Anda di halaman 1dari 27

PELUANG DAN TANTANGAN

TKI DALAM MASYARAKAT


EKONOMI ASEAN
KELOMPOK 3
BAYU IBRAHIM
(1302015029)
EZA TINATHA CAHYA (1302015057)
MUHAMMAD AFIF PURYANTONO
(1502019008)

Latar Belakang

Saat ini persaingan tenaga kerja akan semakin ketat menjelang


pemberlakuan Masyarakat Ekonomi ASEAN atau Pasar Bebas
ASEAN tahun 2016.

Indonesia dan negara-negara di wilayah Asia Tenggara akan


membentuk sebuah kawasan yang terintegrasi yang dikenal
sebagai Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).

Indonesia telah bersiap dalam menyambut MEA yang pada 31


Desember 2015 silam. Para delegasi dari tiap-tiap negara ASEAN
terutama Indonesia berharap adanya MEA dapat membuat
masyarakat di negara tersebut lebih berkembang. Disamping
aspek sosial dan ekonomi yang merupakan wujud penerapan MEA
yakni penduduk dan perdagangan, pemikiran tersebut juga
dilandasi oleh aspek ketenagakerjaan yang tidak kalah penting di
Negara itu sendiri.

Ketenagakerjaan merupakan peranan penting dalam


perkembangan kesejahteraan penduduk di Indonesia.
Menurut UU No. 13 tahun 2003 Bab I pasal 1 ayat 2
disebutkan bahwa tenaga kerja adalah setiap orang yang
mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang
atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun
untuk masyarakat.

MEA secara tidak langsung menyebabkan lapangan kerja


yang bertambah, tetapi hal tersebut berpengaruh kepada
kesempatan kerja tenaga kerja kita terutama di negara
sendiri.

Potensi
yang
ditimbulkan
ketika
pemerintah
mengedepankan masalah tenaga kerja di Indonesia
harusnya dapat menghasilkan tren positif pada kemajuan
ekonomi bangsa. Jumlah angkatan kerja pada Agustus
tahun 2013 saja menurut Badan Pusat Statistik sebanyak
118.190.000 juta jiwa dibandingkan dengan jumlah
penduduk Indonesia saat ini yang hampir setengahnya.

PERUMUSAN MASALAH

Apa definisi MEA?


Apakah
tenaga
kerja
Indonesia
siap
menghadapi tantangan MEA?
Apakah peran pemerintah sangat diperlukan
dalam menghadapi MEA?
Seberapa besar peluang tenaga kerja
Indonesia untuk mendapatkan pekerjaan
dalam MEA?
Strategi
apa
yang
harus
dilakukan
pemerintah untuk tenaga kerja Indonesia
dalam menghadapi MEA?

TUJUAN PENULISAN

Agar dapat mengetahui definisi MEA


Agar dapat mengetahui seberapa siap tenaga
kerja Indonesia menghadapi tantangan MEA
Dapat mengetahui peran pemerintah dalam
menghadapi MEA
Dapat mengetahui seberapa besar peluang
dan tantangan yang akan dihadapi tenaga kerja
Indonesia mendapatkan pekerjaan dalam MEA
Untuk mengetahui program yang dilakukan
pemerintah untuk tenaga kerja Indonesia dalam
menghadapi MEA

LANDASAN TEORI
Masyarakat Ekonomi Asean adalah integrasi
kawasan ASEAN dalam bidang perekonomian.
Pembentukan MEA dilandaskan pada empat
pilar, yaitu:

Menjadikan
ASEAN
sebagai
pasar
tunggal dan pusat produksi.

Menjadi
kawasan
ekonomi
yang
kompetitif.

Menciptakan
pertumbuhan
ekonomi
yang seimbang,

Integrasi ke ekonomi global

Penyatuan
ini
ditujukan
untuk
meningkatkan daya saing kawasan,
mendorong
pertumbuhan
ekonomi,
menekan angka kemiskinan dan untuk
meningkatkan standar hidup masyarakat
ASEAN.
Integrasi
ini
diharapkan
akan
membangun perekonomian ASEAN serta
mengarahkan ASEAN sebagai tulang
punggung perekonomian Asia.
Dengan dimulainya MEA maka setiap
negara anggota ASEAN harus meleburkan
batas teritori dalam sebuah pasar bebas.

MEA memang sebuah kesepakatan yang mempunyai tujuan yang


luar biasa namun beberapa pihak juga mengkhawatirkan
kesepakatan ini.

Arus bebas barang, jasa, investasi, modal dan tenaga kerja


tersebut tak pelak menghadirkan kekhawatiran tersendiri bagi
beberapa pihak.

Dalam hal ini pasar potensial domestik dan lapangan pekerjaan


menjadi taruhan. Sekedar bahan renungan, indek daya saing
global Indonesia tahun 2013-2014 (rangking 38) yang jauh di
bawah Singapura (2), Malaysia (24), Brunai Darussalam (26) dan
satu peringkat di bawah Thailand (37).

Di sisi lain coba kita lihat populasi Indonesia yang hampir


mencapai 40% populasi ASEAN. Sebuah pasar yang besar tapi tak
didukung daya saing yang maksimal. Jangan sampai Indonesia
mengulang dampak perdagangan bebas ASEAN China. Berharap
peningkatan perekonomian malah kebanjiran produk China.

PEMBAHASAN
MASYARAKAT EKONOMI ASEAN

Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) adalah bentuk


integrasi ekonomi regional yang direncanakan untuk
dicapai pada tahun 2015. Tujuan utama MEA 2015
adalah menjadikan ASEAN sebagai pasar tunggal dan
basis produksi, yang mana terjadi arus barang, jasa,
investasi dan tenaga terampil yang bebas serta aliran
modal yang lebih bebas.

Keterlibatan semua pihak di seluruh negara anggota


ASEAN mutlak diperlukan agar dapat mewujudkan ASEAN
sebagai kawasan yang kompetitif bagi kegiatan investasi
dan perdagangan bebas yang pada gilirannya dapat
memberikan manfaat bagi seluruh negara ASEAN.

EMPAT HAL YANG AKAN


MENJADI FOKUS MEA

Negara-negara di kawasan Asia Tenggara ini akan dijadikan sebuah


wilayah kesatuan pasar dan basis produksi.

MEA akan dibentuk sebagai kawasan ekonomi dengan tingkat


ekonomi dengan tingkat kompetisi yang tinggi, yang memerlukan
suatu kebijakan yang meliputi competition policy, consumer
protection, Intellectual Property Rights (IPR), taxation, dan ECommerce.

MEA akan dijadikan kawasan yang memiliki perkembangan ekonomi


yang merata, dengan memprioritaskan pada usaha Usaha Kecil
Menegah (UKM).

MEA diintegrasikan secara penuh terhadap perekonomian global.


Dengan membangun sebuah sistem untuk meningkatkan kordinasi
terhadap negara-negara anggota.

Dalam KTT Association of Southeast Asian Nation


(ASEAN) ke-9 yang diselenggarakan di Provinsi Bali
tahun 2003, antar seluruh kepala negara anggota
ASEAN telah menyepakati pembentukan komunitas
ASEAN dengan dideklarasikannya Bali concord II
dalam KTT ASEAN tersebut.
Berdasarkan ASEAN Economic Blueprint, MEA menjadi
sangat dibutuhkan untuk memperkecil kesenjangan
antara negara-negara ASEAN dalam hal pertumbuhan
perekonomian dengan meningkatkan ketergantungan
anggota-anggota
didalamnya.
MEA
dapat
mengembangkan konsep meta-nasional dalam rantai
suplai makanan, dan menghasilkan blok perdagangan
tunggal yang dapat menangani dan bernegosiasi
dengan eksportir dan importir non-ASEAN.

Kesiapan
Indonesia
sangat
diperlukan
menghadapi MEA bila tidak ingin Negara
Indonesia akan menjadi pasar bagi negara ASEAN
lainnya. Kesiapan Indonesia diperlukan tidak
hanya pada proteksi produk dalam negeri namun
juga pada sisi dunia ketenagakerjaan.
Dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2013
tentang
ketenagakerjaan,
definisi
ketenagakerjaan itu sendiri adalah segala hal
yang berhubungan dengan tenaga kerja pada
waktu sebelum, selama, dan sesudah masa kerja.
Bekerja merupakan cara manusia mendapatkan
harkat dan martabatnya sebagai manusia
meskipun selalu harus dihadapkan dengan
kenyataan terbatasnya lapangan kerja di negara
ini.

Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk


paling banyak di kawasan Asia Tenggara.
Pertumbuhan penduduk Indonesia yang terus meningkat
mengakibatkan
jumlah angkatan kerja juga terus
meningkat setiap tahunnya di tengah kesempatan kerja
yang terbatas karena pertumbuhan ekonomi belum
mampu menyerap angkatan kerja tersebut masuk ke
dalam pasar kerja.
MEA yang akan dimulai awal tahun tersebut tentu akan
memberikan dampak positif dan negatif bagi negara
Indonesia
Dampak positifnya dengan adanya MEA, tentu akan
memacu pertumbuhan investasi baik dari luar maupun
dalam negeri sehingga akan membuka lapangan
pekerjaan baru.

Didasarkan pada data Badan Pusat Statistik (BPS),


jumlah
pengangguran
per
februari
2014
dibandingkan Februari 2013 hanya berkurang
50.000 orang.
Padahal bila melihat jumlah pengguran tiga tahun
terakhir,
per
Februari
2013
pengangguran
berkurang 440.000 orang, sementara pada Februari
2012 berkurang 510.000 orang, dan per Februari
2011 berkurang sebanyak 410.000 orang (Koran
Sindo, Selasa, 6 Mei 2014).
Dengan demikian, hadirnya MEA diharapkan akan
mengurangi pengangguran karena akan membuka
lapangan kerja baru dan menyerap angkatan kerja
yang ada saat ini untuk masuk ke dalam pasar kerja

Adapun dampak negatif dari MEA, yaitu


dengan adanya pasar barang dan jasa
secara bebas tersebut akan mengakibatkan
tenaga kerja asing dengan mudah masuk
dan
bekerja
di
Indonesia
sehingga
mengakibatkan persaingan tenaga kerja
yang
semakin
ketat
di
bidang
ketenagakerjaan.
Hal inilah yang akan menjadi ujian baru
bagi masalah dunia ketenagakerjaan di
Indonesia karena setiap negara pasti telah
bersiap diri di bidang ketanagakerjaannya
dalam menghadapi MEA.

TUJUAN MEA

ASEAN sebagai pasar tunggal dan basis produksi internasional


(single market and production base) dengan elemen aliran bebas
barang, jasa, investasi, tenaga kerja terdidik dan aliran modal
yang lebih bebas.

ASEAN sebagai kawasan dengan daya saing ekonomi yang tinggi


(competitive economic region), dengan elemen peraturan
kompetisi, perlindungan konsumen, hak atas kekayaan
intelektual, pengembangan infrastruktur, perpajakan, dan ecommerce

ASEAN sebagai kawasan dengan pengembangan ekonomi yang


merata (equitable economic development) dengan elemen
pengembangan usaha kecil dan menengah, dan prakarsa
integrasi ASEAN untuk negara-negara CMLV (Cambodia,
Myanmar, Laos, dan Vietnam); dan

ASEAN sebagai kawasan yang terintegrasi secara penuh dengan


perekonomian global (integration into the global economy)
dengan elemen pendekatan yang koheren dalam hubungan

TANTANGAN TENAGA KERJA


INDONESIA
Ada beberapa faktor yang di anggap sebagai kendala
Indonesia untuk menyambut MEA 2015:

Sumber Daya Manusia (SDM) yang belum siap.

Iklim investasi kurang kondusif

MEA telah resmi diberlakukan 31 Desember 2015,


akan tetapi belum ada persiapan memadai yang
dilakukan pemerintah.

Minimnya sosialisasi, sehingga sedikit masyarakat


yang melakukan persiapan

Lonjakan inflasi akibat naiknya harga BBM dan


meningkatnya BI Rate yang menyebabkan para
pengusaha kesulitan dalam mengakses modal
pengembangan usaha.

Di Negara lain, Indonesia dikenal sebagai produsen


Tenaga Kerja Tak Terdidik. Tenaga Kerja Indonesia (TKI)
yang bekerja di luar negeri rata-rata hanya bekerja
sebagai tenaga kerja kasar dilapangan usaha dan bagi
Tenaga Kerja Wanita (TKW) kebanyakan bekerja sebagai
asisten rumah tangga dan baby sitter.
Tidak hanya diluar negeri, dalam negeri pun tenaga kerja
kita juga hanya numpang bekerja pada perusahaan asing
dan hanya bias memenuhi kualifikasi paling rendah dalam
struktur organisasi perusahaan-perusahaan multinasional.
Hal ini dikarenakan dari sisi pendidikan dan produktifitas
Indonesia masih kalah bersaing dengan tenaga kerja yang
berasal dari Malaysia, Singapura, dan Thailand serta
fondasi industri yang bagi Indonesia sendiri membuat
Indonesia berada pada tingkat keempat di ASEAN.

Menyambut era MEA 2015, siap tidak siap, Indonesia


harus siap dalam menghadapi arus bebas tenaga kerja
terampil dari negara-negara Asean.

Dengan adanya pergerakan bebas dari tenaga kerja


terampil Asean, maka akan menjadi tantangan tersendiri
bagi pekerja Indonesia dalam bersaing ditingkat Asean.

Tantangan tersebut merupakan poin penting dalam era


MEA 2015 mendatang karena perusahaan pasti
menginginkan pekerja yang tepat dalam menempati
posisi penting dalam suatu perusahaan.

Tantangan lain yang akan dihadapi yaitu bagaimana


menjaga profesionalitas dalam bekerja diluar negeri
serta dalam penguasaan bahasa asing harus lebih
ditingkatkan lagi, sehingga dapat lebih kompetitif dalam
bersaing di wilayah ASEAN.

Kualitas tenaga terampil menjadi tantangan selanjutnya


dalam menyambutera MEA 2015 mendatang, karena menurut
Laporan Bank Dunia, (2013), terjadi kesenjangan besar dalam
kualitas tenaga terampil di Indonesia.

Disebutkan kesenjangan terbesar adalah penggunaan bahasa


asing 44%, penggunaan komputer 36%, ketrampilan perilaku
30%, ketrampilan berpikir kritis 33% dan ketrampilan dasar
30%. Hal yang lebih mengenaskan lagi adalah ketimpangan
jumlah pekerja di Indonesia dimana hanya 7% saja yang
mengenyam pendidikan tinggi.

Menurut data BPS jumlah angkatan kerja Indonesia per


Februari 2016 telah mencapai 125,3 juta orang yang di
dominasi oleh lulusan SD sebanyak 55,31 juta (44,14%), SLTP
(16,81%), SLTA (15,00%), SMK (8,71%), Diploma (2,49%) dan
Sarjana (8,85%). jika menilik dari data tersebut, ketika MEA
diberlakukan, maka dikhawatirkan Indonesia akan menjadi
tujuan atau bombardir dari tenaga kerja asing

Masih sedikit masyarakat Indonesia


sebagai tenaga ahli, dengan kualitas SDM
sebagian besar dianggap belum mumpuni
untuk
mengisi
posisi
vital
sebuah
perusahaan asing merupakan masalah
yang serius.
Sebagai Negara dengan penduduk paling
besar,
seharusnya
Indonesia
dapat
memanfaatkannya. Apabila Indonesia dapat
membaca peluang ini, maka bias dijadikan
batu loncatan untuk pasar bebas yang lebih
luas.

MEA SEBAGAI PELUANG UNTUK


TENAGA KERJA INDONESIA

Terdapat kesempatan yang sangat besar bagi


para pencari kerja karena dapat banyak
tersedia lapangan kerja dengan berbagai
kebutuhan akan keahlian yang beraneka
ragam.
Akses untuk pergi keluar negeri dalam rangka
mencari pekerjaan menjadi
lebih mudah
bahkan bisa jadi tanpa ada hambatan tertentu.
MEA juga menjadi kesempatan yang bagus bagi
para wirausahawan untuk mencari pekerja
terbaik sesuai dengan kriteria yang diinginkan.

PERMASALAHAN YANG ADA DARI


SISI TENAGA KERJA
Kualitas yang rendah

Tingkat pendidikan dan keahlian yang belum memadai

Dari data yang dilansir Tempo, jumlah tenaga kerja Indonesia pada
Februari 2014 sebesar 125,3 juta orang dengan jumlah pekerja 11,2
orang.

Namun, ini tidak dapat diimbangi dengan kualitas pendidikan yang


dimiliki oleh pekerjanya. Mayoritas tenaga kerja Indonesia masih
berpendidikan sekolah dasar dan lebih banyak bekerja di sektor informal.

Dengan hadirnya ajang MEA ini, Indonesia memiliki peluang untuk


memanfaatkan keunggulan skala ekonomi dalam negeri sebagai basis
memperoleh keuntungan.

Indonesia masih memiliki banyak tantangan dan risiko-risiko yang akan


muncul bila MEA telah diimplementasikan.
Oleh karena itu, para risk professional diharapkan dapat lebih peka
terhadap fluktuasi yang akan terjadi agar dapat mengantisipasi risiko-risiko
yang muncul dengan tepat. Selain itu, kolaborasi yang apik antara otoritas
negara dan para pelaku usaha diperlukan, infrastrukur baik secara fisik dan
sosial(hukum dan kebijakan) perlu dibenahi, serta perlu adanya peningkatan
kemampuan serta daya saing tenaga kerja dan perusahaan di Indonesia.
Jangan sampai Indonesia hanya menjadi penonton di negara sendiri di tahun

APA YANG HARUS DIPERSIAPKAN OLEH


TENAGA KERJA UNTUK BERSAING DI MEA

Memiliki skills dan kemampuan


Mentalitas
Kompetisi
Kolaborasi
Kapasitas
Evaluasi

PERAN PEMERINTAH DALAM


MENGAHADAPI MEA
Langkah-langkah yang telah dilakukan oleh
Indonesia berdasarkan rencana strategis
pemerintah untuk menghadapi MEA / AEC:
Penguatan Daya Saing Ekonomi
Program ACI (Aku Cinta Indonesia)
Penguatan Sektor UMKM
Perbaikan Infrastruktur
Peningkatan
Kualitas
Sumber
Daya
Manusia (SDM)
Reformasi Kelembagaan dan Pemerintahan

PENUTUP

Kebijakan ini ditujukan untuk melindungi pekerja dalam negeri atau


tenaga kerja lokal di Indonesia untuk menghadapi MEA. Namun, hal
tersebut hanya ditujukan oleh para pekerja saja karena ditakutkan
investor asing merasa dibatasi pergerakannya untuk meningkatkan
perekonomian di Indonesia menyebabkan semunya pergerakan
investor asing sehingga banyak tenaga kerja yang akhirnya
kehilangan mata pencaharian mereka.

Dengan demikian, alangkah baiknya pemerintah sebagai eksekutor


kebijakan melakukan penguatan tenaga kerja dari aspek dalam dan
luar sehingga harga diri tenaga kerja yang merupakan pencerminan
dari bangsa dan negara ini tetap terjaga. Seperti halnya BPJS
Ketenagakerjaan yang mempunyai program yang mengcover para
tenaga kerja di Indonesia, pemerintah Joko Widodo diharapkan
membentuk sebuah solusi juga dalam masalah menghadapi MEA agar
tenaga kerja Indonesia mempunyai skill atau keterampilan yang
mumpuni untuk siap bersaing dengan para pekerja asing baik di
dalam maupun di luar Indonesia saat MEA dimulai.

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai