Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

I.1

LATAR BELAKANG
Seperti kita ketahui, bahwasanya pada saat ini dunia tidak asing lagi dengan
era Globalisasi. Istilah globalisasi berkaitan erat dengan globe.Menurut Wikipedia
Bahasa Indonesia, globalisasi adalah proses integrasi internasional yang terjadi karena
pertukaran pandangan dunia, produk, pemikiran, dan aspek-aspek kebudayaan
lainnya. Kemajuan insfrastruktur transportasi dan telekomunikasi, termasuk
kemunculan telegraf dan internet merupakan faktor utama dalam globalisasi yang
semakin mendorong saling ketergantungan (interdependensi) aktivitas ekonomi dan
budaya. Globalisasi ekonomi adalah meningkatnya saling ketergantungan ekonomi
negara-negara di dunia akibat percepatan pergerakan barang, jasa, teknologi dan
modal lintas perbatasan. Jika globalisasi bisnis terpusat pada penghapusan peraturan
perdagangan internasional semisal tarif, pajak, dan beban lainnya yang menghambat
perdagangan global, globalisasi ekonomi adalah proses peningkatan integrasi
ekonomi antar negara yang berujung pada munculnya pasar global. Globalisasi
ekonomi terdiri dari globalisasi produksi, pasar, persaingan, teknologi, perusahaan
dan industri. Tren globalisasi saat ini dapat dianggap sebagai hasil dari integrasi
negara maju dengan negara berkembang melalui investasi langsung asing,
pengurangan batasan perdagangan, reformasi ekonomi dan imigrasi. Pada tahun 1944,
44 negara menghadiri Konferensi Bretton Woods untuk menstabilkan mata uang
dunia dan menetapkan kredit untuk perdagangan internasional pada era pasca Perang
Dunia II. Tatanan ekonomi internasional yang direncanakan oleh konferensi ini
menjadi pemicu tatanan ekonomi non-liberal yang digunakan saat ini. Konferensi
tersebut juga menubuhkan beberapa organisasi yang penting bagi terbentuknya
ekonomi global dan sistem keuangan global seperti Bank Dunia, Dana Moneter
Internasional (IMF) dan Organisasi Perdagangan Dunia.

Krisis berkepanjangan di Indonesia yang bermula dari krisis moneter tahun


1997 acap kali dinyatakan sebagai akibat dari berlangsungnya globalisasi. Presiden

Soeharto sendiri ketika itu beberapa kali menyatakan bahwa demikianlah yang terjadi,
bahwa Indonesia menjadi korban dari deru globalisasi yang melanda seluruh dunia.
Untuk itu, kita perlu menyimak apa sebenarnya yang dimaksud dengan globalisasi
dan sejauh mana dampaknya terhadap Perekonomian Indonesia. Selain itu, krisis nilai
tukar kemudian merambah dengan cepat ke sektor perbankan Indonesia yang ternyata
memang lemah. Kepanikan terpicu dan dengan cepat meluas karena masyarakat dan
bank-bank komersial yang mengelola sebagian besar rupiah yang beredar tidak lagi
percaya terhadap rupiah. Dunia usaha pun mengalami pukulan dahsyat yang
melumpuhkan terutama para konlomerat-kroni yang terlampau mengandalkan
perkembangan bisnisnya pada kedekatan dengan penguasa.
Kemudian, perbankan dan dunia usaha merupakan dua sisi yang diharapkan
mempunyai peran dalam stimulus pemulihan ekonomi. Semenjak krisis kepercayaan
yang menggoncang masyarakat pada tahun 1977 dunia perbankan harus lebih hati-hati
dalam mengelola dan mengawasi dunia usaha khususnya perbankan. Kegiatan
perekonomian yang tinggi sampai dengan pertengahan tahun 1997 menyebabkan
pertumbuhan uang beredar naik pesat sebagai cerminan naiknya permintaan terhadap
uang yang didorong oleh kenaikan tingkat pendapatan dan menurunnya suku bunga
serta derasnya arus modal luar negeri. Menghadapi situasi permintaan domestik yang
tetap kuat pada saat pertumbuhan uang beredar meningkat, kebijakan moneter hingga
pertengahan tahun 1997 diarahkan untuk mengendalikan permintaan dalam negeri
dalam rangka memelihara stabilitas ekonomi makro.

I.2

TUJUAN PENULISAN
Makalah ini diajukan untuk memenuhi komponen penilaian Mata Kuliah
Perekonomian Indonesia oleh Ibu Nur Fajri, S.Sos, M.Si sesuai dengan pembahasan
yang telah ditentukan sebelumnya yaitu Tantangan Global, Perbankan dan Dunia
Usaha (Memahami Tantangan-Tantangan Ekonomi & Mampu menjawab
Tantangan Global) serta selain itu pula untuk memberikan informasi kepada para
pembaca perihal hal tersebut.

I.3

RUMUSAN MASALAH

Bagaimana memahami dan menjawab tantangan-tantangan Globalisasi,


Perbankan dan Dunia Usaha dalam Perekonomian Indonesia?

BAB II
PEMBAHASAN

II.1

TANTANGAN EKONOMI
Seperti kita ketahui pada tahun 2015 ini, Indonesia dan negara-negara di
wilayah Asia Tenggara akan membentuk sebuah kawasan yang terintegrasi yang
dikenal sebagai Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). MEA merupakan bentuk
realisasi dari tujuan akhir integrasi ekonomi di kawasan Asia Tenggara. Terdapat
empat hal yang akan menjadi fokus MEA pada tahun 2015 yang dijadikan suatu
momentum yang baik untuk Indonesia yaitu sebagai berikut :
1) Negara-negara di kawasan Asia Tenggara ini akan dijadikan sebuah wilayah
kesatuan pasar dan basis produksi. Dengan terciptanya kesatuan pasar dan
basis produksi maka akan membuat arus barang, jasa, investasi, modal dalam
jumlah yang besar, dan skilled labour menjadi tidak ada hambatan dari satu
negara ke negara lainnya di kawasan Asia Tenggara
2) MEA akan dibentuk sebagai kawasan ekonomi dengan tingkat kompetensi
yang tinggi, yang memerlukan suatu kebijakan yang meliputi Competition
Policy, Consumer Protection, Intellectual Property Rights (IPR), Taxation, dan
E-Commerce. Dengan demikian, dapat tercipta iklim persaingan yang adil
terdapat perlindungan berupa sistem jaringan dari agen-agen perlindungan
konsumen, mencegah terjadinya pelanggaran hak cipta, menciptakan jaringan
transportasi

yang efisien, aman, dan terintegrasi, menghilangkan sistem

Double Taxation dan meningkatkan perdagangan dan media elektronik


berbasis online
3) MEA pun akan dijadikan sebagai kawasan yang memiliki perkembangan
ekonomi yang merata, dengan memprioritaskan pada Usaha Kecil Menengah
(UKM). Kemampuan daya saing dan dinamisme UKM akan ditingkatkan
dengan memfasilitasi akses mereka terhadap informasi terkini, kondisi pasar,
pengembangan sumber daya manusia dalam hal peningkatan kemampuan,
keuangan serta teknologi
4) MEA akan diintegrasikan secara penuh terhadap perekonomian global.
Dengan membangun sebuah sistem untuk meningkatkan koordinasi terhadap

negara-negara anggota. Selain itu, akan ditingkatkan partisipasi negara-negara


di kawasan Asia Tenggara pada jaringan pasokan global melalui
pengembangan paket bantuan teknis kepada negara-negara anggota ASEAN
yang kurang berkembang. Hal tersebut dilakukan untuk meningkatkan
kemampuan industri dan produktivitas sehingga tidak hanya terjadi
peningkatan partisipasi mereka pada skala regional namun juga memunculkan
inisiatif untuk terintegrasi secara global.
Berdasarkan ASEAN Economic Blueprint, MEA menjadi sangat dibutuhkan
untuk

memperkecil

kesenjangan

antara

negara-negara ASEAN

dalam

hal

pertumbuhan perekonomian dengan meningkatkan ketergantungan anggota-anggota


didalamnya. MEA dapat mengembangkan konsep meta-nasional dalam rantai suplai
makanan, dan menghasilkan blok perdagangan tunggal yang dapat menangani dan
bernegosiasi dengan eksportir dan importir non-ASEAN. Bagi Indonesia sendiri,
MEA akan menjadi kesempatan yang baik karena hambatan perdagangan akan
cenderung berkurang bahkan menjadi tidak ada. Hal tersebut akan berdampak pada
peningkatan eskpor yang pada akhirnya akan meningkatkan GDP Indonesia. Di sisi
lain, muncul tantangan baru bagi Indonesia berupa permasalahan homogenitas
komoditas yang diperjualbelikan, contohnya untuk komoditas pertanian, karet, produk
kayu, tekstil, dan barang elektronik (Santoso, 2008). Dalam hal ini competition
risk akan muncul dengan banyaknya barang impor yang akan mengalir dalam jumlah
banyak ke Indonesia yang akan mengancam industri lokal dalam bersaing dengan
produk-produk luar negri yang jauh lebih berkualitas. Hal ini pada akhirnya akan
meningkatkan defisit neraca perdagangan bagi Negara Indonesia sendiri.
Pada sisi investasi, kondisi ini dapat menciptakan iklim yang mendukung
masuknya Foreign Direct Investment (FDI) yang dapat menstimulus pertumbuhan
ekonomi melalui perkembangan teknologi, penciptaan lapangan kerja, pengembangan
sumber daya manusia (human capital) dan akses yang lebih mudah kepada pasar
dunia. Meskipun begitu, kondisi tersebut dapat memunculkan exploitation risk.
Indonesia masih memiliki tingkat regulasi yang kurang mengikat sehingga dapat
menimbulkan tindakan eksploitasi dalam skala besar terhadap ketersediaan sumber
daya alam oleh perusahaan asing yang masuk ke Indonesia sebagai negara yang
memiliki jumlah sumber daya alam melimpah dibandingkan negara-negara lainnya.
Tidak tertutup kemungkinan juga eksploitasi yang dilakukan perusahaan asing dapat

merusak ekosistem di Indonesia, sedangkan regulasi investasi yang ada di Indonesia


belum cukup kuat untuk menjaga kondisi alam termasuk ketersediaan sumber daya
alam yang terkandung.
Dari aspek ketenagakerjaan, terdapat kesempatan yang sangat besar bagi para
pencari kerja karena dapat banyak tersedia lapangan kerja dengan berbagai kebutuhan
akan keahlian yang beraneka ragam. Selain itu, akses untuk pergi keluar negeri dalam
rangka mencari pekerjaan menjadi lebih mudah bahkan bisa jadi tanpa ada hambatan
tertentu. MEA juga menjadi kesempatan yang bagus bagi para wirausahawan untuk
mencari pekerja terbaik sesuai dengan kriteria yang diinginkan. Dalam hal ini dapat
memunculkan risiko ketenagakerjaan bagi Indonesia. Dilihat dari sisi pendidikan dan
produktivitas Indonesia masih kalah bersaing dengan tenaga kerja yang berasal dari
Malaysia, Singapura, dan Thailand serta fondasi industri yang bagi Indonesia sendiri
membuat Indonesia berada pada peringkat keempat di ASEAN (Republika Online,
2013). Dengan hadirnya ajang MEA ini, Indonesia memiliki peluang untuk
memanfaatkan keunggulan skala ekonomi dalam negeri sebagai basis memperoleh
keuntungan. Namun demikian, Indonesia masih memiliki banyak tantangan dan
risiko-risiko yang akan muncul bila MEA telah diimplementasikan. Oleh karena itu,
para risk professional diharapkan dapat lebih peka terhadap fluktuasi yang akan
terjadi agar dapat mengantisipasi risiko-risiko yang muncul dengan tepat. Selain itu,
kolaborasi yang apik antara otoritas negara dan para pelaku usaha diperlukan,
infrastrukur baik secara fisik dan sosial (hukum dan kebijakan) perlu dibenahi, serta
perlu adanya peningkatan kemampuan serta daya saing tenaga kerja dan perusahaan
di Indonesia.
II.2

GLOBALISASI EKONOMI DAN PEREKONOMIAN INDONESIA


Perekonomian dunia mengalami perubahan sejak dasarwarsa tujuh puluh
hingga tahun 2000-an yang bersifat mendasar atau struktural serta mempunyai
kecenderungan jangka panjang dan konjungtural. Perubahan dan perkembangan ini
dikenal orang dengan istilah globalisasi. Gejala globalisasi terjadi pada kegiatan
finansial, produksi, investasi perdagangan yang kelak berpengaruh pada hubungan
antar bangsa dan hubungan antar individu dalam segala aspek kehidupan. Hubungan
antar bangsa menjadi lebih saling tergantung yang bahkan menjadikan ekonomi dunia
menjadi satu sehingga seolah-olah batas antar negara dalam kegiatan perdagangan
bisnis tidak ada lagi. Pada umumnya negara di dunia menghadapi perkembangan

tersebut dengan melakukan langkah penyesuaian baik dalam wilayah regional


maupun masing-masing individu negara yang kecenderungannya mengarah kepada
proteklionisme. Hal tersebut terlihat jelas dengan munculnya blok-blok perdagangan
yang pada intinya justru melanggar kesepakatan yang dituangkan dalam WTO.
Globalisasi ekonomi ditandai dengan makin menipisnya batas-batas investasi atau
pasar secara nasional, regional ataupun internasional. Hal ini disebabkan oleh :
1)
2)
3)
4)

Komunikasi dan transportasi yang semakin canggih


Lalu lintas devisa yang makin bebas
Ekonomi negara yang makin terbuka
Penggunaan secara keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif tiap-

tiap negara
5) Metode produksi dan perakitan dengan organisasi yang makin efisien
6) Semakin pesatnya perkembangan perusahaan multinasional (MNC) di hampir
segala penjuru dunia
Steiner (1997) menjelaskan bahwa ada tiga faktor yang mendorong terjadinya
perubahan global yaitu:
1) Produk nasional kotor (GNP) tumbuh dan meningkat dengan cepat terutama di
negara-negara maju
2) Revolusi dalam tekonologi komunikasi
3) Kekuatan-kekuatan yang mempermudah munculnya perusahaan besar berskala
global
Ekonomi indonesia saat ini optimis pertumbuhan ekonomi yang meningkat
dengan pertumbuhan dan pendapatan nasional yang semakin meningkat. Salah satu
pertumbuhan ekonomi itu dapat dilihat dengan permintaan domestik masih akan
menjadi penopang utama kinerja perekonomian. Selain itu, ekspor dan impor, serta
investasi. Di lihat dari sedikit perekonomian makro dibidang perbankan ini dapat kita
rasakan pertumbuhan ekonomi itu meningkat. Permintaan domestik masih akan
menjadi penopang utama kinerja perekonomian.
Dampak positif globalisasi ekonomi ditilik dari aspek kreatifitas dan daya
saing dengan semakin terbukanya pasar untuk produk-produk ekspor maka
diharapkan tumbuhnya kreatifitas dan peningkatan kualitas produksi yang disebabkan
dorongan untuk tetap eksis ditengah persaingan global, secara natural ini akan terjadi
manakala kesadaran akan keharusan berinovasi muncul dan pada giliranya akan
menghasilkan produk-produk dalam negeri yang handal dan berkualitas. Disisi lain,

kondisi dimana kapababilitas daya saing yang rendah dan ketidakmampuan Indonesia
mengelola persaingan akan menimbulkan mimpi buruk begi perekonomian negeri ini.
Hal ini akan mendatangkan berbaga dampak negatif globalisasi ekonomi
seperti membanjirnya produk-produk asing seperti produk cina yang akhirnya
mematikan produksi dalam negeri, warga negara Indonesia hanya akan menjadi
tenaga kasar bergaji murah sedangkan pekerjaan-pekerjaan yang membutuhkan skill
akan dikuasai ekspatriat asing dan sudah barang tentu lowongan pekerjaan yang saat
ini sudah sangat sempit akan semakin habis karena gelombang pekerja asing.
Dampak positif globalisasi ekonomi dari aspek permodalan, dari sisi
ketersediaan akses dana akan semakin mudah memperoleh investasi dari luar negeri.
Investasi secara langsung seperti pembangunan pabrik akan turut membuka lowongan
kerja. Hanya saja dampak positif ini akan berbalik 180 derajat ketika pemerintah tidak
mampu mengelola aliran dana asing dan yang akan terjadi justru penumpukan dana
asing yang lebih menguntungkan pemilik modal dan rawan menimbulkan krisis
ekonomi karena runtuhnya nilai mata uang Rupiah. Belum lagi ancaman dari semakin
bebas dan mudahnya mata uang menjadi ajang spekulasi. Bayangkan saja jika sebuah
investasi besar dengan melibatkan tenaga kerja lokal yang besar tiba-tiba ditarik
karena dianggap kurang prospek tentunya hal tersebut bisa mempengaruhi kestabilan
ekonomi. Dampak positif globalisasi ekonomi dari sisi semakin mudahnya diperoleh
barang impor yang dibutuhkan masyarakat dan belum bisa diproduksi di Indonesia,
alih teknologi juga bisa terbuka sangat lebar, namun kondisi ini juga bisa berdampak
buruk bagi masyarakat karena kita cenderung hanya dijadikan objek pasar, studi kasus
seperti produksi motor yang di kuasai Jepang, Indonesia hanya pasar dan keuntungan
penjualan dari negeri kita akan dibawa ke Jepang memperkaya bangsa
Jepang. Dampak positif globalisasi ekonomi dari aspek meningkatnya kegiatan
pariwisata, sehingga membuka lapangan kerja di bidang pariwisata sekaligus menjadi
ajang promosi produk Indonesia.

Berikut merupakan beberapa Masalah Ekonomi di Indonesia yaitu sebagai berikut :

Tingginya Jumlah Pengangguran

Ini merupakan masalah klasik yang belum juga terselesaikan secara


tuntas. Dari tahun ke tahun, masalah jumlah pengangguran di Indonesia kian
bertambah. Belum ada solusi yang jitu untuk mengatasi tingginya angka
pengangguran sampai saat ini. Pengadaan lapangan kerja saja dirasa tidak

cukup untuk menekan angka pengangguran di negara kita.


Tingginya Biaya Produksi
Sudah menjadi rahasia umum dalam dunia industri di negara kita ini
bahwa selain biaya produksi cukup tinggi belum lagi ditambah dengan biayabiaya yang seharusnya tidak perlu dikeluarkan. Namun, karena faktor
keamanan di negara kita masih sangat minim dan ketidakmampuan
pemerintah untuk mendukung dan melindungi sektor industri, akibatnya
terdapat banyak pungutan-pungutan liar yang bahkan akhir-akhir ini dilakukan
dengan terang-terangan. Hal ini yang akhirnya menjadikan biaya produksi

semakin meningkat. Parahnya lagi, belum ada solusi pasti untuk masalah ini.
Keputusan Pemerintah yang Kurang Tepat
Kita semua tahu bahwa beberapa tahun belakangan ini sangat marak
sekali peredaran barang-barang dari China di negara kita. Nah, penyebabnya
adalah keputusan pemerintah dalam hal regulasi ekonomi yang dirasa kurang
tepat jika dilihat dari kondisi perekomomian Indonesia. Di saat itu pemerintah
memutuskan untuk bergabung dalam ASEANChina Free Trade Area
(ACFTA). Akhirnya terjadilah seperti yang kita rasakan sekarang ini. Produk

lokal nyaris kalah dengan produk yang berasal dari China.


Bahan Kebutuhan Pokok Masih Langka
Langkanya bahan kebutuhan pokok adalah salah satu masalah serius
yang menimpa kondisi ekonomi indonesia. Masalah ini akan sangat terasa
sekali di saat menjelang perayaan hari-hari besar seperti hari raya idul fitri,
natal, dan hari-hari besar lainnya. Meskipun pemerintah terkadang melakukan
razia pasar untuk terjun langsung melihat penyebab langkanya bahan
kebutuhan pokok, namun tindakan ini dirasa masih jauh dari menyelesaikan
masalah langkanya kebutuhan pokok itu sendiri.

Suku Bunga Perbankan Terlalu Tinggi


Perlu kita ketahui bahwa salah satu indikator untuk menentukan baik
atau tidaknya kondisi perekonomian di suatu negara adalah suku bunga. Suku
bunga merupakan salah satu indikator sehat atau tidaknya kondisi
perekonomian Indonesia. Suku bunga yang terlalu tinggi ataupun yang terlalu

rendah akan sangat mempengaruhi perekonomian. Nah, untuk suku bunga


perbankan di Indonesia masih dinilai terlalu tinggi sehingga masih perlu

perhatian lebih dari pemerintah untuk mengatasi masalah ini.


Nilai Inflasi Semakin Tinggi
Nilai inflasi akan sangat berpengaruh bagi kondisi perekonomian suatu
negara, termasuk Indonesia. Di Indonesia sendiri nilai inflasi tergolong tinggi
sehingga banyak masalah ekonomi susulan yang terjadi karena inflasi ini.
Selain itu, inflasi di Indonesia sangat sensitif mudah sekali naik. Misalnya,
walaupun hanya dipengaruhi oleh tingginya harga cabai rawit beberapa waktu
yang lalu atau bahkan hanya gara-gara harga sembako dipasaran tinggi, maka
nilai inflasi juga terpengaruh. Akibat dari tingginya nilai inflasi di negara kita
ini, maka akan bermunculan masalah-masalah ekonomi Indonesia yang lain.

II.3

KEBIJAKAN PERDAGANGAN ERA GLOBALISASI EKONOMI


Kebijakan perdagangan dalam periode memasuki era lepas landas diarahkan
pada penciptaan dan pemantapan kerangka landas perdagangan yaitu dengan
meningkatkan efisiensi perdagangan dalam negeri dan perdagangan luar negeri
dengan tujuan untuk memperlancar arus barang dan jasa, mendorong pembentukan
harga yang layak dalam iklim persaingan yang sehat, menunjang usaha peningkatan
efisiensi produksi, mengembangkan ekspor, memperluas kesempatan berusaha dan
lapangan

kerja,

meningkatkan

dan

memeratakan

pendapatan

rakyat

serta

memantapkan stabilitas ekonomi. Kerangka landasan yang ingin dicapai tersebut


meliputi unsur-unsur sebagai berikut :
1) Penciptaan sturktur ekspor non migas yang kuat dan tangguh dengan cara
melakukan diversifikasi produk maupun pasar serta pelakunya
2) Penciptaan sistem distribusi nasional yang efektif dan efisien dalam rangka
meningkatkan daya saing produk ekspor, mempertahankan tingkat harga yang
stabil dalam negeri
3) Peningkatan daya saing usaha pelaku dalam kegiatan ekonomi perdaganagn
baik dalam negeri maupun ekspor dengan memupuk kebersamaan yang kokoh
dalam menghadapi pasar dunia yang makin ketat
4) Transparansi pasar dan pengelolaan kegiatan perdagangan dengan membangun
sistem jaringan perdagangan
5) Meningkatkan peran lembaga penunjang perdagangan seperti badan pelaksana
bursa komoditi, pasar lelang dan BPEN

10

II.4

PELUANG DAN TANTANGAN DALAM DUNIA BISNIS


Terbukanya pasar dunia akibat globalisasi ekonomi membuka peluang bisnis
antara lain sebagai berikut:
1) Tersebarnya pasar yang lebih luas skalanya dan terdiversifikasinya barang
manufaktur dan produk yang mempunyai nilai tambah tinggi ( value added
products)
2) Terjadi relokasi industri menufaktur dari negara industri maju ke negaranegara sedang berkembang dengan upah buruh yang lebih murah. Sebagai
konsekuensi logis dari relokasi industri tersebut, siklus proses bahan baku
menjadi produk akhir menjadi lebih pendek. Hal ini akan menurunkan harga
per unit serta meningkatkan volume perdagangan
3) Tersedianya sumber pendanaan yang dapat diperoleh dengan biaya yang lebih
murah (bunga) karena makin beragamnya portofolio pendanaan terutama bagi
negara yang sedang tumbuh perekonomiannya
Selain memberikan peluang yang terbuka lebar bagi dunia bisnis, globalisasi
ekonomi juga memberikan dampak negatif bagi dunia bisnis antara lain sebagai
berikut :
1) Terjadinya transfer pricing untuk memarkir dana maupun keuntungan di
negara yang menganut tax shelter (memberikan perlindungan terhadap
persembunyian kewajiban membayar pajak)
2) Relokasi industri karena Footlose Industry membawa

pula

teknologi

kadaluarsa ke negara sedang berkembang (host country), hal ini terjadi di


negara asalnya (home country) teknologi yang dipakai industri tersebut
ketinggalan jaman
3) Masuknya FDI ( Foreign Direct Investment) dengan teknologi canggih,
seringkali tidak di imbangi dengan tersedianya sumberdaya manusia yang siap
mengoperasikannya sehingga membuat ketergantungan pada negara asal
investasi tersebut
4) Masuknya FDI juga seringkali menimbulkan trade off politic yang merugikan
masyarakat dan pelaku bisnis di dalam negeri
II.5

POTRET PERBANKAN NASIONAL

11

Permasalahan-permasalahan pokok yang dihadapi sektor perbankan di


Indonesia yaitu sebagai berikut :
1. Semakin besarnya jumlah kredit macet, banyak pengamat yang menilai
jumlahnya telah mencapai tingkat yang mengkhawatirkan
2. Masih lemahnya manajemen perbankan nasional, termasuk pengawasan oleh
Bank Indonsia
3. Penyaluran KUK cenderung kurang mencapai sasaran kebanyakan bank hanya
mengejar target yang telah ditentukan pemerintah (otoritas moneter), sehingga
alokasinya tidak seselektif yang diharapkan yaitu memperluas akses bagi
pengusaha lemah/kecil untuk memperoleh kredit
4. Penyaluran kredit untuk sektor-sektor yang produktif dan kompetitif semakin
terbatas karena adanya praktik-praktik monopoli-oligopoli, rent seeking dan
ketidakpastian penyaluran kredit khususnya untuk proyek-proyek besar yang
sangat banyak menyerap dana perbankan dalam negeri.
Untuk melakukan penyelamatan terhadap kehancuran total perbankan nasional
setelah diterpa krisis, tampaknya tidak ada pilihan lain bagi pemerintah kecuali
dengan mengeluarkan keputusan untuk menjamin sepenuhnya seluruh produk
perbankan. Dengan demikian, pemerintah telah menempuh kebijakan untuk
mengambil alih segala konsekuensi dari dampak krisis ekonomi yang mulai melanda
Indonesia pada paruh kedua tahun 1997 terhadap sektor perbankan dan sekaligus
menanggung beban atas kebobrokan dari sepak terjang dunia perbankan terutama
setelah pemerintah meliberalisasikan sektor ini pada Oktober 1988. Sektor perbankan
pada dasarnya tidak bisa lepas kaitannya dengan sektor real. Keduanya merupakan
satu kesatuan utuh yang memiliki satu jiwa. Jika salah satu menderita sakit, yang lain
otomatis akan tertularkan. Oleh karena itu, penyelesaian kemelut perbankan
seharusnya merupakan bagian utuh dari restorasi perekonomian yang komprehensif.
Perbankan adalah industri kepercayaan yang struktur pasarnya cenderung
oligopolistik. Dengan demikian, pemerintah harus menitikberatkan peranannya untuk
menjaga kepercayaan masyarakat terhadap perbankan secara keseluruhan serta
mengisi sisi-sisi bolong dari suatu pasar yang oligopolistik untuk melindungi
masyarakat dan dunia usaha.
Eksistensi perbankan Indonesia akan sangat dipengaruhi oleh kemampuannya
membaca perubahan-perubahan di lingkungan eksternalnya, baik pada lingkup

12

nasional maupun internasional. Diantara perubahan-perubahan yang penting untuk


dicermati adalah :
1. Perubahan struktur dan karakter perekonomian nasional sebagai akibat dari
perubahan struktur insentif pasca-krisis
2. Penerapan otonomi daerah
3. Fenomena globalisasi dan regionalisasi
Dunia perbankan harus betul-betul mulai mengubah orientasi kegiatannya yang
selama ini sangat terpusat di Jakarta khususnya dan Jawa umumnya. Era otonomi
memberikan peluang bagi semua daerah untuk mengaktualisasikan segala potensi
terbaiknya secara optimal. Untuk mewujudkan keadaan tersebut, maka berlaku
proposisi bahwa pada dasarnya segala persoalan sepatutnya diserahkan kepada daerah
untuk mengidentifikasikan, merumuskan dan memecahkannya kecuali untuk
persoalan-persoalan yang memang tidak mungkin diselesaikan oleh daerah itu sendiri
dalam perspektif keutuhan harga-harga. Bukan sebaliknya, yaitu proposisi bahwa
seluruh persoalan pada dasarnya harus diserahkan kepada pemerintah pusat kecuali
untuk persoalan-persoalan tertentu yang telah dapat ditangani oleh daerah.

BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa untuk menjawab
tantangan-tantangan yang dihadapi Indonesia di era globalisasi khususnya bidang
ekonomi maka, Indonesia harus mempersiapkan diri dengan mengembangkan
perekonomian yang berorientasi global sesuai dengan kemajuan teknologi dengan
membangun keunggulan kompetitif berdasarkan keunggulan komperatif sebagai

13

negara maritim dan agraris sesuai kompetensi dan produk unggulan yang ada di setiap
daerah. Mengembangkan investasi dalam rangka meningkatkan daya saing global
dengan membuka aksesbilitas yang sama terhadap kesempatan kerja dan usaha bagi
seluruh rakyat melalui keunggulan sumber daya alam dan sumber daya manusia
dengan menghapus segala bentuk perlakuan diskriminatif. Kesenjangan ekonomi juga
cenderung semakin tinggi sehingga dapat memicu terhadap keberlangsungan
pembangunan. Selain itu, perpajakan juga semakin lemah dan perlu mendapat
perhatian. Dengan demikian, diperlukan adanya perhatian khusus dari Pemerintah
untuk dapat menyelaraskan keadaan perekonomian Indonesia dalam menghadapi
tantangan-tantangan global, perbankan dan dunia usaha.

DAFTAR PUSTAKA

Santoso, W. et.al (2008). Outlook Ekonomi Indonesia 2008-2012: Integrasi ekonomi ASEAN
dan prospek perekonomian nasional. Jakarta: Biro Riset Ekonomi Direktorat Riset Ekonomi
dan Kebijakan Moneter.
Basri, Faisal, 2002. Perekonomian Indonesia. Erlangga, Jakarta.

14

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29511/4/Chapter%20I.pdf
http://id.wikipedia.org/wiki/Globalisasi
http://rodlial.blogspot.com/2014/02/makalah-perekonomian-indonesia-dalam.html

15

Anda mungkin juga menyukai