Anda di halaman 1dari 2

*GERAKAN NON-BLOK*

merupakan kumpulan negara yang menyatakan sikap tidak memihak kelompok tertentu. GNB atau
Non-Aligned Movement adalah organisasi internasional yang terdiri dari 100 negara yang
menganggap dirinya tidak beraliansi dengan kekuatan besar apa pun. Awalnya, GNB merupakan
himpunan negara yang baru merdeka, atau negara berkembang yang tidak memihak pada salah satu
blok, di era perang dingin. Kata "non-blok" diperkenalkan pertama kali oleh Perdana Menteri India,
Nehru, dalam pidatonya pada 1954 di Colombo, Sri Lanka. Dalam pidato itu, Nehru menjelaskan lima
pilar yang dapat digunakan sebagai pedoman untuk membentuk relasi Sino-India yang disebut
Panchsheel (lima pengendali). Prinsip ini kemudian digunakan sebagai basis dari Gerakan Non-Blok
(GNB). Lima prinsip tersebut adalah: Saling menghormati integritas teritorial dan kedaulatan
Perjanjian non-agresi Tidak mengintervensi urusan dalam negeri negara lain Kesetaraan dan
keuntungan bersama Menjaga perdamaian.

Pendirian GNB terjadi saat diselenggarakannya Konferensi Asia–Afrika (KAA) di Bandung, pada 1955.
KAA berlangsung pada 18–24 April 1955, dan dihadiri 29 kepala negara dan pemerintahan di Benua
Asia dan Afrika yang baru merdeka. KAA ditujukan untuk mengidentifikasi dan mendalami masalah
dunia saat itu, serta merumuskan kebijakan bersama di antara negara baru tersebut dalam dunia
internasional. Konferensi ini kemudian menyepakati “Dasasila Bandung” yang dirumuskan sebagai
prinsip dasar penyelenggaraan hubungan dan kerja sama antarbangsa. Sejak saat itu, proses
pendirian GNB semakin nyata, dan dalam proses ini ada banyak tokoh yang berperan penting di
dalamnya. Tokoh tersebut, antara lain Presiden Mesir Gamal Abdel Nasser, Presiden Ghana Kwame
Nkrumah, Perdana Menteri India Jawaharlal Nehru, Presiden Indonesia Soekarno, dan Presiden
Yugoslavia Josip Broz Tito. Kelima tokoh tersebut kini dikenal sebagai pendiri Gerakan Non-Blok.
Berdiri saat diselenggarakannya Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) I GNB di Beograd, Yugoslavia pada 1–
6 September 1961. KTT pertama ini dihadiri 25 negara, yakni: Afghanistan, Algeria, Arab Saudi,
Cyprus, Ethiopia, Ghana, Guinea, India, Indonesia, Irak, Kamboja, Kongo, Kubu, Lebanon, Mali,
Maroko, Mesir, Myanmar, Nepal, Somalia, Sri Lanka, Sudan, Suriah, Tunisia, Yaman, dan Yugoslavia.
Dalam KTT I tersebut, negara pendiri GNB bersepakat untuk mendirikan gerakan dan bukan
organisasi. Guna menghindarkan diri dari implikasi birokrasi dalam membangun upaya kerja sama di
antara mereka. KTT I juga menegaskan bahwa GNB tidak diarahkan pada peran pasif dalam politik
internasional. Namun, merumuskan posisi sendiri secara independen yang merefleksikan
kepentingan negara anggota. GNB menempati posisi khusus dalam politik luar negeri Indonesia.
Karena sejak awal terbentuknya, Indonesia memiliki peranan sentral. KAA menjadi bukti peran dan
kontribusi Indonesia dalam memelopori berdirinya GNB. Secara khusus, Presiden Soekarno juga
diakui sebagai tokoh penggagas dan pendiri GNB.

*Tujuan GNB Gerakan Non-Blok (GNB)*

memiliki tujuan ke dalam, yakni mengatur kerja sama di antara anggotanya, dan tujuan ke luar, yaitu
mengatur hubungan dengan dunia luar. Tujuan ke dalam GNB adalah meningkatkan kehidupan
masyarakat di negara-negara anggotanya dalam bidang politik, ekonomi, dan sosial. Sedangkan
tujuan ke luarnya adalah meredakan ketegangan dunia akibat pertentangan dua negara adidaya,
yaitu Amerika Serikat dan Uni Soviet, hingga tercipta perdamaian dunia. Berdasarkan dua tujuan
tersebut, fokus utama perhatian GNB adalah: Mendukung tercapainya hak untuk menentukan nasib
sendiri, kemerdekaan nasional, kedaulatan, dan integritas nasional bagi negara anggota Menentang
politik apartheid, yaitu diskriminasi berdasarkan warna kulit. Tidak memihak pada pakta militer
multilateral Berjuang menentang segala bentuk dan manifestasi imperialisme, kolonialisme,
neokolonialisme, rasisme, pendudukan dan dominasi asing, serta pelucutan senjata Tidak
mencampuri urusan dalam negeri negara lain Hidup berdampingan secara damai Menolak
penggunaan atau ancaman kekuatan dalam hubungan internasional, pembangunan ekonomi-sosial,
dan restrukturisasi sistem perekonomian internasional Melakukan kerja sama internasional
berdasarkan persamaan hak.

*Peran Indonesia dalam GNB*

Dalam GNB, Indonesia memiliki peranan strategis. Apa sajakah itu? Berikut beberapa di antaranya:

-Sebagai pelopor GNB

-Menjadi tuan rumah KAA dan KTT

-Memimpin GNB

Anda mungkin juga menyukai