Anda di halaman 1dari 14

GUBERNUR SUMATERA BARAT

PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT


NOMOR :73 TAHUN 2012

TENTANG

PETUNJUK PELAKSANAAN PENDIDIKAN KARAKTER


PADA SEKOLAH/MADRASAH DI SUMATERA BARAT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR SUMATERA BARAT,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka mengembangkan potensi peserta didik


secara optimal sehingga melahirkan manusia yang berkualitas
iman dan takwa, ilmu,amal dan akhlak mulia, perlu membentuk
sikap mental dan daya saing yang tinggi bagi peserta didik
sehingga dibutuhkan penyelenggaraan kebijakan pendidikan
yang bermuatan karakter di sekolah/madrasah;
b. bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 3 Undang-Undang Nomor
20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional: “Pendidikan
nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab”;
c. bahwaberdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam
huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Gubernur
tentang Penyelenggaraan Pendidikan Karakter pada
Sekolah/Madrasah di Propinsi Sumatera Barat;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 61 Tahun 1958 tentang Penetapan


Undang-Undang Darurat Nomor 19 Tahun 1957 tentang
Pembentukan Daerah-Daerah Swantara Tingkat I Sumatera
Barat, Jambi dan Riau sebagai Undang-Undang (Lembaran
Negara Republik Indonesia tahun 1958 Nomor 112 Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia nomor 16461)
2. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4301);
3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 125,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang
Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 20004
tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran NegaraRepublik
Indonesia Tahun 2008, Nomor 59, Tambahan Lembaran
Negara Republik IndonesiaNomor 4844);
4. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005
Nomor 157, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
4438);
5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan
Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 12, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5038);
6. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5234);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2005 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4496);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah,
Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah
Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4737);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2007 tentang Tata cara
Pelaksanaan Kerja sama Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 112, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4761);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2008 tentang wajib
belajar (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 90, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4863);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 194,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4941);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang
Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan, sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Pemerintah nomor 66 tahun
2010;
13. Peraturan Presiden Nomor 5 tahun 2007 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun
2010–2014,
14. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006
tentang Standar Kompetensi Lulusan;
15. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2006
tentang Pelaksanaan Standar Isi dan Standar Kompetensi
Lulusan;
16. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia
Nomor 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan
17. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia
Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses
18. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 50 Tahun 2007
tentang Standar Pengelolaan Pendidikan oleh Pemerintah
Daerah;
19. Peraturan Daerah Propinsi Sumatera Barat Nomor 13 Tahun
2008 tentang Urusan Pemerintahan yang menjadi Kewenangan
Pemerintah Daerah Propinsi Sumatera Barat;
20. Peraturan Daerah Propinsi Sumatera Barat Nomor 2 Tahun
2009 tentang Penyelenggaraa Pendidikan;
21. Peraturan Propinsi Sumatera Barat Nomor 5 Tahun Tentang
RPJM Sumatera Barat 2010 – 2015.

MEMUTUSKAN

Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR TENTANG PETUNJUK


PELAKSANAAN PENDIDIKAN KARAKTER DI
SEKOLAH/MADRASAH.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam Peraturan Gubernur ini yang dimaksud dengan:
1. Pendidikan adalah proses perubahan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai
agama, budaya bangsa dan lokal serta pengembangan potensi peserta didik
secara optimal.
2. Karakter adalah akhlak mulia, watak, tabiat atau kepribadian seseorang yang
terbentuk dari hasil internalisasi berbagai proses pendidika dan kebijakan yang
diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berfikir, bersikap,
dan berperilaku yang baik.
3. Pendidikan karakter adalah pendidikan manusia seutuhnya untuk menciptakan
insan kamil dan pendidikan yang meliputi rohaniah dan jasmaniah dalam ranah
kognitif dan psikomotor yang menekankan pada ranah afektif.
4. Nilai-nilai adalah sistim nilai yang diyakini berdasarkan pada nilai-nilai yang
berlaku secara nasional bersumber pada Pancasila yang berakar pada nilai-nilai
agama,nilai-nilai budaya bangsa dan budaya lokal (Adat Basandi Syara’, Syara’
Basandi Kitabullah/ABS-SBK).
5. Pendidikan nilai adalah proses pendidikan dalam menanamkan nilai-nilai agama,
budaya bangsa, dan budaya lokal (ABS-SBK) yang berkaitan dengan akhlak
mulia, budi pekerti, moral,watak yang bertujuan mengembangkan kemampuan
peserta didik agar berpikir, bersikap, dan bertingkah laku yang baik, sopan,
santun, jujur dan bertanggungjawab dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh
hati.
6. Pembelajaran adalah proses interaksi edukatif antara peserta didik dengan
pendidik dengan menggunakan media pembelajaran.
7. Pengembangan diri adalah adalah kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran
sebagai bagian integral dari kurikulum sekolah/madrasah yang bertujuan
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan
mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, minat dan kondisi
sekolah/madrasah.
8. Kultur sekolah/madrasahadalah suasana yang terjadi di sekolah/madrasah yang
meliputi keyakinan akan nilai-nilai, harapan, perilaku dan motivasi yang
mempengaruhi cara berpikir, bertindak dan bersikap warga sekolah/madrasah.

BAB II
TUJUAN, SASARAN DAN RUANG LINGKUP

Pasal 2
Tujuan pendidikan karakter adalah:
1. Membentuk perilaku peserta didik yang memiliki: pengetahuan, keterampilan, sikap
serta perilaku yang berakhlak mulia dan memiliki daya saing dalam menghadapi
era globalisasi.
2. mengembangkanpotensi peserta didik secara optimal, agar “berhati baik, berpikiran
baik dan berakhlak mulia”.
3. membangunpeserta didik memiliki karakter yang berdasarkan pada nilai-nilai
agama, budaya bangsa dan budaya lokal (ABS-SBK).
4. mengembangkanpotensi peserta didik agar memiliki: mandiri, jujur, santun, sabar,
toleransi, bertanggung jawab dan bangga pada bangsa dan negara Republik
Indonesia serta bertoleransi dan mencintai umat manusia.
Pasal 3
Sasaran pendidikan karakter meliputi:
1. peserta didik yaitu anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi
diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis
pendidikan tertentu.
2. pendidik yaitu tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen,
konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain
yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan
pendidikan.
3. tenaga kependidikan yaitu anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan
diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan, meliputi: pengawas,
kepala sekolah (pengelola satuan pendidikan), penilik, pamong belajar, peneliti,
pengembang, pustakawan, laboran, dan teknisi sumber belajar.

Pasal 4
Ruang lingkup pendidikan karakter di sekolah/madrasah yaitu pendidikan nilai-nilai
yang meliputi:
a. nilai-nilai agama;
b. nilai-nilai budaya bangsa, dan
c. nilai-nilai budaya lokal (Adat Basandi Syara’, Syara’ Basandi Kitabullah).

BAB III
PENDIDIKAN KARAKTER
Bagian Kesatu
Umum

Pasal 5
(1) Pendidikan karakter harus dilaksanakan oleh semua peserta didik, pendidik dan
tenaga kependidikan pada setiap sekolah/madrasah.
(2) Pendidikan karakter sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan pada
sekolah/madrasah yang menerapkan pembelajaran dalam bentuk:
a. double shift, yaitu penyelenggaraan program sekolah/madrasah Proses Belajar
Mengajar (PBM) dan pendidikan karakter di sekolah dilaksanakan dua shift
dengan peserta didik yang berbeda antara shift pertama dengan shift kedua,
misalnya: shift pertama dimulai pukul 7.30 s.d 12.15, dan shift kedua dimulai
dari pukul 12.45 s.d 17.30.
b. reguler, yaitu penyelenggaraan program sekolah/madrasah Proses Belajar
Mengajar (PBM) dan pendidikan karakter di sekolah dilaksanakan satu shift,
misalnya pembelajaran dimulai dari pukul 7.30 s.d 14.00,
c. full day, yaitu penyelenggaraan program sekolah/madrasah Proses Belajar
Mengajar (PBM) dan pendidikan karakter di sekolah dilaksanakan sampai
waktu Ashar, misalnya pembelajaran dimulai dari pukul 7.30 s.d 16.00,dan
d. boarding, yaitu penyelenggaraan program sekolah/madrasah Proses Belajar
Mengajar (PBM) dan pendidikan karakter di sekolah dilaksanakan berasrama,
misalnya pembelajaran dimulai dari waktu shubuh hingga malam.

Bagian Kedua
Nilai-nilai Pendidikan Karakter
Pasal 6
(1) Nilai-nilai pendidikan karakter yang dikembangkan pada sekolah/madrasah
meliputi:
a. nilai-nilai agama;
b. nilai-nilai budaya bangsa, dan
c. nilai-nilai budaya lokal (Adat Basandi Syara’, Syara’ Basandi Kitabullah).
(2) Nilai-nilai pendidikan karakter sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagai
berikut:
Nilai Karakter
No
Budaya Bangsa Agama Budaya Lokal
1 Religius Iman ABS – SBK (Adat Basandi Syara’, Syara’
Islam Basandi Kitabullah, Syara’ Mangato Adat
Ihsan Mamakai)
Taqwa
2 Jujur Shiddiq (benar) Nan bana ditagakan
3 Toleransi Tasamuh (toleransi) Lamak diawak katuju diurang, awak
mandapek urang indak ka hilangan,
baso elok budi katuju
4 Disiplin Taat dan Alua jo patuik, patuik jo mungkin
Istiqamah (konsiten
dan komitmen)
5 Kerja Keras Mujahadah Nak kayo kuek mancari, nak pandai kuek
(bersungguh- baraja, nak mulia tapek-i janji, nak labo
sungguh) namuah barugi
6 Kreatif Tajdid - Ndak rotan aka pun jadi
(pembaharuan) - Kok duduak marawuik ranjau, kok
tagak maninjau jarak, sambia
Nilai Karakter
No
Budaya Bangsa Agama Budaya Lokal
badiang0020nasi masak sambia
manyalam minum aie.
7 Mandiri Nafsiyah (jati diri) Indak maangok kalua badan
8 Demokratis Musyawarah - Duduak basamo balapang-lapang,
duduak sorang basampik-sampik
- Saciok bak ayam sadanciang bak basi,
ka bukik samo mandaki ka lurah samo
manurun
9 Rasa Ingin Tahu Himmah (keinginan) Alam takambang jadi guru
10 Semangat Syu’ubiyah Suku ndak dapek diasak, gala ndak
Kebangsaan (kebangsaan) dapek dialiah, kampuang ndak dapek
dituka.
11 Cinta Tanah Air Baldatun - Tagak kampuang mamaga kampuang,
thayyibatun wa tagak nagari mamaga nagari
rabbun ghafur - Hujan ameh di nagari urang, hujan
(negeri yang batu di nagari awak, namun kampuang
makmur dalam takana juo
pemiliharaan dan
ampunan Allah)
12 Menghargai Fastabiqul Khairat Kok manang jan manapuak dado, kok
Prestasi (berkompetisi dalam kalah jan manyasa.
kebaikan)
13 Bersahabat/ Ukhuwwah Nan tuo dihormati, nan ketek disayangi,
Komuniktif (persaudaraan) samo gadang dibawo baiyo
14 Cinta Damai Mahabbah - Kaluak paku kacang balimbiang
(cinta) tampuruang lenggang-lenggangkan
dibao nak urang ka Saruaso, anak
dipangku kamanakan dibimbiang urang
kampuang dipatenggangkan, jago
nagari jan binaso.
- Raso dibawok naiak, pareso dibawok
turun.
15 Gemar Membaca Tadarrus (membaca Di baliak tatulih ado nan tak tatulih, Alam
tersurat) takambang jadi guru, bumi tabantang
Tadabbur (membaca tampek diam
tersirat)
16 Peduli Ishlah (melestarikan, jago nagari jan binaso, jago kampuang
Lingkungan tidak merusak) jan tinggakan.
17 Peduli Sosial Ta’awun (tolong- Kaba baiak baimbauan, kaba buruak
menolong) bahambauan
18 Tanggung-jawab Amanah (dapat - Tangan mancancang bahu mamikue
dipercaya) - Barani karano bana takuik karano
salah;

Bagian Ketiga
Pendekatan Pendidikan Karakter

Pasal 7
Pendekatan pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah/madrasah dilakukan dengan
cara:
1. diskusi/dialog/mujadalah,
2. pembiasaan yang baik,
3. keteladanan,
4. komitmen,
5. persuasif dan edukatif,
6. mandiri,
7. tidakan tegas yang mendidik, dan
8. pendekatan kalbu (qalbiyah).

BAB IV
PELAKSANAAN PENDIDIKAN KARAKTER
Bagian Kesatu
Strategi Pendidikan Karakter

Pasal 8
Strategi pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah/madrasah dilakukan
dengan cara-cara sebagai berikut:
a. integrasi nilai-nilai karakter dalam proses pembelajaran
b. kegiatan pengembangan diri (layanan bimbingan konseling, bimbingan
kelompok kecil dan kegiatan ekstrakurikuler)
c. pengembangan budaya sekolah/madrasah.

Paragraf 1
Integrasi dalam Proses Pembelajaran

Pasal 9
Integrasi nilai-nilai karakter dalam proses pembelajaran sebagaimana dimaksud dalam
pasa 8 huruf a dilakukan melalui:
a. Perencanaan yang meliputi pengintegrasian nilai-nilai karakter yang relevan
dengan materi pembelajaran dalam Silabus, RPP (Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran), dan Bahan Ajar.
b. Menerapkan nilai-nilai karakter dalam proses pembelajaran melalui langkah-
langkah pembelajaran, yang meliputi:
a. Pendahuluan;
b. kegiatan inti (eksplorasi, elobarosi dan konfirmasi); dan
c. penutup.
d. Menintegrasikan ayat-ayat al-Qur’an, atau ajaran kitab sesuai dengan agama yang
dianut peserta didik, pada setiap materi dalam pembelajaran.

Paragraf 2
Pengemban Diri

Pasal 10
Pelaksanaan pendidikan karakter melalui pengembangan diri sebagaimana dimaksud
dalam pasal 8 huruf b dilakukan melalui:
a. layanan konseling;
b. pada bimbingan kelompok kecil; dan
c. pada kegiatan ekstrakurikuler

Pasal 11
Layanan konseling sebagaimana maksud dalam pasa 11 huruf a yaitu internalisasi
nilai-nilai karakter pada:
a. bimbingan pribadi;
a. sosial;
b. belajar;
c. karir; dan
d. kehidupandalam keluarga.

Pasal12
Kegiatan bimbingan kelompok kecil sebagaimana dimaksud dalam pasa 11 huruf b
yaitu semua siswa dalam beberapa kelompok kecil yang dibimbing oleh guru setiap
minggu sebagaimana yang diatur oleh sekolah/madrasah.

Pasal 13
Kegiatan ekstrakurikuler sebagaimana yang dimaksud dalam pasa 11 huruf c yaitu
menanamkan nilai-nilai karakter agama, budaya bangsa dan budaya lokal (ABS-SBK),
dapat menerapkan tiga bentuk kegiatan utama, yaitu kegiatan yang mengandung nilai-
nilai kebangsaan (pramuka, Pendidikan Baris Berbaris [PBB], Unit Kesehatan Sekolah
[UKS], Palang Merah Remaja [PMR], Karya Ilmiah Remaja [KIR], Olimpiade Sain
Nasional [OSN], olah raga, dan seni), agama (Tahfizh al-Qur’an, Tilawah al-Qur’an,
Sahr al-Qur’an, Praktik Ibadah, Pelatihan Khutbah Jumat, Kaligrafi, Nasyd,
Muhadharah, ROHIS, dan Forum an-Nisa’), dan budaya lokal (Randai, Silek, Pidato
Adaik, Keterampilan Tradisi Minangkabau [KTM], Tari Minang, Kuliner Minang, Dikia,
Salawaik Dulang).

Paragraf 3
Pengembangan Budaya Sekolah/Madrasah
Pasal 14
Pengemangan pendidikan karakter di sekolah/madrasah, sebagaimana yang dimaksud
pada pasal 6 dilakukan dalam pembentukan budaya sekolah/madrasah yaitu sebagai
berikut:
a. Membuat peraturan yang kondusif untuk menerapkan pendidikan karakter,
b. Keterlibatan semua warga sekolah dalam pembelajaran yang berkarakter,
c. Keterlibatan semua warga sekolah dalam perawatan, pemanfaatan, pemeliharaan
sarana dan prasarana pembelajaran serta lingkungan sekolah
d. Dimulai dari diri sendiri, dimulai dari yang mudah,
e. Penanaman budaya bersih dan nyaman,
f. Sekolah bebas asap rokok dan penyakit masyarakat, dan
g. Penanaman prilaku 5 S (salam, senyum, sapa, sopan, santun), saling hormat dan
kebersamaan.

Bagian Kedua
Tanggung Jawab

Pasal 15
Kepala dinas pendidikan propinsi dan kepala dinas pendidikan kabupaten/kota,Kepala
Kantor Wilayah Kementerian Agama dan Kepala Kantor Kementerian Agama beserta
jajarannya bertanggung jawab untuk merencanakan, memantau dan mengevaluasi
pelaksanaan pendidikan karakter di wilayah kerjanya.

Pasal 16
Kepala sekolah beserta pendidik dan tenaga kependidikan (pengawas sekolah, kepala
sekolah (pengelola satuan pendidikan), pustakawan, laboran, teknisi sumber belajar,
pegawai tata usaha, penjaga sekolah, dan staf keamanan) merencanakan,
melaksanakan, mengevaluasi dan memberi tauladan dalam pelaksanaan pendidikan
karakter di sekolah/madrasah masing-masing.

Pasal 17
Komite sekolah/madrasah (guru, orang tua/wali peserta didik, alumni, dan masyarakat)
bertanggungjawab untuk merencanakan, mendukung pelaksanaan dan menilai
program sekolah/madrasah tentang implementasi pendidikan karakter, pada
sekolah/madrasah masing-masing.

Bagian Ketiga
Penilaian
Pasal 18
Penilaian pelaksanaan pendidikan karater di sekolah/madrasah dilakukan dalam
bentuk:
a. sistem penilaian memisahkan antara hasil belajar kognitif dan/atau psikomotor
dengan nilai-nilai afektif (karakter).
b. sistem penilaian mengintegrasikan antara nilai kognitif dengan nilai afektif
(karakter) oleh setiap guru mata pelajaran.

Pasal 19
(1) Untuk menerapkan nila-nilai karakter di sekolah/madrasah, sebagaimana dimaksud
dalam pasal 6 ayat (2) dikembangkan dengan nilai-nilai karakter yang relevan
dengan kondisi dan kebutuhan sekolah/madrasah,
(2) Penerapan nilai-nilai karakter sebagaimana dimaksud dalam pasal (18)
diharapkan dipertahankan dan dikembangkan setiap semester, dengan skala
prioritas dan dievaluasi pelaksanaannya secara terus-menerus,
(3) Penerapan nilai-nilai karakter sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 ayat (2)
melalui setiap guru sebagai pembimbing pendidikan karakter sekaligus mengamati
perkembangan perilaku peserta didik yang dilandasi dengan nilai-nilai karakter
agama, budaya bangsa dan budaya lokal (ABS-SBK),
(4) Evaluasi keberhasilan dinilai melalui pengamatan perilaku peserta didik di
sekolah, di rumah dan di masyarakat, dalam bentuk kualitatif:
a. (K) = Kurang/artinya perilaku Belum Terlihat (BT)
b. (C) = Cukup/artinya perilaku Mulai Terlihat (MT)
c. (B) = Baik/artinya perilaku Mulai Berkembang (MK)
d. (AB) = Amat Baik/artinya perilaku Mulai Membudaya (MB)

BAB V
PEMBINAAN, PENGAWASAN DAN PELAPORAN

Pasal 20
Pembinaan pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah/madrasah dilakukan secara
berkelanjutan oleh:
a. Gubernur, melalui dinas pendidikan propinsi Sumatera Barat, dan Bupati/wali kota,
dalam hal ini dinas pendiidkan kabupaten/kota, dapat melakukan pembinaan
melalui program-program yang relevan.
b. Kantor Wilayah Kementerian Agama Propinsi Sumatera Barat dan Kementerian
Agama kabupaten/kota dapat membina sekolah/madrasah melalui program-
program yang relevan.
c. Semua unsur pemerintah, sekolah/madrasah, dan masyarakat membina peserta
didik melalui keteladanan.
d. Pimpinan sekolah/madrasah, pendidik dan tenaga kependidikan melakukan
pembinaan terhadap peserta didik yang berkarakter dengan keteladanan dan
program-program yang relevan.

Pasal 21
Pengawasan pelaksanaan pendidikan karakter dapat dilakukan secara periodik melalui
program dinas pendidikan kabupaten/kota melalui pengawas kabupaten/kota dan
propinsi, serta pengawas Kanwil Kementerian Agama.

Pasal 22
(1) Pelaporan pelaksanaan pendidikan karakter dilakukan oleh sekolah/madrasah
kepada dinas pendidikan kabupaten/kota secara berkala.
(2) Dinas pendidikan kabupaten/kota membuat laporan kepada Bupati/walikota dan
dinas pendidikan propinsi untuk dilanjutkan ke Gubernur.
BAB VI
KETENTUN PENUTUP
Pasal 23

Peraturan gubernur ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.


Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan
Gubernur ini dengan penetapannya dalam Berita Daerah Provinsi Sumatera Barat.

Ditetapkan diPadang
Pada tanggal 14 September 2012
GUBERNUR SUMATERA BARAT

IRWAN PRAYITNO
Diundangkan di Padang
pada tanggal : 14 September 2012
SEKRETARIS DAERAH,

ALI ASMAR

BERITA DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT


TAHUN 2012NOMOR 73

Anda mungkin juga menyukai