Perjanjian AFTA di tandatangangi pada 28 Januari 1992. Saat itu digelar KTT ASEAN ke-4 di
Singapura. Ketika AFTA ditandatangani, anggota ASEAN baru enam negara yakni Indonesia,
Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, dan Brunei Darussalam. Empat anggota ASEAN
lainnya baru meratafikasi AFTA setelah bergabung dengan ASEAN.
AFTA Ditargetkan mulai berlaku tahun 2008, yakni ASEAN sebagai konsumen bebas
perdagangan dalam rangka meningkatkan daya saing ekonomi, kemudian dipercepat menjadi
tahun 2003 2003, dan terakhir Dipercepat lagi menjadi tahun 2002. Dalam AFTA Tersebut
disepakati skema penurunan tarif hingga menjadi 0-5%, penghapusan pembatasan kuantitatif,
dan hambatan-hambatan nontarif lainnya. Percepatan AFTA ini dilakukan dalam rangka
persiapan menghadapi liberalisasi perekonomian negara APEC (ASIA Pasific Economic
Cooperation atau kerja sama ekonomi Asia Pasifik) yang akan dilaksanakan selambat-lambatnya
pada tahun 2020 untuk negara-negara berkembang, dan tahun 2010 (telah diberlakukan) untuk
negara-negara maju dalam APEC. Persiapan ini penting sekali karena bila perdagangan bebas di
antara negara-negara APEC itu telah dilaksanakan, tiap-tiap negara akan dibanjiri barang-barang
impor.
Perkembangan terakhir yang terkait dengan AFTA adalah adanya kesepakatan untuk
menghapuskan semua bea masuk impor barang bagi Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia,
Filipina, Singapura, dan Thailand mulai tahun 2010, sedangkan bagi negara-negara Kamboja,
Laos, Myanmar, dan Vietnam mulai tahun 2015.
Tujuan AFTA
Menjadikan kawasan ASEAN sebagai tempat produksi yang kompetitif, sehingga produk
ASEAN memiliki daya saing kuat di pasar global.
Meningkatkan nilai ekspor dan impor baik antar negara – negara anggota ASEAN juga
negara – negara di luar ASEAN.
Pada KTT ASEAN di Bali bulan Oktober 2003, para pemimpin negara-negara anggota ASEAN
menyatakan bahwa Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) akan menjadi tujuan integrasi
ekonomi regional pada tahun 2020, ASEAN Security Community dan Komunitas Sosial Budaya
ASEAN, dua pilar yang tidak terpisahkan dari komunitas ASEAN. Semua pihak diharapkan
untuk bekerja secara sungguh-sungguh dalam membangun komunitas ASEAN pasa tahun 2020.
Pada KTT asean ke-12 bulan Januari 2007, para pemimpin negara-negara anggota ASEAN
menegaskan komitmen yang kuat untuk mempercepat pembentukan ASEAN dan
mentandatangani Deklarasi Cebu (di Filipina) tentang Percepatan Pembentukan Komunitas
ASEAN pada tahun 2015. Secara khusus, para pemimpin ASEAN sepakat untuk mempercepat
pembentukan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada 1 Januari 2016 serta untuk mengubah
ASEAN menjadi kawasan perdagangan bebas (free trade area) barang dan jasa, investasi, tenaga
kerja terampil, dan aliran modal yang lebih bebas.
Meniadakan hambatan non tarif dunia Perdagangan antar negara selain hambatan
non tarif berbentuk peraturan -peraturan tertentu selain bea masuk yang dikenakan
terhadap orang barang impor dari luar negri yang melewati batas negara.
Kesepakatan bersama untuk meniadakan semua bea masuk impor Barang bagi
Brunai Darussalam, Indonesia Malaysia, Philippines, Singapura dan Thailand yang
dilaksanakan pada tahun 2010. Sedangkan untuk Cambodia, Laos, Myanmar dan
Vietnam akan dilaksanakan pada tahun 2015.
Menciptakan biaya produksi dan pemasaran – Yang semakin rendah bagi pengusaha
atau produsen Indonesia. Jika biasanya bahan baku dari luar negri memakan biaya yang
tidak sedikit, dengan adanya AFTA biaya ini dapat diminimalisir sehingga biaya produksi
dapat ditekan termasuk jika ingin memasarkan produk di negara ASEAN.
Potensi menarik investor untuk menanam modal di Indonesia lebih besar – Dengan
jumlah penduduk yang kurang lebih mencapai 271.349.889 jiwa, ditambah dengan
adanya kerjasama AFTA, tentu ini akan menjadi pangsa pasar yang luar biasa bagi para
investor asing untuk menanamkan modalnya di Indonesia.