PENDAHULUAN
Page 1
ASEAN sebagai pasar tunggal dan basis produksi internasional (single market and
production base) dengan elemen aliran bebas barang, jasa, investasi, tenaga kerja terdidik
dan aliran modal yang lebih bebas
ASEAN sebagai kawasan dengan daya saing ekonomi yang tinggi (competitive economic
region), dengan elemen peraturan kompetisi, perlindungan konsumen, hak atas kekayaan
intelektual, pengembangan infrastruktur, perpajakan, dan e-commerce;
MEA akan menjadi kesempatan yang baik karena hambatan perdagangan akan
cenderung berkurang bahkan menjadi tidak ada. Hal tersebut akan berdampak pada
peningkatan eskpor yang pada akhirnya akan meningkatkan GDP Indonesia.
Pada sisi investasi, kondisi ini dapat menciptakan iklim yang mendukung masuknya
Foreign Direct Investment (FDI) yang dapat menstimulus pertumbuhan ekonomi melalui
perkembangan teknologi, penciptaan lapangan kerja, pengembangan sumber daya manusia
(human capital) dan akses yang lebih mudah kepada pasar dunia.
Dengan adanya perdagangan bebas, kita mampu meningkatkan ekspor akan tetapi
kita juga harus waspada akan resiko kompetisi (competition risk) yang muncul dengan
banyaknya barang impor yang akan mengalir dalam jumlah banyak ke Indonesia yang akan
mengancam industri lokal dalam bersaing dengan produk-produk luar negeri yang jauh
lebih berkualitas. Hal ini pada akhirnya akan meningkatkan defisit neraca perdagangan bagi
Indonesia sendiri.
Dari aspek ketenagakerjaan, terdapat kesempatan yang sangat besar bagi para
pencari kerja karena dapat banyak tersedia lapangan kerja dengan berbagai kebutuhan akan
keahlian yang beraneka ragam. Selain itu, akses untuk pergi keluar negeri dalam rangka
mencari pekerjaan menjadi lebih mudah bahkan bisa jadi tanpa ada hambatan tertentu.
MEA juga menjadi kesempatan yang bagus bagi para wirausahawan untuk mencari pekerja
terbaik sesuai dengan kriteria yang diinginkan.
Tapi perlu diingat bahwa hal ini dapat memunculkan risiko ketenagakarejaan bagi
Indonesia. Dilihat dari sisi pendidikan dan produktivitas, Indonesia masih kalah bersaing
dengan tenaga kerja yang berasal dari Malaysia, Singapura, dan Thailand serta fondasi
industri yang bagi Indonesia sendiri membuat Indonesia masih berada pada peringkat
keempat di ASEAN.
Page 3
Permasalahan yang ada dari sisi tenaga kerja tidak terlepas dari kualitas yang
rendah, seperti tingkat pendidikan dan keahlian yang belum memadai. Dari data yang
dilansir Tempo, jumlah tenaga kerja Indonesia pada Februari 2014 sebesar 125,3 juta orang
dengan jumlah pekerja 11,2 orang. Namun, ini tidak dapat diimbangi dengan kualitas
pendidikan yang dimiliki oleh pekerjanya. Mayoritas tenaga kerja Indonesia masih
berpendidikan sekolah dasar dan lebih banyak bekerja di sektor informal.
Indonesia harus melihat MEA sebagai peluang yang terbuka untuk memperbaiki
kualitas SDM yang ada dengan meningkatkan daya saing, menyediakan pendidikan dan
kesehatan yang memadai, dan memberikan edukasi terhadap pentingnya MEA 2016.
Pemerintah Indonesia harus mampu mendorong dan mengadakan pelatihan
keterampilan karena mayoritas tenaga kerja Indonesia kurang dalam kecerdasan sikap,
kemampuan berbahasa Inggris dan pengoperasian komputer.
Meskipun peran dominan dalam meningkatkan kualitas menjadi milik pemerintah,
bukan berarti seluruh tanggung jawab berada di tangan pemerintah. Justru sebaliknya, perlu
kesadaran bahwa efek dari MEA akan dirasakan langsung oleh masyarakat dan tanggung
jawab untuk berpartisipasi dan mempersiapkan diri dalam menghadapi MEA 2016.
Dari latar belakang diatas, maka dalam makalah ini penulis akan membahas
mengenai Hambatan dan Tantangan Indonesia Dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi
Asean.
Page 4
Page 5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 LANDASAN TEORI
Masyarakat Ekonomi Asean adalah integrasi kawasan ASEAN dalam bidang
perekonomian. Pembentukan MEA dilandaskan pada empat pilar. Pertama, menjadikan
ASEAN sebagai pasar tunggal dan pusat produksi. Kedua, menjadi kawasan ekonomi yang
kompetitif. Ketiga, menciptakan pertumbuhan ekonomi yang seimbang, dan Keempat
adalah integrasi ke ekonomi global. Penyatuan ini ditujukan untuk meningkatkan daya saing
kawasan, mendorong pertumbuhan ekonomi, menekan angka kemiskinan dan untuk
meningkatkan standar hidup masyarakat ASEAN. Integrasi ini diharapkan akan membangun
perekonomian ASEAN serta mengarahkan ASEAN sebagai tulang punggung perekonomian
Asia. Dengan dimulainya MEA maka setiap negara anggota ASEAN harus meleburkan
batas teritori dalam sebuah pasar bebas. MEA akan menyatukan pasar setiap negara dalam
kawasan menjadi pasar tunggal. Sebagai pasar tunggal, arus barang dan jasa yang bebas
merupakan sebuah kemestian. Selain itu negara dalam kawasan juga diharuskan
membebaskan arus investasi, modal dan tenaga terampil.
MEA memang sebuah kesepakatan yang mempunyai tujuan yang luar biasa namun
beberapa pihak juga mengkhawatirkan kesepakatan ini. Arus bebas barang, jasa, investasi,
modal dan tenaga kerja tersebut tak pelak menghadirkan kekhawatiran tersendiri bagi
beberapa pihak. Dalam hal ini pasar potensial domestik dan lapangan pekerjaan menjadi
taruhan. Sekedar bahan renungan, indek daya saing global Indonesia tahun 2013-2014
(rangking 38) yang jauh di bawah Singapura (2), Malaysia (24), Brunai Darussalam (26)
dan satu peringkat di bawah Thailand (37). Di sisi lain coba kita lihat populasi Indonesia
yang hampir mencapai 40% populasi ASEAN. Sebuah pasar yang besar tapi tak didukung
daya saing yang maksimal. Jangan sampai Indonesia mengulang dampak perdagangan
bebas ASEAN China. Berharap peningkatan perekonomian malah kebanjiran produk China.
MEA tidak hanya membuka arus perdagangan barang dan jasa tetapi juga arus pasar
tenaga kerja, sehingga dibutuhkan kesiapan yang matang agar bias bersaing didalamnya,
tetapi ada peluang didalamnya dengan resiko dan tantangan yang juga harus dihadapi.
Page 6
Pangsa pasar yang ada di Indonesia adalah 250 juta orang. Pada MEA, pangsa pasar
ASEAN sejumlah 625 juta orang bisa memiliki kesempatan lebih luas untuk memasuki
pasar yang lebih luas.
Ekspor dan impor juga dapat dilakukan dengan biaya yang lebih murah. Tenaga
kerja dan negara negara lain di ASEAN bias bebas bekerja di Indonesia. Sebaliknya,
tenaga kerja Indonesia (TKI) juga bisa bebas bekerja di negara negara lain di ASEAN.
Dampak Positif lainnya yaitu investor Indonesia dapat memperluas ruang
investasinya tanpa ada batasan ruang antar negara anggota ASEAN. Begitu pula kita dapat
menarik investasi dari para pemodal-pemodal ASEAN. Para pengusaha akan semakin
kreatif karena persaingan yang ketat dan para professional akan semakin meningkatakan
tingkat skill, kompetansi dan profesionalitas yang dimilikinya.
Page 7
Namun, selain peluang yang terlihat di depan mata, ada pula hambatan menghadapi
MEA yang harus kita perhatikan. Hambatan tersebut di antaranya : pertama, mutu
pendidikan tenaga kerja masih rendah, di mana hingga Febuari 2014 jumlah pekerja
berpendidikan SMP atau dibawahnya tercatat sebanyak 76,4 juta orang atau sekitar 64
persen dari total 118 juta pekerja di Indonesia. Kedua, ketersediaan dan kualitas
infrastuktur masih kurang sehingga mempengaruhi kelancaran arus barang dan jasa.
Menurut Global Competitiveness Index (GCI) 2014, kualitas infrastruktur kita masih
tertinggal
dibandingkan
negara
Singapura,
Malaysia,
Brunei
Darussalam
dan
Thailand. .Ketiga, sektor industri yang rapuh karena ketergantungan impor bahan baku dan
setengah
pasokan
Indonesia
menghadapi serbuan impor, dan sekarang produk impor Tiongkok sudah membanjiri
Indonesia. Apabila hambatan-hambatan tadi tidak diatasi maka dikhawatirkan MEA justru
akan menjadi ancaman bagi Indonesia.
akan mengancam industri lokal dalam bersaing dengan produk-produk luar negri yang
jauh lebih berkualitas. Hal ini pada akhirnya akan meningkatkan defisit neraca
perdagangan bagi Indonesia sendiri.
Dari sisi investasi, Indonesia masih memiliki tingkat regulasi yang kurang
mengikat sehingga dapat menimbulkan tindakan eksploitasi dalam skala besar terhadap
ketersediaan sumber daya alam oleh perusahaan asing yang masuk ke Indonesia sebagai
negara yang memiliki jumlah sumber daya alam melimpah dibandingkan negara-negara
lainnya. Tidak tertutup kemungkinan juga eksploitasi yang dilakukan perusahaan asing
dapat merusak ekosistem di Indonesia, sedangkan regulasi investasi yang ada di
Indonesia belum cukup kuat untuk menjaga kondisi alam termasuk ketersediaan sumber
daya alam yang terkandung.
Ada pula hambatan menghadapi MEA yang harus kita perhatikan. Hambatan
tersebut di antaranya :
1. Mutu pendidikan tenaga kerja masih rendah, di mana hingga Febuari 2014
jumlah pekerja berpendidikan SMP atau dibawahnya tercatat sebanyak 76,4
juta orang atau sekitar 64 persen dari total 118 juta pekerja di Indonesia.
2. Ketersediaan dan kualitas infrastuktur masih kurang sehingga mempengaruhi
kelancaran
arus
barang
dan
jasa.
Menurut Global
Competitiveness
Pemikiran akan pentingnya menjalin kerjasama yang lebih erat lagi dalam proses
integrasi merupakan salah satu upaya merespon tantangan di era globalisasi. Karena
Page 9
dengan kerjasama yang solid dan intens dibidang ekonomi maka ASEAN akan mampu
memegang kendali kawasan, bukan menjadi marjinal di kawasannya sendiri dan Asia pada
umumnya. Dengan hal ini sepertinya tantangan justru datang menghampiri Indonesia,
berikut ini berbagai tantangan yang mungkin akan dihadapi Indonesia dalam mewujudkan
Masyarakat Ekonomi ASEAN:
1.
Laju inflasi
Tantangan lainnya adalah laju inflasi Indonesia yang masih tergolong tinggi bila
dibandingkan dengan Negara lain di kawasan ASEAN. Stabilitas makro masih menjadi
kendala peningkatan daya saing Indonesia dan tingkat kemakmuran Indonesia juga masih
lebih rendah dibandingkan negara lain. Populasi Indonesia yang terbesar di ASEAN
membawa konsekuensi tersendiri bagi pemerataan pendapatan, 3 (tiga) Negara ASEAN
Page 10
yang lebih baik dalam menarik PMA mempunyai pendapatan per kapita yang lebih tinggi
dari Indonesia.
3.
Arus modal yang lebih bebas untuk mendukung transaksi keuangan yang lebih
efisien, merupakan salah satu sumber pembiayaan pembangunan, memfasilitasi
perdagangan internasional, mendukung pengembangan sektor keuangan dan akhirnya
meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu negara. Namun demikian, proses liberalisasi
arus modal dapat menimbulkan ketidakstabilan melalui dampak langsungnya pada
kemungkinan pembalikan arus modal yang tiba-tiba maupun dampak tidak langsungnya
pada peningkatan permintaaan domestik yang akhirnya berujung pada tekanan inflasi.
Selain itu, aliran modal yang lebih bebas di kawasan dapat mengakibatkan terjadinya
konsetrasi aliran modal ke Negara tertentu yang dianggap memberikan potensi
keuntungan lebih menarik. Hal ini kemudian dapat menimbulkan risiko tersendiri bagi
stabilitas makro ekonomi.
4.
Kesamaan produk
Hal lain yang perlu dicermati adalah kesamaan keunggulan komparatif kawasan
ASEAN, khususnya di sektor pertanian, perikanan, produk karet, produk berbasis kayu,
dan elektronik. Kesamaan jenis produk ekspor unggulan ini merupakan salah satu
penyebab pangsa perdagangan intra-ASEAN
yang hanya berkisar 20-25 persen dari total perdagangan ASEAN. Indonesia perlu
melakukan strategi peningkatan nilai tambah bagi produk eskpornya sehingga mempunyai
karakteristik tersendiri dengan produk dari Negara-negara ASEAN lainnya
5.
Tantangan lain yang juga dihadapi oleh Indonesia adalah peningkatan keunggulan
komparatif di sektor prioritas integrasi. Saat ini Indonesia memiliki keunggulan di
sektor/komoditi seperti produk berbasis kayu, pertanian, minyak sawit, perikanan, produk
karet dan elektronik, sedangkan untuk tekstil, elektronik, mineral (tembaga, batu bara,
Page 11
nikel), mesin-mesin, produk kimia, karet dan kertas masih dengan tingkat keunggulan
yang terbatas.
6.
Kemapuan bersaing SDM tenaga kerja Indonesia harus ditingkatkan baik secara
formal maupun informal. Kemampuan tersebut diharapkan harus minimal memenuhi
ketentuan dalam MRA yang telah disetujui. Pada tahun 2008-2009, Mode 3 pendirian
perusahaan (commercial presence) dan Mode 4 berupa mobilitas tenaga kerja (movement
of natural persons) intra ASEAN akan diberlakukan untuk sektor prioritas integrasi. Untuk
itu, Indonesia harus dapat meningkatkan kualitas tenaga kerjanya sehingga bisa digunakan
baik di dalam negeri maupun intra-ASEAN, untuk mencegah banjirnya tenaga kerja
terampil dari luar. Pekerjaan ini tidaklah mudah karena memerlukan adanya cetak birum
sistem pendidikan secara menyeluruh, dan sertifikasi berbagai profesi terkait.
7.
Kepentingan nasional
Page 12
Kedaulatan negara
Page 13
daya saing di sektor industri. Pasar jasa yang efisien, menurut Makarim, akan
meningkatkan pilihan konsumen, produktivitas, kompetisi, dan kesempatan untuk
pembangunan sektor jasa baru. "Jika terjadi inefisiensi, dampak negatifnya pada
produktivitas, inovasi, distribusi teknologi, dan menghalangi tercapainya
pertumbuhan optimal," kata Duta Besar Indonesia untuk PBB (2004--2007) ini.
3. Menurut rektor Universitas Sebelas Maret (Solo) Ravik Karsidi salah satu
skill.Dari
segi hard
skill, UNS
mempersiapkan
Tak dipungkiri, produk yang berkualitas akan menjadi banyak incaran. Tanpa produk yang
baik, sepertinya akan sulit untuk berkompetisi. Dalam MEA, kompetisi sudah dipastikan
sangat ketat.
5. Kuantitas Produk
Jika kualitas produk sudah terpenuhi, tinggal memikirkan kuantitas produk. Seberapa
banyak produk yang bias dihasilkan, itu juga harus dipersiapkan dalam mengahapi pasar
bebas MEA.
6. Produk Berkelanjutan
Jika syarat kualitas dan kuantitas produk sudah terpenuhi, tugas selnjutnya adalah
bagaimana produk itu bias berkesinambungan atau continue. Kenapa? Karena tanpa adanya
kontinyuitas, kita akan gulung tikar karena konsumen segera beralih ke pedagang lain.
BAB III
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Bagi Indonesia sendiri, MEA akan menjadi kesempatan yang baik karena
hambatan perdagangan akan cenderung berkurang bahkan menjadi tidak ada. Hal
tersebut akan berdampak pada peningkatan eskpor yang pada akhirnya akan
meningkatkan GDP Indonesia. Di sisi lain, muncul tantangan baru bagi Indonesia
berupa permasalahan homogenitas komoditas yang diperjualbelikan, contohnya
untuk komoditas pertanian, karet, produk kayu, tekstil, dan barang elektronik
Page 16
4.2 Saran
1. Dalam menghadapi setiap hambatan dan tantangan MEA, Indonesia harus
tetap siap dan siaga dalam setiap aspek yang akan menjadi sasaran hambatan
dan tantangan tersebut.
2. Untuk menghadapi hambatan dan tantangan MEA, Indonesia harus terus
melatih skill dan menggali skill kemampuan setiap masyarakat Indonesia agar
mampu bersaing dengan negara ASEAN lainnya.
3. Skill dan keterampilan tidak bisa hanya dibuktikan dengan bermod kan surat
pengalaman kerja yang dikeluarkan oleh perusahaan tempat bekerja,tetapi
harus memiliki sertifikat keahlian, sertifikat profesi yang dikeluarkan oleh
instansi terkait, apakah itu lembaga pemerintah maupun swasta, yang
sertifikat tersebut diakui di dunia kerja.
4. Indonesia harus melihat MEA sebagai peluang yang terbuka untuk
memperbaiki kualitas SDM yang ada dengan meningkatkan daya saing,
Page 17
DAFTAR ISI
Yusuf, Fathuddin Muh. 2016. Peluang dan Tantangan dalam Menghadapi
Masyarakat
Baskoro, Arya. Peluang, Tantangan, Dan Risiko Bagi Indonesia Dengan Adanya Masyarakat Ekonomi
Asean. http://crmsindonesia.org/knowledge/crms-articles/peluang-tantangan-dan-risiko-bagiindonesia-dengan-adanya-masyarakat-ekonomi
St, Mustafa. Tantangan, Hambatan dan Peluang MEA 2015.
https://www.academia.edu/13169267/Tantangan_Hambatan_dan_Peluang_MEA_2015
Fertiwi, Diyanti. 2016. Ekonomi Internasional Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) Dan Sistem
Ekonomi Amecia Dalam Perekonomian Dunia.
https://ragilmujiono.blogspot.co.id/2016/03/makalah-mea-masyarakat-ekonomi-asean.html (2
Maret. 2016)
Page 19