Anda di halaman 1dari 12

KELOMPOK 1

Januarius M. I. Manek Adi Setiabudi Angga Renny D. P. Mayrikson Yuris P. Jihad Imanudin R. M. Rasyid Mubarok 115030600111001 115030600111002 115030600111003 115030600111005 115030600111006 115030600111008

Hari Wibowo

115030600111009

LATAR BELAKANG
Pemerintah Indonesia selalu menyiapkan cara untuk memajukan kesejahteraan rakyatnya. Salah

satu cara yang ada adalah melakukan perdagangan


internasional. yang Perdagangan produk internasional yang terjadi karena kemampuan dan kebutuhan setiap Negara menghasilkan berbeda-beda. memiliki Perdagangan Internasional memang

manfaat di satu sisi tapi juga memliki kerugian di sisi lain. Salah satu contoh perdagangan internasional

adalah China-Asean Free Trade Agreement (CAFTA).

PEMBAHASAN
CAFTA dimulai ketika pada tahun 2001 digelar ASEAN-China Summit di Bandar Seri Begawan, Brunei Darussalam. Menyetujui usulan China untuk membentuk CAFTA

dalam waktu 10 tahun. Lima bidang kunci yang


disepakati untuk dilakukan kerjasama adalah pertanian, telekomunikasi, pengembangan sumberdaya manusia,

investasi antar-negara dan pembangunan di sekitar


area sungai Mekong.

PERJANJIAN CAFTA.
Menurut Anggito Abimanyu seorang pengamat ekonomi Perjanjian CAFTA yang disepakati menteri perdagangan ASEAN-China, ada tiga : 1. Pertama, CAFTA tetap dilanjutkan dan tidak ada rencana notifikasi karena kerugian akibat kecurangan perdagangan (unfair trade).

2. Kedua, bila suatu negara mengalami defisit, negara surplus harus mendorong impor.
3. Ketiga, pembentukan tim pengkajian terhadap perdagangan bilateral. Bila memang ada kerugian akibat perdagangan bebas, maka membutuhkan biaya mahal dan proses panjang untuk membuktikan hal tersebut. Selain itu, kesepakatan bukan hanya dengan China tapi juga dengan negara ASEAN.

ASEAN FREE TRADE AREA :


Para kepala negara dan pemerintahan ASEAN telah setuju untuk membentuk ASEAN Free Trade Area atau AFTA pada bulan

Januari 1992. Tujuan dari AFTA adalah menghilangkan batasan tarif


diantara negara-negara Asia Tenggara dengan visi mengintegrasikan ekonomi ASEAN ke dalam satu dasar produksi dan menciptakan

pasar regional, yang akan ditempuh melalui penghapusan tarif


intra-regional dan batasan non-tarif. ASEAN Free Trade Area atau AFTA dianggap sebagai wujud integrasi ekonomi ASEAN.

MADE IN INDONESIA VS MADE IN CHINA.


Selain itu, perdagangan bebas ini juga dapat membuat volume perdagangan antarnegara meningkat besar karena semakin banyak produk-

produk asing di pasaran. Tetapi, apabila kita perhatikan lebih rinci terdapat
juga dampak negative dari CAFTA tersebut. Contohnya, Industri-industri kecil seperti UKM seperti industry tekstil, garmen, alas kaki, dan pertanian yang ada di Indonesia akan kalah bersaing dengan China yang terkenal dengan keekonomisannya. Akibatnya, perusahaan kecil di Indonesia akan mengalami kebangkrutan dan hal itu dapat meningkatkan kebangkrutan karena kalah bersaing dengan produk-produk yang berasal dari China dan Pendapatan nasional Indonesia pun akan semakin mengalami defisit.

MASIH BERLANGSUNG MADE IN INDONESIA VS MADE IN CHINA.


Bukan hanya sektor ekonomi yang hancur, sektor lain seperti sektor sosial pun akan membuntuti serangkaian imbas dari pelaksanaan CAFTA yang tanpa kendali ini. Kemiskinan, kelaparan, dan kriminalitas akan semakin merajalela. Kita mungkin dapat menaikkan jumlah ekspor kita, namun itu pun hanya sebatas pada komoditas primer seperti kelapa sawit dan bahan energi sedangkan industri-industri dasar tetap saja mati. Jelasnya, dari fakta-fakta yang ada Pemerintah dan pengusaha Indonesia belum siap dalam mengahadapi persaingan perdagangan bebas dengan China.

USAHA PEMERINTAH
Pemerintah dapat memutuskan untuk membuat kebijakankebijakan non tarif untuk melindungi produsen dan konsumen lokal di Indonesia, seperti : 1. Melakukan pengawasan terhadap produk ilegal masuk ke Indonesia seperti produk makanan dan minuman serta beras dan gula karena tidak tercantum dalam perjanjian CAFTA tersebut.

2.

Menerapkan SNI (Standar Nasional Indonesia) terhadap produk China


yang masuk ke Indonesia serta menetapkan standar produk Indonesia sesuai dengan negara tujuan ekspor. Hal ini akan memungkinkan bagi UKM untuk memasarkan produknya ke China dengan syarat UKM

tersebut dapat menyesuaikan dengan standar negara tujuan ekspor.

KESIMPULAN
1. Dengan keikutsertaan Indonesia dalam CAFTA, maka Indonesia harus menyiapkan strategi yang baik agar Indonesia tidak kalah bersaing dengan China. Pemerintah harus menunjukan kepada masyarakat bahwa dengan keikutsertaan Indonesia dalam CAFTA itu, dapat membantu perekonomian yang ada di dalam Indonesia. 2. Indonesia juga harus memproteksi pengusaha dalam negeri khususnya UKM, karna UKM inilah salah satu kekuatan Indonesia yang dimiliki oleh Indonesia yang paling kuat. UKM juga cukup kust jiks dewaktu-waktu krisis global melanda.

SARAN
1. Untuk menambah daya saing, Indonesia juga harus meningkatkan efisiensi sehingga produktivitas dalam negeri meningkat.

Memperluas akses pasar. Tak lupa meningkatkan kemampuan


dalam penguasaan teknologi informasi dan komunikasi, termasuk promosi pemasaran.

2. Jelas bahwa produk-produk lokal membutuhkan ide, inovasi,


solusi dan strategi bisnis jitu yang mampu meningkatkan daya saing menghadapi serbuan produk China. Produsen lokal juga

dapat memperkuat brand sehingga menjadi pilihan utama


konsumen Indonesia dibandingkan produk China.

REFERENSI
http://www.anneahira.com http://www.kaskus.us http://www.beritaliputan6.com

http://www.indowarta.org
http://Setyopamungkas.wordpress.com http://www.arsipberita.com http://creandivity.wordpress.com

http://yennitrianihi.blogspot.com/
http://news.okezone.com http://www.inilah.com

Anda mungkin juga menyukai