Solehan Arif[1]
Abstrak: Setiap kegiatan pada satuan pendidikan dikelola atas dasar Rencana Kerja Sekolah (RKS) yang
merupakan penjabaran rinci dari Rencana Kerja Jangka Menengah (RKJM) satuan pendidikan yang
meliputi masa empat tahun sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 2013 tentang Standar
Nasional Pendidikan. Pada hakikatnya Rencana Kerja Sekolah merupakan rencana kerja jangka
menengah yang menggambarkan tujuan yang akan dicapai dalam kurun waktu empat tahun, yang
berkaitan dengan mutu lulusan yang ingin dicapai dan perbaikan komponen yang mendukung
peningkatan mutu lulusan. Rencana kerja sekolah adalah sebagai kerangka acuan dalam
mengembangkan sekolah, dasar untuk memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan pengembangan
sekolah, serta bahan acuan untuk mengajukan sumber daya pendidikan yang diperlukan dalam
pengembangan sekolah.
Pendahuluan
Manajemen atau pengelolaan merupakan komponen integral dan tidak dapat dipisahkan dari proses
pendidikan secara keseluruhan. Alasannya tanpa manajemen tidak mungkin tujuan pendidikan dapat
diwujudkan secara optimal, efektif, dan efisien. Konsep tersebut berlaku di sekolah yang memerlukan
manajemen yang efektif dan efisien.[2] Dalam kerangka inilah tumbuh kesadaran akan pentingnya
manajemen berbasis sekolah, yang memberikan otonomi (kewenangan dan tanggung jawab) lebih besar
kepada sekolah, memberikan fleksibelitas/keluwesan lebih besar kepada sekolah untuk mengelola
sumber daya sekolah, dan mendorong sekolah meningkatkan partisipasi warga sekolah dan masyarakat
untuk memenuhi kebutuhan mutu sekolah dalam kerangka pendidikan nasional.[3]
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2013 tentang Standar Nasional Pendidikan
mengamanatkan bahwa setiap satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah wajib
memenuhi Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang meliputi standar isi, standar proses, standar
kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar
pengelolaan pendidikan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan.
Standar pengelolaan pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan
perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan,
kabupaten/kota, provinsi, atau nasional agar tercapai efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan
pendidikan.[4] Jika digambarkan dalam siklus, perencanaan merupakan langkah pertama dari
keseluruhan proses manajemen tersebut. Perencanaan dapat dikatakan mempunyai fungsi terpenting di
antara fungsi-fungsi manajemen lainnya. Apapun yang dilakukan berikutnya dalam proses manajemen
bermula dari perencanaan. Perencanaan pada intinya merupakan upaya penentuan ke mana sebuah
organisasi akan menuju pada masa depan dan bagaimana bisa sampai pada tujuan tersebut.[5] Hal ini
menyebabkan setiap satuan pendidikan harus memiliki rencana kerja yang jelas dan terperinci untuk
melaksanakan semua kegiatan sekolah agar lebih terarah.
Setiap kegiatan pada satuan pendidikan dikelola atas dasar Rencana Kerja Sekolah (RKS) yang
merupakan penjabaran rinci dari Rencana Kerja Jangka Menengah (RKJM) satuan pendidikan yang
meliputi masa empat tahun sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 2013 tentang Standar
Nasional Pendidikan. Oleh karenanya satuan pendidikan wajib menyusun Rencana Kerja Jangka
Menengah yang selanjutnya disebut Rencana Kerja Sekolah yang akan menggambarkan tujuan yang
ingin dicapai dalam kurun waktu empat tahun dan Rencana Kegiatan Anggaran Sekolah (RKAS) yang
dilaksanakan berdasarkan Rencana Kerja Sekolah.
Untuk mengetahui teknik penyusunan rencana kerja sekolah tersebut, maka dalam makalah ini
difokuskan pada dua persoalan utama, yaitu pertama bagaimana konsep dari Rencana Kerja Sekolah
yang meliputi pengertian, tujuan, manfaat, dan landasan hukum Rencana Kerja
Sekolah, Kedua,bagaimana teknik penyusunan Rencana Kerja Sekolah (rencana strategis sekolah dan
rencana kegiatan dan anggaran sekolah).
Untuk memahami pengertian Rencana Kerja Sekolah (RKS), terlebih dahulu dapat dipahami bahwa
komponen-komponen dalam manajemen meliputi, perencanaan (planning), pengorganisasian
(organizing), menggerakkan atau memimpin (actuating atau leading), dan pengendalian (controlling)
merupakan fungsi-fungsi yang harus dijalankan dalam proses manajemen.[6]Perencanaan merupakan
penentuan terlebih dahulu apa yang akan dikerjakan.[7] Sedangkan menurut Ibrahim Bafadal,
perencanaan adalah sebagai keseluruhan proses pemikiran dan penentuan semua aktivitas yang akan
dilakukan pada masa yang akan datang dalam rangka mencapai tujuan.[8] Jadi perencanaan adalah
segala sesuatu dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang sebelum melaksanakan suatu program
agar mendapatkan hasil yang sesuai dengan keinginan.
Sekolah sebagai suatu lembaga atau intitusi mempunyai satu tujuan atau lebih. Dalam rangka untuk
mencapai tujuan tersebut, perlu disusun rencana strategis dan bagaimana cara mencapai tujuan
tersebut. Cara pencapaiannya dilakukan melalui berbagai perencanaan dan program kegiatan yang
dituangkan dalam Rencana Kerja Sekolah.[9] Rencana Kerja Sekolah adalah salah satu komponen dari
perencanaan program sekolah. Rencana Kerja Sekolah menggambarkan tujuan yang akan dicapai dalam
kurun waktu tertentu sebagai dasar pengelolaan sekolah dalam mendukung peningkatan mutu
lulusan.[10] Kepala sekolah membentuk Tim kerja untuk menyusun rencana sekolah yang terdiri atas
wakil kepala sekolah, guru, guru BK/konselor, tenaga kependidikan, dan kepala sekolah sebagai ketua
merangkap anggota.
Jadi Rencana Kerja Sekolah adalah suatu dokumen yang memuat rencana program pengembangan
sekolah empat tahun ke depan dengan mempertimbangkan sumberdaya yang dimiliki menuju sekolah
yang memenuhi Standar Nasional Pendidikan yang disusun oleh kepala sekolah bersama Tim kerja yang
bertugas untuk menyusun rencana kerja sekolah tersebut.
Rencana kerja sekolah harus disusun secara komprehensif dan menggambarkan upaya sekolah dalam
mencapai Standar Nasional Pendidikan sesuai dengan potensi sekolah dan dukungan lingkungan
setempat. Oleh karena itu program kerja sekolah disusun berdasarkan hasil analisis yang mencakup:
a. Analisis 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan (Standar Isi, Standar Kompetensi Lulusan, Standar
Proses, Standar Penilaian, Standar Pengelolaan, Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Standar
Sarana Prasarana dan Standar Pembiayaan) sebagai acuan dalam penyusunan KTSP.
b. Analisis kondisi yang ada di satuan pendidikan yang meliputi peserta didik, pendidik dan tenaga
kependidikan, sarana prasarana, biaya, dan program-program.
c. Analisis peluang dan tantangan yang ada di masyarakat dan lingkungan sekitar misalnya komite
sekolah, dewan pendidikan, asosiasi, profesi, dunia industri dan dunia kerja, sumber daya alam dan
sosial budaya.[11]
Rencana Kerja Sekolah terdiri atas Rencana Kerja Jangka Menengah (RKJM) dan Rencana Kerja Tahunan.
Rencana Kerja Sekolah dituangkan dalam dokumen yang mudah dibaca oleh pihak-pihak yang terkait.
Rencana Kerja Jangka Menengah dan Tahunan sekolah disetujui rapat dewan guru setelah
memperhatikan pertimbangan dari komite sekolah[12] dan disahkan berlakunya oleh Dinas Pendidikan
kabupaten/kota. Pada sekolah swasta rencana kerja ini disahkan berlakunya oleh penyelenggara
sekolah.[13]
a. Rencana Kerja Jangka Menengah menggambarkan tujuan yang akan dicapai dalam kurun waktu
empat tahun yang berkaitan dengan mutu lulusan yang ingin dicapai dan perbaikan komponen yang
mendukung peningkatan mutu lulusan.[14]
b. Rencana Kerja Tahunan adalah rencana kerja tahunan sekolah/madrasah yang berdasar pada
rencana kerja jangka menengah (empat tahunan) yang dinyatakan dalam Rencana Kegiatan dan
Anggaran Sekolah/Madrasah (RKA-S/M) sebagai istilah lain dari Rencana Anggaran Penerimaan dan
Belanja Sekolah/Madrasah (RAPB-S/M).[15] Rencana kerja tahunan memuat ketentuan mengenai
kesiswaan, kurikulum dan kegiatan pembelajaran, pendidik dan tenaga kependidikan serta
pengembangannya, sarana dan prasarana, keuangan dan pembiayaan, budaya dan lingkungan sekolah,
peran serta masyarakat, kemitraan, dan rencana-rencana kerja lain yang mengarah kepada peningkatan
dan pengembangan mutu.[16]
a. Menjamin agar perubahan/tujuan sekolah yang telah ditetapkan dapat dicapai dengan tingkat
kepastian yang tinggi dan resiko yang kecil.
c. Menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi baik antar personil sekolah, antar sekolah,
dan Dinas Pendidikan.
f. Menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif, berkeadilan dan
berkelanjutan.[17]
Sedangkan manfaat dari rencana kerja sekolah adalah sebagai kerangka acuan dalam mengembangkan
sekolah, dan sebagai dasar untuk memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan pengembangan sekolah,
serta bahan acuan untuk mengajukan sumber daya pendidikan yang diperlukan dalam pengembangan
sekolah.
4) PP Nomor 66 Tahun 2010 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010
tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan.
5) Permendiknas RI Nomor 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan oleh Satuan
Pendidikan Dasar dan Menengah.
7) Permendiknas RI Nomor 69 Tahun 2010 tentang Standar Biaya Operasi Non Personalia.
8) Permendiknas RI Nomor 15 Tahun 2009 tentang Standar Pelayanan Minimal Pendidikan Dasar.
2. Kepala sekolah memberikan arahan teknis tentang penyusunan rencana kerja sekolah yang sekurang-
kurangnnya memuat:
f. Unsur-unsur yang terlibat dan uraian tugasnya dalam penyusunan kerja sekolah.
3. Tim kerja sekolah menyusun rencana kegiatan penyusunan rencana kerja sekolah sekurang-
kurangnya berisi kegiatan, sasaran/hasil, pelaksana, dan jadwal pelaksanaan, mencakup kegiatan:
a. Pengumpulan bahan/data dan penyusunan draf Rencana Kerja Jangka Menengah (RKJM).
4. Tim kerja sekolah mengumpulkan, mengolah data dan informasi dan menyusun draf rencana kerja
jangka menengah (RKJM), yang mencakup:
a. Pendahuluan.
b. Dasar kebijakan.
d. Analisis kondisi.
e. Program strategis.
f. Strategi pencapaian.
h. Lampiran-lampiran.
5. Kepala sekolah bersama Tim kerja, dewan guru, dan komite sekolah melakukan reviu dan revisi draf
rencana kerja sekolah jangka menengah.
6. Tim kerja melakukan finalisasi hasil revisi rencana kerja jangka menengah.
7. Kepala sekolah menandatangani hasil finalisasi rencana kerja jangka menengah menjadi rencana
strategis (renstra) sekolah.
8. Tim kerja sekolah mengidentifikasi prioritas program/kegiatan dan menyusun draf rencana kerja
tahunan (RKT) yang mencakup:
a. Pendahuluan.
b. Dasar kebijakan.
c. Tujuan/sasaran.
9. Kepala sekolah bersama Tim kerja, dewan guru, dan komite sekolah melakukan reviu dan revisi draf
RKT.
10. Tim kerja melakukan finalisasi hasil revisi rencana kerja tahunan (RKT).
11. Kepala sekolah menandatangani hasil finalisasi RKT menjadi rencana kegiatan anggaran sekolah
(RKAS).[20]
Seperti yang dijelaskan di atas, bahwa rencana kerja sekolah terdiri atas rencana kerja jangka menengah
(RKJM) dan rencana kerja tahunan (RKT). Rencana kerja jangka menengah menjadi rencana strategis
(renstra) sekolah setelah ditandatangani oleh kepala sekolah dari hasil finalisasi RKJM. Sedangkan
rencana kerja tahunan (RKT) menjadi rencana kegiatan anggaran sekolah (RKAS) setelah kepala sekolah
menandatangani hasil finalisasi dari RKT. Di bawah ini penulis menjelaskan tentang langkah-langkah
penyusunan rencana strategis (renstra) sekolah dan rencana kegiatan dan anggaran sekolah
(RKAS).
Dalam hal ini, sekolah melakukan kajian tentang faktor-faktor eksternal sekolah yang dapat
memengaruhi penyelenggaraan pendidikan diantaranya, kondisi sosial masyarakat, kondisi ekonomi
masyarakat nasional, kondisi geografis sekolah, kondisi demografis masyarakat sekitar, kondisi
keamanan lingkungan, perkembangan globalisasi, perkembangan IPTEK, dan kebijakan pemerintah
pusat dan daerah. Hasil kajian tersebut dapat dipergunakan untuk menentukan visi sekolah.[21]
Menilai situasi dan kondisi saat ini merupakan langkah yang harus dilakukan sebelum membuat
perencanaan karena gambaran objektif yang ada dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk
membuat perencanaan yang strategis yang sesuai dengan visi dan misi sekolah.[22] Penilaian ini
dimaksudkan untuk mengadakan refleksi terhadap program-program pendidikan yang dilaksanakan di
sekolah. Selain itu, langkah ini sebagai masukan dalam perencanaan yang akan datang.
Analisis ini lebih menitikberatkan pada analisis situasi pendidikan jenjang sekolah di sekitar sekolah yang
bersangkutan, khususnya pada sekolah sejenis. Unsur-unsur sekolah yang secara internal dapat dikaji
antara lain kondisi saat ini tentang PBM, guru, kepala sekolah, tenaga TU, tenaga perpustakaan, sarana
dan prasarana, media pengajaran, buku, peserta didik, kurikulum, manajemen sekolah, pembiayaan dan
sumber dana sekolah, kelulusan, sistem penilaian, peran komite sekolah, dan sebagainya.
Sekolah melakukan suatu kajian atau penelahaan cita-cita potret pendidikan yang berstandar
internasional di masa yang akan datang. Dalam analisis ini, melibatkan semuastakeholder sekolah,
khususnya mereka yang memiliki cara pandang yang visioner sehingga dapat menentukan kondisi
sekolah yang benar-benar ideal sekaligus terukur, feasible, dan rasional.[23]
Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2013 tentang Standar Nasional
Pendidikan menetapkan kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Lingkup Standar Nasional Pendidikan meliputi a) standar isi, b) standar
proses, c) standar kompetensi lulusan, d) standar pendidik dan tenaga kependidikan, e) standar sarana
dan prasarana, f) standar pengelolaan, g) standar pembiayaan, dan h) standar penilaian pendidikan.
Identifikasi tantangan nyata atau kesenjangan kondisi dilakukan berdasarkan analisis situasi, baik
internal maupun eksternal sekolah, dan analisis kondisi sekolah sekarang dan yang diharapkan masa
datang (empat tahun ke depan).[24]
Contoh:
Analisis identifikasi tantangan nyata dengan dasar pada aspek-aspek pengembangan Standar Nasional
Pendidikan.
b. Dan sebagainya
b. Dan sebagainya
b. Dan sebagainya.
b. Dan sebagainya.
Konsep visi dalam manajemen pendidikan merupakan sebuah pendekatan yang sangat strategis. Visi
suatu sekolah menjadi sangat penting untuk menentukan masa depan sekolah ke mana akan
diorientasikan.[25] Visi adalah imajinasi moral yang menggambarkan profil sekolah yang diinginkan di
masa yang akan datang. Dalam menentukan visi tersebut, sekolah harus memperhatikan perkembangan
dan tantangan masa depan sebagai sekolah internasional. Visi sekolah harus dinyatakan secara jelas.
Penentuan visi harus menggunakan bahasa yang lugas, mudah dipahami dan dilaksanakan oleh semua
pihak, serta bersifat instruktif.[26]
2) Menunjukkan keyakinan masa depan yang jauh lebih baik daripada sekarang, sesuai dengan Norma
dan harapan masyarakat daerah.
3) Mencerminkan standar keunggulan dan cita-cita yang ingin dicapai dengan SNP.
4) Mencerminkan dorongan yang kuat akan tumbuhnya inspirasi, semangat, dan komitmen warga
untuk mewujudkan sekolah yang berstandar internasional.
5) Mampu menjadi dasar dan mendorong terjadinya perubahan dan pengembangan sekolah kearah
SSN.
Misi merupakan hal-hal penting yang harus dilakukan oleh sekolah dalam upaya untuk mencapai visi.
Misi sekolah dikembangkan dari kegiatan utama lembaga dengan memerhatikan visi yang telah
ditetapkan.dalam pembuatan misi, penting untuk diperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan:
1) Misi harus mampu menggambarkan berbagai kepercayaan dan nilai-nilai yang dianut sekolah.
2) Statement misi harus berorientasi ke masa depan dan mampu menggambarkan sekolah pada masa
yang akan datang dengan berpijak pada apa yang telah ada.
4) Statement misi harus singkat dan padat tidak lebih dari dua kalimat.[28]
Setelah program dirumuskan, hal yang harus dilakukan adalah menentukan strategi apa yang harus
dijalankan untuk melaksanakan program tersebut secara efektif, efisien, jitu, dan tepat. Strategi
pencapaian merupakan teknik, cara, atau metode dalam pelaksanaan setiap program strategis yang
telah disusun.[29] Strategi yang salah dapat menyebabkan tidak tercapainya program. Misalnya, strategi
untuk pencapaian program pengembangan KTSP dimungkinkan berbeda dengan strategi untuk
mencapai standar prasarana atau fasilitas pendidikan.[30]
Berdasarkan tujuan, program, dan strategi pencapaiannya, selanjutnya dapat dirumuskan tentang apa
saja yang akan dihasilkan (sebagai output), baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif dan dalam
waktu berapa lama akan dicapai (satu tahun, dua tahun, atau lima tahun, dst). Misalnya, dalam program
pencapaian sarana dan prasarana pendidikan, apa saja bentuk hasil yang akan dicapai dalam jangka lima
tahun.
i. Menentukan rencana biaya (alokasi Dana)
Sekolah merencanakan alokasi anggaran biaya untuk kepentingan lima tahun. Rencana tersebut dapat
dirumuskan pertahun sehingga dalam jangka waktu lima tahun ke depan dapat diketahui jumlah yang
diperlukan dan dari mana sumber dana itu didapatkan. Untuk menentukan keakuratan dalam rancangan
biaya pertahunnya, rencana untuk tahun pertama dapat dipergunakan sebagai dasar dalam menentukan
biaya di tahun kedua, ketiga dan keempat.[31]
Monitoring atau evaluasi ini merupakan salah satu hal yang penting dalam rencana program strategis.
Monitoring dan evaluasi bertujuan untuk mengukur ketercapaian program-program strategis yang telah
disusun. Monitoring dan evaluasi terutama ditujukan untuk mengetahui kinerja sekolah, guru, dan
tenaga kependidikan lainnya, serta untuk mengetahui kecukupan unsur-unsur sekolah lainnya sesuai
dengan SNP. Hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain:
1) Substansi yang dimonitor dan dievaluasi antara lain kinerja guru dan karyawan, kinerja sekolah dan
sumber daya sekolah lainnya, termasuk kesiswaan.
3) Bisa membuat atau mengadobsi instrument monitoring dan evaluasi dari berbagai instrument yang
ada seperti instrument akreditasi atau lainnya yang relevan.
Rencana kegiatan dan anggaran sekolah (RKAS) merupakan rencana biaya dan pendanaan
program/kegiatan secara rinci untuk satu tahun anggaran. RKAS adalah dokumen anggaran sekolah
resmi yang disetujui kepala sekolah serta disahkan oleh Dinas Pendidikan setempat (bagi sekolah
negeri), atau penyelenggara pendidikan/yayasan (bagi sekolah swasta). Masa berlaku RKAS untuk satu
tahun ajaran yang akan datang, terdiri atas pendapatan dan belanja (pengeluaran). Pendanaan yang
dicantumkan dalam RKAS hanya mencakup pengeluaran dalam bentuk uang yang diterima dan dikelola
sekolah.
Beberapa ketentuan yang perlu diperhatikan dalam penyusunan RKAS. Ketentuan yang paling mendasar
isinya tidak boleh menyimpang dari RKS. Ketentuan lainnya dalm penyusunan RKAS yaitu:
e. Ada benang merah antara tujuan empat tahunan dan sasaran satu tahun.
d. Menentukan kesenjangan antara situasi sekolah saat ini dan yang diharapkan satu tahun kedepan.
e. Merumuskan tujuan sekolah selama satu tahun ke depan (disebut juga dengan sasaran atau tujuan
situasional satu tahun).
f. Mengidentifikasi fungsi-fungsi atau urusan-urusan sekolah untuk dikaji tingkat kesiapannya.
Tujuan:
Siap Tidak
Siap
A. Internal
Pengalaman Pengalaman
pelatihan KTSP min 3 pelatihan KTSP min 1
kali. kali.
2. Fasilitas
v
B. Eksternal
PTK.
Menyewa.
1. Rencana Kerja Sekolah adalah salah satu komponen dari perencanaan program sekolah. Rencana
kerja sekolah menggambarkan tujuan yang ingin dicapai dalam kurun waktu tertentu sebagai dasar
pengelolaan sekolah dalam mendukung peningkatan mutu lulusan.
2. Tujuan Rencana Kerja Sekolah adalah menjamin agar perubahan/tujuan sekolah yang telah
ditetapkan dapat dicapai dengan tingkat kepastian yang tinggi dan resiko yang kecil.
3. Manfaat dari rencana kerja sekolah adalah sebagai kerangka acuan dalam mengembangkan sekolah,
dasar untuk memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan pengembangan sekolah, serta bahan acuan
untuk mengajukan sumber daya pendidikan yang diperlukan dalam pengembangan sekolah.
4. Dasar hukum penyusunan rencana kerja sekolah adalah: 1) UU RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, 2) PP Nomor 32 Tahun 2013 tentang Standar Nasional Pendidikan, 3) PP
Nomor 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan, 4) PP Nomor 66 Tahun 2010 tentang Perubahan
atas Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan
Pendidikan, 5) Permendiknas RI Nomor 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan oleh
Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, 6) Permendiknas RI Nomor 63 Tahun 2009 tentang Sistem
Penjaminan Mutu Pendidikan, 7) Permendiknas RI Nomor 69 Tahun 2010 tentang Standar Biaya Operasi
Non Personalia, dan 8) Permendiknas RI Nomor 15 Tahun 2009 tentang Standar Pelayanan Minimal
Pendidikan Dasar.
5. Langkah-langkah Penyusunan Rencana Kerja Sekolah adalah: 1) Kepala sekolah membentuk dan
menugaskan Tim kerja sekolah untuk menyusun rencana kerja sekolah, 2) Kepala sekolah memberikan
arahan teknis tentang penyusunan rencana kerja sekolah, 3)Tim kerja sekolah menyusun rencana
kegiatan penyusunan rencana kerja sekolah, 4) Tim kerja sekolah mengumpulkan, mengolah data dan
informasi dan menyusun draf RKJM, 5) Kepala sekolah bersama Tim kerja, dewan guru, dan komite
sekolah melakukan reviu dan revisi draf rencana kerja sekolah jangka menengah, 6) Tim kerja melakukan
finalisasi hasil revisi rencana kerja jangka menengah, 7) Kepala sekolah menandatangani hasil finalisasi
rencana kerja jangka menengah menjadi rencana strategis (renstra) sekolah, 8) Tim kerja sekolah
mengidentifikasi prioritas program/kegiatan dan menyusun draf rencana kerja tahunan (RKT), 9) Kepala
sekolah bersama Tim kerja, dewan guru, dan komite sekolah melakukan reviu dan revisi draf RKT, 10)
Tim kerja melakukan finalisasi hasil revisi (RKT), dan 11) Kepala sekolah menandatangani hasil finalisasi
RKT menjadi (RKAS).
Daftar Pustaka
Andang. 2014. Manajemen & Kepemimpinan Kepala Sekolah: Konsep, Strategi, & Inovasi Menuju
Sekolah Efektif. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Atiqullah. 2012. Manajemen & Kepemimpinan Pendidikan Islam: Strategi Mengefektifkan Lembaga
Pendidikan Agama & Pendidikan Keagamaan.Surabaya: Pena Salsabila.
Bafadal, Ibrahim. 2012. Manajemen Peningkatan Mutu Sekolah Dasar: Dari Sentralisasi Menuju
Desentralisasi. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Direktorat Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1988. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka.
Fattah, Nanang. 2012. Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan: Dalam Konteks Penerapan MBS. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.
Hasibuan, Malayu SP. 2012. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara.
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Kepala Sekolah
(LPPKS) Indonesia. 2013. Bahan Pembelajaran Diklat Calon Kepala Sekolah: Pemyusunan Rencana Kerja
Sekolah/Madrasah.
Mutohar, Prim Masrokan. 2013. Manajemen Mutu Sekolah: Strategi Peningkatan Mutu dan Daya Saing
Lembaga Pendidikan Islam. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Prabowo, Sugeng Listyo. 2009. Implementasi Sistem Manajemen Mutu di Perguruan Tinggi. Malang:
UIN-Malang Press.
Rohiat. 2012. Manajemen Sekolah: Teori Dasar dan Praktik. Bandung: PT Refika Aditama.
[2]E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah: Konsep, Strategi, dan Implementasi (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2009), 20.
[3]Rohiat, Manajemen Sekolah: Teori Dasar dan Praktik (Bandung: PT Refika Aditama, 2012), 55.Lihat
juga E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), 36.
[4]Direktorat Pembinaan SMA, Juknis Penyusun Rencana Kerja SMA (2010), 11. Lihat juga Prim Masrokan
Mutohar, Manajemen Mutu Sekolah: Strategi Peningkatan Mutu dan Daya Saing Lembaga Pendidikan
Islam (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2013), 137-144.
[5]Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Kepala Sekolah
(LPPKS) Indonesia, Bahan Pembelajaran Diklat Calon Kepala Sekolah: Pemyusunan Rencana Kerja
Sekolah/Madrasah (2013), 14-15.
[12]Komite sekolah/madrasah adalah lembaga mandiri yang beranggotakan orang tua/wali peserta
didik, komunitas sekolah, serta tokoh masyarakat yang peduli pendidikan. Lihat Undang-Undang Nomor
20 Tahun 2003. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia komite adalah sejumlah orang yang ditunjuk
untuk melaksanakan tugas tertentu (terutama dalam hubungan pemerintahan), sedangkan sekolah
adalah bangunan atau lembaga untuk belajar dan mengajar dan memberi pelajaran. Jadi komite sekolah
adalah suatu badan yang berfungsi sebagai forum resmi untuk mengakomodasikan dan membahas hal-
hal yang menyangkut kepentingan kelembagaan sekolah.
[20]Ibid, 14-15.
[23]Ibid, 101.
[25]Andang, Manajemen & Kepemimpinan Kepala Sekolah: Konsep, Strategi, & Inovasi Menuju Sekolah
Efektif (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2014), 79.
[26]Instruktif artinya visi yang ditetapkan memberikan dorongan kepada semua komponen sekolah
untuk mewujudkannya.
[31]Ibid, 105.