Anda di halaman 1dari 13

KEGAGALAN MUTU DALAM PENDIDIKAN

Makalah ini Disusun dalam Rangka Memenuhi Tugas Mata Kuliah Menejemen
Pendidikan yang Diampu Oleh Drs. Aden Wijdan Syarif Zaidan M.Si.

Nama Kelompok IV:


1. Diinu Tsabitul Azmi (20422065)
2. Isnaini Mutaqinul Fajri (20422046)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
2020

I
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT ,yang telah
memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyeselesaikan Makalah
yang berjudul "KEGAGALAN MUTU DALAM PENDIDIKAN.'' Pada Mata
Kuliah Menejemen Pendidikan.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak
kekurangan dan masih jauh dari kata sempurna,karean terbatasnya pengetahuan dn
pengalaman yang kami miliki .Oleh karena itu,kami mengharapakan segala bentuk
saran masukan dan kritik yang membangun dari berbagai pihak . Kami juga
mengharapkan makalah ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dalam
Pendidikan.

Yogyakarta ,16 Maret 2021

Penulis

II
DAFTAR ISI

JUDUL................................................................................................................I
KATA PENGANTAR .....................................................................................II
DAFTAR ISI.....................................................................................................II
BAB I
PENDAHULUAN................................................................................................
A. Latar Belakang ..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................2
C.Tujuan Masalah ...............................................................................................2
BAB II
PEMBAHASAN
A.Sebab –sebab Umum .....................................................................................3
B.Sebab-sebab Khusus........................................................................................3
C.Peran meneger Pendidikan...............................................................................4
BAB III
STRATEGI PENINGKATAN
A.Teori Pembahasan............................................................................................6
B.Menejem Mutu Strategi...................................................................................6
C.Langkah-langkah.............................................................................................7
BAB IV
PENUTUP
A.kesimpulan.......................................................................................................8
B.Saran.................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................9

III
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Sudah merupakan pendapat umum bahwa kemakmuran suatu bangsa
berkaitan erat dengan kualitas atau mutu pendidikan bangsa yang bersangkutan.
Bahakan lebih spesifik lagi,  bangsa-bangsa yang berhasil mencapai kemakmuran
dan kesejahteraan dewasa ini adalah  bangsa-bangsa yang melaksanakan
pembangunan berdasarkan strategi pengembangan sumber daya insane. Artinya,
melaksanakan pembangunan nasional dengan menekankan pada  pembangunan
pendidikan guna pengembangan kualitas sumber daya manusia. Pengembangan
sumber daya manusia, dari aspek pendidikan berarti mengembangkan pendidikan
baik aspek kuantitas maupun kualitas. Aspek kuantitas menekankan pada
perluasan sekolah sehingga  penduduk memilki akses untuk bisa mendapatkan
pelayanan pendidikan tanpa memandang latar  belakang kehidupan
mereka.Peningkatan mutu pendidikan melalui standarisasi dan profesionalisasi
yang sedang dilakukan dewasa ini menuntut pemahaman berbagai pihak terhadap
perubahan yang terjadi dalam berbagai komponen sistem pendidikan.
Belajar dari wiliam edwards deming Jika manajer secara serius
membutuhkan mutu, maka mereka harus memahami sebab-sebab kegagalan
mutu. Karakteristik terpenting dalam penelitian Deming adalah, bahwa ia telah
melakukan analisis terhadap sebab-sebab kegagalan mutu. Sebab-sebab
kegagalan tersebut harus betul-betul dipahami jika ingin dapat ditangani secara
sukses. Dia membedakan antara sebab-sebab kegagalan umum dan khusus.
Sebab-sebab umum adalah sebab-sebab yang diakibatkan oleh kegagalan sistem.
Problem sistematis ini merupakan problem internal proses institusi. Problem
tersebut dapat diatasi jika sistem, proses, dan prosedurnya dirubah. Sebab-sebab
kegagalan lainnya dia sebut dengan sebab-sebab khusus. Sebab-sebab tersebut
melahirkan variasi-variasi yang non-random di dalam sistem, dan merupakan
sebab-sebab eksternal.

B. Rumusan masalah
1. Apa Sebab sebab umum kegagalan mutu dalam pendidikan ?
2. Apa sebab sebab khusus kegagalan mutu dalam pendidikan ?
3. Apa peran manajer dalam menangani kegagalan mutu ?

1
C. Tujuan pembahasan
1. Mengetahui sebab sebab umum kegagalan mutu dalam pendidikan
2. Mengetahui sebab sebab khusus kegagalan mutu dalam pendidikan
3. Mengetahui peran manajer dalam menangani kegagalan mutu

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sebab-Sebab Umum
Sebab-sebab umum rendahnya mutu pendidikan bisa disebabkan oleh
beberapa sumber yang mencakup desain kurikulum yang lemah, bangunan yang
tidak tepat dan tidak memenuhi syarat, lingkungan kerja yang jelek, sistem dan
prosedur yang tidak cocok, kreasi jadwal yang tidak layak, sumber daya yang
kurang, dan pengembangan staf yang kurang. Jika kasus kesalahan dan kegagalan
tersebut dapat diidentifikasi sebagai akibat dari problem sistem, kebijakan, atau
sumber daya, maka itu disebut dengan problem sebab umum. Implikasi
manajemennya adalah bahwa sebab-sebab sistem tersebut harus dihilangkan dan
prosedurnya harus ditingkatkan, disusun, dan ditentukan kembali. Hal ini
mungkin memerlukan perubahan kebijakan atau mengadakan program pelatihan
baru. Poin penting yang harus dicatat di sini adalah bahwa masalah tersebut
hanya dapat ditangani oleh pola manajemen yang benar.
Pola tersebut adalah pola yang mempunyai otoritas untuk membuat
kebijakan atau mendesain kembali sistem. Staf mungkin melihat perlunya
perubahan, tapi implementasinya hanya akan terjadi jika manajemen melakukan
aksi. Untuk menentukan originitas sebuah problem, diperlukan suatu upaya untuk
mencari data-data kegagalan dan memonitornya secara teratur. Hasil pendidikan
yang terlalu lama untuk dicapai, menyebabkan penelitian dan analisis sulit
dilakukan. Jika hal itu terjadi, maka berarti sebab-sebab kegagalan bukan
merupakan subyek dari aksi manajerial. Ini jelas bertentangan dengan prinsip-
prinsip TQM.
B. Sebab-Sebab Khusus
Sebab-sebab khusus kegagalan, di sisi lain, sering diakibatkan oleh prosedur
dan aturan yang tidak diikuti atau ditaati, meskipun kegagalan tersebut mungkin
juga diakibatkan oleh kegagalan komunikasi atau kesalahpahaman
(misunderstanding). Kegagalan tersebut bisa juga disebabkan oleh anggota
individu staf yang tidak memiliki skill yang dibutuhkan, pengetahuan dan sifat
yang dibutuhkan untuk menjadi seorang guru atau manajer pendidikan.
Sebab-sebab khusus problem mutu bisa mencakup kurangnya pengetahuan
dan keterampilan anggota, kurangnya motivasi, kegagalan komuniksi, atau

3
problem berkaitan dengan perlengkapan. Jika sebuah problem disebabkan oleh
sebab-sebab khusus, maka itu dapat diatasi dengan tanpa mengganti kebijakan
atau mendesain kembali sistem. Merubah sistem bisa mengakibatkan
ketidaktepatan dan akan mengakibatkan terjadinya kegagalan yang lebih fatal.
Sumber kegagalan membutuhkan identifikasi dan perlu diselesaikan bersama.
Menangani sebab-sebab khusus juga merupakan tanggung jawab manajemen. Hal
ini sangat mungkin dilakukan dan diatasi oleh anggota staf yang lain, namun
terkadang mereka tidak memiliki otoritas yang cukup untuk menangani problem.
Banyak problem khusus dalam pendidikan muncul dari sejumlah kecil individu
yang kurang memiliki motivasi atau keterampilan untuk menjadi seorang guru
yang efektif. Hanya manajemen yang mempunyai otoritas untuk menemukan
solusi yang tepat dalam masalah ini.

4
C. Peran Meneger Pendidikan
Implikasi perbedaan antara sebab-sebab umum dan khusus sangat penting
bagi manajer. Apakah kegagalan mutu disebabkan oleh sebab khusus non-
random, atau apakah problem sebab umum memerlukan perubahan kebijakan,
sistem, dan prosedur instuisi? Tidak ada poin yang memberi karyawan program
motivasi untuk memecahkan problem. Terlalu banyak kesalahan dan problem
yang disebabkan oleh kegagalan individu, yang sebenarnya, bersumber dari
defisiensi kebijakan dan sistem. Problem sistemik hanya bisa diatasi oleh mereka
yang bisa mendesain kembali sistem yang salah. Mayoritas problem disebabkan
oleh lemahnya manajemen atau sistem menejemen yang tidak mencukupi.
Menunjukkan sebab kegagalan mutu dan meralatnya adalah tugas kunci
manajer. Sering orang terlambat memecahkan masalah atau memberikan solusi
yang tidak tepat untuk mengkoreksi kesalahan. Di samping itu, juga sering
ditemukan individu disalahkan karena perbuatannya, terlambat memecahkan
masalah karena tidak mempunyai otoritas untuk memecahkan persoalan. Melalui
contoh di atas mereka menjadi frustasi ketika usaha mereka gagal.
Deming memberikan wawasan yang penting dalam mengatasi kegagalan
mutu. Deming dengan sangat jelas menyatakan bahwa ketika terjadi suatu
kesalahan tidak perlu terlalu menyalahkan staf, atau dalam konteks sistem
pendidikan guru tidak perlu dijadikan sumber kesalahan dan kegagalan. Yang
ditekankan dalam literatur TQM adalah bahwa peningkatan mutu agar sukses
membutuhkan komitmen manajemen. Bahwa komitmen tidak hanya mendorong
usaha orang lain. Dalam term praktis, itu bertujuan untuk mengakui bahwa ketika
terjadi sesuatu kesalahan, maka itu adalah tanggungjawab manajemen untuk
menemukan solusinya.

5
BAB III
STRATEGI PENINGKATAN

A. Teori Pembahasan
Joseph Juran, seperti halnya Deming, adalah pioner lain revolusi mutu di
Jepang. Seperti Deming dia lebih diperhatikan di Jepang daripada di tempat
kelahirannya Amerika. Pada tahun 1981 the Kaisar Jepang menganugrahinya
Order of the sacred Treasure bergengsi. Dia adalah pengarang dan editor
sejumlah buku di antaranya Juran’s Quality Central Handbook, Juran on
Planning for Quality, and Juran on Leadership for Quality. Juran termashur
dengan tahapan kecocokan manfaat atau tujuan. Signifikansi ide ini adalah bahwa
produk atau jasa dapat memenuhi spesifikasinya, namun belum tentu sesuai
dengan tujuannya. Spesifikasi mungkin salah atau tidak sesuai dengan apa yang
diinginkan pelanggan. Memenuhi spesifikasi bisa menjadi sebuah kondisi mutu
yang dibutuhkan dalam banyak hal, namun itu bukan satu-satunya. Joseph Juran,
seperti halnya
Deming, adalah pioner lain revolusi mutu di Jepang. Seperti Deming dia
lebih diperhatikan di Jepang daripada di tempat kelahirannya Amerika. Pada
tahun 1981 the Kaisar Jepang menganugrahinya Order of the sacred Treasure
bergengsi. Dia adalah pengarang dan editor sejumlah buku di antaranya Juran’s
Quality Central Handbook, Juran on Planning for Quality, and Juran on
Leadership for Quality. Juran termashur dengan tahapan kecocokan manfaat atau
tujuan. Signifikansi ide ini adalah bahwa produk atau jasa dapat memenuhi
spesifikasinya, namun belum tentu sesuai dengan tujuannya. Spesifikasi mungkin
salah atau tidak sesuai dengan apa yang diinginkan pelanggan. Memenuhi
spesifikasi bisa menjadi sebuah kondisi mutu yang dibutuhkan dalam banyak hal,
namun itu bukan satu-satunya.

B. Manajemen Mutu strategis


Untuk membantu manajer dalam merencanakan mutu, Juran telah
mengembangkan sebuah pendekatan disebut Strategic Quality Management.
SQM adalah three-part process yang didasarkan pada staf pada tingkat berbeda
yang memberi kontribusi. Tanggung jawab terhadap jaminan mutu, dengan cara
mengkoordinasi informasi dari tim, mengecek efektivitas secara sistematis, dan

6
mentransmisikan hasil monitoring terhadap tim matapelajaran dan manajemen
senior. Kontrol mutu dilakukan oleh guru dalam tim matapelajaran yang
mendesain karakteristik dan standar prunik terhadap peningkatan mutu.
Manajemen senior mempunyai pandangan strategis tentang organisasi; manajer
menengah mempunyai pandangan operasional tentang mutu; tenaga kerja
mempunyai tanggung jawab terhadap kontrol mutu. Ini adalah sebuah ide yang
baik dan sangat cocok untuk diterapkan dalam konteks pendidikan, sementara itu
kolsultan kerja mengembangkan upaya untuk meningkatkan mutu dalam
pendidikan selanjutnya. John Miller dan asosiasinya yang bergerak sebagai
konsultan kerja berpendapat, bahwa manajer senior dan gubernur perlu
menggunakan manjemen mutu strategis dengan cara menemukan dan menyusun
visi, prioritas, dan kebijakan perguruan tingginya. Manajer menengah, kepala
depertemen/fakultas, bertanggunogram studi. Dengan demikian, mereka dapat
memenuhi kebutuhan para pelajar.

C. Langkah
Langkah pertama yang mendasar dalam sebuah program mutu, menurut
Crosby, adalah komitmen manajemen (management commitment). Ini adalah hal
krusial menuju sukses dan merupakan poin yang disepakati oleh semua ahli mutu.
Inisiatif mutu harus diarahkan dan dipimpin oleh manajemen senior. Crosby
menandaskan bahwa komitmen ini harus dikomunikasikan dalam sebuah
statemen kebijakan mutu, yang singkat, jelas, dan dapat dicapai. langkah kedua
dibangun atas dasar komitmen dengan mendirikan tim peningkatan mutu (quality
improvement team). Ketika setiap fungsi dalam organisasi menjadi kontributor
potensial bagi kerusakan dan kegagalan mutu, maka setiap bagian organisasi
harus berpartisipasi dalam upaya peningkatan mutu. Tim peningkatan mutu
mempunyai tugas mengatur dan mengarahkan program yang akan
diimplementasikan melalui organisasi. Tim ini tidak melakukan seluruh kerja
mutu. Tugas untuk mengimplementasikan peningkatan merupakan
tanggungjawab tim dalam setiap departemen. Rencana yang dirancang tim
peningkatan mutu harus diterima dan didukung oleh managemen senior.
Tugas penting dari tim peningkatan mutu adalah untuk menentukan
bagaimana menspesifikkan kegagalan dan peningkatan mutu, dan ini
mengarahkan pada langkah ketiga, pengukuran mutu (quality measurment).

7
Pengukuran ini penting untuk mengukur ketidaksesuaian antara evaluasi tujuan
dan aksi korektif. Tipe-tipe pengukuran berbeda antara pembuatan dan pelayanan
organisasi. Tipe-tipe memperoleh data dari inspeksi dan laporan tes, data statistik,
dan data feedback dari pelanggan. Kontributor utama terhadap ukuran mutu
diberikan dalam langkah keempat dengan mengukur harga mutu (cost quality).
Harga mutu terdiri dari harga sesuatu yang salah, kerja ulang, pembongkaran,
inspeksi, dan tes. Identifikasi terhadap harga mutu dan pemberian nilai
terhadapnya adalah penting. Bagaimana harga mutu didedekati dalam pendidikan
akan didiskusikan dalam Bab 11.
Langkah 5 dalam langkah-langkah Crosby untuk mutu adalah membangun
kesadaran mutu (quality awareness). Langkah ini perlu untuk menumbuhkan
kesadaran setiap orang dalam organisasi tentang harga mutu dan keharusan untuk
mengimplementasikan program peningkatan mutu. Ini memerlukan pertemuan
yang teratur antar manajemen dan karyawan untuk mendiskusikan persoalan
spesifik dan bertujuan mengatasinya.

8
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Masalah pendidikan yang ada di Indonesia semakin hari semakin rumit,
bertambah banyak dan komplek. Salah satu permasalahan pendidikan yang
dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan pada setiap
jenjang dan satuan pendidikan. Berbagai indikator mutu  pendidikan belum
menunjukkan peningkatan yang berarti. Sebagian sekolah, terutama di kota-kota
menunjukkan peningkatan mutu pendidikan yang cukup menggembirakan, tetapi
sebagian lainnya masih memprihatinkan.
B. Saran
1. Semoga dengan adanya makalah ini dapat menambah wawasan para
pembaca mengenai ''KEGAGALAN MUTU DALAM PENDIDIKAN."
2. Semoga dengan adanya makalah ini dapat membantu Mahasiswa dalam
mengatasi kegagalan Mutu dalam Pendidikan.
3. Semoga dengan adanya makalah ini dapat menjadi referensi bagai para
Mahasiswa dalam membuat makalah ataupun laporan.

9
DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas. 2003. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Buku 1. Konsep
Dasar. Jakarta: Depdiknas.
https://drive.google.com/drive/folders/19RY0tDvj8CN8XY5-ZnuTmNo8-
0OZFRMc?usp=sharing.

10

Anda mungkin juga menyukai