Anda di halaman 1dari 4

ASEAN Free Trade Area atau yang dikenal dengan AFTA adalah kawasan

perdagangan bebas ASEAN dimana tidak ada hambatan tarif (bea masuk 0-5%) maupun
hambatan non tarif bagi negara-negara anggota ASEAN, melalui skema CEPT-AFTA. Skema
Common Effective Preferential Tariffs For ASEAN Free Trade Area (CEPT-AFTA)
merupakan suatu skema untuk mewujudkan AFTA melalui : penurunan tarif hingga menjadi
0-5%, penghapusan pembatasan kwantitatif dan hambatan-hambatan non tarif lainnya.
Perkembangan terakhir yang terkait dengan AFTA adalah adanya kesepakatan untuk
menghapuskan semua bea masuk impor barang bagi Brunai Darussalam pada tahun 2010,
Indonesia, Malaysia, Philippines, Singapura dan Thailand, dan bagi Cambodia, Laos,
Myanmar dan Vietnam pada tahun 2015 nanti.
AFTA dibentuk pada saat Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN ke IV di
Singapura pada tahun 1992. Awalnya AFTA merupakan wujud kesepakatan dari negara-
negara ASEAN untuk membentuk suatu kawasan bebas perdagangan dalam rangka
meningkatkan daya saing ekonomi kawasan regional ASEAN dengan menjadikan ASEAN
sebagai basis produksi dunia akan dicapai dalam waktu 15 tahun (1993-2008), namun
ternyata dipercepat menjadi tahun 2003, dan yang terakhir dipercepat lagi menjadi tahun
2002.
Untuk AFTA bagi Indonesia sendiri, dalam AFTA terdapat produk yang
dikategorikan dalam General Exception yaitu produk-produk yang secara permanen tidak
perlu dimasukkan kedalam CEPT-AFTA, karena alasan keamanan nasional, keselamatan,
atau kesehatan bagi manusia, binatang dan tumbuhan, serta untuk melestarikan obyek-obyek
arkeologi dan budaya. Indonesia telah mengkategorikan produk-produk dalam kelompok
senjata dan amunisi, minuman beralkohol, dan sebagainya sebanyak 68 pos tarif sebagai
General Exception.
Sebagai contoh dari keanggotaan AFTA adalah Vietnam menjual sepatu ke
Thailand, Thailand menjual radio ke Indonesia, dan Indonesia melengkapi lingkaran tersebut
dengan menjual kulit ke Vietnam. Melalui spesialisasi bidang usaha, tiap bangsa akan
mengkonsumsi lebih banyak disbanding yang dapat diproduksinya sendiri.
Dengan diberlakukannya AFTA pada 2015 nanti, akan terdapat beberapa manfaat bagi
Indonesia yang dapat diperoleh dari AFTA dintaranya yaitu:
Peluang pasar akan menjadi semakin besar dan luas bagi produk Indonesia, dengan
penduduk sebesar 500 juta dan tingkat pendapatan masyarakat yang beragam;
Biaya produksi yang semakin rendah dan pasti bagi pengusaha/produsen Indonesia yang
sebelumnya membutuhkan barang modal dan bahan baku/penolong dari negara anggota
ASEAN lainnya dan termasuk biaya pemasarannya;
Pilihan konsumen atas jenis/ragam produk yang tersedia di pasar domestik semakin
banyak dengan tingkat harga dan mutu tertentu;
Kerjasama dalam menjalankan bisnis semakin terbuka dengan beraliansi dengan pelaku
bisnis di negara anggota ASEAN lainnya.

Dengan liberalisasi perdagangan dan jasa tersebut tidak hanya melahirkan harapan
baru untuk negara Indonesia, tapi juga bisa menimbulkan berbagai tantangan bagi para
akuntan di Indonesia. Bisa saja terjadi kekalahan dari segi kuantitas, kualitas, dan bahasa
internasional akuntan dalam negeri dibandingkan negara tetangga dalam kompetisi AFTA
2015 mendatang. Karena dari segi jumlah saja, apabila dibandingkan berdasarkan data
Jumlah Akuntan ASEAN tahun 2010 di masing-masing negara menyebutkan, yang menjadi
anggota IAI hampir 10.000. Hal ini jauh tertinggal dengan Malaysia (27.292), Filipina
(21.599), Singapura (23.262), dan Thaiand (51.737). Berdasarkan data Pusat Pembinaan
Akuntan dan Jasa Penilai (PPAJP) Kementerian Keuangan jumlah akuntan publik di
Indonesia juga tidak kalah memprihatinkan dibandingkan dengan negara tetangga. Dengan
hanya bermodal 1.000 orang akuntan publik pada tahun 2012, Indonesia tertinggal jauh
dengan Malaysia (2.500 akuntan publik), Filipina (4.941 akuntan publik), dan thailand (6.000
akuntan publik). Indonesia adalah negara dengan sumber daya alam yang melimpah,
sehingga diperlukan lebih banyak akuntan berkualitas untuk mengawal pembangunan
ekonomi yang lebih baik.
Saat ini berdasarkan informasi dari Kepala PPAJP Kementerian Keuangan,
Langgeng Subur, Indonesia telah membuka pintu untuk jasa tata buku non-perpajakan. Untuk
jasa akuntan publik seperti jasa audit, Indonesia sepertinya masih sangat berhati-hati untuk
mengijinkan liberalisasi jasa ini.
walaupun Indonesia berusaha menahan liberalisasi jasa akuntan ini, namun kita
harus tunduk pada perjanjian AFTA 2015 yang harus membuka jasa ini untuk lingkup
ASEAN pada tahun 2015, demikian kata Langgeng Subur.
Para pemimpin Negara ASEAN bakal menandatangani Mutual Recognition
Agreement (MRA) untuk profesi Akuntan di ASEAN sebagai persiapan menjelang
liberalisasi jasa dan perdagangan ASEAN 2015 tersebut. Dengan demikian, semua pemimpin
Negara ASEAN sepakat untuk mengubah ASEAN menjadi daerah dengan pergerakan bebas
barang , jasa, investasi, tenaga kerja terampil, dan aliran modal, termasuk jasa akuntan. Oleh
karena itu pemerintah Indonesia sepertinya harus menuntut akuntan di Indonesia untuk terus
memperbaharui keilmuan mereka, agar kompetensi dan profesionalisme para akuntan terus
membaik di masa depan.
Untuk meningkatkan kualitas akuntan tersebut, pemerintah sudah menerbitkan
Peraturan Pemerintah No. 84 tahun 2012 tentang Komite Profesi Akuntan Publik yang sudah
ditandatangani 15 Oktober 2012 lalu. Regulasi ini sebagai aturan turunan sebagai amanat UU
No. 5 tahun 2011 tentang Akuntan Publik.
PP tersebut menugaskan Menteri Keuangan untuk membentuk Komite Etik Profesi
Akuntan. Pembentukan komite ini dapat bertujuan untuk meningkatkan transparansi dan
akuntabilitas dalam pembinaan, peberdayaan, dan pengawasan terhadap profesi akuntan
publik dalam melindungi masyarakat.
Dengan pemberlakuan AFTA secara menyeluruh di 2015 mendatang, juga dapat
membuat persaingan bisnis yang semakin fair dan terbuka di Indonesia . Selain itu, efisiensi
produksi sebagai prasyarat utama dalam mengimbangi kian ketatnya persaingan bisnis
dipastikan dapat digeret setinggi mungkin.
Selama ini, para pelaku usaha di Tanah Air mungkin harus berakrobat agar dapat
mempertahankan bisnisnya. Padahal kondisi ini kerap kali memicu inefisiensi tinggi yang
dapat mempersulit pengembangan pasar. Dengan diberlakukannya AFTA jelas akan sangat
bermanfaat bagi pertumbuhan ekonomi bangsa kita karena kegiatan industrinya bisa bergerak
cepat tanpa hambatan.
Semua kegiatan binis yang saat ini dibutuhkan memang merupakan dampak yang
nyata dari globalisasi. Globalisasi mengarah pada meningkatnya ketergantungan ekonomi
antarnegara melalui peningkatan volume dan keragaman transaksi antarnegara (cross-b dalam
antarnegara melalui peningkatan volume dan keragaman transaksi antarnegara dalam bentuk
barang dan jasa, aliran dana internasional (international capital flows), pergerakan tenaga
kerja (human movement) dan penyebaran teknologi informasi yang cepat. Sehingga secara
sederhana dapat dikemukakan bahwa globalisasi secara hampir pasti telah merupakan salah
satu kekuatan yang memberikan pengaruh terhadap bangsa, masyarakat, kehidupan manusia,
lingkungan kerja dan kegiatan bisnis corporate di Indonesia. Kekuatan ekonomi global
menyebabkan bisnis korporasi perlu melakukan tinjauan ulang terhadap struktur dan strategi
usaha serta melandaskan strategi manajemennya dengan basis entrepreneurship, cost
efficiency dan competitive (cross-border transactions) dalam bentuk barang dan jasa, aliran
dana internasional (international capital flows),
pergerakan tenaga kerja (human movement) dan penyebaran teknologi informasi
yang cepat. Sehingga secara sederhana
dapat dikemukakan bahwa globalisasi secara hampir pasti telah merupakan salah
satu kekuatan yang memberikan
pengaruh terhadap bangsa, masyarakat, kehidupan manusia, lingkungan kerja dan
kegiatan bisnis corporate di
Indonesia. Kekuatan ekonomi global menyebabkan bisnis korporasi perlu
melakukan tinjauan ulang terhadap struktur dan
strategi usaha serta melandaskan strategi manajemennya dengan basis
entrepreneurship, cost efficiency dan competitive
advantages. antarnegara melalui peningkatan volume dan keragaman transaksi
antarnegara (cross-b dalam bentuk barang dan jasa, aliran dana internasional (international
capital flows), pergerakan tenaga kerja (human movement) dan penyebaran teknologi
informasi yang cepat. Sehingga secara sederhana dapat dikemukakan bahwa globalisasi
secara hampir pasti telah merupakan salah satu kekuatan yang memberikan pengaruh
terhadap bangsa, masyarakat, kehidupan manusia, lingkungan kerja dan kegiatan bisnis
corporate di Indonesia. Kekuatan ekonomi global menyebabkan bisnis korporasi perlu
melakukan tinjauan ulang terhadap struktur dan strategi usaha serta melandaskan strategi
manajemennya dengan basis entrepreneurship, cost efficiency dan competitive advantages.
Menurut Roy, Indonesia memang tak bisa lagi menutup diri dari keinginan
masyarakat ASEAN agar membuka akses pasar seluas-luasnya untuk kepentingan bersama.
Kondisi ini sebenarnya memberikan peluang besar untuk memasarkan berbagai produk
unggulan yang dimiliki Indonesia ke seluruh dunia, utamanya ke negara-negara anggota
ASEAN. Hanya saja pemerintah mampu mendorong pe-
ningkatan kualitas dan inovasi baik produk maupun SDM-nya. Bila tidak, Indonesia
hanya akan menjadi penonton tanpa manfaat apapun yang dapat diraih.
Daftar pustaka

http://www.iaiglobal.or.id/v02/berita/detail.php?catid=&id=511
http://www.tarif.depkeu.go.id/Others/?hi=AFTA
http://maliaphiaphia.blogspot.com/2012/06/v-behaviorurldefaultvmlo.html

Anda mungkin juga menyukai