Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH GEOGRAFI DESA KOTA

“INTERAKSI DESA-KOTA”

DISUSUN OLEH :

Fauzi Sheva Hamzah Siregar

190722638043

PROGRAM STUDI S1 GEOGRAFI

JURUSAN GEOGRAFI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


2020

KATA PENGANTAR
Assalamua’laikum Wr. Wb.
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang sudah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya  sehingga saya dapat menyelesaikan tugas Makalah Geografi Desa kota ini
dengan tepat waktu. Karena tanpa pertolongan-Nya saya tidak dapat menyelesaikan Makalah ini.
Sholawat serta salam terlimpah curah kepada Nabi Muhammad SAW.
Adapun tujuan pembuatan makalah yang berjudul ”Interaksi Desa-Kota“. Pada era
globalisasi banyak perubahan cara hidup baik warga desa maupun warga kota khusunya, dan
warga negara Indonesia Umumnya. Kemajuan di bidang pendidikan, teknologi, sosial-ekonomi,
budaya dalam beberapa pelita telah meningkatkan tingkat hidup warga desa dan warga kota.
Tak ada yang sempurna, begitu pula dengan penulisan makalah ini. Oleh karena itu
penulis menerima kritik positif dari pembaca sebagai perbaikan bagi penulis dimasa yang akan
datang. Dan tak lupa saya ucapkan banyak terima kasih kepada Dosen yang sudah memberikan
tugas makalah ini dan saya mohon maaf bila banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini
harap Bapak dapat memakluminya. Akhir kata saya ucapkan terima kasih.
Wassalamua’laikum Wr. Wb.
Malang, 30 November 2020
Fauzi Sheva H. S.
DAFTAR ISI

BAB I...............................................................................................................................................4
PENDAHULUAN..........................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................................6
1.3 Tujuan...................................................................................................................................7
BAB II.............................................................................................................................................8
PEMBAHASAN.............................................................................................................................8
2.1 Pengertian Desa....................................................................................................................8
2.1.1 Fungsi dan Potensi Desa...............................................................................................8
2.2 Pengertian Kota....................................................................................................................9
2.2.1 Fungsi dan Potensi Kota.............................................................................................10
2.3 Teori Interaksi....................................................................................................................11
2.4 Interaksi Desa-Kota...........................................................................................................12
2.5 Faktor Interaksi Desa-Kota..............................................................................................13
BAB III.........................................................................................................................................15
PENUTUP....................................................................................................................................15
3.I Kesimpulan.........................................................................................................................15
3.2 Saran...................................................................................................................................15
Daftar Pustaka.............................................................................................................................16
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Desa adalah suatu perwujudan atau kesatuan geografi, sosial, ekonomi, politik, dan
kultural yang terdapat di suatu daerah dalam hubungan dan pengaruhnya secara timbal balik
dengan daerah lain, sedangkan masyarakat pedesaan ditandai dengan pemilikan ikatan perasaan
batin yang kuat sesama warga desa, yaitu perasaan setiap warga atau anggota masyarakat yang
amat kuat yang hakikatnya, bahwa seseorang merasa merupakan bagian yang tidak dapat
dipisahkan dari masyarakat di mana ia hidup dicintai serta mempunyai perasaan bersedia untuk
berkorban setiap waktu demi masyarakat atau anggota masyarakat.

Kota sebagai hasil dari peradaban yang lahir dari pedesaan, tetapi kota berbeda dengan
pedesaan, sedangkan masyarakat kota adalah suatu kelompok teritorial di mana penduduknya
menyelenggarakan kegiatan-kegiatan hidup sepenuhnya, dan juga merupakan suatu kelompok
terorganisasi yang tinggal secara kompak di wilayah tertentu dan memiliki derajat interkomuniti
yang tinggi. Permasalahan di kota adalah pengangguran, rawan pangan, rawan moral dan
lingkungan.

Perkembangan suatu kota pada umumnya berbeda-beda hal ini dikarenakan faktor-faktor
yang mempengaruhi perkembangan tersebut pada setiap wilayah kota berbeda. Faktor-faktor
tersebut antara lain : kondisi geografis, topografi wilayah, jumlah penduduk, kondisi sosial
ekonomi penduduk dan peran pemerintah. Dalam perkembangannya suatu kota memiliki
karakteristik bentuk, karakteristik bentuk itu biasa disebut dengan morfologi kota. Morfologi
kota dapat terbentuk karena adanya interaksi baik secara spasial atau sosial ekonomi masyarakat
didalamnya. Morfologi kota yang terbentuk berupa wujud fisik kota tersebut, wujud fisik kota itu
terbentuk utamanya karena kondisi fisik wilayah dan juga kegiatan sosial ekonomi masyarakat.

Istilah interaksi wilayah menurut Ullman mencakup berbagai gerak mulai dari barang,
penumpang, migran, uang informasi. Apabila dirunut hingga ke akarnya interaksi antarwilayah
muncul karena perbedaan sumber daya alam. Di satu pihak ada wilayah yang surplus, sedangkan
pada wilayah lainnya kekurangan sumber daya alam dan sebaliknya sehingga mendorong
terjadinya interaksi antar wilayah. Faktor lain yang memengaruhi pola interaksi antar wilayah
adalah adanya kemudahan pemindahan dalam ruang, baik proses pemindahan manusia, barang,
maupun informasi yang meliputi hal-hal berikut ini: Jarak mutlak dan jarak relatif antar tiap-tiap
wilayah, biaya angkut atau transport untuk memindahkan manusia, barang, dan informasi dari
satu tempat ke tempat lain, kemudahan dan kelancaran prasarana transportasi antar wilayah,
seperti kondisi jalan, relief wilayah, jumlah kendaraan sebagai sarana tranportasi dan sebagainya.

Interaksi desa dan kota sangat penting. dilihat dari beralihnya mata pencaharian
masyarakat desa dari agraris ke nonagraris, munculnya pengelaju karena didukung oleh sarana
transportasi yang memadai, perdagangan hasil pertanian, industri, dan kemajuan bidang
pendidikan. Oleh karena itu, interaksi kota dan desa sangat menentukan pola persebaran
masyarakat desa dan kota. Hubungan desa dan kota dapat ditinjau sebagai berikut: ditinjau dari
kepentingan masyarakat kota, interaksi desa dan kota untuk pemenuhan kebutuhan bahan pangan
dan bahan dasar industri. Ditinjau dari masyarakat desa, interaksi desakota mendorong
masyarakat desa untuk mencari pekerjaan di kota dan memenuhi kebutuhan fasilitas pelayanan
masyarakat, seperti pusat perbelanjaan, sehingga masyarakat desa dan kota saling membutuhkan.

Masyarakat pedesaan dan perkotaan bukanlah dua komunitas yang terpisah sama sekali
satu sama lain. Bahkan dalam keadaan yang wajar di antara keduanya terdapat hubungan yang
erat, bersifat ketergantungan, karena di antara mereka saling membutuhkan. Kota tergantung
pada desa dalam memenuhi kebutuhan warganya akan bahan-bahan pangan seperti beras, sayur –
mayur, daging dan ikan. Desa juga merupakan sumber tenaga kasar bagi jenis – jenis pekerjaan
tertentu di kota, misalnya saja buruh bangunan dalam proyek – proyek perumahan, proyek
pembangunan atau perbaikan jalan raya atau jembatan dan tukang becak.

Sebaliknya, kota menghasilkan barang-barang yang juga diperlukan oleh orang desa
seperti bahan-bahan pakaian, alat dan obat – obatan pembasmi hama pertanian, minyak tanah,
obat – obatan untuk memelihara kesehatan dan alat transportasi. Kota juga menyediakan tenaga –
tenaga yang melayani bidang – bidang jasa yang dibutuhkan oleh orang desa tetapi tidak dapat
dilakukannya sendiri, misalnya saja tenaga – tenaga di bidang medis atau kesehatan, montir –
montir, elektronika dan alat transportasi serta tenaga yang mampu memberikan bimbingan dalam
upaya peningkatan hasil budi daya pertanian, peternakan ataupun perikanan darat.

Kota merupakan suatu hasil perwujudan geografis yang ditimbulkan oleh unsur-unsur
fisiografis, sosial, ekonomi, politik dan kultural yang terdapat pada suatu daerah dan memiliki
hubungan dan pengaruh timbal balik dengan daerah lain (R.Bintarto, 1984). Ciri fisik suatu
wilayah perkotaan terdapat sarana perekonomian dan tempat parkir yang memadai, ketersediaan
ruang terbuka hijau, pusat pemerintahan, dan alun-alun kota. Ciri kota juga dapat dilihat dari sisi
sosial seperti: masyarakat yang heterogen, mata pencaharian non agraris, corak kehidupan
bersifat gesselschaft (hubungan kekerabatan mulai pudar), terjadi kesenjangan sosial, norma
agama tidak begitu ketat, pandangan hidup lebih rasional dan menerapkan strategi keruangan
yaitu pemisahan kompleks atau kelompok sosial masyarakat secara tegas.

Analisis morfologi kota didasarkan pada areal yang secara fisik menunjukan kenampakan
perkotaan (townscape). Areal yang berbatasan dengan areal yang bukan kota disebut built up
area. Percepatan pertumbuhan kenampakan fisik kekotaan tidak sama untuk setiap bagian terluar
kota, maka bentuk morfologi kota yang terbentuk akan sangat bervariasi. Seiring dengan
berjalannya waktu perkembangan perkotaan akan terus mengalami perubahan dan terus bergerak
untuk mencari ruang-ruang baru dalam pembentukan wilayah perkotaan. Batas garis administrasi
kota akan relatif sama dalam periode waktu yang lama, batas garis administrasi ini dapat
digunakan sebagai penentuan batas permasalahanpermasalahan perkotaan yang timbul, sehingga
mempermudah dalam mencari solusi atau pemecahan masalah. Permasalahan yang kerap timbul
dalam perkembangan kota adalah persoalan politik, sosial, ekonomi, budaya, teknologi dan fisik.
Batas fisik wilayah yang masuk dalam kategori perkotaan selalu berubah setiap saat, maka sering
sekali terlihat batas fisik wilayah perkotaan telah berada jauh diluar batas administrasi suatu
wilayah.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang tersebut agar penulisan sesuai dengan yang
diharapkan maka penulis merumuskan masalah-masalah yang akan di bahas diantaranya :

1. Apa yang dimaksud dengan desa?


2. Apa yang dimaksud dengan kota?
3. Apa saja teori interaksi?
4. Bagaimana interaksi desa-kota?
5. Apa saja faktor yang mempengaruhi interaksi desa-kota?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui yang dimaksud dengan desa.
2. Mengetahui yang dimaksud dengan kota.
3. Mengetahui yang dimaksud dengan teori interaksi.
4. Mengetahui interaksi desa-kota.
5. Mengetahui dampak interaksi desa-kota
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Desa
Menurut Soetardjo Kartohadikoesoemo istilah desa dapat diartikan ke dalam tiga istilah
yaitu desa, dusun, dan desi yang semuanya berasal dari suku kata swa desi. Istilah ini sama
maknanya dengan negara, negeri, nagari yang berasal dari kata nagaram. Istilah ini berasal dari
kata sanskrit  yang berarti tanah air, tanah asal, atau tanah kelahiran. Berikut ini merupakan
beberapa pengertian desa dari beberapa ahli, yaitu sebagai berikut.
Jadi Desa yaitu suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk sebagai kesatuan
masyarakat termasuk di dalamnya kesatuan masyarakat dan hukum yang mempunyai organisasi
pemerintahan terendah langsung di bawah camat dan berhak menyelenggarakan rumah
tangganya sendiri dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2.1.1 Fungsi dan Potensi Desa
Sebuah desa memiliki fungsi penentu bagi kota yang berada di daerahnya, antara lain
sebagai berikut :

a. Sebagai sumber bahan mentah bagi kota.


b. Sebagai sumber tenaga kerja bagi kota,
c. Desa sebagai mitra pembangunan wilayah kota.
d. Sebagai daerah penyokong atau penyuplai kebutuhan masyarakat kota. Desa sebagai
pendukung pemekaran daerah kota
Sebuah desa memiliki potensi fisis dan nonfisis, antara lain sebagai berikut :

1) Potensi fisis desa meliputi antara lain :


 Tanah, dalam arti sumer tambang dan mineral, sumber tanaman yang merupakan
sumber mata pencaharian dan penghidupan.
 Air, dalam arti sumber air, keadaan atau kualitas air dan tata airnya untuk
kepentingan iringasi pertanian dan keperluan sehari-hari.
 Iklim, dalam artian fungsi ternak di desa sebagai sumber tenaga sumber bahan
makan dan sumber keuangan.
 Manusia, dalam arti tenaga kerja sebagai pengolah tanah dan sebagai produsen.
2) Potensi non fisis desa meliputi antara lain :
 Masyarakat desa yang hidup berdasarkan gotong royong dan dapat merupakan
suatu kekuatan berproduksi dan kekuatan membangun atau dasar kerja sama dan
saling pengertian.
 Lembaga-lembaga social, pendidikandan organisasi-organisasi social desa yang
dapatmemberikan bantuan social serta bimbingan dalam arti positif.
 Aparatur atau pamong desa yang kreatif dan berdisiplin sumber kelancaran dan
tertibnya pemerintah desa. (Bintarto, 1977:1920)

Potensi desa tidak sama, karena geografis dan keadaan pendudukannya berbeda, luas
tanahmacam tanah dan tingkat kesuburan tanah yang tidak sama. Sumber air dan tata air yang
berlainan menyebabkan cara penyesuaian atau corak kehidupannya berbeda. Maju
mundurnyadesa dapat tergantung pada beberapa factor antara lain dapat di sebutkan di sini:

 Potensi desa yang mencakup potensi sumber daya alam dan potensi penduduk
warga desa beserta pamongnya.
 Interaksi antar desa dengan kota, antara desa dengan kota tercakup di dalamnya
perkembangankomunikasi dan transportasi.
 Lokasi desa terhadap daerah-daerah di sekitarnya yang lebih maju.

2.2 Pengertian Kota


Menurut Bintarto: Dari segi geografi, kota data diartikan sebagai suatu system
jaringankehidupan manusia yang di tandai dengan kepadatan penduduk yang tinggi dan di
warnai denganstrata social-ekonomi yang hiterogen dan coraknya materialistis, atau dapat pula
diartikansebagai bentang budaya yang di timbulkan oleh unsure-unsur alami dan nonalami
dengan gejala-gejala pemusatan penduduk yang cukup besar dan corak kehidupan yang bersifat
heterogen danmaterialistic di bandingkan dengan daerah belakannya.

Istilah kota dan daerah perkotaan di bedakan di sini karena ada dua pengertian yaitu:
kotauntuk city dan daerah perkotaan untuk urban. Istilah city di identikkan dengan kota,
sedangkanurban berupa suatu daerah yang memiliki suasana kehidupan dan peghidupan modern,
dapat disebut daerah perkotaan. Penggolongan kota dapat didasarkan pada fungsi, struktur mata
pencaharian, tipe masyarakat, jumlah penduduknya, besar kecilnya, daerah pemukiman
dansebagainya. Jadi penggolongan kota ini dapat dilihat dari segi ekonomi, segi sosiologi,
segidemografi, dan segi geografis yang abstrak. Seperti halnya tentang pendefinisian kota, dalam
penggolongan kota, dalam penggolongan ini juga terdapat berbagai kriteria, lebih-lebihmengenai
penggolongan yang kuantitatif atau numeric. Penggolongan atas angka-angka ini disebut
penggolongan numeric dan penggolongan lainnya di sebut penggolongan nonnumeric.Perbedaan
penggolongan ini di sebabkan antara lain: perbedaan kepadatan, perbedaan tingkatteknologi dan
budayaan. Di Indonesia penggolongan yang sudah di tentukan oleh Undang-undang No.18
kesemuanya pada umumnya di dasarkan pada jumlah penduduk.

2.2.1 Fungsi dan Potensi Kota


Sebuah kota memiliki fungsi, antara lain sebagai berikut :

a. Kota sebagai pusat kebudayaan.


Kota yang berfungsi sebagai pusat kebudayaan mempunyai potensi budaya yang lebih
dominan dibandingkan dengan potensi yang lain.
b. Kota sebagai pusat perdagangan.
Secara umum setiap kota memiliki pusat perdagangan. Namun tidak semua kota
mempunyai aktivitas yang dominan dibidang perdagangan. Kota-kota perdagangan yang
besar biasanya merupakan kota pelabuhan.
c. Kota sebagai pusat industry.
Kota disebut juga sebagai pusat industri apabila kegiatan industri di kota tersebut lebih
dominan dibandingkan kegiatan-kegiatan lainnya. Umumnya kegiatan industri suatu kota
terdiri atas berbagai macam jenis.
d. Kota sebagai pusat pemerintahan.
Kota pusat pemerintahan dapat berkembang secara cepat karena peranannya mengatur
sistem pemerintahan. Kota pusat pemerintahan umumnya memiliki hubungan yang luas
dengan kota-kota yang lainnya.
e. Kota sebagai pusat rekreasi dan kesehatan
Kota dapat berfungsi sebagai pusat rekreasi dan kesehatan apabila kota tersebut mampu
menarik pendatang, baik untuk tujuan rekreasi maupun penyembuhan.
Sebuah kota memiliki potensi, antara lain sebagai berikut :
a. Potensi pengembangan industri kecil bahkan sampai dengan pangsa ekspor.
b. Potensi lainnya adalah sektor wisata alam. Potensi wisata ini semakin besar dengan
kekayaan budaya tradisional.
c. Potensi Infrastruktur, dari sisi transportasi, jarak jalan darat.
d. Potensi Kelistrikan dan Telekomunikasi.

2.3 Teori Interaksi


a. Teori Gravitasi
Teori gravitasi dikemukakan oleh Sir Isaac Newton (1687) dalam hukum fisika. Teori
gravitasi berkaitan dengan hukum gaya tarik menarik antara dua buah benda. Kekuatan
tarik-menarik besarnya berbanding lurus dengan hasil kali kedua massa benda dan
berbanding terbalik dengan kuadrat jaraknya. dapat diterapkan jika :
1) kondisi penduduk/tingkat ekonomi tiap-tiap wilayah relatif sama,
2) kondisi alam/relief kedua wilayah relief sama,
3) keadaan sarana dan prasarana transportasi kedua wilayah relatif sama.
b. Teori Titik Henti
Teori ini dimanfaatkan untuk memperkirakan lokasi garis batas yang memisahkan
wilayah-wilayah perdagangan dari dua buah kota yang berbeda ukurannya. Dengan teori
ini, dapat diperkirakan penempatan lokasi industri atau pelayanan-pelayanan sosial antara
dua wilayah sehingga dapat dijangkau oleh penduduk kedua daerah tersebut.
c. Teori Potensi Penduduk.
Potensi penduduk pada dasarnya menunjukkan kekuatan potensi aliran untuk tiap-tiap
tempat, artinya berapa besar kemungkinan penduduk suatu wilayah untuk mengadakan
migrasi dan berinteraksi dengan wilayah-wilayah lain di sekitarnya. Nilai potensi
penduduk suatu wilayah digambarkan dengan isoplet yaitu garis-garis khayal pada peta
yang menghubungkan tempat-tempat yang memiliki nilai potensi penduduk yang sama.
Peta potensi penduduk bermanfaat dalam perencanaan pembangunan suatu wilayah.
d. Teori Grafik
Faktor yang mendukung kekuatan interaksi antarwilayah di antaranya adalah transportasi.
Kualitas sarana dan prasarana transportasi sangat memperlancar mobilitas barang dan
jasa dari suatu tempat ke tempat lain. Suatu wilayah dengan wilayah lain dihubungkan
oleh jalur-jalur transportasi sehingga membentuk pola-pola jaringan tertentu dalam ruang
di muka bumi (spatial network system). K.J. Kansky merumuskan, untuk mengetahui
kekuatan interaksi antarwilayah dilihat dari jaringan jalan dengan rumus indeks
konektivitas.

2.4 Interaksi Desa-Kota


Menurut Roucek dalam Bintarto, interaksi merupakan suatu proses yang sifatnya timbal-
balikdan mempunyai pengaruh terhadap perilaku dari pihak-pihak yang bersangkutan melalui
kontak langsung, melalui berita yang didengar atau melalui surat kabar.

Interaksi adalah kontak atau hubungan yang terjadi antara dua wilayah atau lebih
(perkotaan dengan pedesaan) beserta hasil hubungannya. Interaksi antara desa dan kota terjadi
karena berbagai faktor atau unsur yang ada dalam desa, kota dan diantara desa dan kota.
Kemajuan masyarakat desa, perluasan jaringan jalan desa-kota, integrasi atau pengaruh kota
terhadap desa,kebutuhan timbal balik desa-kota telah memacu interaksi desa-kota.

Interaksi desa dan kota dapat dilihat dari beralihnya mata pencaharian masyarakat desa
dari agraris ke nonagraris, munculnya pengelaju karena didukung oleh sarana transportasi yang
memadai, perdagangan hasil pertanian dan industri, dan kemajuan dibidang pendidikan. Interaksi
kota dan desa sangat menentukan pola persebaran masyarakat desa dan kota. Hubungan desa dan
kota dapat ditinjau sebagai berikut: ditinjau dari kepentingan masyarakat kota, interaksi desa-
kota untuk pemenuhan kebutuhan bahan pangan dan bahan dasar industri. Interaksi desa-kota
mendorong masyarakat desa untuk mencari pekerjaan di kota dan memenuhi kebutuhan fasilitas
pelayanan masyarakat dalam mencukupi dan memenuhi kebutuhan hidup, sehingga masyarakat
desa dan kota saling membutuhkan. (Bintarto 1989).

Dengan adanya kemajuan di bidang perhubungan dan lalu lintas antar-daerah, maka
sifatisolasi desa berangsur-angsur berkurang. Desa-desa yang dekat dengan kota telah
banyakmendapat pengaruh kota sehingga persentase penduduk desa yang bertani berkurang dan
beralihdengan pekerjaan nonagraris. Daerah-daerah pedesaan di perbatasan kota yang
dipengaruhi oleh tata kehidupan kota disebut “rur-urban areas” singkatan dari “rural-urban
areas”.

Dengan perkembangan di bidang prasarana dan sarana transportasi ada kemungkinan


gejala urbanisasi. Dalam hal ini, perpindahan penduduk desa ke kota dapat berkurang dan
mereka cukup dapat melakukan tugasnya di kota dengan memanfaatkan angkutan umum dan
selanjutnya menjadi penglaju. Perkembangan ini juga mempengaruhi bidang-bidang lain, seperti
pendidikan dan perdagangan.

Gedung-gedung sekolah dapat didirikan juga di desa-desa yang letaknya jauh dari kota
dan para pengajarnya dapat datang bertugas dari kota kecamatan dan kota kabupaten.
Perdagangan antar desa-kota yang berupa barang-barang hasil kerajinan tangan dan terutama
hasil pertanian dapat terlaksana dengan lancar sehingga para konsumen di kota masih
bisamembeli sayur-mayur dan buah-buahan yang masih segar. Pasar-pasar kecil juga
bermunculan ditempat-tempat tertentu di tepian kota.

Daerah-daerah rurban ini makin lama berkembang sebagai desa dagang. Hasil-hasil bumi
dari desa dan hasil industri dari kota diperdagangkan di daerah rurban ini. Bertambahnya
pendudukdan jaringan lalu lintas di daerah ini akan mempercepat terjadinya suatu kota kecil
yang baru.

2.5 Faktor Interaksi Desa-Kota


Menurut Edward Ulman ada 3 faktor penyebab interaksi antar wilayah, yaitu :

A. Region Complementary (wilayah yang saling melengkapi).


Wilayah yang memiliki potensi sumber daya yang berbeda-beda baik secara
kualitasmaupun kuantitasnya. Perbedaan sumber daya kota dan desa menyebabkan
timbulnya interaksi. Jadi ada kebutuhan saling melengkapi atau komplementaritas. Ini
didorong oleh permintaan dan penawaran. Perancis berdagang anggur dengan Belanda
karena Belanda merupakan konsumennya. Relasi komplementaritas hanya terjadi jika
tawaran bermanfaat bagi pihak yang minta. Manfaatnya ditentukan oleh banyak hal
seperti : budaya, pengetahuan, teknik, kondisi kehidupan dan sebagainya. Semakin besar
komplementaritas, semakin besar arus komoditas.
Manfaat Interaksi Desa-Kota bagi Perkotaan :
1) Terpenuhinya sumber daya alam sebagai bahan mentah/bahan baku industri.
2) Terpenuhinya kebutuhan pokok yang dihasilkan pedesaan.
3) Terpenuhinya kebutuhan tenaga kerja yang dibutuhkan bagi perkotaan.
4) Tersedianya tempat pemasaran hasil industri.
Manfaat Interaksi Desa-Kota bagi pedesaan :
1) Terpenuhinya barang-barang yang tidak ada di desa.
2) Masuknya pengaruh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dari kota ke pedesaan.
3) Membuka lapangan kerja baru di sektor pertanian.
B. Intervening Oppurtunity (kesempatan untuk berintervensi).
Adalah adanya kesempatan untuk timbulnya interaksi antarwilayah dan dapat
memenuhikebutuhan sumber daya wilayah tersebut. Jadi, semakin besar intervening
opportunity, semakinkecil arus komoditas.
C. Spatial Transfer Ability (kemudahan pemindahan dalam ruang).
Kemudahan pemindahan dalam ruang baik berupa barang, jasa, manusia maupun
informasi. Proses pemindahan dari kota ke desa atau sebaliknya dipengaruhi antara lain :
1) Jarak mutlak maupun jarak relatif antar wilayah.
2) Biaya transportasi dari satu tempat ke tempat lain.
3) Kelancaran transportasi antar wilayah.
BAB III

PENUTUP
3.I Kesimpulan
Desa adalah suatu hasil perpaduan antara kegiatan sekelompok manusia
denganlingkungannya. Hasil dari perpaduan itu ialah suatu ujud atau kenampakan di muka bumi
yang ditimbulkan oleh unsure-unsur fisiografi, social, ekonomi, politik, dan cultural yang saling
berinteraksi antar unsure tersebut dan juga dalam hubungannya dengan daerah-daerah lain.

Kota dapat diartikan sebagai suatu system jaringan kehidupan manusia yang di tandai
dengankepadatan penduduk yang tinggi dan di warnai dengan strata social-ekonomi yang
hiterogen dancoraknya materialistis, atau dapat pula diartikan sebagai bentang budaya yang di
timbulkan olehunsure-unsur alami dan nonalami dengan gejala-gejala pemusatan penduduk yang
cukup besardan corak kehidupan yang bersifat heterogen dan materialistic di bandingkan dengan
daerah belakannya.

Interaksi merupakan suatu proses yang sifatnya timbal-balik dan mempunyai pengaruh
terhadap perilaku dari pihak-pihak yang bersangkutan melalui kontak langsung, melalui berita
yang didengar atau melalui surat kabar. Faktor yang mempengaruhi interaksi adalah adanya
Region Complementary (wilayah yang saling melengkapi), Intervening Opportunity (kesempatan
untuk berintervensi), dan Spatial Transfer Ability (kemudahan pemindahan dalam ruang).

3.2 Saran
Mengadakan suatu interaksi atau berhubungan dengan pihak lain tidak selamanya
merupakan suatu hal yang negatif, banyak yang bisa didapat dengan bergaul pada pihak lain
apalagi pada sesuatu yang beragam. Pasti akan menimbulkan sesuatu yang baru. Namun meski
demikian juga tidak selamanya interaksi berbuah indah, banyak hasil dari interaksi merupakan
suatu yang negatif seperti yang terdapat pada interaksi antara desa dan kota. Namun hal tersebut
tidak semestinya menjadi suatu ketakutan untuk bertindak, mengingat segala sesuatu pasti
memiliki resiko. Disini yang terpenting adalah bagaimana caranya supaya resiko yang didapat
seminimalisir mungkin supaya yang dapat dirasakan adalah hal yang baik-baik.
Daftar Pustaka
Bintarto. 1929. Interaksi Desa-Kota dan Permasalahannya. Jakarta: Ghalia Indonesia

Beretha, I Nyoman.1981. Masyarakat Desa dan Pembangunan Desa. Jakarta Timur. Ghalia
Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai