Anda di halaman 1dari 37

MAKALAH

MEMBANGUN ADMINISTRASI PENDIDIKAN BERBASIS


FILSAFAT ILMU PNGETAHUAN

Dosen Pengampu : Prof. Suparlan Suhartono, PH.D, M.ED

Oleh :
MUH. IRFAN HATTABE
NIM. 181051401016

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2018
LEMBAR PENGESAHAN

MEMBANGUN ADMINISTRASI PENDIDIKAN BERBASIS


FILSAFAT ILMU PNGETAHUAN

Disusun dan diajukan oleh :


MUH. IRFAN HATTABE
NIM. 181051401016

Telah disetujui oleh dosen pengampu


Pada tanggal 27 Oktober 2018

Dosen Pengampu

Prof. Suparlan Suhartono, PH.D, M.ED


DAFTAR ISI

Halaman Sampul i
Halaman Pengesahan ii
Daftar Isi iii
Prakata
iv
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Pengertian Administrasi Pendidikan 1
B. Tujuan Administrasi Pendidikan 2
C. Fungsi Administrasi Pendidikan 4
D. Ruang Lingkup Administrasi Pendidikan 15
BAB II TINJAUAN ONTOLOGI ADMINISTRASI PENDIDIKAN 18
A. Pengertian Ontologi 18
B. Ontologi Administrasi Pendidikan 20
BAB III TINJAUAN EPISTEMOLOGI ADMINISTRASI PENDIDIKAN 22
A. Pengertian Epistemologi 22
B. EpistemologiAdministrasi Pendidikan 23
BAB IV TINJAUAN ETIKA ADMINISTRASI PENDIDIKAN 28
A. Pengertian Etika 28
B. Etika Administrasi Pendidikan 29
BAB III PENUTUP 32
DAFTAR PUSTAKA 33
PRAKATA

Puji dan syukur kehadirat Allah swt, atas rahmat dan hidayah-Nya
sehinggamakalah dengan judul “Membangun Administrasi Pendidikan Berbasis
Filsafat Ilmu Pengetahuan” dapat diselesaikan dengan baik oleh penulis.
Proses penyelesaian makalah ini, merupakan suatu perjuangan cukup
panjang bagi penulis. Selama proses penyusunan makalah ini, tidak sedikit
mengalami kendala yang dihadapi. Namun demikian, berkat keseriusan penulis
sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik. Penulis tidak lupa
menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang setinggi-tingginya
kepada Prof. Suparlan Suhartono, PH.D, M.ED selaku dosen pengampu mata
kuliah Filsafat Ilmu Pengetahuan atas arahan, nasihat, bimbingan dan usahanya
dalam memotivasi seluruh mahasiswa dalam mengikuti mata kuliah beliau.
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada teman-teman mahasiswa Program
Studi Administrasi Perkantoran Kelas A yang banyak memberikan masukan yang
sangat berarti dalam penyusunan makalah ini. Mudah-mudahan bantuan dan
bimbingan yang diberikan mendapat pahala dari Allah swt.
Terwujudnya makalah ini juga atas doa, dorongan, dan restu keluarga. Oleh
karena itu, penulis menghaturkan terima kasih kepada seluruh keluarga tercinta,
yang memberikan motivasi dan dukungan sampai selesainya makalah ini.
Akhirnya, penulis berharap semoga segala bantuan yang telah diberikan
oleh berbagai pihak dapat bernilai ibadah dan mendapatkan pahala dari Allah swt.

Makassar, 27 Oktober 2018


Penulis,

Muh. Irfan Hattabe


BAB I

PENDAHULUAN

A. PENGERTIAN ADMINISTRASI PENDIDIKAN


Tata usaha dalam arti luas adalah administrasi, administrasi yaitu proses
penyeluruhan yang melibatkan semua pihak yang mewujudkan cita-cita bersama,
sementara itu administrasi adalah proses kerja sama seluruh kekuatan untuk
mewujudkan sekolah yang berkualitas. Sedang kan administrasi pendidikan
adalah pembinaan, pengawasan dan pelaksanaan dari segala sesuatu yang
berhubungan dengan urusan-urusan sekolah.
Menurut Engkoswara, Administrasi Pendidikan adalah suatu ilmu. Dalam
hal ini dapat diartikan suatu ilmu yang mempelajari bagaimana menata sumber
daya pendidikan (manusia, sumber belajar, dan fasilitas) untuk mencapai tujuan
pendidikan secara optimal, dan produktif, serta bagaimana menciptakan suasana
yang baik bagi manusia yang turut serta dalam pencapaian tujuan pendidikan yang
disepakati bersama. Ditegaskan di sini bahwa pendidikan merupakan salah satu
cara untuk meningkatkan kualitas kemandirian manusia. Keberhasilan dan
kegagalan pendidikan banyak dipengaruhi oleh Administrasi atau Manajemen
Pendidikan, yang dalam hal ini berarti mengelola, mengatur, tau menata
pendidikan.
Administrasi pendidikan juga dapat diartikan sebagai berikut: (a)
administrasi pendidikan mempunyai pengertian kerja sama untuk mencapai tujuan
pendidikan. (b) Administrasi pendidikan mengandung pengertian proses untuk
mencapai tujuan pendidikan. Proses itu dimulai dari perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, pemantauan, penilaian. (c) Administrasi
pendidikan dapat dilihat dengan kerangka berpikir sistem. Sistem adalah
keseluruhan yang terdiri dari bagian itu berinteraksi dalam suatu untuk merubah
menjadi keluaran. (d) Administrsi pendidikan juga dapat dilihat dari segi
memanjemen jika administrasi dilihat dari sudut ini, perhatian tertuju pad usaha
untuk melihat apakah pemanfaatan sumber-sumber yang ada dalam mencapai
tujaun pendidikan sudah mencapai sasaran yang ditetapkan dan apakah dalam
pencapaian tujuan itu tidak terjadi pemborosan. (e) Administrasi pendidikan juga
dapat dilihat dari segi kepemimpinan. Administrasi pendidikan di lihat dari
kepemimpinan merupakan usaha untuk menjawab pertanyaan bagaimana
kemampuan administrator pendidikan itu apakah ia dapat melaksanakan tut wuri
handayani, ing madyo mangun karso, dan ing ngarso sung tulodho dalam
pencapaian tujuan pendidikan. (f) Administrasi pendididkan juga dapat dilihat dari
proses pengambilan keputusan. Kita tahu bahwa melakukan kerja sama dan
memimpin kegiatan sekelompok oranga bukanlah pekerjaan yang mudah. Setiap
kali, administrator dihadapkan kepada bermacam masalah dan ia harus
memecahkan masalah itu. (g) Administrasi pendidikan juga dapat dilihat dari segi
komunikasi. Komunikasi dapat diartikan secara sederhana sebagai usaha untuk
membuat orang lain mengerti apa yang kita maksudkan, dan kita juga mengerti
apa yang dimaksudkan orang lain itu. (h) Administrasi seringkali diartikan dalam
pengertian yang sempit yaitu kegiatan ketatausahaan yang intinya adalah kegiatan
rutin catat menyatat, mendokumentasikan kegiatan, menyelenggarakan surat
menyurat dengan segala aspeknya, serta mempersiapkan laporan. Menurut
Nasution, administrasi pendidikan adalah “proses keseluruhan semua kegiatan
bersama dalam bidang pendidikan dengan memanfaatkan semua fasilitas yang
tersedia baik personal, material maupun spiritual untuk mencapai tujuan
pendidikan”.

B. TUJUAN ADMINISTRASI PENDIDIKAN

Pada dasarnya tujuan pokok dan administrasi pendidikan adalah keinginan


untuk memanifestasikan efektifitas dan efisiensi (serta produktifitas) yang optimal
dalam penyelenggaraan tugas-tugas operasional kependidikan yang bersifat teknis
edukatif dalam rangka mencapai tujuan pendidikan di lingkungan pendidikan
formal (sekolah). Dengan kata lain bahwa tujuan kegiatan administrasi pendidikan
adalah meningkatkan efektifitas dan efisiensi penyelenggaraan kegiatan
operasional kependidikan dalam mencapai tujuan pendidikan.
Adapun tujuan pendidikan secara umum (Nasional) di Indonesia
dirumuskan dalam Bab II Pasal 4 UTJ RI. No. 2 /1989 tentang Sistem Pendidikan
Nasional :
“Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti yang
luhur, memiliki pengetahuan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani,
kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan.”

Tujuan administrasi pendidikan menurut Sondang P. Siagian adalah untuk


mencapai tujuan pendidikan secara produktif, yaitu efektif dan efisien. Ukuran
keberhasilan administrasi pendidikan adalah produktivitas pendidikan yang dapat
dilihat path produk, hasil atau efektivitas dan pada proses, suasana atau efesiensi.
Dalam pencapaian produktivitas itu diperlukan suatu proses, minimal meliputi
perilaku manusia berorganisasi. Perilaku itu dapat dinyatakan dalam bentuk
perencanaan, pelaksanaan, pengawasan atau pembinaan atas tugas kewajiban
administratif.
Apabila dikaitkan dengan tujuan pendidikan secara umum (Nasional) yang
tertuang dalam Sistem Pendidikan Nasional, maka tujuan administrasi pendidikan
adalah agar segala usaha kerjasama dalam mendayagunakan berbagai sumber baik
manusia maupun materi, dapat berjalan secara teratur, efektif dan efisien untuk
rnencapai tujuan pendidikan.
Tujuan pendidikan perlu dibicarakan di sini karena alasan sebagai berikut:
a). tujuan pendidikan merupakan jabaran dari tujuan pendidikan nasional. Oleh
karena itu, pemahaman tentang hubungan keduanya perlu dilakukan. b), tujuan
pendidikan merupakan titik berangkat administrasi pendidikan pada jenjang
sekolah, dan c), tujuan pendidikan itu juga merupakan tolak ukur keberhasilan
kegiatan administrasi pendidikan di jenjang pendidikan itu.Tujuan pendidikan itu
menjadi filsafat hidup (pandangan hidup) suatu bangsa yang melakukan aktivitas
pendidikan.
Pendidikan memuat gambaran tentang nilai-nilai yang baik, luhur, pantas,
benar, dan indah untuk kehidupan. Karena itu tujuan pendidikan memiliki dua
fungsi yaitu memberikan arah kepada segenap kegiatan pendidikan dan
merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh segenap kegiatan pendidikan.
Umumnya ada empat jenjang tujuan di dalamnya terdapat tujuan antara,
yaitu tujuan umum, tujuan instruksional, tujuan kurikuler, dan tujuan
instruksional.
1. Tujuan umum pendidikan nasional Indonesia adalah Pancasila.
2. Tujuan institusional yaitu tujuan yang menjadi tugas dari lembaga pendidikan
tertentu untuk mencapainya.
3. Tujuan kurikuler, yaitu tujuan bidang studi atau tujuan mata pelajaran.
4. Tujuan instruksional , tujuan pokok bahasan dan sub pokok bahasan disebut
tujuan instruksional, yaitu penguasaan materi pokok bahasan/sub pokok
bahasan.

C. FUNGSI ADMINISTRASI PENDIDIKAN

Administrasi pendidikan merupakan aspek yang penting dalam pendidikan.


Administrasi pendidikan merupakan keseluruhan proses yang diperlukan dalam
penyelesaian pekerjaan-pekerjaan personil sekolah untuk mendidik peserta didik.
Jadi administrasi ini ditujukkan kepada pendidikan peserta didik secara tidak
langsung.
Selain memiliki tujuan, administrasi pendidikan juga mempunyai beberapa
fungsi, yakni administrasi pendidikan memiliki fungsi sebagai (1) perencanaan,
(2) pengorganisasian, (3) penyusunan, (4) pengarahan, (5) pengkoordinasian, (6)
pelaporan, (7) penganggaran, (8) pergerakan, (9) pengawasan, dan (10) penilaian.
1. Planning (perencanaan)
Adinistrasi dan manajemen membutuhka selalu diawali dnegan funsgi
perencanaan atau planning. Dalam tahap perencanaan ini administrator
berkegiatan untuk merumuskan, memilih, dan menetapkan apa saja aktifitas-
aktifitas sumber daya yang akan dilaksanakan dan mungkin yang akan digunakan
dimasa datang untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu.
Sergiovanni (1987: 300) berpendapat bahwa: “plans are guides, approximations,
goal post, and compass setting not irrevocable commitments or decision
commandments”. Jadi rencana adalah sebuah penuntun yang disusun sedemikian
rupa yang sulit untuk dirubah. Sedangkan Enoch (1992:3) berpendapat bahwa
definisin perencanaan pendidikan adalah sebagai : “suatu proses mempersiapkan
alternatif keputusan bagi kegiatan masa depan yang di arahkan kepada pencapaian
tujuan dengan usaha yang optimal mempertimbangkan kenyataan-kenyataan yang
ada di bidang ekonomi, sosial budaya secara menyeluruh dari suatu negara”.
Hal ini menunjukan bahwa perencanaan sekolah adalah tuntunan-tuntunan,
taksiran, pos-pos tujuan, dan letak-letak pedoman yang telah jadi komitmen dan
pernyataan keputusan yang tidak dapat ditarik kembali, yang diatur dan disepakati
secara bersama-sama oleh kepala sekolah dan staff personnel sekolah,
berdasarkan periode waktu jangka pendek maupun jangka panjang. Arti penting
perencanaan terutama adalah memberikan kejelasan arah bagi setiap kegiatan,
sehingga setiap kegiatan dapat diusahakan dan dilaksanakan seefisien dan
seefektif mungkin. Terdapat sembilan manfaat perencanaan bahwa perencanaan :
a. Membantu manajemen untuk menyesuaikan diri dengan perubahan-
perubahan lingkungan;
b. Membantu dalam kristalisasi persesuaian pada masalah-masalah utama;
c. Memungkinkan manajer memahami keseluruhan gambaran;
d. Membantu penempatan tanggung jawab lebih tepat;
e. Memberikan cara pemberian perintah untuk beroperasi;
f. Memudahkan dalam melakukan koordinasi di antara berbagai bagian
organisasi;
g. Membuat tujuan lebih khusus, terperinci dan lebih mudah dipahami;
h. Meminimumkan pekerjaan yang tidak pasti; dan
i. Menghemat waktu, usaha dan dana.

Selain itu dalam perencanaan terdapat prinsip-prinsip yang harus


diperhatikan, karena merencanakan sesuatu harus didasarkan atas
pertimbangan tertentu dan sebuah perencanaan haruslah memiliki banyak
manfaat, berikut adalah prinsip-prinsip dalam perencanaan :
a. Perencanaan adalah suatu proses yang berkesinambungan;
b. Perencanaan adalah suatu proses yang komprehensif;
c. Perencanaan hendaklah menghasilkan rencana yang fleksibel dan realistis;
d. Perencanaan harus berorientasi pada tujuan;
e. Perencanaan pendidikan harus memperhitungkan aspek-aspek kuantitatif
dan kualitatif pendidikan;
f. Perencanaan pendidikan harus melahirkan rangkaian tindakan yang jelas,
terarah, dan menurut prinsip efisiensi dan efektifitas; dan
g. Perencanaan pendidikan harus didasarkan pada identifikasi fenomena
pendidikan yang sedang terjadi.

Jadi dapat disimpulkan bahwa perencanaan adalah sebuah panduan untuk


mempersiapkan keputusan bagi kegiatan dimasa depan yang mengarah kepada
tujuan berdasarkan komitmen-komitmen tertentu.

2. Organizing (pengorganisasian)
Pengorganisasian merupakan kegiatan dimana aktivitasnya berisi tentang
menyusun dan membentuk hubungan kerja antar pribadi ataupun kelompok,
sehingga terwujud suatu kesatuan usaha dalam menempuh tujuan yang sudah
ditetapkan.
Berikut ini beberapa pendapat para ahli mengenai apa itu pengorganisasian :
a. Koontz dkk. mengemukakan bahwa pengorganisasian adalah penetapan
sturuktur peranan internal dalam suatu lembaga yang terorganisasian
secara formal. Pengorganisasian yang efektif dapat membagi habis
(merata) dan menstrukturkan tugas-tugas ke dalam sub-sub komponen
organisasi.
b. Terry mengemukakan bahwa pengorganisasian adalah pembagian
pekerjaan yang direncanakan untuk diselesaikan oleh anggota kelompok,
penentuan hubungan-hubungan pekerjaan di antara mereka dan pemberian
lingkungan pekerjaan yang sepatutnya.
Menurut Sergiovanni, terdapat empat aspek penting ataupun empat syarat
yang harus dipertimbangkan dalam pengorganisasian, yaitu :
a. Legitimasi (Legitimacy), memberikan respon dan tuntunan eksternal, yaitu
sekolah mampu menampilkan performansi organisasi yang dapat
mayakinkan pihak-pihak terkait akan kemampuan sekolah mencapai
tujuan melakukan tindakan melalui sasaran.
b. Efisiensi (efficiency), pengakuan terhadap sekolah pada penggunaan
waktu, uang, dan sumber daya sekolah.
c. Keefektifan (effectivitness) menggambarkan ketepatan pembagian tugas,
hak, tanggung jawab, hubungan kerja bagian-bagian organisasi, dan
menentukan personnel (guru dan non guru) melaksanakan tugasnya;
d. Keunggulan (excellent) menggambarkan kemampuan organisasi dan
kepala sekolah melaksankan fungsi dan tugasnya sehingga dapat
meningkatkan harga diri dan kualitas sekolah.

Menurut Gorton, teradapat langkah-langkah dasar dalam mengorganisasi


program sekolah; yang pertama ialah menentukan tugas, kemudian menentukan
parameter waktu dan kebutuhan, setelah itu menentukan jabatan dan tanggung
jawab, merinci hubungan kewenangan, merinci hubungan komunikasi, identifikasi
kebutuhan koordinasi dan penyusunan penetapan kriteria penialian kerja. Dalam
pengorganisasian terdapat asas-asas penting yang harus diperhatikan, diantaranya:
a. Organisasi harus profesional, yaitu dengan pembagian satuan kerja yang
sesuai dengan kebutuhan;
b. Pengelompokan satuan kerja harus menggambarkan pembagian kerja;
c. Organisasi harus mengatur pelimpahan wewenang dan tanggung jawab;
d. Organisasi harus mencerminkan rentangan kontrol;
e. Organisasi harus mengandung kesatuan perintah; dan
f. Organisasi harus fleksibel dan seimbang.

Thomson menggambarkan bahwa organisasi mempunyai inti teknis kegiatan


yang dilaksankan berhubungan langsung dengan lingkungan eksternal, dan
mengatasi ketidak pastian dan penyesuaian dalam melaksanakan tugas meliputi
pasangan timbal balik antara staff yang selevel seperti guru atau sesama staff
personnel lainnya di sekolah (Owens, 1987). Alasan fungsi pengorganisasian
penting adalah :
a. Mewujudkan struktur organisasi;
b. Uraian tugas dari setiap bidang atau bagian dalam organisasi menjadi jelas
c. Wewenang atau tanggung jawab menjadi jelas
d. Memperlihatkan antar tugas atau pekerjaan dari setiap unit organisasi; dan
e. Sumber daya manusia dan material yang dibutuhkan dapat diketahui.

Selain itu, didalam fungsi pengorganisasian ini terdapat kegiatan-kegiatan


tertentu, kegiatan tersebut adalah :
a. Mengalokasikan sumber daya, merumuskan dan menetapkan tugas, dan
menetapkan prosedur yang diperlukan;
b. Menetapkan struktur organisasi yang menunjukkan adanya garis
kewenangan dan tanggungjawab;
c. Kegiatan perekrutan, penyeleksian, pelatihan dan pengembangan sumber
daya manusia/tenaga kerja; dan
d. Kegiatan penempatan sumber daya manusia pada posisi yang paling tepat.

3. Staffing (kepegawaian)
Fungsi yang ketiga adalah kepegawaian. Setara dengan fungsi-fungsi
sebelumnya, kepegawaian mempunyai fungsi yang sangat penting dimana
kepegawaian adalah pengisian sesuatu bidang atau unit dengan personal yang
akan melaksanakan tugas kegiatannya.
Dalam kepegawaian yang menjadi titik penekannya ialah personal itu
sendiri. aktifitasnya yang dilakukan di dalam kepegawaian antara lain : 
menentukan, memilih, menempatkan, dan membimbing personnel.
Sebenarnya fungsi administrasi ini sudah dijalankan sejak penyusunan
perencanaan dan pengorganisasian. Dalam hal ini prinsip the right man in the
right place selalu diperhatikan.
Masalahnya selanjutnya yang perlu diperhatikan didalam kegiatan-kegiatan
kepegawaian ialah pemberian motivasi kepada para pegawai agar selalu giat,
kesejahteraan pegawai (jasmani maupun rohani), insentif dan penghargaan atas
jasa-jasa mereka, konduite dan bimbingan untuk dapat lebih maju, adanya
kesempatan meng-upgrade diri, masalah pemberhentian dan pension pegawai.

4. Directing (pengarahan)
Suharsimi Arikunto memberikan definisi pengarahan sebagai penjelasan,
petunjuk, serta pertimbangan dan bimbingan terhadap pra petugas yang terlibat,
baik secara struktural maupun fungsional agar pelaksanaan tugas dapat berjalan
dengan lancar.
Pengarahan (directing) merupakan pengarahan yang diberikan kepada
anggota organisasi, sehingga mereka menjadi karyawan yang berpengerahuan dan
akan bekerja efektif menuju sasaran yang telah ditetapkan organisasi. Directing
juga mencakup kegiatan yang dirancang untuk memberikan orientasi kepada
pegawai antara lain informasi tentang hubungan antar bagian, antar pribadi,
kebijaksanaan, dan tujuan organisasi. Falsafah yang dikembangkan dalam fungsi
pengarahan ini adalah suatu cara berfikir dalam menejemen yang meliputi
pengamatan, pengertian terhadap konsep dan keyakinannya untuk mengambil
tindakan. Oleh karena itu, kerja sama dalam satu tim kerja di sekolah memerlukan
proses pemantauan (monitoring) yang intesif, yaitu suatu kegiatan untuk
mengumpulkan data informasi berkaiatan dengan apa yang dilakukan dalam usaha
mengetahui seberapa jauh kegiatan pendidikan yang telah dilakukan oleh guru,
konselor, dan karyawan sekolah lainnya telah mencapai tujuannya.
Hal yang penting didalam fungsi pengarahan ialah bagaimana
kepemimpinan berperan besar untuk memotivasi dan tentu saja mengarahkan dan
mendorong kepada setiap orang yang ia pimpin untuk mencapai tujuan yang
sesuai dengan kapasitasnya.
Pengarahan-pengarahan dapat berupa :
a. Penjelasan tentang apa, mengapa dan bagaimana tugas;
b. Urutan prioritas penyelesaian;
c. Prosedur kerja;
d. Sarana dan sumber yang dapat dirnanfaatkan;
e. Pihak-pihak yang berkait dengan urusannya, baik langsung maupun tidak
langsung; dan
f. Bagaimana melakukan penilaian terhadap penyelesaian tugas tersebut.

5. Coordinating (pengkoordinasian)
Sistem koordinasi pada umumnya tidak efektif karena muncul sistem
birokrasi, dan krisis ini akan terjadi jika organisasi menjadi terlalu besar dan rumit
untuk dikelola. Akan tetapi, pada pokoknya penggoordinasian menurut The Liang
Gie (1983: 216) merupakan rangkaian aktifitas yang menghubungkan, menyatu
padukan dan menyalaraskan orang-orang dan pekerjaan.
Sedangkan Oteng Sutisna (1983: 199) merumuskan koordinasi ialah
mempersatukan sumbangan-sumbangan dari orang-orang, bahan, dan sumber-
sumber lain ke arah tercapainya maksud yang telah ditetapkan.
Koordinasi dapat diwujudkan dengan menggunakan cara-cara antara lain :
a. Konferensi atau pertemuan lengkap yang mewakili unit kerja;
b. Pertemuan berkala untuk pejabat-pejabat tertentu;
c. Pembentukan panitia gabungan jika diperlukan;
d. Pembentukan badan kooordinasi staff untuk mengkoordinir kegiatan;
e. Mewancarai bawahan untuk mengetahui hal penting yang berkaitan
dengan tugas dan tanggung jawabnya;
f. Memorandum atau instruksi berantai; dan
g. Ada dan tersedianya buku pedoman organisasi dan tata kerja.

Unsur-unsur koordinasi yang penting dalam organisasi pemerintahan


daerah, provinsi, kabupaten/kota, dinas pendidikan daerah, dan sekolah antara lain
dapat dikemukakan :
a. Ada koordinator yang cukup berwibawa dilihat dari kedudukan dan
pendidikannya untuk memfungsikan tiap-tiap bagian atau orang-orang
dalam organisasi. Koordinator tersebut memiliki kemampuan untuk
membawa dan menggunakan sumbangan dari unit dan orang tersebut guna
mewujudkan tujuan yang telah ditentukan;
b. Ada unit atau orang yang dikoordinasikan yang sudah ditata dan mampu
memberikan sumbangan yang sangat berguna bagi terwujudnya cita-citan
bersama; dan
c. Ada pengertian timbal balik dari coordinator dan mereka yang terkoordinir
untuk saling menghargai dan saling kerjasama bagi kepentingan
organisasi.

Adapun manfaat dari pengkoordinasian adalah :


a. Dengan pengkoordinasian dapat diperoleh kekuatan yang integral dan
menyatu sehingga diperoleh hasil gerak organisasi yang kompak,
harmonis dan saling menunjang.
b. Dengan pengkoordinasian diharapkan tidak terjadi arus yang simpangsiur
antara bidang-bidang yang ada, baik dalam pengambilan keputusan,
penginformasian, serta tindakan, ditinjau dari segi arah dan bentuk. 

6.  Budgeting (Penganggaran)


Dianalogikan sebagai aspek penting dalam kebutuhan sehari-hari, dimana
manusia membutuhkan makanan untuk melakukan kegiatan, begitulah pentingnya
fungsi pembiayaan ini.
Pembiayaan adalah kegiatan yang berisi tentang dana dan anggaran.
Pembiayaan sekolah adalah kegiatan mendapatkan biaya serta mengelola
anggaran pendapatan dan belanja pendidikan menengah. Kegiatan ini dimulai dari
perencanaan biaya, usaha untuk mendapatkan dana yang mendukung rencana itu,
penggunaan, serta pengawasan penggunaan anggaran tersebut.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam fungsi pembiayaan itu antara lain :
a. Perencanaan tentang berapa biaya yang akan diperlukan,
b. Dari mana dan bagaiamana itu dapat diperoleh/diusahakan,
c. Bagaimana penggunaannya,
d. Siapa yang akan melaksanakannya,
e. Bagaiamana pembukuan dan pertanggung jawabannya, dan
f. Bagaimana pengawasannya, dll.

7.  Motivating (Pergerakan)


Penggerakan atau istilah pembimbingan menurut the Liang Gie merupakan
aktifitas seorang manager dalam pemerintahan, menugaskan, menjuruskan,
mengarahkan, dan menuntun karyawan atau personnel organisasi untuk
melaksanakan pekerjaan-pekerjaan dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Terry menjelaskan actuating merupakan usaha untuk menggerkan anggota
kelompok sedemikian rupa sehingga mereka berkeinginan dan berusaha untuk
mencapai sasaran organisasi.
Adapun menurut Keith Davis (1972) menggerakan ialah kemampuan
membujuk orang-orang mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dengan
penuh semangat.Unsur essensial dalam organisasi yaitu kebersamaan langkah
maupun gerak didasarkan instruksi yang jelas untuk mencapai suatu tujuan.
Jadi pemimpin hanya mungkin melakukan pergerakan dengan sebaik-baiknya
apabila bawahannya menaruh kepercayaan dan penghargaan terhadapnya. Jadi
setiap pemimpin atau menejer yang ingin menjalankan kepemimpinannya dengan
efektif harus meningkatkan kualitas dirinyaagar menjadi seorang pemimpin
(leader) dengan memiliki format authority, technical authority, dan personal
authority yang memadai. Di dalam menggerakkan sesuatu pastilah ada proses-
proses yang mungkin dapat membantu, namun hal itu tidak lepas dari objek yang
kita gerakkan tersebut, jadi tidak ada pedoman tertentu dalam penggerakkan,
namun berikut ini pedoman umum yg mungkin biasa dilakukan, yaitu :
a. Motivasi kepada anak didik, bawahan, pegawai, dan sebagainya;
b. Komunikasi yang efektif;
c. Mengembangkan partisipasi aktif dikalangan pekerja;
d. Pemberian tugas yang sesuai dengan minat dan kemampuan pekerja; dan
e. Perbaikan iklim organisasi dan kondisi-kondisi pekerja.

8.  Controlling (Pengawasan)


Kegiatan pengawasan ini dilakukan agar prilaku personalia organisasi
mengarah ke tujuan organisasi, bukan semata-mata ke tujuan individual; dan agar
tidak terjadi penyimpangan yang berarti antara rencana dengan pelaksanaan.
Dengan demikian jelaslah controlling mencakup kelanjutan tugas untuk melihat
apakah kegiatan-kegiatan dilaksanakan sesuai rencana. Melalui pengawasan yang
efektif, roda organisasi, implementasi rencana, kebijakan, dan upaya pengendalian
mutu dapat dilaksanakan dengan lebih baik.
Pengertian pengawasan yang lebih sederhana dikemukakan oleh Johnson
(1973: 74) yaitu sebagai fungsi system yang melakukan penyesuaian terhadap
rencana, mengusahakan agar penyimpangan-penyimpangan tujuan system hanya
dalam batas-batas yang dapat ditoleransi. Dengan denikian dapat ditegaskan
bahwa sasaran pengawasan adalah prilaku individu sebagai orang-orang yang
memproses lancarnya kegiatan pembelajaran dan tidak terjadi penyimpangan.
Pengertian ini mengacu pada dua hal yaitu performan personnel dalam memproses
obyek dan hasil pendidikan. Menurut Terry (2003: 18) ada berbagai cara untuk
mengadakan perbaikan, termasuk mengubah rencana dan bahkan tujuannya,
mengatur kembali tugas-tugas atau mengubah wewenang, tetapi seluruh
perubahan tersebut dilakukan melalui manusiawi.
Prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan pengawasan
menurut Massie (1973) ialah :
a. Tertuju kepada strategis sebagai kunci sasaran yang menentukan
keberhasilan;
b. Pengawasan menjadi umpan balik sebagai bahan revisi dalam mencapai
tujuan;
c. Flexible dan responsive terhadap perubahan –perubahan kondisi dan
lingkungan;
d. Cocok dengan organisasi pendidikan, misanya organisasi sebagai system
terbuka;
e. Merupakan control diri sendiri;
f. Bersifat langsung yaitu pelaksanaan control ditempat pekerja; dan
g. Memperhatikan hakikat manusia dalam mengontrol para personnel
pendidikan.

Pengawasan yang baik adalah yang dapat memanfaatkan profesi dan karier
manusia (personnel) secara optimal yaitu :
a. Mengikutsertan mereka menentukan sasaran;
b. Menciptakan iklim ynag mendorong pengembangan diri; dan
c. Membuat mereka responsive dengan semangat yang menantang.

Untuk itu perlu ada suatu sistem penilaian yang sistematis dan tepat yang
dapat memberi gambaran seberapa singkat kualitas yang diperolah.

9. Evaluating (Penilaian)
Evaluasi sebagai fungsi administrasi pendidikan adalah aktivitas untuk
meneliti dan mengetahui sampai di mana pelaksanaan yang dilakukan di dalam
proses keseluruhan organisasi mencapai hasil sesuai dengan rencana atau program
yang telah di tetapkan dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan. Evaluasi
mengetahui berhasil atau tidaknya suatu program, diperlukan adanya penilaian
atau evaluasi. Tiap penilaian berpegang pada rencana tujuan yang hendak
dicapainya, atau dengan kata lain setiap tujuan merupakan kriteria penilaian.
Sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan, tidak didirikan orang untuk
memperoleh penghasilan, melainkan untuk memelihara dan memajukan
kebudayaan. Dengan demikian penilaiaan tentang efisiensi pendidikan bukanlah
untuk menentukan untung rugi secara finansial. Berhasil atau tidak berhasil
pendidikan harus dinilai dari sudut keuntungan –keuntungan atau kerugian
masyarakat. Secara lebih rinci maksud penilaian (evaluasi) adalah :
a. Memperoleh dasar bagi pertimbangan apakah pada akhir suatu periode
kerja, pekejaan tersebut berhasil;
b. Menjamin cara bekerja yang efektif dan efisien;
c. Memperoleh fakta-fakta tentang kesukaran-kesukaran dan untuk
menghindari situasi yang dapat merusak; dan
d. Memajukan kesanggupan para personel dalam mengembangkan
organisasi.

Perlu ditekankan di sini bahwa fungsi-fungsi pokok yang telah dibicarakan


di atas satu sama lain sangat erat hubungannya, dan kesemuanya merupakan suatu
proses keseluruhan yang tidak terpisahkan satu sama lain dan merupakan
rangkaian kegiatan yang kontinyu.
Di dalam fungsi penilaian ini terlihat kegiatan-kegiatan monitoring, kontrol,
dan supervisi. Monitoring dilakukan selama berlangsung proses pelaksanaan
pekerjaannya untuk memperoleh informasi tentang pelaksanaan. Demikian kita
lihat bahwa penilaian, monitoring, kontrol dan supervisi berkaitan sangat erat dan
mempunyai tujuan yang sama ialah untuk lebih memperbaiki pelaksanaan
program suatu organisasi atau lembaga.Penilaian tidak hanya mengenai
hasil atau tujuan akhir seperti telah direncanakan semula. Penilaian semacam ini
dalam rangka sistim instruksional disebut evaluasi sumatif. Penilaian juga
dilakukan selama berlangsungnya proses kegiatan penilaian ini disebut formative
evaluation. Pendek kata, penilaian itu harus dilakukan secara berkesinambungan
dan mengenai segi kehidupan organisasi atau lembaga.

D. RUANG LINGKUP ADMINISTRASI PENDIDIKAN


Bidang yang secara umum menjadi ruang lingkup administrasi berlaku juga
didalam administrasi pendidikan. Ruang lingkup tersebut meliputi dua bagian
kegiatan, pertama, manajement administrative.bidang ini juga disebut
management of administrative function, yakni kegiatan-kegiatan yang bertujuan
mengarahkan agar semua orang dalam organisasi/ kelompok kerja sama
mengerjakan hal-hal yang tepatsesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Kedua,
manajement operatif. Bidang ini di sebut juga dengan manajement of operatif
function, yakni kegiatan-kegiatan yang bertujuan mengarahkan dan pembina agar
dalam mengerjakan pekerjaan yang menjadi beban tugas masingmasing.
Dalam buku kurikulum, usaha-usaha perbaikan dalam bidang pendidikan
dan administrasi pendidikan dari department pendidikan dan kebudayaan, maka
administrasi pendidikan yaitu: suatu proses keseluruhan, kegiatan bersama dalam
bidang pendidikan yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,
pelaporan, pengkoordinasian, pengawasan dan pembiayaan dengan menggunakan
atau memanfaatkan fasilitas yang tersedia, baik personil, materil maupun sprituil
untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien.
Dari defenisi-defenisi yang dikemukakan diatas ternyata administrasi
pendidikan mempunyai beberapa unsur yang saling berkaitan satu sama lain.
Beberapa unsur pokok tersebut adalah sebagai beriku: (1) adanya sekelompok
manusia, (2) adanya tujuan yang hendak dicapai bersama, (3) adanya tuga/ fungsi
yang harus dilaksanakan (kerja sama), (4) adanya peralatan dan perlengkapan
yang diperlukan.
Semua unsur tersebut harus diatur dan dikelola sedemikian rupa sehingga
mengarah kepada tercapainya tujuan pendidikan yang telah ditentukan. Apabila
memperhatikan pengertian dan unsure-unsur di atas maka dapat dikatakan bahwa
kegiatan-kegiatan yang mencakup dalam administrasi pendidikan merupakan
kegiatan yang bersifat umum yang dilakukan oleh semua lembaga yang
mengurusi masalah pendidikan.
Menurut Ary H. Gunawan tujuan administrasi pendidikan adalah
memberikan sistematika kerja dalam mengelolaan pendidikan sehingga tugas-
tugas operasional kependidikan dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien
menuju sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan. Meskipun demikian, karena
sekolah merupakan lembaga yang dalam kegiatan-kegiatannya secara langsung
menangani anak didik yang pada hakekatnya merupakan subjek yang dikenai
sasaran tujuan pendidikan, maka titik berat tentang administrasi pendidikan pada
umumnya ditekankan pada kegiatan-kegiatan yang menyangkut sekolah seperti
kepemimpinan kepala sekolah, supervise kepada guru-guru, bimbingan terhadap
siswa dan sebagainya.
Setiap kegiataan didalam proses adminiatrsi pendidikan diarahkan untuk
mencapai tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan tergambarkan didalam kurikulum
sekolah masing-masing. Adanya unsure tujuan ini menimbulkan perlunya
pengadministrasian pelaksanaan kurikulun yang menjadi tugas dan tanggun jawab
kepala sekolah bersama guru-guru dan pegawai sekolah lainnya.
Adanya unsur tugas dan fungsi manunjukkan bahwa dalam setiap kegiatan
administrasi perlu adanya pengorganisasian yang baik dan teratur. Semua manusia
yang terlibat didalamnya harus diorganisasi sehingga mereka mempunyai
tanggung jawab dan wewenang serta hak dan kkewajiban, sesuai dengan
kedudukan dan fungsinya masing-masing. Dalam kegiatan ini diperlukan pula
adanya koordinasi dan pengawasan atau supervise yang baik dari pimpinan.
Dari uraian di atas, jelaslah bahwa administrasi pendidikan atau administrasi
sekolah tidak hanya menyangkut soal ketatausahaan sekolah saja, tetapi
menyangkut semua kegiatan sekolah yang harus diatur sehingga menciptakan
suasana yang memungkinkan terselenggaranya kondisi-kondisi proses belajar
mgajar yang baik seningga tercapai tujuan pendidikan tersebut.

BAB II

TINJAUAN ONTOLOGI ADMINISTRASI PENDIDIKAN


A. PENGERTIAN ONTOLOGI
Menurut bahasa berasal dari bahasa Yunani. Kata Ontologi berasal dari kata
“Ontos” yang berarti “berada (yang ada)” dan dari kata “logos” berarti”ilmu
pengetahuan, ajaran dan teori”. Menurut istilah, Ontologi adalah ilmu hakekat
yang menyelidiki alam nyata ini dan bagaimana keadaan yang sebenarnya.
Dengan demikian Ontologi adalah ilmu pengetahuan yang meneliti segala sesuatu
yang ada.
Ontologi adalah bagian filsafat yang paling umum, atau merupakan bagian
dari metafisika, dan metafisika merupakan salah satu bab dari filsafat. Obyek
telaah ontologi adalah yang ada tidak terikat pada satu perwujudan tertentu,
ontologi membahas tentang yang ada secara universal, yaitu berusaha mencari inti
yang dimuat setiap kenyataan yang meliputi segala realitas dalam semua
bentuknya. Setelah menjelajahi segala bidang utama dalam ilmu filsafat, seperti
filsafat manusia, alam dunia, pengetahuan, kehutanan, moral dan sosial, kemudian
disusunlah uraian ontologi. Maka ontologi sangat sulit dipahami jika terlepas dari
bagian-bagian dan bidang filsafat lainnya. Dan ontologi adalah bidang filsafat
yang paling sukar.
Metafisika membicarakan segala sesuatu yang dianggap ada,
mempersoalkan hakekat. Hakekat ini tidak dapat dijangkau oleh panca indera
karena tak terbentuk, berupa, berwaktu dan bertempat. Dengan mempelajari
hakikat kita dapat memperoleh pengetahuan dan dapat menjawab pertanyaan
tentang apa hakekat ilmu itu.
Ditinjau dari segi ontologi, ilmu membatasi diri pada kajian yang bersifat
empiris. Objek penelaah ilmu mencakup seluruh aspek kehidupan yang dapat diuji
oleh panca indera manusia. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa hal-hal yang
sudah berada diluar jangkauan manusia tidak dibahas oleh ilmu karena tidak dapat
dibuktikan secara metodologis dan empiris, sedangkan ilmu itu mempunyai ciri
tersendiri yakni berorientasi pada dunia empiris.
Berdasarkan objek yang ditelaah dalam ilmu pengetahuan dua macam :
1. Obyek material (obiectum materiale, material object) ialah seluruh lapangan
atau bahan yang dijadikan objek penyelidikan suatu ilmu.
2. Obyek Formal (obiectum formale, formal object) ialah penentuan titik
pandang terhadap obyek material.

Untuk mengkaji lebih mendalam hakekat obyek empiris, maka ilmu


membuat beberapa asumsi (andaian) mengenai objek itu. Asumsi yang sudah
dianggap benar dan tidak diragukan lagi adalah asumsi yang merupakan dasar dan
titik tolak segala pandang kegiatan. Asumsi itu perlu sebab pernyataan asumtif
itulah yang memberikan arah dan landasan bagi kegiatan penelaahan.
Ada beberapa asumsi mengenai objek empiris yang dibuat oleh ilmu, yaitu :
Pertama, menganggap objek-objek tertentu mempunyai kesamaan antara yang
satu dengan yang lainnya, misalnya dalam hal bentuk, struktur, sifat dan
sebagainya. Kedua, menganggap bahwa suatu benda tidak mengalami perubahan
dalam jangka waktu tertentu. Ketiga, determinisme yakni menganggap segala
gejala bukan merupakan suatu kejadian yang bersifat kebetulan. 14Asumsi yang
dibuat oleh ilmu bertujuan agar mendapatkan pengetahuan yang bersifat analitis
dan mampu menjelaskan berbagai kaitan dalam gejala yang tertangguk dalam
pengalaman manusia.
Asumsi itupun dapat dikembangkan jika pengalaman manusia dianalisis
dengan berbagia disiplin keilmuan dengan memperhatikan beberapa hal; Pertama,
asumsi harus relevan dengan bidang dan tujuan pengkajian disiplin keilmuan.
Asumsi ini harus operasional dan merupakan dasar dari pengkajian teoritis.
Kedua, asumsi harus disimpulkan dari “keadaan sebagaimana adanya” bukan
“bagaimana keadaan yang seharusnya”.
Asumsi pertama adalah asumsi yang mendasari telaah ilmiah, sedangkan
asumsi kedua adalah asumsi yang mendasari moral. Oleh karena itu seorang
ilmuan harus benar-benar mengenal asumsi yang dipergunakan dalam analisis
keilmuannya, sebab mempergunakan asumsi yang berbeda maka berbeda pula
konsep pemikiran yang dipergunakan. Suatu pengkajian ilmiah hendaklah
dilandasi dengan asumsi yang tegas, yaitu tersurat karena yang belum tersurat
dianggap belum diketahui atau belum mendapat kesamaan pendapat.
Pertanyaaan mendasar yang muncul dalam tataran ontologi adalah untuk apa
penggunaan pengetahuan itu? Artinya untuk apa orang mempunyai ilmu apabila
kecerdasannya digunakan untuk menghancurkan orang lain, misalnya seorang ahli
ekonomi yang memakmurkan saudaranya tetapi menyengsarakan orang lain,
seorang ilmuan politik yang memiliki strategi perebutan kekuasaan secara licik.

B. ONTOLOGI ADMINISTRASI PENDIDIKAN


Dalam sub ini maksudnya memberi arah hakikat apa yang dikaji dalam
adminstrasi pendidikan. Dalam beberapa literature memang menjelaskan bahwah
administrasi merupakan ranah pengetahuan yang baru dalam kaitannya dengan
pendidikan.Hal ini seperti yang ditulis oleh Ngalimpurwanto.Bahwa bidang studi
administrasi pendidikan boleh dikatakan masih baru.Hal ini dapat dilihat dari
disiplin ilmu yang sudah berdiri lebih dahulu.Berbeda dengan Negaranegara yang
sudah maju, administrasi pendidikan meulai berkembang dengan pesat sejak abad
pertengahan abad ke-20, maka tidak mengherankan bahwa para pendidik sendiri
belum dapat memahami serta menerapkan betapa penting dan perlunya
administrasi pendidikan itu dalam penyelenggaraan dan pengembangan
pendidikan.
Dengan melihat unsur-unsur pokok dalam administrasi pendidikan jelas
bahwa cakupan bidang ini sangat luas. Namun hal pokok yang menjadi scope
adalah adanya unsur-unsur kelompok manusia melahirkan timbulnya administrasi
individu yang kaitanya dengan memilih, mengangkat dan menempatkan,
membimbing dan mengawasi semua personel yang terlibat dalam
penyelenggaraan pendidikan, hal ini sebagai langkah untuk mempercepat
tercapainya tujuan pendidikan.
Dari uraian ini akan menggambarkan sudut pandang terhadap administrasi
yang menggambarkan pendekatan kajian sekaligus lingkup adminstrasi itu. Sudut
pandang administrasi ini dibagi dalam tiga kelompok yaitu: (1) sudut pandang
proses, (2) sudut pandang esensi/substansi, dan (3) sudut pandang substansi kerja.
Sudut pandang ini sebagai cara melihat dalam proses fungsi-sungsi managemen
secara umum yaitu (planning, organizing, actuating, dan controlling).
Selain itu juga ada bidang lalin yang menjadi bahasan utama dalam jalinan
yang tidak bisa dipisahkan yaitu hal yang mencakup administrasi kurikulum,
administrasi kepemimpinan, kepengawasan, supervisi, organisasi pendidikan dan
kaitanya dengan stakeholder pendidikan.

BAB III

TINJAUAN EPISTIMOLOGI ADMINISTRASI PENDIDIKAN


A. PENGERTIAN EPISTIMOLOGI
Menurut bahasa epistimologis berasal dari bahasa Yunani artinya
knowledge yaitu pengetahuan. Kata tersebut terdiri dari dua suku kata yaitu logia
artinya pengetahuan dan episteme artinya tentang pengetahuan. Jadi pengertian
etimologi tersebut, maka dapatlah dikatakan bahwa epistemologi merupakan
pengetahuan tentang pengetahuan. Menurut istilah epistemologi adalah ilmu yang
membahas secara mendalam segenap proses penyusunan pengetahuan yang benar.
Kajian epistemologi membahas tentang bagaimana proses mendapatkan
ilmu pengetahuan, hal-hal apakah yang harus diperhatikan agar mendapatkan
pengetahuan yang benar, apa yang disebut kebenaran dan apa kriterianya. Objek
telaah epistemologi adalah mempertanyakan bagaimana sesuatu itu datang,
bagaimana kita mengetahuinya, bagaimana kita membedakan dengan lainnya, jadi
berkenaan dengan situasi dan kondisi ruang serta waktu mengenai sesuatu. Jadi
yang menjadi landasan dalam tataran epistemologi ini adalah proses apa yang
memungkinkan mendapatkan pengetahuan logika, etika, estetika, bagaimana cara
dan prosedur memperoleh kebenaran ilmiah, kebaikan moral dan keindahan seni,
apa yang disebut dengan kebenaran ilmiah, keindahan seni dan kebaikan moral.
Dalam memperoleh ilmu pengetahuan yang dapat diandalkan tidak cukup
dengan berpikir secara rasional ataupun sebaliknya berpikir secara empirik saja
karena keduanya mempunyai keterbatasan dalam mencapai kebenaran ilmu
pengetahuan. Jadi pencapaian kebenaran menurut ilmu pengetahuan didapatkan
melalui metode ilmiah yang merupakan gabungan atau kombinasi antara
rasionalisme dengan empirisme sebagai satu kesatuan yang saling melengkapi.
Banyak pendapat para pakar tentang metode ilmu pengetahuan, namun
penulis hanya memaparkan beberapa metode keilmuan yang tidak jauh beda
dengan proses yang ditempuh dalam metode ilmiah
Metode ilmiah adalah suatu rangkaian prosedur tertentu yang diikuti untuk
mendapatkan jawaban tertentu dari pernyataan yang tertentu pula. Epistemologi
dari metode keilmuan akan lebih mudah dibahas apabila mengarahkan perhatian
kita kepada sebuah rumus yang mengatur langkah-langkah proses berfikir yang
diatur dalam suatu urutan tertentu. Kerangka dasar prosedur ilmu pengetahuan
dapat diuraikan dalam enam langkah sebagai berikut :
1. Sadar akan adanya masalah dan perumusan masalah
2. Pengamatan dan pengumpulan data yang relevan
3. Penyusunan atau klarifikasi data
4. Perumusan hipotesis
5. Deduksi dari hipotesis
6. Tes pengujian kebenaran (Verifikasi)

Keenam langkah yang terdapat dalam metode keilmuan tersebut masing-


masing terdapat unsur-unsur empiris dan rasional. Menurut AM. Saefuddin bahwa
untuk menjadikan pengetahuan sebagai ilmu (teori) maka hendaklah melalui
metode ilmiah yang terdiri atas dua pendekatan : Pendekatan deduktif dan
Pendekatan induktif. Kedua pendekatan ini tidak dapat dipisahkan dengan
menggunakan salah satunya saja, sebab deduksi tanpa diperkuat induksi dapat
dimisalkan sport otak tanpa mutu kebenaran, sebaliknya induksi tanpa deduksi
menghasilkan buah pikiran yang mandul.
Proses metode keilmuan pada akhirnya berhenti sejenak ketika sampai pada
titik “pengujian kebenaran” untuk mendiskusikan benar atau tidaknya suatu ilmu.
Ada tiga ukuran kebenaran yang tampil dalam gelanggang diskusi mengenai teori
kebenaran, yaitu teori korespondensi, koherensi dan pragmatis. Penilaian ini
sangat menentukan untuk menerima, menolak, menambah atau merubah hipotesa,
selanjutnya diadakanlah teori ilmu pengetahuan.

B. EPISTIMOLOGI ADMINISTRASI PENDIDIKAN


Secara spesifik ada pertanyaan mendasar apakah sebenarnya Administrasi
pendidikan itu merupakan disiplin ilmu atau hanya cabang dari administrasi
secara umum? Dalam beberapa pengetahuan yang spesifik banyak sekali khasanah
keilmuan yang menjadi bidang pokok pemikiran para ilmuan, tapi pengetahuan
pada dasarnya menjawab jenis pertanyaan tertentu, maka administrasi pendidikan
yang secara nyata bagian dari pemanfaatan pengetahuan secara maksimal.
Dikatakan bahwa adminstrasi secara umum hanya memiliki latar konsep yang
berbeda maka ditinjau secara epistemologis yaitu tentang hakitat cara
mendapatkan pengetahuan tentang adminitrasi pendidikan itu sangat berbeda, hal
ini dikarenakan perbedaan latar kajian dan sumber pengetahuan.
Barangkali cara yang paling baik untuk memahami sistem pendidikan
nasional adalah dengan membaca definisi sistem pendidikan nasional itu dari
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Supaya otentik dan tidak keliru,ada baiknya dikutip
langsung Bab 1 Pasal 1 Ayat 3 Undang-Undang tersebut sebagai berikut :
“Sistem pendidikan nasional adalah satu keseluruhan yang terpadu dari
semua satuan dan kegiatan pendidikan yang berkaitan satu dengan lainnya
untuk mengusahakan tercapainya tujuan pendidikan nasional.”

Dalam penjelasan undang-undang tersebut, dikemukakan bahwa sebutan


sistem pendidikan nasional merupakan perluasan dari pengertian sistem
pengajaran nasional yang termaktub dalam Undang-Undang Dasar 1945 Bab XIII
Pasal 31 Ayat 2. Perluasan ini memungkinkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun
1989 tidak membatasi pada pengajaran saja,melainkan meluas kepada masalah
yang berhubungan dengan pembentukan manusia Indonesia. Beberapa hal lain
yang kita temukan mengenai sistem pendidikan nasional dalam undang-undang
itu adalah : (a)sistem pendidikan nasional merupakan alat dan sekaligus tujuan
yang sangat penting dalam mencapai cita-cita nasional; (b)sistem pendidikan
nasional dilaksanakan secara semesta, menyeluruh dan terpadu. Semesta diartikan
sebagai terbuka bagi seluruh rakyat dan berlaku di seluruh wilayah
negara:menyeluruh diartikan sebagai mencakup semua jalur ,jenjang,dan jenis
pendidikan nasional itu dengan seluruh usaha pembangunan nasional;
(c)pengelolaan sistem pendidikan nasional adalah tanggung jawab menteri P dan
K (UUSPN No 2/89 Pasal 49).
Pertama,sistem pendidikan nasional mempunyai satuan dan kegiatan. Satuan
pendidikan adalah lembaga kegiatan belajar - mengajar yang dapat mempunyai
wujud sekolah, kursus, kelompok belajar, ataupun bentuk lain yang berlangsung
dalam bangunan tertentu atau tidak. Yang terakhir ini misalnya satuan pendidikan
yang penyelenggaraannya menggunakan sistem jarak jauh. Dengan kegiatan
pendidikan yang dimaksudkan untuk semua usaha yang ditujukan dalam
mencapai tujuan pendidikan. Kegiatan itu dapat berlangsung dalam satuan
pendidikan atau dalam unit lain yang terkait,seperti yayasan. Dengan perkataan
lain ,kegiatan yang dimaksud merupakan kegiatan yang dilakukan oleh unsur atau
komponen sistem dalam mencapai tujuan pendidikan baik sendiri-sendiri atau
melalui interaksi dengan sesamanya .
Kedua,Sistem pendidikan nasional adalah alat dan tujuan dalam mencapai
cita-cita pendidikan nasional. Sebagai alat berarti sistem itu merupakan wadah
yang dialaminya terdapat kegiatan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.
Sebagai tujuan,sistem pendidikan nasional memberikan rambu-rambu ke mana
arah dan bagaimana seharusnya pendidikan nasional itu dikelola.
Ketiga,sebagai suatu sistem ,pendidikan nasional harus dilihat sebagai
keseluruhan unsur atau komponen dan kegiatan pendidikan yang ada di nusantara
ini. Unsur-unsur yang membentuk sistem ini saling berkaitan satu sama lain dan
saling menunjang dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan nasional. Jika kita
mengacu kepada penjelasan Undang-Undang Nomor 2/1989,maka dapat kita
temukan bahwa ciri sistem pendidikan nasional itu adalah: (a)berakar kepada
kebudayaan nasional berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 , (b)merupakan suatu
kebulatan yang dikembangkan dalam usaha mencapai tujuan nasional,
(c)mencakup jalur pendidikan sekolah dan luar sekolah,dan (d)mengatur
jenjang,kurikulum,penetapan kebijaksanaan (terpusat dan tak terpusat),tanggung
jawab penyelenggaraan pendidikan ,kriteria dan kedudukan penyelenggaraan
pendidikan oleh pemerintah dan masyarakat,kebebasan penyelenggaraan
pendidikan,serta kemudahan untuk mendapatkan pendidikan yang sesuai dengan
peserta didik dan lingkungan.
Unsur-unsur sistem pendidikan nasional menurut Undang-undang Nomor
2/1989 itu dapat dibedakan atas :
1. Unsur I : Dasar, fungsi, dan tujuan sistem (Bab I)
2. Unsur II       : Norma yang dipakai dalam sistem (Bab III, X, XI, XII,XII,
Bab XVIII, XV, Bab XIX , XX)
3. Unsur III          : Jenjang pendidikan (Bab V)
4. Unsur IV           : Peserta didik (Bab VI)
5. Unsur V             : Tenaga kependidikan (Bab VII)
6. Unsur VI           : Sumber daya pendidikan (Bab VIII)
7. Unsur VII         : Kurikulum (Bab IX)
8. Unsur VII         : Organisasi (Bab XIV,XV)

Telah disebutkan bahwa jenjang pendidikan adalah unsur atau komponen


sistem pendidikan nasional,yaitu termasuk dalam komponen organisasi. Jenjang
pendidikan terdiri atas pendidikan dasar,pendidikan menengah,pendidikan tinggi.
Pendidikan dasar merupakan pendidikan sembilan tahun,terdiri dari program
pendidikan enam tahun di sekolah dasar dan program tiga tahun di sekolah
lanjutan tingkat pertama. Bentuk satuan pendidikan dasar terdiri atas sekolah
dasar dan sekolah dasar luar biasa. Jika kita bebrbicara tentang sekolah
menengah,maka kita berbicara tentang dua jenjang sekolah,karena sekolah
menengah pertama berada dijenjang dasar ,sedangkan sekolah di atas sekolah
menengah pertama berada pada jenjang pendidikan menengah. Program
pendidikan S1 dan LPTK ,dirancang untuk mengajar pada jenjang pendidikan
menengah,meskipun dengan kurikulum yang fleksibel (luwes) lulusan S1 itu juga
mampu mengajar pada pendidikan dasar.
Di dalam peraturan pemerintah republik Indonesia Nomor 29 Tahun 1990
tentang Pendidikan Menengah ,pendidikan menengah didefinisikan sebagai
pendidikan yang diselenggarakan bagi lulusan pendidikan dasar. Pendidikan
menengah mempunyai bentuk satuan pendidikan yang terdiri atas : sekolah
menengah umum,sekolah menengah kejuruan,sekolah menengah
keagamaan,sekolah menengah kedinasan,dan sekolah menengah luar biasa.
Sebagai suatu unsur atau komponen nasional,sekolah menengah harus ikut
menyumbang terhadap tercapainya tujuan pendidikan nasional. Berikut ini
diberikan bagan yang melihat sistem pendidikan dari unsur-unsur yang ada
didalamnya. Sebagai suatu proses sistem,pendidikan mempunyai masukan yang
diolah melalui proses tertentu untuk dijadikan keluaran. Peserta didik sebagai
masukan,diolah dalam proses pendidikan dan keluaran sebagai lulusan.

BAB IV

TINJAUAN ETIKA ADMINISTRASI PENDIDIKAN

A. PENGERTIAN ETIKA
Etika berasal dari bahasa Yunani yaitu “Ethos” yang berarti kesediaan jiwa
akan kesusilaan. Etika adalah yang mempelajari segala soal kebaikan dan
keburukan didalam hidup manusia semuanya, teristimewa yang mengenai gerak-
gerik pikiran dan rasa yang dapat merupakan pertimbangan dan perasaan, sampai
mengenai tujuan yang dapat merupakan perbuatan.
Menurut Bertens (1977), etika adalah seperangkat nilai-nilai dan norma-
norma moral yang menjadi pegangan dari seseorang atau suatu kelompok dalam
mengatur tingkah lakunya. Sedangkan Darwin (1999) mengartikan etika adalah
prinsip-prinsip moral yang disepakati bersama oleh suatu kesatuan masyarakat,
yang menuntun perilaku individu dalam berhubungan dengan individu lain
masyarakat.
Sampailah pembahasan kita kepada sebuah pertanyaan: Apakah kegunaan
ilmu itu bagi kita? Tak dapat dipungkiri bahwa ilmu telah banyak mengubah
dunia dalam memberantas berbagai termasuk penyakit kelaparan, kemiskinan dan
berbagai wajah kehidupan yang duka. Namun apakah hal itu selalu demikian:
ilmu selalu merupakan berkat dan penyelamat bagi manusia. Seperti mempelajari
atom kita bias memanfaatkan wujud tersebut sebagai sumber energy bagi
keselamatan manusia, tetapi dipihak lain hal ini bisa juga berakibat sebaliknya,
yakni membawa manusia kepada penciptaan bom atom yang menimbulkan
malapetaka.
Jadi yang menjadi landasan dalam tataran etika adalah untuk apa
pengetahuan itu digunakan? Bagaimana hubungan penggunaan ilmiah dengan
moral etika? Bagaimana penentuan obyek yang diteliti secara moral? Bagimana
kaitan prosedur ilmiah dan metode ilmiah dengan kaidah moral?
Demikian pula etika pengembangan seni dengan kaidah moral, sehingga
ketika seni tari dangdut Inul Dartista memperlihatkan goyangnya di atas panggung
yang ditonton khalayak ramai, sejumlah ulama dan seniman menjadi berang.
Dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, penemuan nuklir
dapat menimbulkan bencana perang, penemuan detektor dapat mengembangkan
alat pengintai kenyamanan orang lain, penemuan cara-cara licik ilmuan politik
dapat menimbulkan bencana bagi suatu bangsa, dan penemuan bayi tabung dapat
menimbulkan bancana bagi terancamnya perdaban perkawinan.

B. ETIKA ADMINISTRASI PENDIDIKAN


Karena kemampuan manusia sangat luar biasa dalam mendesain dan
merekayasa sebuah pegetahuan, maka pengtahuan itu harus memenuhi beberapa
standar yang memang dapat berguna dan bertanggung jawab, hal ini sebagai
landasan ilmu seperti halnya administrasi pendidikan mampu menjadikan manusia
sebagai pusat kemajuan. Aspek tujuan adalah pokok penting dari bidang kajian
Adminstrasi lebih spesifik Aministrasi pendidikan harus benar-benar bertanggung
jawab terhadap komintmen keilmuan dan juga komitmen moral.
Dalam hal ruang lingkup bidang kajian Ilmu Administrasi ini pokoknya
adalah semua bentuk usaha bersama untuk mencapai tujuan pendidikan dengan
merancang, mengadakan, dan memanfaatkan sumber-sumber (manusia, uang,
peralatan, dan waktu). Tujuan pendidikan memberikan arah kegaitan serta kriteria
keberhasilan kegiatan itu. Secara sederhana dapat difahami bahwa keberhasilan
alam pengadministrasian pendidikan tidak lepas dari problem Sumber daya
Manusia yang ada, hal ini adalah salah satu bahasan yang sebenarnya sangat luas
dan kompleks. Namun kaitannya dengan Adminstrasi Pendidikan ini
Sumberdayamanusiayang dimaksudkan adalah tenaga yang memiliki
skiladminstrasi dalam pengelolaan pendidikan.
Untuk meningkatkan sumber daya pengadminstrasian pendidikan ini ada
beberapa hal yang menjadi pokok persoalan diantaranya bahwa Sumberdaya
manusia dalam administrasi pendidikan tidak memiliki plot atau mapping SDM
untuk jangka panjang. Strategi yang kita pakai masih dalam level responsive
sesaat. Masalah SDM inilah yang menyebabkan proses pembangunan yang
berjalan selama ini memiliki produktivitas yang kurang memadai. Itu sebabnya
keberhasilan bukan berasal dari kemampuan manajerial dan produktivitas SDM
yang tinggi. Keterpurukan yang berkepanjangan hingga kini merupakan bukti
kegagalan pembangunan akibat dari rendahnya kualitas SDM, termasuk dalam
administrasi pendidikan.
Guru sebagai tenaga pendidik merupakan faktor penting dalam manajemen
pendidikan, sebab inti dari proses pendidikan di sekolah pada dasarnya adalah
guru, karena keterlibatannya yang langsung pada kegiatan pembelajaran di kelas.
Oleh karena itu Manajemen Sumber Daya Manusia Pendidik dalam suatu lembaga
pendidikan akan menentukan bagaimana kontribusinya bagi pencapaian tujuan,
dan kinerja guru merupakan sesuatu yang harus mendapat perhatian dari
manajemen pendidikan di sekolah agar dapat terus berkembangan meningkat
kompetensinya dan dengan peningkatan tersebut kinerja merekapun akan
meningkat, sehingga akan memberikan berpengaruh pada peningkatan kualitas
pendidikan sejalan dengan tuntutan perkembangan global dewasa ini.
In a democracy, the success of anything depends upon public confidence
and public understanding. Kepercayaan oleh masyarakat memberi pengaruh besar
terhadap keberhasilan pendidikan. Masyarakat sebagai lingkungan sosial memiliki
andil yang cukup besar dalam member inputpenglolaanpendidikan, karena
pendidikan tumbuh dan berkembang di sebuah lingkungan, ada dua jenis
lingkungan (environment) yaitu lingkungan alam (physical environment) dan
lingkungan social (social environment). Lingkungan alam adalah segala sesuatu
yang ada di dunia ini yang bukan manusia, seperti rumah, air, iklim, pantai,
keadaan flora dan sebagainya. Sedangkan yang dimaksud lingkungan sosial
adalah semua orang lain yang mempengaruhi kita, termasuk cara pergaulannya,
adat-istiadatnya, agama dan kepercayaannnya dan sebagainay.
Input-input pendidikan yang termaktub dalam masyarakat adalah sistem
sosial, konomi, hukum, politik. Hal ini menjelaskan bagaimana input dan system-
sistem yang menggambarkan kausalitas input-output bersifat sangat lentur dan
dinamis, segala sesuatuyang menjadi masukan dalam pendidkan baik internal
maupun eksternal menjadi masukan pedidikan.
Dengan melihat pengertian di atas maka menempatkan masyarakat sebagia
stakeholder pendidikan dan menjadi bagian dari adminstrasi pendidikan. Pokok
tujuan sebagaimana definisi adminstrasi pendidikan bahwa sekelompok orang ini
akan membentuk jarring laba-laba dalam memajukan dan member arah yang jelas
dalam pencapain tujuan pendidikan secara total.
BAB V

PENUTUP

1. Menyingkap ilmu pengetahuan landasan yang digunakan adalah ontologi,


epistemologi dan aksiologi, atau dengan kata lain apa, bagaimana dan kemana
ilmu itu.
2. Hakekat obyek ilmu (ontologi) terdiri dari objek materi yang terdiri dari
jenis-jenis dan sifat-sifat ilmu pengetahuan dan objek forma yang terdiri dari
sudut pandang dari objek itu.
3. Epistemologi diawali dengan langkah-langkah : perumusan masalah,
penyusunan kerangka pikiran, perumusan hipotesis, dan penarikan
kesimpulan.
4. Nilai kegunaan ilmu tergantung dari manusia yang memanfaatkannya. Dalam
realitas manusia terdiri dari dua golongan ; pertama golongan yang
mengatakan bahwa ilmu itu bebas mutlak berdiri sendiri. Golongan kedua
berpendapat bahwa ilmu itu tidak bebas nilai. Nilai yang menjadi dasar dalam
penilaian baik buruknya segala sesuatu dapat dilihat dari nilai etika (agama)
dan estetika.
5. Dari urain tentang Administrasi Pendidikan dilihat dari beberapa sudut
pandang maka aplikasi Administrasi ini sangat luas terutama ditinjau dari
akar filosofis, aplikasi di lapangan dan keterkaitannya sangat urgen dalam
mendorong tercapainya tujuan pendidikan di segala bidang.

DAFTAR PUSTAKA

A.Soedomo Hadi. 2008. Pendidikan (Suatu Pengantar). Surakarta. UNS Press.

Baharudin dan Muh Makin. 2010. Manajemen Pendidikan Islam Transformasi


Menuju Sekolah/Madrasah Unggul. Malang.UIN-Maliki Press.
Jujun S. Suriyasumantri. 2000. Filsafat Ilmu Sebuah Pegantar Populer. Jakarta.
Pustaka Sinar Harapan.

Ngalim Purwanto. 2010.Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung.


Remaja Rosdakarya.

Syaiful Sagala. 2009. Administrasi Pendidikan Kontemporer. Bandung.Alfabeta.

Suparlan Suhartono. 2015. Filsafat Administrasi Pendidikan. Makassar. Badan


Penerbit UNM.

Uhar Suharsaputra. 2010. Administrasi Pendidikan. Bandung. Refika Aditama.

Wati E. 2014. (http://repository.uin-suska.ac.id/4642/3/BAB%20II.pdf. Diakses,


20 Oktober 2018)

Rizma.(http://nrisma93.blogspot.com/2014/06/politik-dan-etika-administrasi.html.
Diakses, 20 Oktober 2018)

(http : // gudang materi kuliah. blogspot. com/ 2012/02/ fungsi-fungsi-administrasi


pendidikan. html. Diakses, 20 Oktober 2018)

(http://digilib.uinsby.ac.id/5234/3/bab%202.pdf. Diakses, 20 Oktober 2018)

Anda mungkin juga menyukai