Anda di halaman 1dari 5

APAKAH TINDAKAN KITA BENAR JIKA LEBIH MENCINTAI PRODUK LUAR

DARIPADA PRODUK DALAM NEGERI

Ibarat peribahasa yang mengatakan rumput tetangga terlihat lebih hijau dari rumput
sendiri,begitulah pandangan masyarakat Indonesia mengenai produk luar negeri. Seindah
apapun produk yang diciptakan anak bangsa orang orang tetap melihat bahwa produk luar
lebih menawan. Apalagi semenjak dimulainya perdagangan bebas antar tentangga di kawasan
asia tenggara ,minat masyrakat indonesia semakin tinggi untuk membeli produk luar dan
malah berujung menenggelamkan produksendiri. Namun kita tidak bisa seenaknya
mengatakan bahwa orang orang seperti itu tidak mencintai produk indonesia. Itu memang hak
mereka untuk memutuskan apa yang ingin mereka pakai dan mereka beli. Tapi bukan kah
lebih baik jika kita menanamkan rasa percaya akan produk sendirir dan mulai merintis
produk lokal agar lebih melambung ke dunia internasional.

Alasan pertama, negara-negara melakukan perdagangan internasional adalah karena


mereka berbeda satu sama lain. Bangsa-bangsa di dunia ini, sebagaimana halnya individu-
individu, selalu berpeluang memperoleh keuntungan dari perbedaan-perbedaan di antara
mereka melalui suatu pengaturan sedemikian rupa sehingga setiap pihak dapat melakukan
sesuatu secara relatif lebih baik. Kedua, negara-negara berdagang satu sama lain dengan
tujuan untuk mencapai apa yang lazim disebut sebagai skala ekonomis (economics of scale)
dalam produksi. Seandainya setiap negara dapat membatasi kegiatan produksinya untuk
menghasilkan sejumlah barang tertentu saja, maka mereka berpeluang memusatkan perhatian
dan segala macam sumber dayanya, sehingga mereka dapat menghasilkan barang-barang
tersebut dalam skala yang lebih besar dan lebih efisien dibandingkan dengan jika negara
tersebut mencoba untuk memproduksi berbagai jenis barang secara sekaligus. Dalam dunia
nyata, pola-pola perdagangan internasional mencerminkan adanya interaksi yang terus-
menerus dari kedua motif dasar di atas.

MEA atau Masyarakat Ekonomi ASEAN merupakan salah satu bagian dalam
globalisasi ekonomi. Namun, berbeda dengan globalisasi yang berlaku pada tahap global,
MEA berlaku pada kawasan ASEAN atau hanya melibatkan negara-negara yang tergabugn
sebagai anggota organisasi ASEAN. Dalam MEA, setiap negara anggota ASEAN diberi
kebebasan untuk melakukan kegiatan ekspor impor tanpa dikenakan bea masuk. Seperti
globalisasi, MEA sebenarnya ditujukan agar memberikan manfaat yang sebesar-besarnya
bagi setiap negara anggota ASEAN. Dengan adanya MEA, diharapkan industri di setiap
negara anggota ASEAN dapat bertumbuh, terutama dari segi kompetisi bisnis serta kualitas
produk dan jasa yang ditawarkan. hal ini terutama berperan untuk mempersiapkan negara
anggota dalam menghadapi globalisasi secara penuh.
Sebagai masyarakat yang dinamis, sudah selayaknya kita harus bisa melihat lebih banyak
dampak positif dari adanya pasar bebas Asia Tenggara atau MEA. ASEAN Economic
Community atau MEA secara garis besar terfokus dalam empat hal, yaitu:

PERTAMA; MEA sebagai pasar tunggal di kawasan Asia Tenggara yang difungsikan
sebagai sebuah kawasan kesatuan pasar dan basis produksi. Terciptanya kesatuan pasar dan
basis produksi tersebut akan menghilangkan batasan terhadap arus barang, investasi, modal,
jasa, dan tenaga profesional antarnegara di Asia Tenggara.

KEDUA: MEA berorientasi untuk membentuk kawasan ekonomi yang memiliki daya
saing tinggi dengan kebijakan-kebijakan, perlindungan konsumen, dan berbagai macam
perjanjian untuk saling menciptakan kondisi ekonomi yang adil.

KETIGA; Menumbuhkan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang memiliki
daya saing tinggi serta ditunjang dengan kemudahan dalam mendapatkan modal.

KEEMPAT: MEA terintegrasi dengan perekonomian global sehingga jangkauan pasar


yang diraih negara-negara di kawasan Asia Tenggara jauh lebih optimal.

Dengan demikian, negara peserta ditantang untuk bersaing secara ketat satu sama lain. Pasar
bebas harus disadari betul kondisinya agar terus bisa mengembangkan kemampuan dalam
mengikuti persaingan di bidang apa pun. Banyak peluang yang bisa diambil dari MEA seperti
yang dijabarkan berikut ini.

Sebenarnya adanya MEA memberi peluang bagi Indonesia. Mengingat Indonesia


memiliki jumlah penduduk yang terbesar di Asia Tenggara. Total jumlah penduduk Indonesia
hampir 40% dari total keseluruhan penduduk ASEAN. Fakta ini bisa dijadikan acuan untuk
menguasai pasar ASEAN jika didukung dengan produktivitas yang tinggi. Selain itu,
Indonesia juga memiliki sumber daya alam (SDA) dan sumber daya manusia (SDM) yang
potensial.

Dilihat dari aspek ketenagakerjaan Indonesia juga memiliki kesempatan yang sangat
besar karena dengan jumlah populasi yang dimiliki akan meningkatkan penyerapan tenaga
kerja apalagi jika mereka sudah memiliki kualitas SDM yang mumpuni. Dengan begitu,
tenaga kerja Indonesia bisa mengisi kekosongan-kekosongan posisi yang ada di luar negeri.
Ini juga menjadi kabar baik bagi para wirausaha karena mereka akan lebih mudah dalam
mencari tenaga kerja yang lebih berkompeten dari berbagai negara di wilayah Asia Tenggara.

Selain sektor jasa dan sumber daya alam, Pemerintah juga fokus dalam
mengembangkan sektor investasi dan SDM. Di sektor investasi, mengingat potensi yang
dimiliki Indonesia cukup besar maka diprediksi akan sangat mudah untuk meningkatkan
masuknya Foreign Direct Investment (FDI). Masuknya FDI ini bakal mampu memicu
pertumbuhan ekonomi Indonesia melalui perkembangan teknologi, penciptaan lapangan
kerja, dan pengembangan SDM. Indonesia sangat mungkin memposisikan diri sebagai negara
tujuan investor karena tingkat kebutuhan akan barang dan jasa yang tinggi serta jumlah
populasinya yang tinggi juga. Di bidang ini banyak sekali para pengusaha yang melirik
investasi, termasuk properti. Sebagai lahan investasi yang sangat potensial, masyarakat
Indonesia bisa mengambil kesempatan emas tersebut untuk memanfaatkan aliran modal
asing.
Seiring dengan terciptanya peluang-peluang bisnis yang telah disebutkan di atas,
ternyata setiap peluang tersebut juga memiliki risikonya masing-masing. Risiko tersebut
bukan menjadi titik akhir yang tidak bisa diatasi. Akan tetapi, lebih menjadi tantangan bagi
Indonesia untuk meminimalkan berbagai kemungkinan yang terjadi setiap adanya peluang
bisnis tersebut.

Arus perdagangan bebas entah itu barang maupun jasa akan memunculkan
competition risk. Artinya, selain menjadi negara pengekspor, Indonesia juga menjadi sasaran
empuk eksportir dari negara lain. Hal ini mengakibatkan munculnya produk-produk luar yang
beragam dalam jumlah banyak ke Indonesia. Hal ini perlu diwaspadai jika produk-produk
yang datang dari luar negeri memiliki kualitas yang lebih bagus. Industri lokal pun akan
terancam akibat hal tersebut. Efek besar yang ditimbulkan adalah adanya defisit neraca
perdagangan.

Oleh karena itu, para pelaku usaha khususnya para produsen menciptakan produk
yang memiliki standar terbaik sehingga produk lokal tetap memiliki kualitas. Pada sektor ini,
yang memiliki peluang besar adalah para pelaku UMKM. Mulai dari diberlakukannya MEA
sejak awal Januari 2016, Pemerintah telah bekerja keras melalui Balai Riset dan Standarisasi
Industri (Baristand) di bawah komando Kementerian Perindustrian (Kemenperin) dalam
melakukan sosialiasi dan melakukan peningkatan kualitas SDM.

Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) juga menjadi salah satu sasaran dan
fokus Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) dalam menciptakan stabilitas dan perkembangan
ekonomi di wilayah regional ASEAN. UMKM Indonesia memiliki banyak tantangan yang
harus dihadapi, terutama tentang kualitas barang yang dihasilkan. Kebanyakan kualitas
produk UKM Indonesia belum memenuhi standar. Hal itu disebabkan beberapa faktor.
Pertama, biaya produksi dalam negeri yang sangat mahal sehingga tidak mampu menciptakan
efisiensi produksi. Kedua, kurangnya pengetahuan para pelaku usaha kecil menengah (UKM)
dalam menghasilkan barang ataupun jasa yang berkualitas. Kedua hal tersebut sangat
berkaitan dan perlu sesegera mungkin diupayakan solusinya, baik oleh Pemerintah maupun
pelaku usaha sendiri.

Seiring dengan terciptanya peluang-peluang bisnis yang telah disebutkan tersebut


ternyata setiap peluang tersebut juga memiliki risikonya masing-masing. Risiko tersebut
bukan menjadi titik akhir yang tidak bisa diatasi. Akan tetapi, lebih menjadi tantangan bagi
Indonesia untuk meminimalkan berbagai kemungkinan yang terjadi setiap adanya peluang
bisnis tersebut.Contoh Tantangan yang terlihat jelas bisa menjadi hambatan dalam
keberhasilan bisnis indonesia adalah bidang barang dan jasa.

Penyebab Indonesia harus mengembangkan produk lokal agar memungkinkan


menjadi tuan rumah Indonesia yaitu Indonesia tergerak untuk ikut maju bersama dengan
negara maju lainnya. Seharusnya kita harus sebagai warga negara Indonesua harus bangkit
dan bangga dengan produk lokal yang berkualitas dan menjadi tuan rumah untuk negerinya
sendiri sehingga mempunyai rasa kecintaan tersendiri bagi Indonesia. Selain itu, Indonesia
juga memerlukan bantuan dari pemerintah untuk mengembangkan usaha produk lokalnya
agar bias menarik minat masyarakat dan kesadaran cinta tanah air.

Kelebihan yang ditawarkan oleh produk lokal antara lain yaitu harga lebih terjangkau
karena secara otomatis harga produk local lebih murah dan cocok untuk semua kalangan,
baik menengah ke atas maupun menengah ke bawah. Produknya pun tidak keras di kulit,
aman untuk dipakai karena sesuai dengan iklim tropis. Kosmetik yang dibuat Indonesia
ringan dan baik karena kosmetik yang baik yaitu dampak atau hasilnya tidak secepat
prosesnya, jika hasilnya itu cepat dan instan biasanya produk tersebut tidak baik karena
produk yang baik membutuhkan waktu dan jeda jaraknya agak lama karena tidak merusak
generasi sel–sel kulit.

Keuntungan dari produk negeri bagi masyarakat Indonesia yaitu menambah kecintaan
masyarakat terhadap tanah air Indonesia karena dengan membeli produk lokal atau dalam
negeri berarti sama saja dengan bangga memakai produk lokal dan mencintai bangsanya
sendiri. Selain itu Indonesia juga bertambah kaya dengan produknya yang laris di pasaran dan
dapat mensejahterakan pekerja Indonesia.

Oleh karena itu, kita sebagai anak bangsa Indonesia seharusnya mampu
mengembangkan dan mengolah sumber daya alam menjadi lebih berguna untuk bangsa
Indonesia agar kita tidak selamanya dijajah oleh negara lain, baik secara langsung maupun
tidak. Karena pada kenyataannya negara Indonesia itu kaya akan aneka ragam budaya dan
sumber daya yang dapat menghasilkan produk local yang baik sehingga masyarakat
seharusnya bisa menggunakan yang seharusnya digunakan.

Apabila masuknya barang dari negara ASEAN ke Indonesia dipandang sebagai


ancaman, maka memang Indonesia juga mengimpor dari negara ASEAN. Thailand dan
Malaysia adalah negara yang banyak mengirim produknya ke Indonesia. Impor Indonesia
dari Singapura cukup besar, namun hal itu disebabkan karena memang Singapura memiliki
peran dan posisi sebagai perantara dengan memberi jasa perdagangan kepada banyak negara
di dunia. Ancaman lain adalah tekanan yang dihadapi produk Indonesia di negara tujuan
ekspor. Produk Kopiko pernah dipalsukan di Malaysia dan menimbulkan kerugian yang
besar. Cukup lama kasus ini tidak menemukan penyelesaian, baru awal tahun 2014 berhasul
dimenangkan lewat pengadilan dan diplomasi. Atau kisah kosmetik Indonesia yang mendapat
perlakuan diskriminatif di beberapa negara ASEAN karena dianggap tidak sesuai standar atas
tekanan produsen lokal mereka yang kalah bersaing.

Ancaman impor tidak dapat dikesampingkan, tekanan di pasar tujuan juga


sudahcukup banyak terjadi. Namun sebagian negara yang juga menginginkan ekspornya
maju, Indonesia harus melihat impor secara lebih objektif. Apakah produk impor memang
belum dapat dihasilkan di Indonesia? Apakah yang diimpor kemudian menciptakan nilai
tambah dan kesempatan kerja di Indonesia? Apakah memang lebih efisien menggunakan
kemampuan produksi kita pada produk-produk yang kita unggul dari memaksakan
melakukan produksi dengan tidak efisien? Pendeknya, kita memang harus berhitung dengan
cermat atas impor itu. Karena pada akhirnya, yang terpenting apakah kita surplus positif
sehingga memberi manfaat bagi perekenomian. Tentu logika itu tidak dapat diterapkan pada
kebutuhan pokok seperti pangan pokok atau energi yang kita memang tidak dapat m
embiarkan ketargantungan dari negara mana pun.

Diskriminasi karya bangsa oleh produk impor menjadi ancaman besar bagi MEA
karena produk karya anak bangsa harus bersaing dengan produk-produk sejenis dari luar
negeri. Meski tidak sedikit karya bangsa yang jauh lebih banik dari produk impor, perspektif
masyarakat kita yang masih cenderung memilih produk impor dapat mematikan pertumbuhan
industri dalam negeri. Jika ini terjadi, maka MEA dapat menjadi bahaya yang sangat besar
bagi pertumbuhan industri dalam negeri dan bukannya memberikan manfaat yang besar.

Masngudi (2006) pernah menjelaskan bahwa pengertian perdagangan dalam ilmu


ekonomi adalah suatu proses tukar menukar yang didasarkan atas kehendak sukarela dari
masing-masing pihak. Aspek sukarela ini penting karena memiliki implikasi fundamental, hal
ini dilakukan apabila setiap pihak memperoleh manfaat dan tidak ada pihak yang merasa
dirugikan. Namun kebanyakan masyarakat indonesia bersikap salah dan lebih bangga saat ia
dapat membeli produk luar, perilaku konsumtifnya cukup tinggi terhadap produk luar. Hal ini
bisa menyebabkan diskriminasi terhadap produk lokal dan berujung pada kerugian yang
dialami negara. Untuk mengubah sifat dan sikap itu sangatlah sulit, mereka masih berpikir
bahwa kualitas produk lokal atau buatan negeri sendiri sangatlah buruk atau tidak setara
dengan produk luar, padahal sebenarnya banyak produk lokal yang berkualitas tinggi dan
tidak kalah saing dengan produk luar lainnya. Bersikaplah sebagai konsumen yang cerdas.
Keterbukaan selalu membawa pilihan. Konsumenlah yang memilih produk mana yang mau
dibeli dan dikonsumsi. Maka kita harus cerdas. Pilih produk yang kita tahu produk itu produk
Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai