Anda di halaman 1dari 7

MASYARAKAT EKONOMI ASEAN DAN PENGARUHNYA

TERHADAP TENAGA KERJA LOKAL

DISUSUN OLEH :
TRIAS DRASTIS TRIANA

EKONOMI MANAJEMEN
SEMESTER 5-A

DOSEN :
Drs. ZUFRIE, MM

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI


YAYASAN UNIVERSITAS LABUHAN BATU
KAMPUS ASAM JAWA
2017
Dampak Pemberlakuan MEA Bagi Tenaga Kerja Dalam Negeri

Pertumbuhan ekonomi suatu negara merupakan hal yang sangat penting


untuk dicapai karena setiap negara menginginkan adanya proses perubahan
perekonomian yang lebih baik dan pertumbuhan ekonomi akan menjadi
indikator keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara. Ada beberapa
faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi yaitu faktor sumber
daya manusia, faktor sumber daya alam, faktor ilmu pengetahuan dan
teknologi, faktor budaya, dan faktor daya modal.

MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) adalah pola integrasi ekonomi ASEAN


(Association of South East Asian Nation) di mana adanya perdagangan
bebas (free trade) antar negara-negara anggota ASEAN yang telah
disepakati bersama untuk mengubah ASEAN menjadi kawasan yang stabil,
makmur, dan sangat kompetitif. MEA merupakan realisasi tujuan akhir dari
integrasi ekonomi yang tercantum dalam Visi ASEAN 2020 yang tercetus
dalam KTT ke-2 ASEAN tahun 1997.

Mengenal MEA

Masyarakat Ekonomi ASEAN secara sederhana bisa diartikan sebagai


pengintegrasian ekonomi negara-negara di Asia Tenggara yang bertujuan
untuk mengurangi atau bahkan menghilangkan segala hambatan-hambatan
dalam upaya untuk meningkatkan perekonomian, seperti dalam
perdagangan barang, jasa, dan investasi.

Seperti yang kita ketahui, pasar Asia lebih banyak didominasi Cina dan
India. Oleh karena itu, dibuatnya MEA diharapkan bisa meningkatkan daya
saing ASEAN agar bisa menyaingi kedua negara tersebut dalam menarik
investor asing. Daya saing yang baik bisa membuat masuknya modal asing
di wilayah ASEAN yang ke depannya sangat berguna untuk meningkatkan
lapangan pekerjaan dan kesejahteraan.

Saat ini MEA sedang berjalan. Setiap negara ASEAN memungkinkan untuk
menjual barang dan jasa ke negara lain dengan lebih mudah. Pada akhirnya
akan ada persaingan yang berujung pada peningkatan kualitas barang dan
jasa yang diperjualbelikan. Untuk mendapat info lebih jauh mengenai MEA
yang meliputi peluang, hambatan, dan pengaruhnya dalam ketenagakerjaan
di Indonesia, dapat diketahui melalui ulasan berikut ini.
Tujuan MEA

ASEAN sebagai gabungan bangsa-bangsa Asia Tenggara yang beraggotakan


10 negara (Indonesia, Thailand, Malaysia, Singapura, Filipina, Brunei
Darussalam, Vietnam, Laos, Myanmar dan Kamboja) di bulan januari 2016
ini resmi dibukanya pasar bebas atau yang lebih dikenal dengan era
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) atau ASEAN Economic Community
(AEC).

Semua sektor dan jenis barang atau jasa mengalir bebas di negara-negara
anggota ASEAN akan diarahkan kepada pembentukan sebuah integrasi
ekonomi di kawasan ASEAN untuk mengurangi biaya transaksi
perdagangan, memperbaiki fasilitas perdagangan dan bisnis, serta
meningkatkan daya saing sektor UMKM.

Tujuan pembentukan MEA / AEC 2015 yang ingin menghilangkan secara


signifikan hambatan-hambatan kegiatan ekonomi lintas kawasan tersebut,
diimplementasikan melalui 4 pilar utama, yaitu:

1. ASEAN sebagai pasar tunggal dan basis produksi internasional


(single market and production base) dengan elemen aliran bebas
barang, jasa, investasi, tenaga kerja terdidik dan aliran modal yang
lebih bebas
2. ASEAN sebagai kawasan dengan daya saing ekonomi yang tinggi
(competitive economic region), dengan elemen peraturan kompetisi,
perlindungan konsumen, hak atas kekayaan intelektual,
pengembangan infrastruktur, perpajakan, dan e-commerce;
3. ASEAN sebagai kawasan dengan pengembangan ekonomi yang
merata (equitable economic development) dengan elemen
pengembangan usaha kecil dan menengah, dan prakarsa integrasi
ASEAN untuk negara-negara CMLV (Cambodia, Myanmar, Laos, dan
Vietnam); dan
4. ASEAN sebagai kawasan yang terintegrasi secara penuh dengan
perekonomian global (integration into the global economy) dengan
elemen pendekatan yang koheren dalam hubungan ekonomi di luar
kawasan, dan meningkatkan peran serta dalam jejaring produksi
global.
Dampak Positif dan Negatif MEA

Hadirnya MEA sesungguhnya bisa menjadi babak awal bagi Indonesia


untuk mengembangkan berbagai kualitas yang terkait dengan
perekonomian di kawasan Asia Tenggara. Namun, dalam implementasinya,
MEA bisa menjadi dua sisi mata uang yang bisa memberikan efek positif
atau justru akan membuat perekonomian Indonesia terpuruk. Di satu sisi,
para tenaga kerja dan produk buatan Indonesia mempunyai kesempatan
untuk unjuk diri. Namun, di sisi lain, akan menjadi dampak negatif jika
Indonesia gagal memanfaatkannya dengan baik.

Pengaruh positif kehadiran MEA bagi tenaga kerja di Indonesia adalah


tersedia banyak lapangan kerja dengan berbagai kebutuhan akan keahlian
bagi para pencari kerja. Para tenaga kerja di Indonesia dapat bekerja di
negara-negara ASEAN sesuai dengan keterampilan yang dimiliki sehingga
dapat menyejahterakan kehidupan dan subsidi yang dikeluarkan oleh
negara untuk kebutuhan primer akan berkurang.

Dampak positif

1. Tenaga terampil di Indonesia akan lebih terserap di luar negeri,


tenaga terampil yang selama ini mempunyai sedikit peluang
misalnya sektor kreatif dan UKM.
2. Harga-harga kemungkinan akan lebih murah, karena ketersediaan
barang lebih besar dan proses pengadaan berbiaya murah.
3. Sektor wirausaha akan terbuka lebar, relasi bisnis dan pasar lebih
terbuka seiring luasnya jangkauan pasar dan penyebaran produk, jadi
ekspor dan impor tidaklah selalu dimainkan pemain besar (kartel).
4. Bahan baku industri lebih banyak variasi sumber dan harga dan tidak
lagi dikuasai perusahaan impor.
5. Tenaga kerja Indonesia tidak lagi menjadi pendatang haram di
Malaysia, sebuah julukan yang kedengaran merendahkan pencari
kerja. Dengan adanya MEA maka pencari kerja misal ke Malaysia
bisa masuk jalur resmi dan bukan lagi pendatang gelap yang di kejar-
kejar polisi Malaysia.
6. Dengan mudahnya luasnya akses informasi bisnis, produk anda yang
mungkin kurang laku di Indonesia bisa saja laku di Thailand,
Malaysia. Anda bisa menjual di sana dan negara mendukung hal
tersebut.
7. Kegiatan produksi dalam negeri menjadi meningkat secara kuantitas
dan kualitas. Mendorong pertumbuhan ekonomi negara, pemerataan
pendapatan masyarakat, dan stabilitas ekonomi nasional.
Menambahkan devisa negara melalui bea masuk dan biaya lain atas
ekspor dan impor .

Dampak Negatif

1. Pertanyaannya sudah siapkah bangsa Indonesia persaingan bebas ini,


di sisi pengangguran Indonesia harus rela memberikan porsi
lapangan kerja kepada bangsa lain, sedikit seperti hukum rimba
ekonomi dan kesempatan kerja.
2. Terjangan produk dari negara ASEAN akan membanjiri pasar
Indonesia disamping impor China yang menggurita. Industri kecil
yang masih bangkit akan mendapat tantangan persaingan barang
produksi yang berharga murah dari luar. Oleh karena itu perlu
adanya standar mutu barang yang masuk dan keluar dari Indonesia.
3. Potensi perdagangan narkoba terutama opiun bisa lebih semarak
karena kawasan segi tiga emas (Burma, utara Laos dan bagian utara
Thailand) masuk cakupan wilayah ASEAN. Bisa anda bayangkan jika
orang Indonesia mendapat barang selundupan lewat perdagangan
umum.
4. Sisi lain tenaga kerja bisa timbul berbagai motif. misalnya datang
sebagai buruh nyambih sebagai pelacur, ini sangat mengkhawatirkan
terutama peredaran penyakit menular seperti HIV.
5. Masalah keamanan dalam negeri juga perlu diperhatikan terutama
pendatang gelap yang tidak menutup kemungkinan mereka berasal
dari organisasi kriminal antar negara.
6. Administrasi Indonesia yang begitu rapuh hingga proses di
administrasi dimudahkan jika ada uang, para pendatang bisa saja
tidak mau balik lagi ke negara, dan tinggal lah mereka di Indonesia
merebut kesempatan usaha pribumi.
7. Barang-barang produksi dalam negeri terganggu akibat masuknya
barang impor yang dijual lebih murah dalam negeri yang
menyebabkan industri dalam negeri mengalami kerugian besar.
8. Orang-orang asing akan lebih leluasa mengekploitasi alam indonesia.
Pengaruh MEA terhadap Tenaga Kerja Indonesia

Tenaga kerja mencakup penduduk yang sudah atau sedang bekerja, yang
sedang rumah tangga. Tiga golongan yang disebut terakhir pencari kerja,
bersekolah, dan mengurus rumah tangga, walaupun tidak bekerja, secara
fisik dianggap mampu dan sewaktu-waktu dapat ikut bekerja. Untuk
menghadapi MEA, tenaga kerja yang dianggap mampu bersaing dengan
tenaga kerja dari negara lain adalah tenaga kerja terdidik/profesional yaitu
tenaga kerja yang tingkat produktivitas dan tingkat partisipasi kerjanya
tinggi.

Bagi Indonesia, MEA menjadi babak awal untuk mengembangkan berbagai


kualitas perekonomian sekaligus menunjukkan kepada negara lain bahwa
Indonesia memiliki sumber daya manusia yang berkualitas dan kompetitif.
Dari aspek ketenagakerjaan, pemberlakuan MEA membuat tenaga kerja di
Indonesia, terutama tenaga kerja terdidik/profesional, akan bersaing ketat
dengan tenaga kerja asing. Pencari kerja ingin memperoleh pekerjaan
dengan kondisi yang paling baik dan perusahaan ingin mencari calon
pekerja yang paling sesuai untuk mengisi lowongan yang ada.

Perusahaan tidak melihat lagi dari mana asal negara sumber daya manusia
yang mendukung bisnisnya. Pilihan untuk tenaga kerja itu tidak harus
mengambil dari lokal. Selama memenuhi kriteria kebutuhan perusahan,
tenaga kerja dapat diambil dari negara lain. Penghasilan dalam bentuk mata
uang asing akan menambah devisa negara. Saat pekerja Indonesia yang
bekerja di negara ASEAN lain mengirim sebagian penghasilannya ke
Indonesia (misal: untuk keluarganya) dalam bentuk mata uang asing maka
harus diubah ke bentuk mata uang Indonesia yaitu rupiah.

Proses konversi ini disebut dengan jual beli mata uang. Jual beli mata uang
akan menambah devisa negara karena mata uang asing di kas negara akan
bertambah dan kebutuhan terhadap rupiah menguat. Akses untuk ke luar
negeri dalam rangka mencari pekerjaan juga menjadi lebih mudah bahkan
bisa jadi tanpa hambatan tertentu akibat meleburnya batas teritori masing-
masing negara anggota ASEAN dalam sebuah pasar bebas, Selain
menghasilkan berbagai pengaruh positif, MEA juga dapat memunculkan
risiko ketenagakarejaan bagi Indonesia.
Dilihat dari sisi pendidikan dan produktivitas, Indonesia masih kalah saing
dengan tenaga kerja yang berasal dari Malaysia, Singapura, dan Thailand.
Menurut Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia,
Darmin Nasution, pada Seminar Nasional yang diadakan Universitas Negeri
Jakarta pada 3 Mei 2016 lalu, sistem pendidikan formal yang ada di
Indonesia masih belum relevan dengan kebutuhan tenaga kerja. Banyak
sekali lembaga pendidikan dan pelatihan di Indonesia, namun kebanyakan
tidak menghasilkan tenaga kerja yang sesuai dengan kebutuhan tenaga
kerja di lapangan.

Hal tersebut membuat daya saing tenaga kerja kerja lokal rendah. Salah
satu penyebab tenaga kerja lokal kesulitan bersaing dengan pekerja asing
sesama ASEAN karena banyak lembaga profesi untuk sertifikasi yang belum
diakui secara global. Adanya pasar barang dan jasa secara bebas juga akan
mengakibatkan tenaga kerja asing mudah masuk dan bekerja di Indonesia
sehingga persaingan kerja semakin ketat.

Berdasarkan Indeks Daya Saing Global 2016 yang dilaporkan oleh World
Economic Forum 2016/2017, Indonesia menduduki posisi ke-41 dari 138
negara, jauh tertinggal dari negara-negara ASEAN lainnya yaitu Thailand
yang menduduki posisi ke-34, Malaysia ke-25, dan Singapura yang
menduduki posisi ke-2. Selain itu, kemampuan berbahasa tenaga kerja di
Indonesia, terutama bahasa Inggris, sebagai bahasa internasional, masih
dianggap kurang. Walaupun sesama Asia Tenggara, bukan berarti
masyarakat negara-negara anggota ASEAN juga mengerti bahasa Indonesia.

Sebagai bahasa internasional, bahasa Inggris diperlukan agar komunikasi


antar negara berjalan lancar sehingga tidak ada hambatan atau
miskomunikasi dalam bekerja. Begitu juga dengan kesiapan tenaga kerja
Indonesia yang bergantung pada mental (BBC Indonesia, 2014). Menurut
tenaga kerja Indonesia, tenaga kerja asing jauh lebih andal, cerdas, dan
kompetitif sehingga tenaga kerja Indonesia merasa kecil hati. Padahal, rasa
percaya dirilah yang membuat tenaga kerja asing terlihat seperti apa yang
dilihat oleh tenaga kerja Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai