Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

ANALISIS KEBIJAKAN PENDIDIKAN


( KONSEP : PENINGKATAN PROFESINALISME TENAGA
PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN )

Dosen Pengampu : Prof. Dr. H. Ismail Tolla, M.Pd

Oleh :
KELOMPOK IV
1. M. ALI GUSTI, S.Pd (NIM : 181051401005)
2. ASRUL ISNAENI (NIM : 181051401007)
3. SITTI CHAIRUNNISA S, S.Sos (NIM : 181051401014)
4. MUH. IRFAN HATTABE (NIM. 181051401016)

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2018

i
LEMBAR PENGESAHAN

ANALISIS KEBIJAKAN PENDIDIKAN


( KONSEP : PENINGKATAN PROFESINALISME TENAGA
PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN )

Disusun dan diajukan oleh :


KELOMPOK IV
1. M. ALI GUSTI, S.Pd (NIM : 181051401005)
2. ASRUL ISNAENI (NIM : 181051401007)
3. SITTI CHAIRUNNISA S, S.Sos (NIM : 181051401014)
4. MUH. IRFAN HATTABE (NIM. 181051401016)

Telah disahkan oleh dosen pengampu


Pada tanggal 20 Nopember 2018

Dosen Pengampu

Prof. Dr. H. Ismail Tolla, M.Pd

i
DAFTAR ISI

Halaman Sampul ………………………………………………………….. i


Halaman Pengesahan ……………………………………………………… ii
Daftar Isi ………………………………………………………………….... iii
Prakata ……………………………………………………………………… iv
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………….. 1
A. Latar Belakang …………………………………………………… 1
B. Rumusan Masalah ……………………………………………….. 2
C. Tujuan yang akan dicapai ……………………………………….. 2
D. Manfaat yang akan dicapai ………………………………………. 3
BAB II PEMBAHASAN ………………………………………………… 4
A. Peningkatan Profesionalisme Tenaga Pendidik ………………….. 4
1. Pengertian Tenaga Pendidik ………………………………… 4
2. Pengembangan Kinerja Tenaga Pendidik ……………………. 6
3. Peningkatan Profesionalisme Tenaga Pendidik ………………. 8
4. Peran dan fungsi kelembagaan profesi dalam peningkatan
profesionalisme tenaga pendidikan …………………………. 9
B. PeningkatanProfesionalisme Tenaga Kependidikan …………….. 16
1. Pengertian Tenaga Kependidikan ……………………………. 17
2. Pengembangan Kinerja Tenaga Kependidikan ………………. 18
3. Upaya Peningkatan Profesionalisme Tenaga Kependidikan … 20
BAB III PENUTUP ………………………………………………………. 23
A. Kesimpulan ………………………………………………………. 23
B. Saran …………………………………………………………….. 24
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………. 25

ii
PRAKATA

Puji dan syukur kehadirat Allah swt, atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga
makalah dengan judul “Peran Serta Masyarakat Pada Penerapan Manajemen
Berbasis Sekolah” pada mata kuliah Analisis Kebijakan Pendidikan dapat
diselesaikan dengan baik oleh kami.
Proses penyelesaian makalah ini, merupakan suatu perjuangan cukup panjang
bagi kelompok kami. Selama proses penyusunan makalah ini, tidak sedikit
mengalami kendala yang dihadapi. Namun demikian, berkat keseriusan dan
kerjasama setiap anggota kelompok sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan
baik. Kami tidak lupa menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang
setinggi-tingginya kepada Prof. Dr. H. Ismail Tolla, M.Pd selaku dosen pengampu
mata kuliah Analisis Kebijakan Pendidikan atas arahan, nasihat, bimbingan dan
usahanya dalam memotivasi seluruh mahasiswa dalam mengikuti mata kuliah beliau.
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada teman-teman mahasiswa Program
Studi Administrasi Perkantoran Kelas A yang banyak memberikan masukan yang
sangat berarti dalam penyusunan makalah ini. Mudah-mudahan bantuan dan
bimbingan yang diberikan mendapat pahala dari Allah swt.
Terwujudnya makalah ini juga atas doa, dorongan, dan restu keluarga. Oleh
karena itu, kami menghaturkan terima kasih kepada seluruh keluarga tercinta, yang
memberikan motivasi dan dukungan sampai selesainya makalah ini.
Akhirnya, kami berharap semoga segala bantuan yang telah diberikan oleh
berbagai pihak dapat bernilai ibadah dan mendapatkan pahala dari Allah swt.

Makassar, 08 Desember 2018


Penulis,

Kelompok IV

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Undang-Undang No. l4 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, guru sebagai
pendidik merupakan pekerjaan profesional. Undang-undang tersebut menjelaskan
bahwa profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan seseorang dan
menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, dan
kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan
pendidikan profesi. Sementara itu, Undang-undang No.20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional membedakan pengertian tenaga pendidik dengan tenaga
kependidikan. Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai
guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan
sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya serta berpartisipasi dalam
menyelengarakan pendidikan. Sedangkan tenaga kependidikan adalah anggota
masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan
pendidikan.
Kemampuan tenaga pendidik dan tenaga kependidikan adalah kompetensi yang
terus berkembang. Oleh karena itu, profesionalisme tenaga pendidik dan tenaga
kependidikan perlu terus ditingkatkan.
Berdasarkan undang-undang Republik Indonesia nomor 14 tahun 2005 pasal 20
ayat (b) menyatakan bahwa “dalam rangka melaksanakan tugas keprofesionalannya,
guru berkewajiban meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademikdan
kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan ilmu pengetahuan, teknologi, dan
seni”. Pada intinya, undang-undang ini mempersyaratkan seorang guru profesional
harus memiliki :
1. Kualifikasi akademik minimal D4 (S1);
2. Kompetensi sebagai agen pembelajaran, yaitu kompetensi pedagogik,
kepribadian, sosial, dan profesional;
3. Memiliki sertifikat pendidik.

1
Sebagaimana halnya dengan tenaga pendidik, tenaga kependidikan atau
educational man power perlu juga ditingkatkan kinerjanya agar standardisasi
pendidikan dapat tercapai. Ada sejumlah faktor yang dapat digunakan sebagai dasar
pemikiran untuk meningkatkan kinerja tenaga pendidik. Faktor-faktor tersebut adalah
faktor yang berhubungan dengan sekolah dan manajemen sekolah, para guru,
anggaran pendidikan, lingkungan sekolah, monitoring dan evaluasi (pengawasan dan
pengendalian), serta faktor yang berhubungan dengan kebijakan pendidikan nasional.
Dalam kaitannya dengan MBS, faktor-faktor tersebut apabila dikelola dengan
manajemen berbasis masyarakat dan sekolah akan dapat memberikan peluang untuk
mencapai produktivitas yang tinggi. Oleh sebab itu, untuk mendorong sekolah yang
produktif, efektif dan efisien, pemberdayaan kinerja tenaga kependidikan harus
selalu diperhatikan. Pemberdayaan itu dapat dilakukan melalui peningkatan moral,
etika kerja, motivasi, jaminan sosial, sikap, disiplin, kesehatan, kesempatan
berprestasi dan berkarier, lingkungan dan suasana kerja, hubungan antarpersonal di
sekolah, penguasaan teknologi berbasis IT, kepuasan kerja, kebijakan pemerintah,
besarnya pendapatan, serta sarana untuk berkembang.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah yaitu
bagaimana cara peningkatan profesionalisme tenaga pendidik dan tenaga
kependidikan khususnya dalam kaitannya dengan konteks Manajemen Berbasis
Sekolah (MBS) ?

C. Tujuan yang akan dicapai


Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan yang akan dicapai pada
penyusunan makalah ini adalah mengetahui cara peningkatan profesionalisme tenaga
pendidik dan tenaga kependidikan khususnya dalam kaitannya dengan konteks
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS).

2
D. Manfaat yang akan dicapai
Manfaat kehadiran makalah ini diharapkan dapat menjadi referensi dalam
pembelajaran Analisis Kebijakan Pendidikan khususnya pengetahuan tentang cara
peningkatan profesionalisme tenaga pendidik dan tenaga kependidikan khususnya
dalam kaitannya dengan konteks Manajemen Berbasis Sekolah (MBS).

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Peningkatan Profesionalisme Tenaga Pendidik


Dalam menciptakan kualitas pendidikan, peningkatan kualitas profesionalisme
tenaga pendidik dan kependidikan merupakan sebuah keniscayaan. Pada pasal 42
ayat 1 UU Nomor 20/2003 tentang Sisdiknas dinyatakan bahwa pendidik harus
memiliki kualifikasi minimum dan sertifikasi sesuai dengan jenjang kewenangan
mengajar, sehat jasmani dan ruhani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan
tujuan pendidikan nasional. Pada pasal 43 ayat 1 ditegaskan bahwa promosi dan
penghargaan bagi pendidik dan tenaga kependidikan dilakukan berdasarkan latar
belakang pendidikan, pengalaman, kemampuan, dan prestasi kerja dalam bidang
pendidikan. Oleh sebab itu, sekolah perlu berupaya secara terus-menerus
memberdayakan dan meningkatkan kompetensi dan profesionalisme tenaga pendidik
dan tenaga kependidikan.
Profesionalisme guru merupakan tujuan dari pembinaan ketenagaan untuk dapat
menjawab segala tantangan dan perubahan sosial yang terjadi. Secara teoretis,
karakteristik profesi meliputi (1) kemampuan intelektual yang diperoleh melalui
pendidikan akademik, (2) memiliki pengetahuan khusus, (3) memiliki pengetahuan
praktis yang langsung dapat digunakan oleh orang lain, (4) memiliki teknik kerja
yang dapat dikomunikasikan, (5) memiliki kapasitas mengorganisasikan kerja secara
mandiri, dan (6) altruisme yaitu mementingkan kepentingan orang lain, serta (7)
memiliki etik.
1. Pengertian Tenaga Pendidik
Menurut Undang-undang RI nomor 20 Tahun 2003, Tenaga Pendidik adalah
tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong
belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator dan sebutan lain yang sesuai dengan
kekhususannya, serta berpartisipasi dalam penyelenggaraan pendidikan. Pendidik
merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan
proses melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat terutama bagi
pendidik pada perguruan tinggi. Mengingat peran yang diembannya, pendidik

4
berkewajiaban menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan,
kreatif, dinamis, dan dialogis. Ia mempunyai komitmen secara profesional untuk
meningkatkan mutu pendidikan, memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga,
profesi, dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya.
Pendidik mempunyai dua arti, yaitu arti yang luas dan arti yang sempit. Dalam arti
luas, seorang pendidik adalah semua orang yang berkewajiban membina peserta
didik. Dalam arti sempit, pendidik adalah orang yang dengan sengaja dipersiapkan
menjadi guru atau dosen. Guru dan dosen adalah jabatan profesional, sebab mereka
mendapatkan tujangan profesional.
Sebagai seorang profesional, pendidik memiliki ciri-ciri seperti yang
dikembangkan oleh Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (1991).
a. Memiliki fungsi dan signifikansi sosial.
b. Memiliki keahlian dan keterampilan tingkat tertentu.
c. Memperoleh keahlian dan keterampilan melalui metode ilmiah.
d. Memiliki disiplin ilmu.
e. Memiliki latar pendidikan perguruan tinggi.
f. Memiliki etika profesi yang dikontrol organisasi profesi.
g. Bebas memutuskan sendiri dalam memecahkan masalah yang berkaitan
dengan pekerjaannya.
h. Mempunyai nilai sosial di masyarakat.
i. Berhak mendapatkan imbalan yang layak.

Untuk memperkuat keprofesionalitasannya, seorang pendidik (Pidarta, 1997)


perlu : (1) memiliki sikap suka belajar, (2) mengetahui cara belajar, (3) memiliki rasa
percaya diri, (4) mencintai prestasi tinggi, (5) memiliki etos kerja produktif dan
kreatif, serta (6) puas terhadap kesuksesan yang dicapai dan berusaha
meningkatkannya.
Peran pendidik dalam meningkatkan mutu pendidikan di sekolah sebagai bagian
dari Manajemen Berbasis Sekolah. Karena pendidik berkaitan pula dengan
masyarakat terutama dengan orang tua siswa, maka seorang pendidik :

5
a. bertindak sebagai mitra orang tua peserta didik;
b. melaksanakan disiplin yang permisif;
c. memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengakualisasikan potensi
diri anak didik masing-masing;
d. mengembangkan bakat peserta didik;
e. melakukan dialog atau bertukar pikiran secara kritis dengan peserta didik;
serta
f. memperhatikan dan membina perilaku nyata agar positif pada setiap peserta
didik (Pidarta, 1997).

2. Pengembangan Kinerja Tenaga Pendidik


Menurut UU Nomor 20/2003 tentang Sisdiknas, dalam pengembangan kinerja
tenaga pendidik, ia berhak untuk memperoleh pembinaan karier sesuai dengan
tuntutan pengembangan kualitas. Untuk itu, ia diberi kesempatan untuk
menggunakan sarana dan prasrana serta fasilitas pendidikan untuk menunjang
kelancaran pelaksanaan tugasnya. Namun demikian, pengembangkan kinerja tenaga
pendidik harus beranjak dari kualifikasi minimum yang dimilikinya dan sertifikasi
yang sesuai dengan jenjang kewenangan mengajar, sehat jasmani dan ruhani, serta
memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Promosi dan penghargaan bagi pendidik dan tenaga kependidikan dilakukan
berdasarkan latar belakang pendidikan, pengalaman, kemampuan dan prestasi
mereka di bidang pendidikan. Pengembangan kinerja tenaga pendidik, juga terkait
dengan kompetensi yang harus diemban, yaitu kompetensi pedagogik, kompetesi
sosial, kompetensi intelektual. Dalam menjalankan tugas, komitmen dan dedikasi
pendidik dan tenaga kependidikan terhadap pekerjaan merupakan indikator penting
dalam pengembangan kinerja. Indikator itu misalnya: penuh dengan ide, kreatif,
inovatif, toleran, kreatif, disiplin, evaluatif, kooperatif.
Seorang pendidik harus senantiasa mengembangkan kinerjanya secara konsisten
dan berkelanjutan mengingat peranannya sebagai: (1) manajer pendidikan atau
pengorganisasi kurikulum, (2) fasilitator pendidikan, (3) pelaksana pendidikan, (4)
pembimbing atau supervisor para siswa, (5) penegak disiplin siswa, (6) model

6
perilaku yang akan ditiru siswa, (7) konselor, (8) evaluator, (9) petugas tata usaha
kelas, (10) komunikator dengan orang tua siswa dan masyarakat, (11) pengajar untuk
meningkatkan profesi secara berkelanjutan, serta anggota profesi pendidikan.
(Pidarta, 1997).
Dalam mencapai usaha optimal tujuan pendidikan, peran guru dan kinerjanya
merupakan hal yang sangat penting. Secara ideal seorang pendidik diharapkan
memiliki nilai-nilai kinerja positif seperti: prestasi kerja, rasa tanggung jawab,
ketaatan, kejujuran, kerjasama, prakarsa, dan kepemimpinan. Hal-hal tersebut
merupakan indikator kinerja seorang pendidik, selain latar belakang akademik dan
keterampilan khusus yang dimilikinya. Untuk itu, segala upaya untuk memacu
kinerja pendidik agar menjadi profesional akan sangat dipengaruhi oleh
keterlaksanaan MBS, misalnya dalam kaitan dengan pemenuhan kebutuhan sarana
dan prasarana pendidikan yang memperlancar tugas guru, perancangan proses belajar
mengajar yang memacu metode kerja guru semakin kreatif, meningkatkan
kemampuan akademik guru melalui program in job training sehingga mamacu
kemampuan sumber daya manusia kependidikan, serta meningkatkan motivasi dan
gairah kerja guru.
Pada dasarnya upaya memberdayakan kinerja tenaga pendidik dalam konteks
MBS adalah melalui koodinasi dan komunikasi. Koordinasi yang dilakukan kepala
sekolah dengan para guru dan masyarakat dapat secara vertikal, horisontal,
fungsional dan diagonal. Koordinasi dapat juga dilakukan secara internal dan
eksternal, dan secara terus menerus sebagai langkah konsolidasi dalam memperkuat
kelembagaan untuk mencapai tujuan. Contohnya, mengadakan pertemuan informal
dengan para pejabat, mengadakan rapat baik rapat koordinasi antara kepala sekolah
dengan guru, dengan komite sekolah, maupun dengan orangtua siswa.
Pada dasarnya ada tiga kegiatan penting yang diperlukan pendidik untuk
meningkatkan kualitas sehingga dapat meningkatkan pangkatnya sampai pada
jenjang kepangkatan tertinggi. Pertama, memperbanyak tukar pikiran tentang hal-hal
yang berkaitan dengan pengalaman mengembangkan materi pembelajaran dan
berinteraksi dengan peserta didik. Tukar informasi ini bisa dilakukan melalui KKG
dan kegiatan ilmiah dengan topik bersifat aplikatif. Kedua, melakukan penelitian

7
misalnya melalui Penelitian Tindakan (Action Research) dan sosialisasi hasil
penelitian dalam pertemuan ilmiah. Ketiga, membiasakan diri mengkomunikasikan
hasil penelitian yang dilakukan melalui media cetak agar dapat diakses secara luas.

3. Peningkatan Profesionalisme Tenaga Pendidik


Peningkatan profesionalisme tenaga pendidik itu dilakukan, mula dari kegiatan
rutin sampai pelatihan dan pendidikan lanjut. Peningkatan profesionalisme tenaga
pendidik sangat berkaitan erat dengan empat kriteria kinerja, yaitu karakteristik
tenaga pendidik, proses-proses peningkatan profesionalisme, hasil dan kombinasi di
antara ketiganya. Kualitas kerja perlu tenaga pendidik, kemampuan komunikasi,
insiatif, dan motivasi kerja, termasuk hal yang perlu diperhatikan. Seorang tenaga
pendidik harus memahami tugas dan tanggung jawab-nya, memiliki kemampuan
mengajar sesuai dengan bidangnya, mempunyai semangat tinggi, serta memiliki
insiatif dan kemauan tinggi, sehingga ia memiliki energi yang optimal dalam
menjalankan tugas profesionalismenya.
Ada sejumlah hal yang dapat kita lakukan untuk meningkatkan profesionalisme
tenaga pendidik, yaitu :
a. Senantiasa belajar dari pekerjaan sehari-hari.
b. Melakukan observasi kegiatan manajemen pendidikan secara terencana.
c. Membaca berbagai hal yang berkaitan dengan dunia pendidikan atau pross-
proses pembelajaran yang sedang dilaksanakan.
d. Memanfaatkan hasil-hasil penelitian pendidikan orang lain.
e. Berfikir untuk kelangsungan dan aplikasi pendidikan di masa mendatang.
f. Merumuskan ide-ide yang dapat diujicobakan.

Dalam upaya pembinaan dan peningkatan profesionalisme tenaga pendidik,


perlu pula dilakukan melalui pengembangkan konsep kesejawatan yang harmonis
dan objektif. Untuk itu, diperlukan adanya sinergi dengan sebuah wadah organisasi
(kelembagaan) para pendidik, dengan bentuk dan mekanisme kegiatan yang jelas,
serta standar profesi yang dapat diterapkan secara praktis.

8
Beberapa upaya lain yang dapat dilakukan untuk meningkatkan profesionalisme
tenaga pendidik adalah sebagai berikut :
a. Meningkatkan kualitas dan kemampuan dalam pelaksanaan proses
pembelajaran.
b. Berdiskusi tentang rencana pembelajaran.
c. Berdiskusi tentang substansi materi pelajaran.
d. Berdiskusi tentang pelaksanaan proses belajar mengajar termasuk evaluasi
pengajaran.
e. Melaksanakan observasi aktivitas rekan sejawat di kelas.
f. Mengembangkan kompetensi dan performansi guru.
g. Mengkaji jurnal dan buku pendidikan.
h. Mengikuti studi lanjut dan pengembangan pengetahuan melalui kegiatan
ilmiah.
i. Melakukan penelitian.
j. Menulis artikel.
k. Menyusun laporan penelitian.
l. Menyusun makalah.
m. Menyusun laporan atau review buku (Pidarta, 1997).

4. Peran dan fungsi kelembagaan profesi dalam peningkatan profesionalisme


tenaga pendidikan
Organisasi asosiasi profesi guru merupakan salah satu bagian yang perlu
dipahami oleh para guru karena mereka berkecimpung dalam dunia keguruan. Salah
satu ciri profesi adalah adanya kontrol yang ketat atas anggotanya, suatu profesi ada
dan diakui masyarakat karena ada usaha dari para anggotanya untuk menghimpun
diri. Melalui organisasi, profesi dilindungi dari kemungkinan penyalahgunaan yang
dapat membahayakan keutuhan dan kewibawaan profesi itu. Maka organisasi profesi
menyerupai suatu sistem yang senantiasa mempertahankan keadaan yang harmonis.
Secara sederhana organisasi profesi dapat ditarik sebagai suatu perserikatan orang-
orang yang masing-masing diberi peranan tertentu dan melaksanakan kegiatan sesuai

9
dengan peranan tersebut bersama-sama secara terpadu mencapai tujuan yang telah
ditentukan bersama.
Kajian tentang organisasi tidak hanya pada perkumpulan orang-orang, aktifitas-
aktifitas mereka dan tujuan yang akan di capai, tapi juga semua aspek yang
memengaruhi eksistensi perkembangan dan efektivitas organisasi tersebut, antara
lain: rincian dan susunan tugas teknologi, informasi, dan sumber-sumber lain yang
digunakan serta saling berpengaruh dan keterpaduannya dalam suatu system[5].
Organisasi profesi memiliki ruang lingkup, yaitu diantara ruang lingkup
organisasi profesi kependidikan meliputi :
a. Bentuk dan Corak Organisasi Profesi Kependidikan
Bentuk organisaasi profesi keguruan begitu bervariasi dipandang dari segi
derajat keeratan dan keterkaitan antar anggotanya. Ada empat bentuk
organisaasi profesi keguruan. Pertama, berbentuk persatuan (union): Persatuan
Guru Republic Indonesia ( PGRI ), Ausrtalian Education Union (AUE), National
Tertiary Education Union (NTEU), Singapore Teachers’ Union (STU), National
Union of the Teaching Profession (NUTP), dan Sabah Teachers Union (STU).
Kedua, berbentuk federasi (federation) antara lain di India dan Bangladesh,
misalnya: All India Primary Teachers Federation (AIPTF), dan Bangladesh
Teachers’ Federation (BTF). Ketiga, berbentuk aliansi (alliance), antara lain di
Pilipina, seperti National Alliance of Teachers and Office Workers (NATOW).
Keempat, berbentuk asosiasi (association) seperti yang terdapat di kebanyakan
negara, misalnya, All Pakistan Government School Teachar Association
(APGSTA) di Pakistan, dan Brunei Malay Teachers’ Association (BMTA) di
Brunei.
Ditinjau dari kategori keanggotaannya, corak organisasi profesi keguruan
beragam pula. Corak organisasi profesi ini dapat dibedakan berdasarkan (1)
Jenjang pendidikan di mana mereka bertugas (SD, SMP, dll); (2) Status
penyelenggara kelembagaan pendidikannya (negeri, swasta); (3) Bidang studi
keahliannya (bahasa, kesenian, matematika, dll); (4) Jender (Pria, Wanita); (5)
berdasarkan latar belakang etnis (cina, tamil, dll) seperti China education
Society di Malaysia.

10
b. Struktur dan Kedudukan Organisasi Profesi Keguruan
Berdasarkan struktur dan kedudukannya, organisasi profesi keguruan
terbagi atas tiga kelompok, yaitu (1) Organisasi profesi keguruan yang bersifat
lokal (kedaerahan dan kewilayahan), misalnya Serawak Teachers’ Union di
Malaysia; (2) Organisasi profesi keguruan yang bersifat nasional seperti
Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI); dan (3) Organisasi profesi keguruan
yang bersifat internasional seperti UNESCO (United Nations Educational,
Scientific, and Culture Organization).
c. Keanggotaan Organisasi Profesi Keguruan
Dengan adanya keragaman bentuk dan corak serta struktur dan kedudukan
Organisasi Profesi Kependidikan/Keguruan seperti telah dipaparkan di muka,
dengan sendirinya keanggotaan Organisasi Profesi Kependidikan ini beragam
pula. Akan tetapi pada umumnya Organisasi profesi kependidikan yang bersifat
asosiasi atau persatuan langsung dari setiap pribadi pengemban profesi yang
bersangkutan. Sedangkan keanggotaan organisasi profesi kependidikan yang
bersifat federasi cukup terbatas oleh pucuk organisasi yang berserikat saja.
d. Program Operasional Organisasi Profesi Keguruan
Sebagaimana organisasi profesi kependidikan memiliki tujuan dan fungsi,
bahkan visi dan misi tersendiri. Untuk merealisasikan hal tersebut organisasi
profesi ini lazimnya memiliki program operasional tertentu yang secara
terencana, dan pelaksanaannya harus dipertanggungjawabkan kepada para
anggotanya melalui forum resmi, seperti termaktub dalam anggaran dasar (AD)
atau anggaran rumah tangga (ART) atau bahkan hasil konvensi anggota profesi
kependidikan. Kandungan program tersebut mencakup hal-hal berikut :
1) Upaya-upayayang menunjang terjaminnya pelaksanaan hak dan kewajiban
para anggotanya, sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
2) Upaya-upaya yang memajukan dan mengembangkan kemampuan
professional dan karier para anggotanya, melalui berbagai kegiatan ilmiah
dan profesional seperti seminar, simposium, loka karya dan sebagainya.
3) Upaya-upaya yang menunjang bagi terlaksananya hak dan kewajiban
pengguna jasa pelayanan profesional, baik keamanan maupun kualitasnya.

11
4) Upaya-upaya yang bertalian dengan pengembangan dan pembangunan yang
relevan dengan bidang keprofesiannya.

Organisasi profesi kependidikan berfungsi sebagai pemersatu seluruh anggota


profesi dalam kiprahnya menjalankan tugas keprofesiannya, dan memiliki fungsi
peningkatan kemampuan profesional profesi ini.
Fungsi Pemersatu, yaitu dorongan yang menggerakkan para profesional untuk
membentuk suatu organisasi keprofesian. Motif tersebut begitu bervariasi, ada yang
bersifat sosial, politik ekonomi, kultural, dan falsafah tentang sistem nilai. Motif
intrinsik dan ekstrinsik.Intrinsik, para profesional terdorong oleh keinginannya
mendapat kehidupan yang layak, sesuai dengan tugas profesi yang diembannya.
Secara ekstrinsik mereka terdorong oleh tuntutan masyarakat pengguna jasa suatu
profesi yang semakin hari semakin kompleks.
Fungsi kedua dari organisasi kependidikan adalah meningkatkan kemampuan
profesional pengemban profesi kependidikan ini. Fungsi ini secara jelas tertuang
dalam PP No. 38 tahun 1992, pasal 61 tentang ikatan profesi yang berbunyi: Tenaga
kependidikan dapat membentuk ikatan profesi sebagai wadah untuk meningkatkan
dan mengembangkan karier, kemampuan, kewenangan profesional, martabat, dan
kesejahteraan tenaga kependidikan. Bahkan dalam UUNo.30 tahun 2003 pasal 39
ayat 2 tentang system pendidikan nasional: Tenaga profesional yang bertugas
merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil belajar,
melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian
masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.
Sejumlah mekanisme yang telah dikembangkan di Indonesia untuk menunjang
pengembangan kemampuan profesional guru atau tenaga pendidikan. Sehubungan
dengan berjalannya UU No.14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen, seorang guru
profesional diberikan kesempatan untuk dapat meningkatkan dan mengembangkan
keprofesionalannya melalui beberapa aspek, yaitu melalui pelatihan, penulisan karya
ilmiah, pertemuan di Kelompok Kerja Guru (KKG) dan mengadakan pertemuan di
Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP).

12
Mekanisme utama adalah melalui gugus sekolah dan pembinaan profesional di
masing-masing sekolah. Sebagai contoh adalah Kelompok Kerja Guru (KKG) atau
Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP). sekolah-sekolah dasar di Indonesia
telah dikelompokkan menjadi gugus yang terdiri atas 6- 10 sekolah. Sistem gugus
tersebut dianggap sangat penting dalam pembinaan profesional guru. Sebagaimana
kita pahami, KKG atau MGMP merupakan wadah berkumpulnya para guru dalam
satu gugus untuk memecahkan masalah, mengujicobakan dan mengembangkan ide-
ide baru untuk peningkatan mutu pembelajaran di sekolah, serta meningkatkan
profesionalisme guru. Dengan sistem gugus sekolah seperti KKG atau MGMP ini,
diharapkan dapat terjadi secara terus-menerus upaya peningkatan mutu pendidikan
dengan semangat untuk maju bersama.
KKG (Klompok Kerja Guru) merupakan wadah atau forum kegiatan profesional
bagi para guru sekolah dasar/Madrasah ibtidaiyah di tingkat gugus atau kecamatan
yang terdiri dari beberapa guru dari beberapa sekolah. Sedangkan MGMP
(Musyawarah Guru Mata Pelajaran) adalah forum atau wadah kegiatan profesional
guru mata pelajaran pada SMP/MTs, SMPLB/MTsLB, SMA/MA, SMALB/MALB
yang berada pada satu wilayah/kabupaten/kota/kecamatan/sanggar/gugus sekolah
yang berfungsi sebagai sarana untuk saling berkomunikasi, belajar, dan bertukar
pikiran dan pengalaman dalam rangka meningkatkan kinerja guru sebagai
praktisi/pelaku perubahanreorientasi pembelajaran kelas. Organisasi MGMP berada
dibawah naungan Dinas Pendidikan tingkat kota di seluruh Indonesia.
KKG/MGMP dilakukan oleh guru-guru yang memiliki kemampuan (tutor inti
atau pemandu bidang studi/mata pelajaran), yang sebelumnya telah mendapatkan
penataran oleh Kemendiknas. Wadah ini diharapkan untuk dapat meningkatkan
profesionalisme guru untuk belajar, baik berupa sikap, kemampuan, pengetahuan,
maupun keterampilan, sehingga memiliki dampak positif bagi para murid-muridnya.
Untuk mendapatkan pengakuan sebagai guru yang baik dan berhasil, maka guru
berusahalah tampil di muka kelas dengan prima. Setiap guru bertanggung jawab
untuk meningkatkan kompotensi profesionalnya. Guru bertanggung jawab secara
profesional untuk terus meningkatkan kemampuannya. Dengan demikian,
peningkatan kemampuan profesional guru menjadi tugas dan bertanggung jawab

13
guru yang bersangkutan untuk mengupayakannya. Namun demikian tidak semua
guru dapat melakukannya secara efektif, oleh karena itu, diperlukan sarana yang
dapat menolong mereka. Kelompok kerja guru (KKG) merupakan salah satu sarana
atau wadah yang dapat dimanfaatkan guru-guru untuk meningkatkan kemampuan
profesionalnya.
Organisasi KKG/MGMP memiliki beberapa fungsi yakni sebagai berikut :
a. Menyusun program jangka panjang, menengah, dan pendek serta mengatur
jadwal tempat dan kegiatan secara rutin;
b. Memotivasi para guru untuk mengikuti kegiatan MGMP secara rutin, baik di
tingkat sekolah, wilayah, maupun kota;
c. Meningkatkan mutu profesionalisasi guru dalam pengajaran, evaluasi, dan
pembelajaran di dalam kelas sehingga mampu meningkatkan mutu pendidikan di
sekolah;
d. Mengembangkan program layanan supervisi akademik klinis yang berkaitan
dengan pembelajaran yang efektif;
e. Mengembangkan silabus dan melakukan Analisis Mata Pelajaran (AMP),
Program Tahunan (Prota), Program Semester (Prosem), Rencana Pelajaran
(RPP), dan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal).

Selain itu KKG/MGMP juga memiliki fungsi yang tersusun dalam program-
program yang harus dipatuhi guru dan pemandu mata pelajaran. Progam ini berupa
pembinaan bagi KKG. Isi pembinaan itu meliputi :
e. Menjabarkan Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP) ke dalam proses
catur wulan.
f. Menyusun perencanaan persiapan mengajar
g. Melaksanakan kegiatan belajar mengajar
h. Menilai kemajuan perkembangan anak didik;
i. Memberikan umpan balik secara teratur dan terus menerus;
j. Membuat dan menggunakan alat bantu mengajar secara sederhana.
k. Menggunakan dan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber dan media;
l. Membimbing dan melayani murid yang mengalami kesulitan dalam belajar;

14
m. Mengatur waktu dan mengolahnya secara efisien.
n. Menyajikan materi pelajaran sesuai dengan perkembangan murid;
o. Mengolah kegiatan belajar.
Adanya organisasi profesi berupa KKG/MGMP juga memiliki beberapa tujuan,
yaitu :
a. Memperluas wawasan dan pengetahuan guru dalam hal, khususnya penguasaan
substansi materi pembelajaran, penyusunan silabus, penyusunan bahan-bahan
pembelajaran, strategi pembelajaran, metode pembelajaran, memaksimalkan
pemakaian sarana/prasarana belajar, memanfaatkan sumber belajar, dsb.
b. Memberikan kesempatan kepada anggota atau musyawarah kerja untuk berbagi
pengalaman serta saling memberikan bantuan dan umpan balik.
c. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan;
d. Memberdayakan dan membantu anggota kelompok kerja dalam melaksanakan
tugas-tugas pembelajaran di sekolah;
e. Mengubah budaya kerja anggota kelompok kerja atau musyawarah kerja dan
mengembangkan profesionalisme di tingkat KKG/MGMP;
f. Meningkatkan mutu proses pendidikan dan pembelajaran yang tercermin dari
peningkatan hasil belajar peserta didik;
g. Meningkatkan kompetensi guru melalui kegiatan-kegiatan di tingkat
KKG/MGMP.

Tugas dan tanggung jawab Kelompok Kerja Guru (KKG) secara umum adalah
sebagai berikut :
a. Memberikan motivasi kepada guru agar mengikuti setiap kegiatan yang
diadakan termasuk kegiatan yang diselenggarakan PKG
b. Meningkatkan kompotensi meliputi aspek pedagogis, kepribadian, sosial dan
profesional.
c. Menunjang pemenuhan kebutuhan yang berkaitan dengan kegiatan
pembelajaran.

15
Dengan berbagai kegiatan tersebut di atas, diharapkan kemampuan profesional
guru-guru dapat ditingkatkan. Dengan kata lain, kemampuan profesional guru-guru
bisa ditingkatkan melalui berbagai kegiatan yang dilakukan di KKG. Penelitian yang
mengkaji tentang KKG ini belum begitu banyak dilakukan terutama apabila
dikaitkan dengan kemampuan profesional guru-guru sebagai indikator dari
keberhasilan pelaksanaan KKG tersebut.
Keberadaan Kelompok Kerja Kepala Sekolah (KKKS) sangat penting untuk
membantu peningkatan profesionalisme tenaga pendidik. Kelompok kerja tersebut
terdiri atas para kepala sekolah dalam satu gugus. Pertemuan KKKS diadakan setiap
bulan untuk mengkaji kegiatan gugus dan memberikan masukan maupun
rekomendasi terhadap KKG. Peran kepala sekolah dalam memajukan pendidikan di
sekolah dapat dilakukan, misalnya, melalui pengembangan informasi tentang
pengelolaan kelas, cara mengajar guru, peningkatan fasilitas pendukung pendidikan
seperti perpustakaan dan laboratorium, pembinaan dan monitoring guru, pembinaan
secara individual, dan hubungan kepala sekolah dengan masyarakat.
Masukan yang diperoleh dari KKKS memungkinan kepala sekolah dapat
memahami kondisi sekolahnya dengan lebih baik. Oleh sebab itulah, kepala sekolah
perlu berperan secara aktif dalam perencanaan dan pelaksanaan gugus. Keaktifan itu
tidak hanya di KKKS, tetapi juga dalam kegiatan KKG, sehingga dapat memperoleh
masukan yang lebih riil berkenaan dengan permasalahan yang dihadapi oleh guru.

B. Peningkatan Profesionalisme Tenaga Kependidikan


Undang-undang No. 20/2003 tentang Sisdiknas, Bab I Ketentuan Umum butir
7 menyatakan bahwa tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat yang
mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan.
Manajemen Berbasis Sekolah memerlukan keterkaitan antara sekolah yang
memiliki kepemimpinan kependidikan dan masyarakat. Keberadaan tenaga
kependidikan dalam konteks ini sangat menentukan keberhasilan hubungan antara
sekolah dengan masyarakat.

16
Upaya yang dapat dilakukan berupa upaya administratif, struktural, dan
kesejawatan. Upaya administratif berkaitan dengan sistem dan tata peraturan
normatif kepegawaian yang berlaku. Upaya struktural dan kesejawatan berkaitan
dengan program-program pengembangan dan peningkatan karier dan jabatan
ketenagaan dengan melihat hasil evaluasi kinerja maupun promosi.
1. Pengertian tenaga kependidikan
Tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan
diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan. Tugasnya ialah
melaksanakan pengawasan dan pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan
pada suatu satuan pendidikan. Seperti halnya tenaga pendidik, tenaga kependidikan
juga berkewajiban untuk membantu menciptakan suasana pendidikan yang
bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis. Ia pun harus harus dapat
menjadi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan kedudukan, sesuai
dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya.
Dalam melaksanakan sistem administrasi sekolah, keberadaan tenaga
kependidikan sangatlah penting, mulai dari pengelola perpustakaan, bagian
keuangan, sampai pada dalam mencapai tujuan pendidikan.
Tenaga kependidikan dapat pula disebut sebagai tenaga penyelenggara
pendidikan. Kepala Sekolah dapat pula dimasukkan ke dalam tenaga kependidikan,
karena ia menyelenggarakan pendidikan dan menduduki jabatan struktural. Adapun
kewajiban-kewajiban tenaga kependidikan, yaitu :
a. Menjadi manajer atau pengendali sistem manajerial lembaga pendidikan
dengan tugas di antaranya: membuat prediksi kelangsungan lembaga
pendidikanya di masa mendatang untuk mengantisipasi dan mengembangkan
prestasi, merencanakan inovasi pendidikan, menciptakan strategi, serta
mengkoordinasikan dan melakukan pengendalian terhadap pelaksanaaan
pendidikan.
b. Menjadi pemimpin lembaga pendidikan dengan memimpin semua aset insani di
sekolah, memotivasi kerja dengan kinerja positif, meningkatkan kesejahteraan,
dan mengendalikan disiplin kerja.

17
c. Menjadi supervisor atau pengawas yang akan mengawasi jalannya kinerja
administrasi pendidikan, melakukan supervisi, serta mencari dan memberi
peluang untuk meningkatkan profesi para pendidik.
d. Menjadi pencipta iklim bekerja yang kondusif.
e. Menjadi administrator lembaga pendidikan dengan tugas menyelenggarakan
kegiatan rutin yang dioperasikan oleh personalia lembaga
f. Melaksana kegiatan administratif-subatantif yaitu administrasi kurikulum,
kesiswaan, prsonalia, keuangan, sarana dan prasarana.
g. Menjadi koordinator kerja sama lembaga pendidikan dengan masyarakat.

2. Pengembangan kinerja tenaga kependidikan


Kinerja tenaga kependidikan juga perlu diperhatikan untuk memperoleh hasil
kerja yang optimal. Peningkatan kinerja agar sistem administrasi sekolah dapat
berjalan dengan lancar, terdapat beberapa hal yang penting untuk diperhatikan
sebagai berikut :
a. Standar akurasi: apakah tugas yang dikerjalan memenuhi standar
ketepatan?
b. Prestasi: apakah tugas yang dikerjakan dapat terselesaikan dengan penuh
tanggung jawab?
c. Administrasi: apakah tenaga kependidikan menunjukkan afektivitas
administratif ?
d. Analitis: apakah tenaga kependidikan telah melakukan analisis pekerjaan
secara efektif?
e. Komunikasi: bagaimanakah kemampuan komunikasi tenaga kependidikan?
f. Kompetensi: apakah tenaga kependidikan menunjukkan kemampuan dan
kualitasnya?
g. Kerjasama: bagaimana cara kerja tim mereka, apakah mereka mampu
bekerjasama dengan orang lain?
h. Kreativitas: apakah mereka menunjukkan daya imajinasi dan daya
kreativitas dalam bekerja?

18
i. Pengambilan keputusan: apakah mereka mampu memberi solusi dalam
masalah yang dihadapi?
j. Pendelegasian: apakah mereka mampu mengatur tugas dan tanggung jawab
dengan tim secara kompak?
k. Improvisasi: apakah terjadi peningkatan kualitas atau kondisi yang lebih
baik?
l. Insiatif: apakah mereka mengemukakan gagasan, metode dan pendekatan
baru dengan lebih baik?
m. Inovasi : Adakah inovasi yang dihasilkan?
n. Keahlian khusus:apakah mereka secara personal memiliki keahlian khusus?
o. Kepemimpinan : adakah sifat kepemimpinan pada masing-masing tenaga
kependidikan ?
p. Usaha belajar : adakah usaha untuk terus belajar ?
q. Dimotivasi dan memotivasi : apakah mereka mau dimotivasi atau
memotivasi diri untuk meraih kemajuan prestasi kerja?

Melihat point diatas betapa betapa penting kinerja tenaga kependidikan


semestinya dikembangkan untuk mewujudkan MBS yang efektif dan optimal.
Upaya struktural dan kesejawatan berkaitan dengan program-program
pengembangan dan peningkatan karier dan jabatan ketenagaan dalam melihat hasil
evaluasi kinerja maupun promosi. Sebagai contoh ialah dengan peningkatan mutu
bagi tenaga kependidikan yang dapat dilakukan melalui program-program sebagai
berikut : Peningkatan Gaji Dan Kesejahteraan: Peningkatan mutu tenaga
kependidikan adalah memberikan kesejahteraan guru dengan gaji yang layak untuk
kehidupannya. Hal ini dinilai amat vital dan strategis untuk meningkatkan tenaga
kependidikan karena ada dua alas an. Pertama, ada lima syarat pekerjaan sebagai
profesi, yaitu (1) bahwa pekerjaan itu memiliki fungsi dan signifikansi bagi
masyarakat, (2) bahwa pekerjaan itu memerlukan bidang keahlian tertentu, (3)
bidang keahlian itu dapat dicapai dengan melalui cabang pendidikan tertentu (body of
knowledge), (4) bahwa pekerjaan itu memerlukan organisasi profesi dan adanya kode
etik tertentu, dan kemudian (5) bahwa pekerjaan tersebut memerlukan gaji atau

19
kompensasi yang memadai agar pekerjaan itu dapat dilaksanakan secara profesional.
Dari kelima syarat tersebut, yang masih belum terpenuhi sepenuhnya adalah gaji dan
kompensasi yang memadai. Alasan kedua, karena peningkatan gaji dan kesejahteraan
merupakan langkah yang memiliki dampak yang paling berpengaruh (multiplier
effects) terhadap langkah-langkah lainnya. Kenaikan gaji dapat dilakukan secara
menyeluruh dan bertahap. Hal ini terkait dengan maraknya tindak korupsi yang telah
mencapai tingkat yang berbahaya seperti virus yang telah menjangkiti semua aspek
kehidupan manusia. Tetapi jika standar gaji akan dinaikkan, maka standar
kompetensi juga perlu dinaikkan juga. Jadi yang akan diberikan kenaikan gaji adalah
para tenaga kependidikan yang telah mencapai standar kompetensi yang telah
ditetapkan.

3. Upaya peningkatan profesional tenaga kependidikan


Secara konstitusional pasal 41 UU No. 20/2003 tentang Sisdiknas
menyebutkan bahwa tenaga kependidikan dapat bekerja secara lintas daerah.
Pengangkatan, penempatan, dan penyebaran tenaga kependidikan diatur oleh
lembaga yang mengangkat berdasarkan kebutuhan satuan pendidikan formal.
Promosi dan penghargaan bagi tenaga kependidikan dilakukan berdasarkan: latar
belakang pendidikan, pengalaman, kemampuan, dan prestasi kerja dalam bidang
pendidikan.
Selain itu, pemerintah dan pemerintah daerah memiliki kewajiban membina
dan mengembangkan tenaga kependidikan pada satuan pendidikan yang
diselenggarakan oleh pemerintah maupun masyarakat. Secara internal, untuk
menunjang pelaksanaan MBS, terdapat hal yang perlu dipantau dari tenaga
kependidikan.
1. Pengetahuan tentang pekerjaan yang dilakukan
2. Kualitas kerja mereka
3. Produktivitas kerja
4. Adaptasi dan fleksibilitasnya
5. Inisiatif dan pemecahan masalah
6. Koorperasi dan kerjasama

20
7. Kendala yang mampu diatasi dan tanggung jawab
8. Kemampuan berkomunikasi dan interaksinya.

Kepala sekolah, juga dipandang sebagai tenaga kependidikan, karena perannya


sebagai penyelenggara serta administrator administrasi dan manajerial pendidikan di
sekolah. Salah satu faktor yang paling menentukan mutu pendidikan di sekolah
adalah mutu kepala sekolah. Oleh sebab itu, kita perlu mengetahui apa yang
dilakukan kepala sekolah yang berhasil meningkatkan mutu pendidikannya di
sekolah.
Pengelolaan sekolah mencakup beberapa unsur, antara lain : mengembangkan
dan merawat fasilitas sekolah, memastikan ketersediaan buku serta alat dan bahan
yang dibutuhkan guru untu mengajar, bekerja sama dengan orang tua dan
masyarakat. Pengawas sekolah pun harus memiliki potensi untuk mempengaruhi
kepala sekolah dan guru di wilayahnya agar mereka secara aktif dapat meningkatkan
mutu pendidikan di sekolahnya.
Membangun sistem sertifikasi tenaga kependidikan, serta sistem penjaminan
mutu pendidikan sebagaimana diamanatkan dalam PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan: Penataan sistem sertifikasi tenaga kependidikan tidak
boleh tidak harus dilakukan untuk menjamin terpenuhinya berbagai standar nasional
pendidikan yang telah ditetapkan. Jika sistem sertifikasi ini telah mulai berjalan,
maka sistem kenaikan pangkat bagi tenaga kependidikan harus disesuaikan.
Kenaikan pangkat tenaga kependidikan bukan semata-mata sebagai proses
administrasi semata-mata, melainkan lebih merupakan proses penting dalam
sertifikasi yang berdasarkan kompetensi.
Membangun satu standar pembinaan karir (career development path): Seiring
dengan pelaksanaan sertifikasi tersebut, disusunlah satu standar pembinaan karier.
Sistem itu harus dalam bentuk dokumen yang disyahkan dalam bentuk undang-
undang atau setidaknya berupa peraturan pemerintah yang harus dilaksanakan oleh
aparat otonomi daerah. Sebagai contoh, untuk menjadi instruktur, atau menjadi
kepala sekolah, atau pengawas, seorang pendidik harus memiliki standar kompetensi
yang diperlukan, dan harus melalui proses pencapaian yang telah baku. Standar

21
pembinaan karir ini akan dapat dilaksanakan dengan matap apabila memenuhi
prasyarat antara lain jika sistem sertifikasi tenaga kependidikan telah berjalan dengan
lancar. Meneruskan peningkatan kompetensi melalui kegiatan diklat, dan pendidikan
profesi dari lembaga pendidikan tenaga kependidikan (LPTK), serta melibatkan
organisasi pembinaan profesi guru dan tenaga kependidikan

22
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan
melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan
pembimbing-an dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian
kepada masyarakat terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi. Pendidik
bertugas menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan,
kreatif, dinamis, dan dialogis. Untuk itu, pendidik harus memiliki komitmen
profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan. Sebagai pendidik ia harus
memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan kedudukan,
sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya.
2. Berdasarkan undang-undang Republik Indonesia nomor 14 tahun 2005 pasal
20 ayat (b) menyatakan bahwa “dalam rangka melaksanakan tugas
keprofesionalannya, guru berkewajiban meningkatkan dan mengembangkan
kualifikasi akademikdan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan
ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni”,dapat disimpulkan bahwa guru
diberikan kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan melalui
beberapa cara, salah satunya yaitu dengan organisasi profesi
kependidikan. Salah satunya yaitu KKG/MGMP yang memiliki peran besar
untuk meningkatkan ataupun mengembangkan kinerja guru dalam proses
pembelajaran di sekolah.
3. Undang-undang No. 20/2003 tentang Sisdiknas, Bab I Ketentuan Umum butir
7 menyatakan bahwa tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat yang
mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan
pendidikan.
4. Manajemen Berbasis Sekolah memerlukan keterkaitan antara sekolah yang
memiliki kepemimpinan kependidikan dan masyarakat. Keberadaan tenaga
kependidikan dalam konteks ini sangat menentukan keberhasilan hubungan
antara sekolah dengan masyarakat.

23
5. Upaya yang dapat dilakukan berupa upaya administratif, struktural, dan
kesejawatan. Upaya administratif berkaitan dengan sistem dan tata peraturan
normatif kepegawaian yang berlaku. Upaya struktural dan kesejawatan
berkaitan dengan program-program pengembangan dan peningkatan karier
dan jabatan ketenagaan dengan melihat hasil evaluasi kinerja maupun
promosi.

B. Saran
Sehubungan dengan keterbatasan referensi yang digunakan dalam penyusunan
makalah ini, maka kami menyarankan para pembaca dapat mengembangkan makalah
ini dengan lebih memperbanyak lagi referensi-referensi mengenai peningkatan
profesionalisme tenaga pendidik dan tenaga kependidikan.

24
DAFTAR PUSTAKA

Info Pendidikan. 2015. Pengertian Tugas dan Tanggung Jawab.


http://infopendidikan17.blogspot.com/2015/11/pengertian-tugas-dan-
tanggung-jawab.html (Diakses tanggal 8 Desember 2018)

Sudarsono.2011.Peningkatan Profesionalisme Tenaga. http://dh4rsono-


tusmahangtuah1jakarta.blogspot.com/2011/10/peningkatan-
profesionalisme-tenaga.html. (Diakses tanggal 8 Desember 2018)

Werkanis AS dan Marlius Hamadi, Strategi Mengajar dalam Pelaksanaan Kurikulum


Berbasis Kompetensi, (Riau: Sutra Benta Perkasa : 2005) hlm. 39

Yusuf Setyadi. 2017. Pengertian, Fungsi dan Tujuan Organisasi Profesi


(KKG/MGMP). http://yfatyr.blogspot.com/2017/08/pengertian-fungsi-dan-
tujuan-organisasi.html (Diakses tanggal 8 Desember 2018)

25

Anda mungkin juga menyukai