0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
16 tayangan12 halaman
Indonesia memainkan peran penting dalam Perang Dingin dengan mendirikan Gerakan Non-Blok dan berupaya menciptakan perdamaian dunia. Indonesia ikut merintis Gerakan Non-Blok bersama negara-negara lain dan sempat memimpin gerakan tersebut pada 1990an. Melalui Gerakan Non-Blok, Indonesia menganut politik luar negeri bebas aktif dan menolak dominasi Blok Timur maupun Barat.
Indonesia memainkan peran penting dalam Perang Dingin dengan mendirikan Gerakan Non-Blok dan berupaya menciptakan perdamaian dunia. Indonesia ikut merintis Gerakan Non-Blok bersama negara-negara lain dan sempat memimpin gerakan tersebut pada 1990an. Melalui Gerakan Non-Blok, Indonesia menganut politik luar negeri bebas aktif dan menolak dominasi Blok Timur maupun Barat.
Indonesia memainkan peran penting dalam Perang Dingin dengan mendirikan Gerakan Non-Blok dan berupaya menciptakan perdamaian dunia. Indonesia ikut merintis Gerakan Non-Blok bersama negara-negara lain dan sempat memimpin gerakan tersebut pada 1990an. Melalui Gerakan Non-Blok, Indonesia menganut politik luar negeri bebas aktif dan menolak dominasi Blok Timur maupun Barat.
XII IPS Sejarah Peminatan Peran Indonesia pada Perang Dingin
Memprakarsai Gerakan Non Blok
Menengahi konflik melalui ASEAN Peran Indonesia dalam Gerakan Non Blok (GNB) Pertarungan Gerakan Blok memberikan dampak negatif bagi beberapa negara di dunia misalnya Jerman terbagi menjadi 2 bagian, perang Vietnam, serta Semenanjung Korea yang sampai saat ini masih terbelah menjadi 2. GNB terlepas dari Blok Barat dan Blok Timur. GNB lahir karena peran Soekarno dalam menjunjung tinggi kebebasan dan kedaulatan bagi negara lain. Soekarno menolak tegas pengaruh kedua negara tersebut. Hal ini, ditunjukkan dengan mengajak dan menghimpun pemimpin dunia ketiga untuk menyatakan sikap menolak Gerakan Blok. Gerakan ini memusatkan pada sosial dan ekonomi setelah terlepas dari penjajahan. Lima kepala negara yang memprakarsai GNB :
1. Soekano (Presiden Indonesia)
2. Josip Broz Tito (Presiden Yogoslavia) 3. Gamal Abdul Nasser (Presiden Mesir) 4. Pandit Jawaharlal Nehru (Perdana Menteri India) 5. Kwame Nkrumah (Presiden Ghana) Berbagai pertemuan dilakukan dalam membentuk GNB Tanggal 28 April-2 Mei 1954 diadakan pertemuan pertama di Kolombo, Srilanka. Nehru menyampaikan lima prinsip dasar GNB: 1. Saling menghormati kedaulatan teritorial. 2. Tidak saling melakukan agresi. 3. Tidak saling mencampuri urusan dalam negeri. 4. Setara dan saling menguntungkan. 5. Hidup berdampingan secara damai. Pada tanggal 29 Desember 1954 diadakan pertemuan di Bogor, membahas tentang rencana mengundang negara- negara yang akan hadir dalam KAA di Bandung. KAA di Bandung pada tanggal 18-24 April 1955 merupakan momentum lahirnya GNB. Dalam KAA di Bandung, 29 negara yang hadir menyepakati Sepuluh Prinsip yang menjadi dasar berdirinya GNB, yang disebut Dasa Sila Bandung. Pada tanggal 5-12 Juni 1961 diadakan pertemuan di Kairo, Mesir. Pertemuan ini menghasilkan 5 kriteria keaggotaan GNB. 1. Anggota GNB harus menjunjung tinggi kemerdekaan. 2. Tegas dalam mendukung gerakan kemerdekaan nasional 3. Tidak boleh menjadi anggota salah satu aliansi militer negara adikuasa. 4. Kesepakatan bilateral dengan salah satu blokharus diakhiri dengan cara hati-hati 5. Pangkalan militer negra lain yang diizinkan tidk boleh berhubungan dengan konflik negara-negra adidaya. GNB Pada KTT I GNB tgl 1-6 Sepetember 1961 yang dilaksanakan di Beograd,Yugoslavia dideklarasikan secara resmi berdirinya GNB. Deklarasi ini ditandatangani 25 kepala negara yang hadir dalam KTT tersebut. GNB lahir sebagai jalan menghindari keberpihakan negara-negara Gerakan Blok. Presiden Soekarno turut menyumbangkan gagasan dan pemikirannya demi terciptanya kemerdekaan, keamanan, dan kedaulatan bagi negara lain. Indonesia menganut sistem politik luar negeri bebas aktif, Indonesia masih tetap bebas berhubungan dengan negara manapun dan juga aktif dalam kegiatan dan hubungan luar negeri sesuai dengan kepentingan nasional. Konflik di Asia Tenggara, salah satunya kontroversi antara Indonesia dan Malaysia. Hal ini, berawal dari keinginan federasi Malaysia untuk menggabungkan Brunei, Sabah dan Serawak kedalam federasi Malaysia. Keinginan tersebut tidak sesuai dengan persetujuan Manila sehingga ditentang oleh Presiden Soekarno. GNB secara rutin menyelengarakan KTT antar negara anggotanya setiap 3 tahun sekali. Dalam konfereni tersebut membahas berbagai isu global. Ikut Menggagas Gerakan Non-Blok (GNB) Sebelum GNB terbentuk, gagasannya sudah ada terlebih dahulu lima tahun sebelumnya. Kala itu, Presiden Soekarno mengadakan pertemuan dan mengundang pemimpin negara di Asia dan Afrika yang baru merdeka ke Bandung. Pertemuan itu melahirkan sebuah gagasan yang disebut dasasila. Gagasan ini yang kemudian menjadi cikal bakal terlahirnya gagasan GNB. Pertemuan ini dikenal sebagai Konferensi Asia Afrika (KAA). Melalui gagasan itu, terciptalah Gerakan Non-Blok yang dirintis oleh beberapa pemimpin negara. Para pemimpin negara yang terlibat di antaranya, Presiden Yugoslavia Josip Broz Tito, PM India Jawaharlal Nehru, Presiden Mesir Gamal Abdel Nasser, PM sekaligus Presiden Ghana Kwame Nkrumah, dan Presiden Indonesia Soekarno. Memimpin Gerakan Non-Blok Setelah aktif terlibat merintis GNB, Indonesia akhirnya berkesempatan memimpinnya. Kepemimpinan Indonesia dimulai dari tahun 1992-1995, dipimpin oleh Presiden Soeharto. Selain itu, Indonesia juga menjadi tuan rumah Konverensi Tingkat Tinggi X Gerakan Non- Blok pada 1-6 September 1992. Mengupayakan Perdamaian Dunia Salah satu pokok gagasan dari Gerakan Non-Blok ialah politik bebas aktif. Bebas artinya tidak memihak salah satu blok kekuatan. Dan aktif artinya giat menciptakan perdamaian dunia. Dalam beberapa pertemuan GNB, Indonesia mendukung kemerdekaan Palestina, meminta diskriminasi ras di Afrika Selatan diakhiri, dan menolak penggunaan senjata nuklir. Indonesia juga turut membantu meredakan ketegangan di Yugoslavia pada tahun 1991.