Oleh :
MUH. IRFAN HATTABE
NIM. 181051401016
Dosen Pengampu
Halaman Sampul i
Halaman Pengesahan ii
Daftar Isi iii
Prakata
iv
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Pengertian Administrasi Pendidikan 1
B. Tujuan Administrasi Pendidikan 2
C. Fungsi Administrasi Pendidikan 4
D. Ruang Lingkup Administrasi Pendidikan 15
BAB II TINJAUAN ONTOLOGI ADMINISTRASI PENDIDIKAN 18
A. Pengertian Ontologi 18
B. Ontologi Administrasi Pendidikan 20
BAB III TINJAUAN EPISTEMOLOGI ADMINISTRASI PENDIDIKAN 22
A. Pengertian Epistemologi 22
B. EpistemologiAdministrasi Pendidikan 23
BAB IV TINJAUAN ETIKA ADMINISTRASI PENDIDIKAN 28
A. Pengertian Etika 28
B. Etika Administrasi Pendidikan 29
BAB III PENUTUP 32
DAFTAR PUSTAKA 33
PRAKATA
Puji dan syukur kehadirat Allah swt, atas rahmat dan hidayah-Nya
sehinggamakalah dengan judul “Membangun Administrasi Pendidikan Berbasis
Filsafat Ilmu Pengetahuan” dapat diselesaikan dengan baik oleh penulis.
Proses penyelesaian makalah ini, merupakan suatu perjuangan cukup
panjang bagi penulis. Selama proses penyusunan makalah ini, tidak sedikit
mengalami kendala yang dihadapi. Namun demikian, berkat keseriusan penulis
sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik. Penulis tidak lupa
menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang setinggi-tingginya
kepada Prof. Suparlan Suhartono, PH.D, M.ED selaku dosen pengampu mata
kuliah Filsafat Ilmu Pengetahuan atas arahan, nasihat, bimbingan dan usahanya
dalam memotivasi seluruh mahasiswa dalam mengikuti mata kuliah beliau.
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada teman-teman mahasiswa Program
Studi Administrasi Perkantoran Kelas A yang banyak memberikan masukan yang
sangat berarti dalam penyusunan makalah ini. Mudah-mudahan bantuan dan
bimbingan yang diberikan mendapat pahala dari Allah swt.
Terwujudnya makalah ini juga atas doa, dorongan, dan restu keluarga. Oleh
karena itu, penulis menghaturkan terima kasih kepada seluruh keluarga tercinta,
yang memberikan motivasi dan dukungan sampai selesainya makalah ini.
Akhirnya, penulis berharap semoga segala bantuan yang telah diberikan
oleh berbagai pihak dapat bernilai ibadah dan mendapatkan pahala dari Allah swt.
PENDAHULUAN
2. Organizing (pengorganisasian)
Pengorganisasian merupakan kegiatan dimana aktivitasnya berisi tentang
menyusun dan membentuk hubungan kerja antar pribadi ataupun kelompok,
sehingga terwujud suatu kesatuan usaha dalam menempuh tujuan yang sudah
ditetapkan.
Berikut ini beberapa pendapat para ahli mengenai apa itu pengorganisasian :
a. Koontz dkk. mengemukakan bahwa pengorganisasian adalah penetapan
sturuktur peranan internal dalam suatu lembaga yang terorganisasian
secara formal. Pengorganisasian yang efektif dapat membagi habis
(merata) dan menstrukturkan tugas-tugas ke dalam sub-sub komponen
organisasi.
b. Terry mengemukakan bahwa pengorganisasian adalah pembagian
pekerjaan yang direncanakan untuk diselesaikan oleh anggota kelompok,
penentuan hubungan-hubungan pekerjaan di antara mereka dan pemberian
lingkungan pekerjaan yang sepatutnya.
Menurut Sergiovanni, terdapat empat aspek penting ataupun empat syarat
yang harus dipertimbangkan dalam pengorganisasian, yaitu :
a. Legitimasi (Legitimacy), memberikan respon dan tuntunan eksternal, yaitu
sekolah mampu menampilkan performansi organisasi yang dapat
mayakinkan pihak-pihak terkait akan kemampuan sekolah mencapai
tujuan melakukan tindakan melalui sasaran.
b. Efisiensi (efficiency), pengakuan terhadap sekolah pada penggunaan
waktu, uang, dan sumber daya sekolah.
c. Keefektifan (effectivitness) menggambarkan ketepatan pembagian tugas,
hak, tanggung jawab, hubungan kerja bagian-bagian organisasi, dan
menentukan personnel (guru dan non guru) melaksanakan tugasnya;
d. Keunggulan (excellent) menggambarkan kemampuan organisasi dan
kepala sekolah melaksankan fungsi dan tugasnya sehingga dapat
meningkatkan harga diri dan kualitas sekolah.
3. Staffing (kepegawaian)
Fungsi yang ketiga adalah kepegawaian. Setara dengan fungsi-fungsi
sebelumnya, kepegawaian mempunyai fungsi yang sangat penting dimana
kepegawaian adalah pengisian sesuatu bidang atau unit dengan personal yang
akan melaksanakan tugas kegiatannya.
Dalam kepegawaian yang menjadi titik penekannya ialah personal itu
sendiri. aktifitasnya yang dilakukan di dalam kepegawaian antara lain :
menentukan, memilih, menempatkan, dan membimbing personnel.
Sebenarnya fungsi administrasi ini sudah dijalankan sejak penyusunan
perencanaan dan pengorganisasian. Dalam hal ini prinsip the right man in the
right place selalu diperhatikan.
Masalahnya selanjutnya yang perlu diperhatikan didalam kegiatan-kegiatan
kepegawaian ialah pemberian motivasi kepada para pegawai agar selalu giat,
kesejahteraan pegawai (jasmani maupun rohani), insentif dan penghargaan atas
jasa-jasa mereka, konduite dan bimbingan untuk dapat lebih maju, adanya
kesempatan meng-upgrade diri, masalah pemberhentian dan pension pegawai.
4. Directing (pengarahan)
Suharsimi Arikunto memberikan definisi pengarahan sebagai penjelasan,
petunjuk, serta pertimbangan dan bimbingan terhadap pra petugas yang terlibat,
baik secara struktural maupun fungsional agar pelaksanaan tugas dapat berjalan
dengan lancar.
Pengarahan (directing) merupakan pengarahan yang diberikan kepada
anggota organisasi, sehingga mereka menjadi karyawan yang berpengerahuan dan
akan bekerja efektif menuju sasaran yang telah ditetapkan organisasi. Directing
juga mencakup kegiatan yang dirancang untuk memberikan orientasi kepada
pegawai antara lain informasi tentang hubungan antar bagian, antar pribadi,
kebijaksanaan, dan tujuan organisasi. Falsafah yang dikembangkan dalam fungsi
pengarahan ini adalah suatu cara berfikir dalam menejemen yang meliputi
pengamatan, pengertian terhadap konsep dan keyakinannya untuk mengambil
tindakan. Oleh karena itu, kerja sama dalam satu tim kerja di sekolah memerlukan
proses pemantauan (monitoring) yang intesif, yaitu suatu kegiatan untuk
mengumpulkan data informasi berkaiatan dengan apa yang dilakukan dalam usaha
mengetahui seberapa jauh kegiatan pendidikan yang telah dilakukan oleh guru,
konselor, dan karyawan sekolah lainnya telah mencapai tujuannya.
Hal yang penting didalam fungsi pengarahan ialah bagaimana
kepemimpinan berperan besar untuk memotivasi dan tentu saja mengarahkan dan
mendorong kepada setiap orang yang ia pimpin untuk mencapai tujuan yang
sesuai dengan kapasitasnya.
Pengarahan-pengarahan dapat berupa :
a. Penjelasan tentang apa, mengapa dan bagaimana tugas;
b. Urutan prioritas penyelesaian;
c. Prosedur kerja;
d. Sarana dan sumber yang dapat dirnanfaatkan;
e. Pihak-pihak yang berkait dengan urusannya, baik langsung maupun tidak
langsung; dan
f. Bagaimana melakukan penilaian terhadap penyelesaian tugas tersebut.
5. Coordinating (pengkoordinasian)
Sistem koordinasi pada umumnya tidak efektif karena muncul sistem
birokrasi, dan krisis ini akan terjadi jika organisasi menjadi terlalu besar dan rumit
untuk dikelola. Akan tetapi, pada pokoknya penggoordinasian menurut The Liang
Gie (1983: 216) merupakan rangkaian aktifitas yang menghubungkan, menyatu
padukan dan menyalaraskan orang-orang dan pekerjaan.
Sedangkan Oteng Sutisna (1983: 199) merumuskan koordinasi ialah
mempersatukan sumbangan-sumbangan dari orang-orang, bahan, dan sumber-
sumber lain ke arah tercapainya maksud yang telah ditetapkan.
Koordinasi dapat diwujudkan dengan menggunakan cara-cara antara lain :
a. Konferensi atau pertemuan lengkap yang mewakili unit kerja;
b. Pertemuan berkala untuk pejabat-pejabat tertentu;
c. Pembentukan panitia gabungan jika diperlukan;
d. Pembentukan badan kooordinasi staff untuk mengkoordinir kegiatan;
e. Mewancarai bawahan untuk mengetahui hal penting yang berkaitan
dengan tugas dan tanggung jawabnya;
f. Memorandum atau instruksi berantai; dan
g. Ada dan tersedianya buku pedoman organisasi dan tata kerja.
Pengawasan yang baik adalah yang dapat memanfaatkan profesi dan karier
manusia (personnel) secara optimal yaitu :
a. Mengikutsertan mereka menentukan sasaran;
b. Menciptakan iklim ynag mendorong pengembangan diri; dan
c. Membuat mereka responsive dengan semangat yang menantang.
Untuk itu perlu ada suatu sistem penilaian yang sistematis dan tepat yang
dapat memberi gambaran seberapa singkat kualitas yang diperolah.
9. Evaluating (Penilaian)
Evaluasi sebagai fungsi administrasi pendidikan adalah aktivitas untuk
meneliti dan mengetahui sampai di mana pelaksanaan yang dilakukan di dalam
proses keseluruhan organisasi mencapai hasil sesuai dengan rencana atau program
yang telah di tetapkan dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan. Evaluasi
mengetahui berhasil atau tidaknya suatu program, diperlukan adanya penilaian
atau evaluasi. Tiap penilaian berpegang pada rencana tujuan yang hendak
dicapainya, atau dengan kata lain setiap tujuan merupakan kriteria penilaian.
Sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan, tidak didirikan orang untuk
memperoleh penghasilan, melainkan untuk memelihara dan memajukan
kebudayaan. Dengan demikian penilaiaan tentang efisiensi pendidikan bukanlah
untuk menentukan untung rugi secara finansial. Berhasil atau tidak berhasil
pendidikan harus dinilai dari sudut keuntungan –keuntungan atau kerugian
masyarakat. Secara lebih rinci maksud penilaian (evaluasi) adalah :
a. Memperoleh dasar bagi pertimbangan apakah pada akhir suatu periode
kerja, pekejaan tersebut berhasil;
b. Menjamin cara bekerja yang efektif dan efisien;
c. Memperoleh fakta-fakta tentang kesukaran-kesukaran dan untuk
menghindari situasi yang dapat merusak; dan
d. Memajukan kesanggupan para personel dalam mengembangkan
organisasi.
BAB II
BAB III
BAB IV
A. PENGERTIAN ETIKA
Etika berasal dari bahasa Yunani yaitu “Ethos” yang berarti kesediaan jiwa
akan kesusilaan. Etika adalah yang mempelajari segala soal kebaikan dan
keburukan didalam hidup manusia semuanya, teristimewa yang mengenai gerak-
gerik pikiran dan rasa yang dapat merupakan pertimbangan dan perasaan, sampai
mengenai tujuan yang dapat merupakan perbuatan.
Menurut Bertens (1977), etika adalah seperangkat nilai-nilai dan norma-
norma moral yang menjadi pegangan dari seseorang atau suatu kelompok dalam
mengatur tingkah lakunya. Sedangkan Darwin (1999) mengartikan etika adalah
prinsip-prinsip moral yang disepakati bersama oleh suatu kesatuan masyarakat,
yang menuntun perilaku individu dalam berhubungan dengan individu lain
masyarakat.
Sampailah pembahasan kita kepada sebuah pertanyaan: Apakah kegunaan
ilmu itu bagi kita? Tak dapat dipungkiri bahwa ilmu telah banyak mengubah
dunia dalam memberantas berbagai termasuk penyakit kelaparan, kemiskinan dan
berbagai wajah kehidupan yang duka. Namun apakah hal itu selalu demikian:
ilmu selalu merupakan berkat dan penyelamat bagi manusia. Seperti mempelajari
atom kita bias memanfaatkan wujud tersebut sebagai sumber energy bagi
keselamatan manusia, tetapi dipihak lain hal ini bisa juga berakibat sebaliknya,
yakni membawa manusia kepada penciptaan bom atom yang menimbulkan
malapetaka.
Jadi yang menjadi landasan dalam tataran etika adalah untuk apa
pengetahuan itu digunakan? Bagaimana hubungan penggunaan ilmiah dengan
moral etika? Bagaimana penentuan obyek yang diteliti secara moral? Bagimana
kaitan prosedur ilmiah dan metode ilmiah dengan kaidah moral?
Demikian pula etika pengembangan seni dengan kaidah moral, sehingga
ketika seni tari dangdut Inul Dartista memperlihatkan goyangnya di atas panggung
yang ditonton khalayak ramai, sejumlah ulama dan seniman menjadi berang.
Dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, penemuan nuklir
dapat menimbulkan bencana perang, penemuan detektor dapat mengembangkan
alat pengintai kenyamanan orang lain, penemuan cara-cara licik ilmuan politik
dapat menimbulkan bencana bagi suatu bangsa, dan penemuan bayi tabung dapat
menimbulkan bancana bagi terancamnya perdaban perkawinan.
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
Rizma.(http://nrisma93.blogspot.com/2014/06/politik-dan-etika-administrasi.html.
Diakses, 20 Oktober 2018)