negara Anggota Dan Negara Berkembang Lainnya. Opec Fund
( Lembaga Keuangan OPEC ) Telah Memberikan Bantuan Dana Darurat Sebesar 1,2
Juta Euro, Dimana Separuhnya Diperuntukkan Bagi Indonesia, Untuk Rehabilitasi
Dan Rekonstruksi Aceh Dan Sumatera Utara Yang Dilanda Gempa Bumi Dan Tsunami
Pada Akhir Tahun 2004.
Akses Terhadap Informasi. Sebagai Anggota OPEC, Indonesia Mendapatkan
Akses Terhadap Informasi, Baik Yang Bersifat Terbuka Dari Sekretariat OPEC
Maupun Informasi Rahasia Mengenai Dinamika Pasar Minyak Bumi.
Disamping Itu, Indonesia Memiliki Kesempatan Untuk Menempatkan Sumber
Daya ManusiaNya Untuk Bekerja Di Sekretariat OPEC. Hal Ini Merupakan Investasi
Jangka Panjang Karena Akan Dapat Menjadi Network Bagi Indonesia Di Masa
Datang.
Prakiraan Perkembangan Keadaan, Menurut Kajian Yang Dilakukan OPEC,
Peranan OPEC Dalam Menentukan Stabilitas Produksi Dan Harga Minyak Dunia Akan
Tetap Penting, Setidaknya Hingga Tahun 2025, Karena Pangsa Pasar Negara –
Negara OPEC Masih Lebih Besar Dari Negara – Negara Non – OPEC.
Pentingnya Peran OPEC Dapat Dilihat Dengan Jelas Selama Tahun 2004, Ketika
Harga Minyak Mentah Dunia Melambung Tinggi, OPEC Ikut Berperan Menstabilkan
Harga Antara Lain Dengan Menjaga Pasokan Minyak Dunia. Keanggotaan Indonesia
Masih Diperlukan Oleh Negara – Negara Anggota Lainnya Karena Indonesia
Dipandang Sebagai Negara Yang Selalu Menjaga Solidaritas OPEC Dan Selalu
Berusaha Membangun Dialog Konstruktif Serta Konsensus Di Dalam OPEC.
OPEC Tetap Membutuhkan Indonesia Sebagai Faktor Penyeimbang Dalam
Komposisi Keanggotaannya. Indonesia Merupakan Satu-Satunya Negara Asia Yang
Menjadi Anggota OPEC. Keanggotaan OPEC Yang Didominasi Oleh Negara – Negara
Timur Tengah Tidak Akan Menguntungkan Dalam Sudut Pandang Citra OPEC Di
Dunia Internasional. Citra Indonesia Sebagai Negara Demokratis Dan Berpenduduk
Muslim Terbesar Dan Moderat Di Dunia Dapat Membantu Perbaikan Citra OPEC.
Dalam OPEC Sendiri Belum Ada Tuntutan Agar Indonesia Mengkaji
Keanggotaannya Karena Turunnya Tingkat Produksi Minyak Bumi Indonesia Serta
Mulainya Indonesia Menjadi Negara Importir Minyak. OPEC Menyadari Bahwa
Kemungkinan Penurunan Ekspor Minyak Negara – Negara Anggota Adalah
Salah Satu Akibat Dari Kurangnya Investasi Di Sektor Perminyakan Negara
Tersebut.
Sejarah Terbentuknya MEE
Sejak berakhirnya Perang Dunia II, Eropa mengalami kemiskinan dan
perpecahan. Usaha untuk mempersatukan Eropa sudah dilakukan. Namun,
keberhasilannya bergantung pada dua negara besar, yaitu Prancis dan Jerman
Barat. Pada tahun 1950 Menteri Luar Negeri Prancis, Maurice Schuman
berkeinginan menyatukan produksi baja dan batu bara Prancis dan Jerman dalam
wadah kerja sama yang terbuka untuk negara-negara Eropa lainnya, sekaligus
mengurangi kemungkinan terjadinya perang. Keinginan itu terwujud dengan
ditandatanganinya perjanjian pendirian Pasaran Bersama Batu Bara dan Baja Eropa
atau European Coal and Steel Community (ECSC) oleh enam negara, yaitu Prancis,
Jerman Barat (Republik Federal Jerman-RFJ), Belanda, Belgia, Luksemburg, dan
Italia. Keenam negara tersebut selanjutnya disebut The Six State.
Keberhasilan ECSC mendorong negara-negara The Six State membentuk pasar
bersama yang mencakup sektor ekonomi. Hasil pertemuan di Messina, pada tanggal 1
Juni 1955 menunjuk Paul Henry Spaak (Menlu Belgia) sebagai ketua komite yang
harus menyusun laporan tentang kemungkinan kerja sama ke semua bidang ekonomi.
Laporan Komite Spaak berisi dua rancangan yang lebih mengintegrasikan Eropa,
yaitu:
1. Membentuk European Economic Community (EEC) atau Masyarakat Ekonomi
Eropa(MEE)
2. membentuk European Atomic Energy Community (Euratom) atau Badan Tenaga
Atom Eropa.
Rancangan Spaak itu disetujui pada tanggal 25 Maret 1957 di Roma dan kedua
perjanjian itu mulai berlaku tanggal 1 Januari 1958. Dengan demikian, terdapat tiga
organisasi di Eropa, yaitu ECSC, EEC (MEE), dan Euratom (EAEC). Pada konferensi
di Brussel tanggal 22 Januari 1972, Inggris, Irlandia, dan Denmark bergabung
dalam MEE. Pada tahun 1981 Yunani masuk menjadi anggota MEE yang kemudian
disusul Spanyol dan Portugal. Dengan demikian keanggotaan MEE sebanyak 12
negara.
MEE merupakan organisasi yang terpenting dari ketiga organisasi tersebut.
Bukan saja karena meliputi sektor ekonomi, melainkan juga karena pelaksanaannya
memerlukan pengaturan bersama yang meliputi industri, keuangan, dan
perekonomian.
E. Tujuan Pembentukan Organisasi MEE
MEE menegaskan tujuannya, antara lain :
1. Integrasi Eropa dengan cara menjalin kerja sama ekonomi, memperbaiki taraf
hidup, dan memperluas lapangan kerja;
2. Memajukan perdagangan dan menjamin adanya persaingan bebas serta
keseimbangan perdagangan antarnegara anggota;
3. Menghapuskan semua rintangan yang menghambat lajunya perdagangan
internasional;
4. Meluaskan hubungan dengan negara-negara selain anggota MEE. Untuk mewujudkan
tujuannya, MEE membentuk Pasar Bersama Eropa (Comman Market), keseragaman
tarif, dan kebebasan bergerak dalam hal buruh, barang, serta modal.
F. Struktur Organisasi MEE
Organisasi MEE memiliki struktur organisasi sebagai berikut :
1. Majelis Umum (General Assembly) atau Dewan Eropa (European Parliament)
Keanggotaan Majelis Umum MEE berjumlah 142 orang yang dipilih oleh parlemen
negara anggota. Tugasnya memberikan nasihat dan mengajukan usul kepada Dewan
Menteri dan kepada Komisi tentang langkah-langkah kebijakan yang diambil, serta
mengawasi pekerjaan Badan Pengurus Harian atau Komisi MEE serta meminta
pertanggungjawabannya.
2. Dewan Menteri (The Council)
Dewan Menteri MEE mempunyai kekuasaan tertinggi untuk merencanakan dan
memberikan keputusan kebijakan yang diambil. Keanggotaannya terdiri atas Menteri
Luar Negeri negara-negara anggota. Tugasnya menjamin terlaksananya kerja sama
ekonomi negara anggota dan mempunyai kekuasaan membuat suatu peraturan
organisasi. Ketuanya dipilih secara bergilir menurut abjad negara anggota dan
memegang jabatan selama enam tahun.
3. Badan Pengurus Harian atau Komisi (Commision)
Keanggotaan Badan Pengurus Harian atau Komisi MEE terdiri atas sembilan
anggota yang dipilih berdasarkan kemampuannya secara umum dengan masa jabatan
empat tahun. Komisi berperan sebagai pemegang kekuasaan eksekutif dan badan
pelaksana MEE. Di samping itu komisi juga mengamati dan mengawasi keputusan
MEE, memperhatikan saran-saran baru, serta memberikan usul dan kritik kepada
sidang MEE dalam segala bidang. Hasil kerjanya dilaporkan setiap tahun kepada
Majelis Umum (General Assembly).
4. Mahkamah Peradilan (The Court of Justice)
Keanggotaan Mahkamah Peradilan MEE sebanyak tujuh orang dengan masa
jabatan enam tahun yang dipilih atas kesepakatan bersama negara anggota.
Fungsinya merupakan peradilan administrasi MEE, peradilan pidana terhadap
keanggotaan komisi, dan peradilan antarnegara anggota untuk menyelesaikan
perselisihan yang timbul di antara para negara anggota. Peradilan konstitusi
berfungsi untuk menyelesaikan konflik perjanjian internasional. Untuk melancarkan
aktivitasnya, Masyarakat Ekonomi Eropa membentuk beberapa organisasi baru,
yaitu:
a. Parlemen Eropa (European Parliament);
b. Sistem Moneter Eropa (European Monetary System);
c. Unit Uang Eropa (European Currency Unit);
d. Pasar Tunggal (Single Market).
Menurut perhitungan suara referendum Prancis yang diselenggarakan pada
tanggal 20 September 1992 tentang perjanjian Maastrich, menunjukkan bahwa
50,95% pemilih menyatakan setuju. Untuk mendirikan organisasi-organisasi
tersebut pada tanggal 7 Februari 1992 di Maastrich, Belanda diadakan pertemuan
anggota MEE. Hasil pertemuan itu dituangkan dalam sebuah naskah perjanjian yang
disebut The Treaty on European Union (TEU) atau Perjanjian Penyatuan Eropa yang
telah ditandatangani oleh Kepala Negara/Pemerintah di Maastrich, Belanda.
Referendum dimaksudkan untuk mendapatkan persetujuan dari 12 negara anggota
Masyarakat Eropa, yakni Inggris, Jerman, Prancis, Belanda, Belgia, Luksemburg,
Italia, Irlandia, Denmark, Portugal, Spanyol, dan Yunani.
7. GATT
A. Sejarah GATT.
GATT dibentuk sebagai wadah yang sifatnya sementara setelah Perang Dunia
II. Pada masa itu timbul kesadaran masyarakat internasional akan perlunya suatu
lembaga multilateral disamping Bank Dunia dan IMF. Kebutuhan akan adanya suatu
lembaga multilateral yang khusus ini pada waktu masyarakat internasional menemui
kesulitan untuk mencapai kata sepakat mengenai pengurangan dan penghapusan
berbagai pembatasan kuantitatif serta diskriminasi perdagangan. Hal ini dilakukan
untuk mencegah terulangnya praktek proteksionalisme yang berlangsung pada tahun
1930 – an yang sangat memukul perekonomian dunia.
Negara-negara yang pertama kali bergabung menjadi anggota adalah 23 (dua
puluh tiga) negara. Negara-negara ini membuat dan merancang piagam organisasi
perdagangan internasional (International Trade Organization) yang pada waktu
direncanakan sebagai suatu badan khusus PBB. Dimana, isi piagam tersebut memuat
aturan-aturan dalam perdagangan dunia, ketenagakerjaan, praktek–praktek
restriktif (pembatasan perdagangan), penanaman modal internasional dan jasa.
Pertemuan penting diselenggarakan di Jenewa, Swiss dari bulan April sampai
November 1947. membuat rancangan piagam ITO. Perundingan–perundingan
bilateral berlangsung antara negara–negara komisi antara lain: Brazil, Ceylon,
Pakistan dan Rhodesia Selatan. Kemudian pertemuan penting di Havana pada tanggal
21 November 1947 – 24 Maret 1948) bertambah menjadi 66 (enam puluh enam)
negara bergabung untuk membahas piagam ITO. Pertemuan berhasil mengesahkan
piagam Havana. Namun, pertengahan tahun 1950, negara–negara peserta menemui
kesulitan dalam meratifikasinya. Hal ini disebabkan karena Amerika Serikat, pelaku
utama dalam perdagangan dunia, pada tahun 1958, menyatakan bahwa negaranya
tidak akan meratifikasi piagam tersebut. Sejak itu pulalah ITO secara efektif
tidak berfungsi sama sekali. Sehingga GATT juga tidak berlaku.
Para perunding GATT mengeluarkan perjanjian internasional baru, yaitu The
Protocol of Provisional Application . Sejak dikeluarkan protokol ini GATT tetap
berlaku. Pada tahun 1954 – 1955, teks GATT mengalami perubahan penting yang
terjadi pertama, dikeluarkannya Protokol yang mengubah bagian 1 dan pasal XXIX
dan XXX dan Protokol yang mengubah Preambule dan bagian 2 dan 3. Pada tahun
1965, GATT mendapat tambahan bagian baru, yaitu bagian ke empat. Bagian ini
berlaku secara de facto tanggal 8 Februari 1965 dan mulai berlaku efektif tanggal
27 Juni 1965. Bagian ini khusus mengatur kepentingan perluasan ekspor negara–
negara kurang maju (pasal XXXVI – XXXVIII).[1][4]
B. Keanggotaan GATT.
Negara anggota GATT adalah anggota WTO. Perlu dikemukan disini bahwa
istilah anggota pada GATT bukan “member”, tetapi “Contracting Party”. Hal ini
merupakan konsekuensi dari status GATT yang sifatnya, dengan meninjau sejarah
berdirinya, “organisasi”.[2][5]
Cara menjadi anggota GATT diatur dalam Pasal XXXIII GATT. Cara pertama,
berlangsung dengan proses pengujian dan perundingan yang panjang oleh Dewan
GATT pada saat menerima permohonan aksesi. Badan ini membuat putusan suatu
kelompok kerja(working party) yang bertugas menganalisa kebijakan perdagangan
dan kemungkinan kebijakan perdagangan negara pemohon di masa datang. Hasil dari
perundingan tersebut dilaporkan oleh kelompok kerja kepada Dewan. Persyaratan-
persyaratan yang disahkan Dewan kemudian menjadi bahan pemungutan suara yang
mana 2/3 dari semua anggota harus menyetujuinya. Pada tahap ini negara baru
tersebut dapat menanda tangani protokolnya dan untuk diratifikasi oleh perundang-
undangan nasionalnya.
Cara kedua lebih sederhana menjadi anggota GATT diatur dalam Pasal XXVI,
yaitu terhadap negara–negara yang menjadi negara merdeka dari penjajahan dan
yang telah menunjukkan kemandiriannya dalam melaksanakan hubungan–hubungan
komersial eksternalnya (luar negerinya).[3][6]
E. Prinsip-Prinsip GATT.
Untuk mencapai tujuan-tujuannya, GATT berpedoman pada lima prinsip utama,
yaitu
a. Prinsip Most Favoured-Nation.
Prinsip ini merupakan kebijakan yang menyatakan bahwa perdagangan
dilaksanakan atas dasar non-diskriminatif. Semua anggota terikat untuk
memberikan perlakuan yang sama terhadap negara-negara lain dalam pelaksanaan
dan kebijakan impor dan ekspor serta hal-hal yang menyangkut biaya-biaya lainnya.
Pendek kata, semua negara harus diperlakukan atas dasar yang sama dan
semua negara menikmati keuntungan dari suatu kebijakan perdagangan. Namun
demikian, prinsip ini mendapat pengecualian, khususnya dalam kepentingan negara
yang sedang berkembang, seperti pemberian preferensi-preferensi tarif dari
negara-negara maju kepada produk impor dari negara sedang berkembang atau
negara-negara miskin dengan pemberian fasilitas sistem preferensi umum
(Generalised System of Preferences).
b. Prinsip National Treatment.
Produk dari satu negara anggota yang diimpor ke dalam suatu negara lainnya
harus diperlakukan sama seperti halnya produk dalam negeri, baik dari segi pajak
ataupun dari segi pungutan-pungutan lainnya. Ia berlaku pula terhadap pengaturan
perundang-undangan yang mempengaruhi penjualan, pembelian, pengangkutan,
distribusi, atau penggunaan produk-produk di pasar dalam negeri.
c. Prinsip Larangan Restriksi (Pembatasan) Kuantitatif.
Restriksi kuantitatif terhadap ekspor atau impor dalam bentuk apapun,
misalnya penetapan kuota impor atau ekspor, restriksi penggunaan lisensi impor atau
ekspor, pengawasan, pembayaran produk-produk impor atau ekspor, pada umumnya
dilarang sesuai dengan pasal IX GATT. Hal ini disebabkan karena praktek demikian
bisa mengganggu praktek perdagangan normal.
d. Prinsip Perlindungan melalui Tarif.
Pada prinsipnya, GATT hanya memperkenankan tindakan proteksi terhadap
industri domestik melalui tarif (menaikkan tingkat tarif bea masuk) dan tidak
melakukan upaya-upaya perdagangan lainnya (non tariff commercial measures).
e. Prinsip Resiprositas.
Prinsip ini merupakan prinsip fundamental dalam GATT. Prinsip ini tampak
pada preambule GATT dan berlaku dalam perundingan-perundingan tarif yang
didasarkan kepada timbal balik dan saling menguntungkan kedua belah pihak.
8.WTO
Tujuan Organisasi Perdagangan Sedunia (World Trade Organization/WTO) yang didirikan pada
tahun 1995 ini adalah:
1. Mengatur pelaksanaan perjanjian mengenai perdagangan internasional yang ada.
2. Menjadi forum bagi perundingan mengenai liberalisasi perdagangan global.
3. Dalam perundingan mengenai liberalisasi perdagangan global, Jerman menjadi pendukung kuat
peningkatan integrasi negara2 berkembang ke dalam perdagangan sedunia.
Akan tetapi, ketidakseimbangan kedudukan negara berkembang dan negara maju dalam suatu OI
juga tampak nyata dalam WTO. Dalam organisasi ekonomi global pendukung perdagangan bebas dan
adil ini terjadi perbedaan sikap yang ditunjukkan oleh negara2 maju-kapitalis terhadap negara
berkembang.
9.NAFTA
NAFTA (North America Free Trade Aggreemnet) merupakan suatu bentuk organisasi kerjasama
perdagangan bebas negara-negara Amerika Utara yang terdiri dari Amerika Serikat, Kanada dan
Meksiko. NAFTA didirikan pada tanggal 12 Agustus 1992 di Washington DC oleh wakil-wakil dari
pemerintahan Kanada serta pemerintahan tuan rumah yaitu Amerika Serikat. Dan diresmikan pada
tanggal 1 Januari 1994. Pada dasarnya NAFTA merupakan organisasi yang menjanjikan kemudahan
bagi negara-negara persertanya di bidang ekonomi, mulai dari diberikannya pembebasan tarif bea
masuk bagi komoditi-komoditi tertentu hingga adanya perlakuan adil terhadap penanam modal asing
yang akan menanamkan modalnya di masing-masing negara peserta.
NAFTA menghilangkan semua batas-batas nontarif bagi perdagangan sektor pertanian antara
Amerika dan Meksiko. Ketentuan-ketentuan agrikultural Amerika-Kanada digabungkan dengan
NAFTA dengan bergabungnya Meksiko. Dengan ketentuan tersebut semua tarif pada perdagangan
sektor pertanian antara Kanada dan Amerika dicakup oleh tariff-rate quotas (TRQ’s) dihapus sejak 1
Januari 1998. Tujuan pembentukan NAFTA adalah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan
kesempatan kerja melalui usaha menghilangkan berbagai hambatan perdagangan, menciptakan iklim
untuk mendorong persaingan yang adil, meningkatkan peluang investasi, memberikan perlindungan
terhadap hak milik intelektual, dan menciptakan prosedur yang efektif dalam penyelesaian
perselisihan perdagangan antara ketiga negara anggotanya.
1. Ketentuan yang Mengatur Anggota NAFTA
Tujuan utama NAFTA adalah untuk mengatur hak-hak dan kewajiban serta kepentingan-kepentingan
negara-negara anggotanya dalam bidang sebagai berikut:
a. Perdagangan
Dalam bidang perdagangan pengaturannya memuat ketentan tentang penghapusan hambatan tarif dan
non tarif. Tarif akan diturunkan secara perlahan, tergantung jenis dan tingkat kepentingan terhadap
produk. Menjelang tahun 1994, 50% tarif dihilangkan dan penurunan terhadap tarif yang lain
dilakukan dalam waktu 5 s/d 10 tahun diharapkan secara perlahan ketiga negara NAFTA pada
akhirnya dapat memperoleh keuntungan dari penghapusan tarif.. Hambatan non tarif seperti user
fees, izin impor (import License) dan kuota akan segera di hapus dengan beberapa pengecualian,
kuota masih dikenakan terhadap bidang energi, pertanian, otomotif dan tekstil.
b. Keimigrasian
Di bidang keimigrasian, NAFTA memberikan kemudahan bagi pengusaha yang akan melakukan
kegiatan bisnisnya, NAFTA mengizinkan adanya visa sementara kepada pengusaha dan barang barang
untuk tujuan tertentu (temporary entry for bussines person & goods), bentuk insentif yang
diberikan untuk mempermudah investasi dengan membebaskan orang, barang, peralatan promosi
seperti televisi alat peraga, barang-barang dengan tujuan pameran serta barang modal dibebaskan
masuk secara temporer.
c. Finansial
Dalam bidang finansial, hak-hak yang diatur adalah hak untuk transfer mata uang dalam investasi dan
perdagangan, pembebasan penggunaan mata uang ketiga negara berdasarkan nilai pasar pada saat
hari transaksi. Ketentuan dalam bidang finansial ini juga mengatur tentang larangan transfer yang
berkitan dengan kepailitan.
d. Investasi
NAFTA mengatur tentang Investasi, yang menurut definisi umum berarti pembelian aset untuk
meningkatkan nilai suatu produk, yang meliputi tanah, bangunan, barang modal dan bahan baku serta
bahan penolong untuk kegiatan produksi, Investasi dalam pengertian NAFTA bukan merupakan
investasi portofolio. Definisi investasi meliputi juga Stock, Bond, Loans, Income, Profit, Interest,
Real Estate. Dalam bidang investasi NAFTA memberlakukan ketentuan “equal treatment”, persamaan
perlakuan terhadap investor di masing-masing negara anggota. Investor yang menanamkan investasi
di Kanada akan mendapat perlakuan yang sama di negara Amerika Serikat dan Meksiko, begitu juga
sebaliknya, investor dari Amerika Serikat dan Meksiko akan diperlakukan sama di Kanada. Perlakuan
kepada investor masing-masing negara ini berdasarkan perdagangan internasional yang adil,
transparan dan liberal dan akan memperoleh proteksi penuh dan jaminan keamanan di masing masing
negara, negara bagian.
Dalam ketentuan NAFTA tercakup juga masalah jaminan Investasi, pelarangan pengistimewaan
sumber-sumber lokal bagi kepentingan ketiga negara, transfer teknologi, keseimbangan perdagangan
dan pengistimewaan pemakaian produk NAFTA terhadap pihak diluar NAFTA. Dalam beberapa hal
tertentu negara anggota masih di mungkinkan memperlakukan khusus terhadap investor tertentu
yang memiliki arti penting bagi perekonomian negara. Beberapa pengecualian dalam bidang investasi
yang lain dalam ketentuan NAFTA adalah sektor-sektor yang secara konstitusi dilarang untuk
investasi asing, seperti pelarangan pemerintah Meksiko terhadap Investasi asing untuk sektor
energi, rel kereta api, perumahan/property yang terletak di perbatasan dan di sepanjang pantai.
Pengecualian lain adalah masalah monopoli, bentuk-bentuk monopoli perusahaan negara masih
dimungkinkan, sepanjang tidak menggunakan posisi monopoli untuk bersaing di pasaran non monopoli.
Perhatian lain dari ketentuan NAFTA adalah terhadap masalah lingkungan, negaranegara NAFTA
setuju untuk tetap mempertahankan standar baku mutu lingkungan.
1. Ketentuan NAFTA terhadap Pihak Luar
1. perdagangan
Ketentuan terhadap pihak diluar NAFTA dalam masalah perdagangan, memberlakukan ketentuan
proteksi untuk memaksimalkan keuntungan angota NAFTA. Produk-produk perdagangan dari negara
diluar NAFTA, disamping dikenakan hambatan tarif yang bervariasi, juga dikenakan hambatan non
tariff yang ditujukan untuk melindungi, memaksimalkan produksi dan penggunaan tenaga kerja
anggota NAFTA. Untuk mendeteksi barang-barang yang berasal dari luar NAFTA maka, diberlakukan
ketentuan asal barang, yang di dalamnya juga diperinci presentase bahan baku, asal bahan baku dan
komponen biaya lain seperti upah buruh, transportasi dan lain-lain.
b. Investasi
Dalam meningkatkan kesempatan investasi, akan memiliki pengaruh secara langsung terhadap pihak-
pihak di luar NAFTA. Peningkatan kesempatan investasi ini bisa berarti membuka peluang semakin
banyaknya investor menanamkan modal di NAFTA dengan memberlakukan proteksi yang di tujukan
untuk menarik investasi asing masuk ke dalam NAFTA Investor yang akan diperlakukan diskriminatif
adalah mereka :
1). Mereka yang tidak memiliki bisnis yang substansial, yaitu mereka yang tidak melakukan investasi
nyata di bidang bidang manufaktur atau kegiatan lain yang memberikan keuntungan substansial bagi
NAFTA.
2). Investor yang memiliki perusahaan di NAFTA, namun pengendali perusahaan itu berasal dari
negara-negara yang memliki hubungan diplomatik yang buruk dengan negara anggota NAFTA atau
negara yang diembargo salah satu negara NAFTA.
c. Imigrasi
Dalam NAFTA di atur ketentuan mengenai Temporary entry for business person (TEFBP). TEFBP ini
di berikan kepada para pengusaha yang berasal dari luar NAFTA yang melakukan kegiatan usaha di
bidang perdagangan dan investasi, yaitu pekerja professional, pedagang dan investor
substantial, perpindahan perkerja antar perusahaan danPengusaha yang melakukan kunjungan
bisnis. Keempat golongan tersebut di bebaskan dari keharusan memiliki sertifikat/perijinan kerja, di
bebaskan dan keharusan mengikuti test kelayakan kerja. Ketentuan NAFTA ini bersifat
diskriminatif terhadap orang-orang di luar keempat golongan di atas. Dengan adanya ketentuan ini,
investor potensial di beri kemudahan untuk melakukan bisnis di NAFTA.
1. Dampak NAFTA terhadap Negara Anggotanya
1. Keuntungan
Adapun keuntungan-keuntungan yang telah dicapai dengan terbentuknya organisasi perdagangan
bebas ini adalah sebagai berikut:
Sektor Pertanian Amerika
Kanada dan Meksiko adalah pasar ekspor kedua dan ketiga terbesar bagi Amerika. Gabungan kedua
ekspor tersebut lebih besar dibanding eksport ke Jepang atau 15-anggota Uni Eropa. Sejak tahun
fiskal (1992-1998), nilai ekspor keluar sektor pertanian Amerika meningkat 26 persen. Selama
periode tersebut ekspor pertanian dan makanan pada kedua pasar NAFTA meningkat 48 persen.
Perdagangan dengan Meksiko
Selama tahun fiskal 1997-1998 ekspor makanan dan pangan Amerika ke Meksiko meningkat dari 881
juta dolar menjadi 5,9 milyar dolar – level terbesar selama 5 tahun dalam NAFTA. Amerika banyak
mengekspor produk pangan ke Meksiko dibanding China, Hongkong dan Rusia tahun lalu. Sekarang
Amerika mensuplai hampir 75 persen impor pangan Meksiko. NAFTA menjaga pasar Meksiko tetap
terbuka bagi produksi pangan Amerika walaupun sejarah krisis ekonomi terburuk Meksiko modern.
Saat melemahnya peso ekspor pangan Amerika turun sampai 11 persen tahun 1995, dan meningkat
kembali 60 persen tahun 1998. Meski perdagangan pangan telah meningkat pada dua arah dibawah
NAFTA, ekspor Amerika ke Meksiko meningkat dengan cepat dibanding impor dari Meksiko. Surplus
perdagangan pangan Amerika dengan Meksiko adalah 1,32 milyar dolar pada tahun 1998.
Perdagangan dengan Kanada
Kanada telah menjadi pasar yang stabil bagi perdagangan pangan Amerika dibawah FTA, dengan
bertambahnya ekspor pangan 10 persen setiap tahun sejak tahun 1990-1998. Ekspor Amerika
mencapai rekor 7 milyar dolar ke Kanada tahun 1998, dan bertambah lebih dari 89 persen sejak
1990. Buah-buahan dan sayuran segar, makanan ringan, dan konsumsi makanan lainnya mendekati
hampir tiga perempat penjualan di Amerika.
Di atas telah dijelaskan bahwa NAFTA telah memberikan banyak keuntungan namun dari keuntungan-
keuntungan tersebut ternyata yang mendapatkan banyak keuntungan terbanyak adalah negara
Amerika Serikat. Baik dalam sektor pertanian Amerika Serikat, perdagangan Meksiko, perdagangan
dengan Kanada. Amerika Serikat telah menjalankan kepentingan dengan mengadakan banyak
perjanjian termasuk dalam perjanjian perdagangan bebas dengan negara-negara Amerika Utara ini.
Dan dari penjelasan tersebut, terlihat jelas bahwa blok perdagangan bebas ini bersifat deskriminasi
karena keuntungan yang diperoleh tidak bersifat merata. Negara Amerika yang merupakan
negara super power ini yang kemudian menjadi pihak yang sangat untung.
1. Kerugian
Kemiskinan di Meksiko
Meskipun banyak keutungan yang dijanjikan NAFTA, rata-rata warga Meksiko tidak merasakan
manfaatnya sejak dilaksanakannya perjanjian ini. Pada dua bulan pertama tahun 1995 stok pasar
jatuh 24%, ratusan perusahaan tutup, dan lebih dari 250000 warga Meksiko kehilangan pekerjaan.
Pekerja Amerika juga tidak melihat manfaatnya dari perjanjian perdagangan ini. Satu setengah
tahun pertama dilaksanakannya NAFTA terlihat perdagangan Amerika menjadi defisit hampir 80000
pekerja Amerika kehilangan pekerjaannya. Para pekerja dari utara juga tidak mendapat kebaikan:
upah di Meksiko menurun sekitar 40%-50%. Sementara biaya hidup meningkat 80% pendapatan
hanya meningkat 30%. Tingkat inflasi tahun 1996 meningkat lebih dari 51% dan 20000 usaha bisnis
kecil dan sedang mulai bangkrut dengen meningkatnya persaingan dari perusahaan-perusahaan
multinasional.
Sampai dengan tahun 1996 lebih dari 2.3 juta warga Meksiko kehilangan pekerjaanya sejak
dilaksanakannya NAFTA. Harga kebutuhan dasar seperti bahan bakar dan listrik meningkat pada
tingkatan yang tidak terduga. Setahun setelah jatuhnya mata uang peso, tiga perempat keluarga
Meksiko tidak mampu mendapatkan makanan dasar dan pelayanan dibutuhan agar menjaganya tetap
di atas garis kemiskinan. Begitu menyedihkan nasib rakyat ini karena perdagangan yang tidak merata
keuntungannya ini.
Permasalahan Sektor Pertanian di Meksiko
Sebelum dilaksanakannya NAFTA, sebagian lahan Meksiko digunakan untuk produksi jagung yang
dihasilkan oleh 2,5 juta petani. Tahun 1996 Meksiko mengimpor senilai 1,1 milyar dolar jagung, yang
merupakan salah satu produksi terkuatnya.
Kerugian dari NAFTA ini ternyata banyak dialami oleh Meksiko berbeda ahlnya dengan yang disakan
oleh Amerika Serikat yang menikmati banyak keuntungan. Dari kasus tersebut telihat jelas bahwa
NAFTA dan bentuk perjanjian perdagangan bebas lainnya tidak memberikan kesejahteraan secara
merata namun hanya, sebelah pihak. Seperti kasus yang terjadi di Meksiko karena adanya pasar
bebas, maka produk-produk dan perusahaan-perusahaan kesil di Meksiko menjadi bangkrut dan
tutup. Sedangkan pihak yang menjadi untung adalah Amerika yang perekonomiannya menjadi defisit.
Dengan kerugian yang dialami oleh Meksiko ini, akan sangat mempengaruhi masyarakat khususnya
bagi masyarakat miskin seperti para petani. Bagi sebuah negara berkembang aspek pertanian
merupakan hal sangat penting dan mempengaruhi kelangsungan hidup suatu negara. Dan ini merupakan
tanggung jawab pemerintah. Namun, setelah masuknya NAFTA kebijakan-kebijakan dalam aspek
pertananian tersebut juga disesuaikan dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku di NAFTA.
1. Dampak NAFTA terhadap Perdagangan Internasional
NAFTA sebagai instrumen baru perdagangan international, bersifat liberal dan terkedepan dalam
melaksanakan ketentuan GATT, namun sangat protektif dan diskriminatif bagi pihak lain diluar
NAFTA. Sebagai suatu blok perdagangan yang memproteksi investasi dan perdagangan negara-
negara anggotanya, NAFTA telah menyebabkan terjadinya perubahan struktur perdagangan dunia
dan menyebabkan terjadinya perubahan peta lokasi industri dunia. Perubahan struktur perdagangan
dunia disebabkan oleh besarnya peran perekonomian negara-negara NAFTA dalam perdagangan
dunia. Sebagai blok perdagangan yang protektif, ketentuan NAFTA telah menyebabkan terjadinya
pemisahan siapa yang diuntungkan dan siapa yang dirugikan, serta merubah jenis barang yang dapat
diperdagangkan. Mereka yang diuntungkan adalah mereka yang karena ketentuan NAFTA dapat
melakukan kegiatan perdagangan, menggatikan posisi pihak yang tidak lagi dapat melakukan kegiatan
perdagangan dan investasi di NAFTA.
NAFTA memberlakukan proteksi untuk tujuan menarik investor asing yang di sebut dengan
istilah “Administered protection to encourage foreign investment.” Strategi ini menuntun investor
asing untuk masuk ke dalam “Dinding Proteksi” (inside protection wall). Mereka yang dianggap
anggota NAFTA adalah investor yang berasal dari luar NAFTA namun berinvestasi dan memiliki
bisnis yang substansial di NAFTA maka mereka akan dianggap sebagai anggota NAFTA.
Negara yang memiliki Hubungan Bilateral dengan anggota NAFTA Kata bilateral menunjukan
hubungan parsial Amerika Serikat negara anggota NAFTA lainnya dengan negara tertentu untuk
dapat mengakses pasar NAFTA. Amerika Serikat mempelopori hal ini dengan menandatangani
perjanjian bilateral dengan beberapa negara untuk menjamin akses pasar produk negara tersebut ke
pasar Amerika Serikat NAFTA dalam ketentuannya juga memberikan keuntungan kepada negara-
negara yang memiliki perjanjian perdagangan bilateral setelah perjanjian bilateral dengan Israel
yang lebih bersifat politis, Amerika Serikat juga menandatangani beberapa perjanjian bilateral
dengan negara-negara Karibia, Singapore dan Vietnam . Vietnam adalah contoh yang menggambarkan
pengaruh hubungan bilateral dengan AS terhadap perkembangan perdagangan dan investasi Vietnam.
Negara negara Asia Tenggara dan Negara Industri Baru Asia merupakan negara yang export utama
produk mereka bergeser dari produk pertanian dan hasil alam ke produk manufaktur. Ini
menunjukkan bahwa peran industri manufaktur sangat besar dalam nilai export negara Negara
Industri Baru Asia dan Asia Tenggara. Thailand merupakan contoh negara yang mengalami kerugian
akibat berlakunya NAFTA, Tahun 2000 ekspor produk manufaktur Thailand tercatat sebesar US$
69.270. juta Pada periode Januari – Juli 2001, ekspor Thailand tercatat US$ 38.376.juta sedangkan
impornya US$ 38.129 juta, dibandingkan periode yang sama tahun 2000 ekspor meningkat 21,85%
dan import meningkat 25,45%. Negara tujuan ekspor utama, AS (turun 0,47%) , Jepang (naik
7,69%). Singapore (turun 2,58%) Hongkong (naik 0,81%) Malaysia (naik 11,08%), China (naik 11,26%)
Inggris (naik 12,84%) negara tujuan ekspor yang tumbuh mencapai 30-40% adalah sejumlah negara
Eropa, Asia Tenggara, Timur tengah dan Amerika Latin. Ekspor Thailand ke tujuan Amerika serikat
di dominasi produk pertanian, elektronik, dan Garmen, penurunan ekspor Thailand ke tujuan Amerika
Serikat merupakan dampak berlakunya NAFTA, yang menyebabkan perusahaan industri melakukan
relokasi perusahaan keluar dari Thailand, terutama ke Vietnam yang upah buruhnya lebih murah dan
memiliki akses pasar ke Amerika Serikat.
Sebagai blok perdagangan yang protektif, NAFTA menyebabkan terjadinya perubahan lokasi
industri. Proteksi memang cenderung untuk membuat terjadinya perubahan lokasi industri. Amerika
Serikat pada tahun 1970-an, memproteksi produk otomotif Jepang, mobil sedang berukuran besar
dilarang untuk memasuki pasar Amerika Serikat, akibatnya Jepang justru mengembangkan mobil-
mobil kecil, dan merelokasi pabriknya ke kawasan Asia Tenggara. Adanya proteksi Amerika Serikat
terhadap produk ekspor tekstil negara lain, dengan memberikan kelonggaran kepada negara
berkembang untuk memasuki pasar Amerika Serikat melalui skema Sertifikat Asal Barang, telah
menyebabkan perusahaan-perusahaan yang berasal dari negara-negara yang tidak lagi tergolong
negara berkembang seperti Korea, Taiwan dan Hongkong, mengalihkan investasinya ke negara
berkembang seperti Indonesia dan Thailand dengan tujuan untuk dapat memasuki pasar Amerika
Serikat. Adanya proteksi yang diberlakukan NAFTA, menyebabkan terjadinya perpindahan lokasi
industri.
10. CAFTA
a. Perkembangan PBB
PBB didirikan di San Francisco pada tanggal 24 Oktober 1945. Pendirian PBB
dilakukan setelah Konferensi Dumbarton Oaks di Washington. Sidang umum PBB
pertama berlangsung pada tanggal 10 Januari 1946 di Church House, London. Sidang
ini dihadiri wakil dari 51 negara. Pada tahun 1919–1946 terdapat sebuah organisasi
yang mirip PBB. Organisasi ini bernama Liga Bangsa-Bangsa dan dianggap sebagai
pendahulu PBB. Sejak berdiri pada tahun 1945–2007 jumlah anggota PBB mencapai
192 negara. Sekretaris Jenderal PBB sekarang bernama Ban Ki-Moon, berasal dari
Korea Selatan. Ia menjabat sebagai sekretaris jenderal PBB sejak tanggal 1 Januari
2007. PBB memiliki enam organ utama sebagai berikut:
1) Sidang Umum PBB.
2) Dewan Keamanan PBB.
3) Dewan Ekonomi dan Sosial PBB.
4) Dewan Perwalian PBB.
5) Sekretariat PBB.
6) Mahkamah Internasional.
b. Peran Indonesia dalam PBB
Indonesia memiliki peran besar dalam PBB. Indonesia terdaftar dalam beberapa
lembaga di bawah naungan PBB. Misalnya, ECOSOC (Dewan Ekonomi dan Sosial), ILO
(Organisasi Buruh Internasional), maupun FAO (Organisasi Pangan dan Pertanian).
Indonesia juga terlibat langsung dalam pasukan perdamaian PBB. Dalam hal ini
Indonesia mengirimkan Pasukan Garuda untuk mengemban misi perdamaian PBB di
berbagai negara yang mengalami konflik. Indonesia terpilih sebagai anggota tidak
tetap Dewan Keamanan PBB untuk masa bakti 2007–2009. Proses pemilihan
dilakukan Majelis Umum PBB melalui pemungutan suara. Pada proses pemungutan
suara, Indonesia memperoleh 158 suara dukungan dari keseluruhan 192 negara
anggota yang memiliki hak pilih. Pemilihan ini merupakan kali ketiga Indonesia
menjadi anggota Dewan Keamanan PBB setelah periode 1974–1975 dan 1995–1996.
Sejak tanggal 1 Januari 2007 Indonesia diberi kehormatan bersama-sama dengan
lima negara besar (Amerika, Inggris, Prancis, Cina, Rusia) dan sembilan negara lain
untuk memutuskan upaya mengatasi konflik besar di berbagai negara.