Anda di halaman 1dari 58

Tugas Manajemen Pendidikan

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pendidikan mempunyai tugas menyiapkan sumber daya manusia untuk pembangunan. Derap
langkah pembangunan selalu diupayakan seirama dengan tuntutan zaman. Perkembangan
zaman selalu memunculkan persoalan-persoalan baru yang tidak pernah terpikirkan
sebelumnya. Bab ini akan mengkaji mengenai permasalahan pokok pendidikan, dan saling
keterkaitan antara pokok tersbut, faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangannya dan
masalah-masalah aktual beserta cara penanggulangannya.
Suatu pendidikan dipandang bermutu-diukur dari kedudukannya untuk ikut mencerdaskan
kehidupan bangsa dan memajukan kebudayaan nasional-adalah pendidikan yang berhasil
membentuk generasi muda yang cerdas, berkarakter, bermoral dan berkepribadian. Untuk itu
perlu dirancang suatu sistem pendidikan yang mampu menciptakan suasana dan proses
pembelajaran yang menyenangkan, merangsang dan menantang peserta didik untuk
mengembangkan diri secara optimal sesuai dengan bakat dan kemampuannya. Memberikan
kesempatan kepada setiap peserta didik berkembang secara optimal sesuai dengan bakat dan
kemampuannya adalah salah satu prinsip pendidikan demokratis.
Mengenai masalah pedidikan, perhatian pemerintah kita masih terasa sangat minim.
Gambaran ini tercermin dari beragamnya masalah pendidikan yang makin rumit. Kualitas siswa
masih rendah, pengajar kurang profesional, biaya pendidikan yang mahal, bahkan aturan uu
pendidikan kacau. Dampak dari pendidikan yang buruk itu, negeri kita kedepannya makin
terpuruk. Keterpurukan ini dapat juga akibat dari kecilnya rata-rata alokasi anggaran
pendidikan baik di tingkat nasional, propinsi, maupun kota dan kabupaten.
Penyelesaian masalah pendidikan tidak semestinya dilakukan secara terpisah-pisah, tetapi
harus ditempuh langkah atau tindakan yang sifatnya menyeluruh. Artinya, kita tidak hanya
memperhatikan kepada kenaikkan anggaran saja. Sebab percuma saja, jika kualitas sumber
daya manusia dan mutu pendidikan di indonesia masih rendah. Masalah penyelenggaraan
wajib belajar sembilan tahun sejatinya masih menjadi pr besar bagi kita. Kenyataan yang dapat
kita lihat bahwa banyak di daerah-daerah pinggiran yang tidak memiliki sarana pendidikan
yang memadai. Dengan terbengkalainya program wajib belajar sembilan tahun mengakibatkan
anak-anak indonesia masih banyak yang putus sekolah sebelum mereka menyelesaikan wajib
belajar sembilan tahun. Dengan kondisi tersebut, bila tidak ada perubahan kebijakan yang
signifikan, sulit bagi bangsa ini keluar dari masalah-masalah pendidikan yang ada, apalagi
bertahan pada kompetisi di era global.

B. RUMUSAN MASALAH
Apa yang dimaksud dengan manajemen pendidikan?
Apa saja tujuan dan manfaat pendidikan?
Apakah fungsi manajemen pendidikan?
Apa yang menjadi prinsip manajemen pendidikan?
Bagaimana ruang lingkup manajemen pendidikan?
Bagaimana proses manajemen kurikulum?
Apa saja faktor yang memengaruhu manajemen pendidikan?
Bagaimana pandangan terhadap manajemen pendidikan?
Apa saja langkah strategis manajemen pendidikan Indonesia?
C. TUJUAN
Mengetahui dan memahami Manajemen pendidikan.
Mengetahui dan memahami tujuan dan manfaat manajemen pendidikan.
Mengerti fungsi manajemen pendidikan.
Mengetahui prinsip dalam manajemen pendidikan.
Mengetahui ruang lingkup manajemen pendidikan.
Mengetahui proses manajemen pendidikan.
Mengetahui faktor yang memengaruhi manajemen pendidikan.
Mengetahui pandangan manajemen pendidikan.
Mengetahui langkah strategis Manajemen Pendidikan Indonesia

BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN MANAJEMEN PENDIDIKAN
Manajemen Pendidikan merupakan suatu cabang ilmu yang usianya relatif masih muda
sehingga tidaklah aneh apabila banyak yang belum mengenal. Istilah lama yang sering
digunakan adalah administrasi. Untuk memperjelas pengertian manajemen, tampaknya perlu
ada penjelasan lain yang lebih bervariasi mengenai makna manajemen.
Manajemen Pendidikan dalam kamus bahasa Belanda-Indonesia disebutkan bahwa istilah
manajemen berasal dari administratie yang berarti tata-usaha. Dalam pengertian manajemen
tersebut, administrasi menunjuk pada pekerjaan tulis-menulis di kantor. Pengertian inilah yang
menyebabkan timbulnya contoh-contoh keluhan kelambatan manajemen yang sudah
disinggung, karena manajemen dibatasi lingkupnya sebagai pekerjaan tulis-menulis.
Pengertian lain dari manajemen berasal dari bahasa Inggris administration sebagai the
management of executive affairs. Dengan batasan pengertian seperti ini maka manajemen
disinonimkan dengan management suatu pengertian dalam lingkup yang lebih luas
(Encyclopedia Americana, 1978, p. 171). Dalam pengertian Manajemen Pendidikan ini,
manajemen bukan hanya pengaturan yang terkait dengan pekerjaan tulis-menulis, tetapi
pengaturan dalam arti luas
Selain itu, Manajemen berasal dari kata to manage yang berarti mengelola. Pengelolaan
dilakukan melalui proses dan dikelola berdasarkan urutan dan fungsi-fungsi manajemen itu
sendiri. Manajemen adalah melakukan pengelolaan sumber daya yang dimiliki oleh sekolah
atau organisasi yang diantaranya adalah manusia, uang, metode, material, mesin dan
pemasaran yang dilakukan dengan sistematis dalam suatu proses. [ Rohiat. 2010. Manajemen
Sekolah, Teori Dasar dan Praktik. Bandung : PT Refika Aditama ]
Pada waktu ini istilah-istilah yang digunakan dalam menunjuk pekerjaan pelayanan kegiatan
adalah manajemen, pengelolaan, pengaturan dan sebagainya, yang didefinisikan oleh berbagai
ahli secara bermacam-macam. Antara lain :
a. Menurut Hasibuan, manajemen sebagai ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan
sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai
suatu tujuan tertentu.
[Hasibuan, Malayu S.P. 1995. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Bina Rupa Aksara]
b. Stoner, seperti yang dikutip Fachruddin mendefinisikan manajemen sebagai suatu proses
perencanaan, pengorganisasian, memimpin dan mengawasi pekerjaan organisasi dan untuk
menggunakan semua sumber daya organisasi yang tersedia untuk mencapai tujuan organisasi
yang dinyatakan dengan jelas.
c. Gordon (1976) dalam Bafadal (2004:39), menyatakan bahwa manajemen merupakan
metode yang digunakan administrator untuk melakukan tugas-tugas tertentu atau mencapai
tujuan tertentu.
d. Ricky W. Griffin mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses perencanaan,
pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran
(goals) secara efektif dan efisien.
e. Harold Koontz & O’Donnel dalam bukunya yang berjudul “Principles of Management”
mengemukakan, manajemen adalah berhubungan dengan pencapaian sesuatu tujuan yang
dilakukan melalui dan dengan orang-orang lain.
f. Ensiclopedia of The Social Sciences, manajemen diartikan sebagai proses pelaksanaan
suatu tujuan tertentu yang diselenggarakan dan diarvasi.
g. G.R.Terry menyatakan Manajemen adalah suatu proses atau kerangka kerja, yang
melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang kearah tujuan-tujuan
organisasional atau maksudmaksud yang nyata.
h. Menurut Hilman Manajemen adalah fungsi untuk mencapai sesuatu melalui kegiatan
orang lain dan mengawasi usaha-usaha individu untuk mencapai tujuan yang sama.
i. Ricky W. Griffin berpendapat bahwa Manajemen sebagai sebuah proses perencanaan,
pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran
(goals) secara efektif dan efesien. Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan
perencanaan, sementara efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara benar,
terorganisir, dan sesuai dengan jadwal.
j. Drs. Oey Liang Lee, Manajemen adalah seni dan ilmu perencanaan pengorganisasian,
penyusunan, pengarahan dan pengawasan daripada sumberdaya manusia untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan.
k. William H. Newman mengatakan Manajemen adalah fungsi yang berhubungan dengan
memperoleh hasil tertentu melalui orang lain.
l. Menurut Renville Siagian, Manajemen adalah suatu bidang usaha yang bergarak dalam
bidang jasa pelayanan dan dikelola oleh para tenaga ahli tyerlatih serta berpengalaman.
m. Prof. Eiji Ogawa, Manajemen adalah Perencanaan, Pengimplementasian dan
Pengendalian kegiatan-kegiatan termasuk system pembuatan barang yang dilakukan oleh
organisasi usaha dengan terlebih dahulu telah menetapkan sasaran-sasaran untuk kerja yang
dapat disempurnakan sesuai dengan kondisi lingkungan yang berubah.
n. Federick Winslow Taylor, Manajemen adalah Suatu percobaan yang sungguh-sungguh
untuk menghadapi setiap persoalan yang timbul dalam pimpinan perusahaan (dan organisasi
lain)atau setiap system kerjasama manusia dengan sikap dan jiwa seorang sarjana dan dengan
menggunakan alat-alat perumusan.
o. Henry Fayol, Manajemen mengandung gagasan lima fungsi utama yaitu, merancang,
mengorganisasi, memerintah, mengoordinasi, dan mengendalikan.
p. Lyndak F. Urwick, Manajemen adalah Forecasting (meramalkan), Planning Orga-nizing
(perencanaan Pengorganisiran), Commanding (memerintahklan), Coordinating
(pengkoordinasian) dan Controlling (pengontrolan).
q. Dalam kurikulum 1975 yang disebutkan dalam Buku Pedoman Pelaksanaan Kurikulum
IIID, baik untuk Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama maupun Sekolah Menengah Atas,
manajemen ialah segala usaha bersama untuk mendayagunakan semua sumber-sumber
(personil maupun materiil) secara efektif dan efisien guna menunjang tercapainya tujuan
pendidikan.
Dari pengertian Manajemen Pendidikan yang terakhir tersebut maka secara eksplisit
disebutkan bahwa manajemen sebagaimana yang digunakan secara resmi oleh Departemen
Pendidikan Nasional seperti dimuat dalam kurikulum 1975 dan kurikulum kelanjutannya,
diarahkan kepada tujuan pendidikan. Lebih luas lagi, apabila ditinjau dari definisi-definisi yang
lain, pengertian manajementersebut masih dapat diartikan untuk semua jenis kegiatan, yang
dapat diambil suatu kesimpulan definisi yaitu :
Manajemen adalah rangkaian segala kegiatan yang menunjuk kepada usaha kerjasama antara
dua orang atau lebih untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan.
Definisi lain dari manajemen yang lebih lengkap sebagaimana dikemukakan oleh Mulyani A.
Nurhadi adalah sebagai berikut :
Manajemen adalah suatu kegiatan atau rangkaian kegiatan yang berupa proses pengelolaan
usaha kerjasama sekelompok manusia yang tergabung dalam organisasi pendidikan, untuk
mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan sebelumnya, agar efektif dan efisien.
Dari definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa di dalam pengertian manajemen selalu
menyangkut adanya tiga hal yang merupakan unsur penting, yaitu: (a). usaha kerjasama, (b).
oleh dua orang atau lebih, dan (c) untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam
pengertian tersebut sudah menunjukkan adanya gerak, yaitu usaha kerjasama, personil yang
melakukan, yaitu dua orang atau lebih, dan untuk apa kegiatan dilakukan, yaitu untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Tiga unsur tersebut, yaitu gerak, orang, dan arah dari
kegiatan, menunjukkan bahwa manajemen terjadi dalam sebuah organisasi, bukan pada kerja
tunggal yang dilakukan oleh seorang individu.
Jika pengertian Manajemen Pendidikan ini diterapkan pada usaha pendidikan maka sudah
termuat hal-hal yang menjadi objek pengelolaan atau pengaturan. Lebih tepatnya, definisi
Manajemen Pendidikan adalah sebagai berikut :
Manajemen Pendidikan adalah rangkaian segala kegiatan yang menunjuk kepada usaha
kerjasama dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.
Dengan menerapkan definisi tersebut pada usaha pendidikan yang terjadi dalam sebuah
organisasi, maka definisi Manajemen Pendidikan selengkapnya adalah sebagai berikut :
Manajemen Pendidikan adalah suatu kegiatan atau rangkaian kegiatan yang berupa proses
pengelolaan usaha kerjasama sekelompok manusia yang tergabug dalam organisasi
pendidikan, untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan sebelumnya, agar efektif
dan efisien.
Lebih lanjut Mulyani A. Nurhadi menekankan adanya ciri-ciri atau pengertian Manajemen
Pendidikan yang terkandung dalam definisi tersebut sebagai berikut : (Mulyani A. Nurhadi,
1983, pp. 2-5)
Manajemen merupakan kegiatan atau rangkaian kegiatan yang dilakukan dari, oleh dan bagi
manusia.
Rangkaian kegiatan itu merupakan suatu proses pengelolaan dari suatu rangkaian kegiatan
pendidikan yang sifatnya kompleks dan unik yang berbeda dengan tujuan perusahaan untuk
memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya ; tujuan kegiatan pendidikan ini tidak terlepas
dari tujuan pendidikan secara umum dan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan oleh suatu
bangsa.
Proses pengelolaan itu dilakukan bersama oleh sekelompok manusia yang tergabung dalam
suatu organisasi sehingga kegiatannya harus dijaga agar tercipta kondisi kerja yang harmonis
tanpa mengorbankan unsur-unsur manusia yang terlibat dalam kegiatan pendidikan itu.
Proses itu dilakukan dalam rangka mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya,
yang dalam hal ini meliputi tujuan yang bersifat umum (skala tujuan umum) dan yang diemban
oleh tiap-tiap organisasi pendidikan (skala tujuan khusus).
Proses pengelolaan itu dilakukan agar tujuannya dapat dicapai secara efektif dan efisien.
Apa yang dikemukakan oleh Mulyani A. Nurhadi ini cukup lengkap. Tetapi apabila akan
dihubungkan dan diintegrasikan dengan definisi manajemen pendidikan yang tertera di dalam
Pedoman Kurikulum tahun 1975 Buku IIID perlu ditambahkan adanya usaha bersama untuk
mendayagunakan semua sumber-sumber (personil dan materiil). Jika unsur tersebut
dimasukkan ke dalam pengertian manajemen pendidikan, maka rumusannya adalah :
Manajemen Pendidikan adalah suatu kegiatan atau rangkaian kegiatan yang berupa proses
pengelolaan usaha kerjasama sekelompok manusia yang tergabug dalam organisasi pendidikan
yang dilakukan dengan usaha bersama secara efektif dan efisien., untuk mendayagunakan
semua sumber dan potensi yang ada demi tercapainya tujuan pendidikan yang telah
ditetapkan sebelumnya.

B. TUJUAN DAN MANFAAAT MANAJEMEN PENDIDIKAN

Tujuan dan manfaat manajemen pendidikan antara lain:


Terwujudnya suasana belajar dan proses pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif,
menyenangkan dan bermakna (Pakemb)
Terciptanya peserta didik yang aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Terpenuhinya salah satu dari 5 kompetensi tenaga kependidikan (tertunjangnya kompetensi
manajerial tenaga kependidikan sebagai manajer)
Tercapainya tujuan pendidikan secara efektif dan efesien
Terbekalinya tenaga kependidikan dengan teori tentang proses dan tugas administrasi
pendidikan (tertunjangnya profesi sebagai manajer atau konsultan manajemen pendidikan)
Teratasinya masalah mutu pendidikan, karena 80% masalah mutu disebabkan oleh
manajemennya
Terciptanya perencanaan pendidikan yang merata, bermutu, relevan, dan akuntabel
Meningkatkan citra positif pendidikan.

C. FUNGSI MANAJEMEN PENDIDIKAN


Secara umum, manajemen dapat dibagi menjadi 10 bagian, yaitu:
1. Planning
Planning adalah merencanakan atau perencanaan, yang terdiri dari 5 hal, yaitu :
a. Menetapkan tentang apa yang harus dikerjakan, kapan dan bagaimana melakukannya.
b. Membatasi sasaran dan menetapkan pelaksanaan-pelaksanaan kerja untuk mencapai
efektivitas maksimum melalui proses penentuan target.
c. Mengumpulkan dan menganalisa informasi
d. Mengembangkan alternatif-alternatif
e. Mempersiapkan dan mengkomunikasikan rencana-rencana dan keputusan-keputusan.
Jika disimpulkan perencanaan adalah penentuan serangkaian tindakan untuk mencapai suatu
hasil yang diinginkan dan planning adalah sebagai penetapan tujuan, policy, prosedur, budget,
dan program dari sesuatu organisasi.
Organizing
Organizing adalah pengelompokan kegiatan yang diperlukan yaitu penetapan susunan
organisasi serta tugas dan fungsi-fungsi dari setiap unit yang ada dalam organisasi. Organizing
dapat pula dikatakan sebagai keseluruhan aktivitas manajemen dalam mengelompokkan
orang-orang serta penetapan tugas, fungsi, wewenang, serta tanggung jawab masing-masing
dengan tujuan terciptanya aktivitas-aktivitas yang berguna dan berhasil dalam mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Pengorganisasian terdiri dari :
a. Menyediakan fasilitas-fasilitas perlengkapan, dan tenaga kerja yang diperlukan untuk
penyusunan rangka kerja yang efisien.
b. Mengelompokkan komponen kerja ke dalam struktur organisasi secara teratur.
c. Membentuk struktur wewenang dan mekanisme koordinasi.
d. Merumuskan dan menentukan metode serta prosedur.
e. Memilih, mengadakan latihan dan pendidikan tenaga kerja dan mencari sumber-sumber lain
yang diperlukan.
3. Staffing
Staffing merupakan salah satu fungsi manajemen yang berupa penyusunan personalia pada
suatu organisasi dan pengembangannya sampai dengan usaha agar petugas memberi daya
guna maksimal kepada organisasi.
4. Directing
Merupakan fungsi manajemen yang berhubungan dengan usaha memberi bimbingan, saran,
perintah-perintah atau instruksi-instruksi kepada bawahan dalam pelaksanaan tugas masing-
masing bawahan tersebut, agar tugas dapat dilaksanakan dengan baik dan benar-benar tertuju
kepada tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Directing merupakan fungsi manajemen yang dapat berfungsi bukan hanya agar pegawai
melaksanakan atau tidak melaksanakan suatu kegiatan, tetapi dapat pula berfungsi
mengkoordinasi kegiatan berbagai unsur organisasi agar dapat efektif tertuju kepada realisasi
tujuan yang telah ditetapkan.
5. Leading
Leading adalah pekerjaan yang dilakukan oleh seorang manajer yang menyebabkan orang-
orang lain bertindak. Pekerjaan leading, meliputi 5 macam kegiatan, yaitu :
a. Mengambil keputusan
b. Mengadakan komunikasi agar ada bahasa yang sama antara manajer dan bawahan
c. Memberi semangat inspirasi dan dorongan kepada bawahan supaya mereka bertindak
d. Memilih orang-orang yang menjadi anggota kelompoknya
e. Memperbaiki pengetahuan dan sikap-sikap bawahan agar mereka trampil dalam usaha
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
6. Coordinating
Coordinating adalah salah satu fungsi manajemen untuk melakukan berbagai kegiatan agar
tidak terjadi kekacauan, percekcokan, kekosongan kegiatan, dengan jalan menghubung-
hubungkan, menyatupadukan dan menyelaraskan pekerjaan-pekerjaan bawahan sehingga
terdapat kerjasama yang terarah dalam usaha mencapai tujuan bersama atau tujuan
organisasi. Usaha yang dapat dilakukan untuk mencapai maksud, antara lain :
a. Dengan memberi instruksi
b. Dengan memberi perintah
c. Mengadakan pertemuan-pertemuan yang dapat memberi penjelasan-penjelasan
d. Memberi bimbingan atau nasihat
e. Mengadakan coaching
f. Bila perlu memberi teguran.
7. Motivating
Motivating atau pendorongan kegiatan merupakan salah satu fungsi manajemen berupa
pemberian inspirasi, semangat dan dorongan kepada bawahan, agar bawahan melakukan
kegiatan secara suka rela sesuai apa yang dikehendaki oleh atasan tersebut.
8. Controlling
Controlling atau pengawasan, sering disebut pengendalian, adalah salah satu fungsi
manajemen yang berupa mengadakan penilaian dan sekaligus bila perlu mengadakan koreksi
sehingga apa yang sedang dilakukan bawahan dapat diarahkan ke jalan yang benar dengan
maksud tercapai tujuan yang sudah digariskan.
9. Reporting
Reporting atau pelaporan adalah salah satu fungsi manajemen berupa penyampaian
perkembangan atau hasil kegiatan atau pemberian keterangan mengenai segala hal yang
bertalian dengan tugas dan fungsi-fungsi kepada pejabat yang lebih tinggi baik secara lisan
maupun secara tulisan.
10. Forecasting
Forecasting adalah kegiatan meramalkan, memproyeksikan atau mengadakan taksiran
terhadap berbagai kemungkinan yang akan terjadi sebelum suatu rencana yang lebih pasti
dapat dilakukan.
Misalnya, suatu akademi meramalkan jumlah mahasiswa yang akan melamar belajar di
akademi tersebut. Ramalan tersebut menggunakan indikator-indikator, seperti jumlah lulusan
SLTA dan lain sebagainya.
Sedangkan fungsi pokok manajemen pendidikan dibagi 4 macam, yaitu:
1. Perencanaan
Perencanaan program pendidikan memiliki dua fungsi utama, yaitu :
a. Perencanaan merupakan upaya sistematis yang menggambarkan penyusunan rangkaian
tindakan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi atau lembaga dengan
mempertimbangkan sumber-sumber yang tersedia atau sumber-sumber yang dapat
disediakan.
b. Perencanaan merupakan kegiatan untuk mengerahkan atau menggunakan sumber-sumber
yang terbatas secara efisien, dan efektif untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
2. Pelaksanaan
Pelaksana merupakan kegiatan untuk merealisasikan rencana menjadi tindakan nyata dalam
rangka mencapai tujuan secara efektif dan efisien, dan akan memiliki nilai jika dilaksanakan
dengan efektif dan efisien.
3. Pengawasan
Pengawasan dapat diartikan sebagai upaya untuk mengamati secara sistematis dan
berkesinambungan; merekam; memberi penjelasan, petunjuk, pembinaan dan meluruskan
berbagai hal yang kurang tepat; serta memperbaiki kesalahan, dan merupakan kunci
keberhasilan dalam keseluruhan proses manajemen.
4. Pembinaan
Pembinaan merupakan rangkaian upaya pengendalian secara profesional semua unsur
organisasi agar berfungsi sebagaimana mestinya sehingga rencana untuk mencapai tujuan
dapat terlaksana secara efektif dan efisien.

D. PRINSIP MANAJEMEN PENDIDIKAN


Douglas (1963:13-17) merumuskan prinsip-prinsip manajemen pendidikan sebagai berikut :
Memprioritaskan tujuan diatas kepentingan pribadi dan kepentingan mekanisme kerja.
Mengkoordinasikan wewenang dan tanggung jawab
Memberikan tanggung jawab pada personil sekolah hendaknya sesuai dengan sifat-sifat dan
kemampuannya
Mengenal secara baik faktor-faktor psikologis manusia
Relativitas nilai-nilai
Prinsip-prinsip diatas memiliki esensi bahwa manajemen dalam ilmu dan praktiknya harus
memperhatikan tujuan, orang-orang, tugas-tugas, dan nilai-nilai. Tujuan dirumuskan dengan
tepat sesuai dengan arah organisasi, tuntutan zaman, dan nilai-nilai yang berlaku. Tujuan suatu
organisasi dapat dijabarkan dalam bentuk visi, misi dan sasaran-sasaran. Ketiga bentuk tujuan
itu harus dirumuskan dalam satu kekuatan tim yang memiliki komitmen terhadap kemajuan
dan masa depan organisasi.
Drucker (1954) melalui MBO (management by objective) memberikan gagasan prinsip
manajemen berdasarkan sasaran sebagai suatu pendekatan dalam perencanaan. Penerapan
pada manajemen pendidikan adalah bahwa kepala dinas memimpin tim yang beranggotakan
unsur pejabat dan fungsional dinas, dan lebih baik terapat stakeholders untuk merumuskan
visi, misi dan objektif dinas pendidikan.
Pada tingkat sekolah, kepala sekolah, wakil kepala sekolah, siswa, orang tua siswa, masyarakat
dan stakeholders duduk bersama membahas rencana strategis sekolah dengan
mengembangkan tujuh langkah MBO yaitu:
Menentukan hasil akhir apa yang ingin dicapai sekolah
Menganalisis apakah hasil akhir itu berkaitan dengan tujuan sekolah
Berunding menetapkan sasaran-sasaran yang dibutuhkan
Menetapkan kegiatan apa yang tepat untuk mencapai sasaran
Menyusun tugas-tugas untuk mempermudah mencapai sasaran
Menentukan batas-batas pekerjaan dan jenis pengarahan yang akan dipergunakan oleh atasan
Lakukan monitoring dan buat laporan.

E. RUANG LINGKUP MANAJEMEN PENDIDIKAN


Gambaran menyeluruh tentang ruang lingkup manajemen pendidikan sebagai proses tampak
pada tabel berikut ini:
BidangTugas Peserta didik Tenaga pendidik dan kependidikan Keuangan
Sarana dan prasarana Humas Layanan khusus Kurikulum dan pembelajaran
Perencanaan
V
V
V
V
V
V
V
Pengorganisasian
V
V
V
V
V
V
V
Pengarahan
V
V
V
V
V
V
V
Pengendalian
V
V
V
V
V
V
V
Secara yuridis, ruang lingkup manajemen pendidikan yang dilaksanakan oleh kepala sekolah di
sekolah mengacu pada Permendiknas Nomor 19 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Sekolah/Madrasah adalah :
1) Rencana program sekolah
2) Pelaksanaan program sekolah
3) Kepemimpinan
4) Pengawasan/evaluasi
5) Sistem informasi manajemen

F. URGENSI MANAJEMEN PENDIDIKAN


Dalam ranah aktivitas, implementasi manajemen terhadap pengelolaan pendidikan haruslah
berorientasi pada efektivitas (ketepatgunaan) terhadap segala aspek pendidikan baik dalam
pertumbuhan, perkembangan, maupun keberkahan (dalam perspektif syariah). Berikut ini
merupakan urgensi manajemen terhadap bidang manajemen pendidikan:
a) Manajemen Kurikulum
1) Mengupayakan efektifitas perencanaan
2) Mengupayakan efektifitas pengorganisasian dan koordinasi
3) Mengupayakan efektifitas pelaksanaan
4) Mengupayakan efektifitas pengendalian/pengawasan
b) Manajemen Personalia
Manajemen ini berkisar pada staff development (teacher development), meliputi
(Pengembangan Staff dan Guru):
1) Training (Pelatihan)
2) Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP)
3) Inservice Education (Intern Pendidikan/Pendidikan Lanjutan)
c) Manajemen Siswa
1) Penerimaan Siswa (Daya Tampung, Seleksi)
2) Pembinaan Siswa (Pengelompokkan, Kenaikan Kelas, Penentuan Program, Ekskul)
3) Pemberdayaan OSIS
d) Manajemen Keuangan
Dalam keuangan pengelolaan pendidikan, manajemen harus berlandaskan pada prinsip:
efektivitas(ketepatgunaan), efisiensi (penghematan) dan pemerataan
Dalam kaitannya dengan uang dan pendidikan, pegawai administrasi sekolah memiliki tugas
dan harus bertanggung jawab dalam hal-hal sebagai berikut :
1) Hubungan dengan masyarakat
2) Penyusunan dan pengembangan rencana anggaran pengeluaran belanja sekolah (RAPBS)
3) Penataran
4) Pengaturan pemasokan
5) Perencanaan dan peningkatan fasilitas sekolah
6) Pelaksanaan apa yang telah direncanakan
7) Evaluasi dan pertanggung jawaban keuangan sekolah/laporan keuangan
e) Manajemen Lingkungan
Urgensi manajemen terhadap lingkungan pendidikan bertujuan dalam merangkul seluruh
pihak terkait yang akan berpengaruh dalam segala kebijakan dan keberlangsungan pendidikan,
dan memberdayakan masyarakat sekitar sekolah.
G. PANDANGAN TERHADAP MANAJEMEN PENDIDIKAN
Untuk mengkaji lebih dalam tentang manajemen khususnya manajemen pendidikan, perlu
disampaikan pandangan tentang manajemen khususnya manajemen pendidikan:
a. Manajemen sebagai suatu sistem
Manajemen dipandang sebagai suatu kerangka kerja yang terdiri dari berbagai bagian yang
saling berhubungan yang diarahkan dalam rangka pencapaian tujuan organisasi.
b. Manajemen sebagai suatu proses
Manajemen sebagai rangkaian tahapan kegiatan yang diarahkan pada pencapaian tujuan
dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia. Manajemen sebagai suatu proses dapat
dipelajari dari fungsi-fungsi manajemen yang dilaksanakan oleh manajer.
c. Manajemen sebagai proses pemecahan masalah
Proses manajemen dalam prakteknya dapat dikaji dari proses pemecahan masalah yang
dilaksanakan oleh semua bagian/ komponen yang ada dalam organisasi. Secara konkrit dalam
organisasi pelayanan pendidikan, seperti yang dilakukan di Dinas Pendidikan yaitu, identifikasi
masalah à perumusan masalah à dilanjutkan dengan langkah-langkah pemecahan masalah.
Melalui tahapan tersebut diharapkan tercapai hasil kegiatan secara efektif dan efisien.
Dari beberapa pandangan di atas, dapat disimpulkan ada dua alasan mendasar, mengapa
manajemen perencanaan pendidikan diperlukan, yaitu :
1) Untuk mencapai ketuntasan Wajar 9 tahun, manajemen pendidikan dibutuhkan sebagai
kerangka kerjasama untuk mencapai tujuan yaitu ketercapaian APK sebesar 95% dan juga
tujuan institusi pendidikan itu sendiri.
2) Untuk menyukseskan ketuntasan Wajar 9 Tahun, manajemen pendidikan diperlukan sebagai
proses pemecahan masalah yang dihadapi dalam upaya pencapaian tujuan.

H. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI


Manajemen pendidikan merupakan salah satu cabang ilmu sosial yang intinya adalah
mempelajari tentang perilaku manusia dalam kegiatannya sebagai subjek dan objek. Secara
filosofis, perilaku manusia terbentuk oleh interaksi antarmanusia, iklim organisasi (konteks
organisasi) dan sistem yang dianut. Ketiga interaksi tersebut, baik secara sendiri-sendiri
maupun secara bersama-sama saling berinteraksi dengan lingkungan eksternalnya. Dengan
demikian dapat disimpulkan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku manajemen
pendidikan adalah:
1) interaksi antarmanusia
2) iklim organisasi
3) sistem pendidikan yang dianut (sisdiknas)
4) lingkungan eksternal

I. HAKIKAT STRATEGI VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN DAN KEGIATAN ORGANISASI PENDIDIKAN
1. Visi
Visi adalah wawasan yang menjadi sumber arahan bagi sekolah dan digunakan untuk
memandu perumusan visi sekolah. Dengan kata lain, visi adalah pandangan jauh ke depan
kemana sekolah akan dibawa. Visi adalah gambaran masa depan yang diinginkan oleh sekolah,
agar sekolah yang bersangkutan dapat menjamin kelangsungan hidup dan perkembangannya.
Gambaran tersebut tentunya harus didasarkan pada landasan yuridis, yaitu undang-undang
pendidikan dan sejumlah peraturan pemerintahnya, khususnya jumlah pendidikan nasional
sesuai jenjang dan jenis sekolahnya dan juga sesuai dengan profil sekolah yang bersangkutan.
Dengan kata lain, visi sekolah harus tetap dalam koridor kebijakan pendidikan nasional tetapi
sesuai dengan kebutuhan anak dan masyarakat yang dilayani. Tujuan pendidikan nasional
sama tetapi profil sekolah khususnya potensi dan kebutuhan masyarakat yang dilayani sekolah
tidak selalu sama. Oleh karena itu dimungkinkan sekolah memiliki visi yang tidak sma dengan
sekolah lain, asalkan tidak keluar dari koridor nasional yaitu tujuan pendidikan nasional. Visi
juga dapat dilihat sebagai pandangan kedepan dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
• Berorientasi kemasa depan yang lebih baik , bukan status quo
• Antisipasi tentang kecenderungan perkembangan sejarah , budaya dan nilai-nilai yang
dianut organisasi
• Keunikan (kekhasan) dan kompetensi yang ditonjolkan
• Standart keunggulan, mewujudkan cita-cita yang tinggi dan ambisi yang kuat
• Rangsangan insprisasi, antusiasme, dan komitmen
• Kejalan atau sebagai arah untuk ,mencapai tujuan.
2. Misi
Misi adalah tindakan untuk mewujudkan/merealisasikan visi tersebut. Karena visi harus
mengakomodasi semua semua kelompok kepentingan yang terkait dengan sekolah, maka misi
dapat juga diartikan sebagai tindakan untuk memnuhi kepentingan masing-masing kelompok
yang terkait dengan sekolah. Dalam merumuskan misi, harus mempertimbangkan tugas pokok
sekolah dan kelompok-kelompok kepenting yang terkait dengaan sekolah. Dengan kata lain,
misi adalah bentuk layanan untuk memenuhi tuntutan yang dituangkan dalam visi dengan
berbagai indikatornya.
3. Sasaran
Bertolak dari visi dan misi, selanjutnya sekolah merumuskan tujuan. Tujuan merupakan “apa”
yang akan dicapai/dihasilkan oleh sekolah yang bersangkutan dan “kapan’ tujuan akan dicapai.
Jika misi dan misi terkait dengan jangka waktu yang panjang, maka tujuan dikaitkan dengan
jangka waktu 3-5 tahun. Dengan demikian tujuan pada dasarnya merupakan tahapan wujud
sekolah menuju visi yang telah dicanangkan.
Jika visi merupakan gambaran sekolah di masa depan secara utuh (ideal), maka tujuan yang
ingin dicapai dalam jangka waktu 3 tahun mungkin belum se ideal visi atau belum selengkap
visi. Dengan kata lain, tujuan merupakan tahapan untuk mencapai visi.
4. Sasaran / Tujuan Situasional
Setelah tujuan sekolah (tujuan jangka menengah) dirumuskan, maka langkah selanjutnya
adalah memetapkan sasaran /target/ tujuan situasional/ tujuan jangka pendek. Sasaran adalah
penjabaran yaitu sesuatu yang akan dihasilkan/dicapai oleh sekolah dalam jangka waktu lebih
singkat dibandingkan tujuan sekolah. Rumusan sasaran harus selalu mengandung peningkatan,
baik peningkatan kualitas, efektifitas, produktivitas, maupun efisiensi (bisa salah satu atau
kombinasi). Agar sasaran dapat dicapai dengan efektif, maka sasaran harus dibuat spesifik,
terukur, jelas kriterianya, dan disertai indikator-indikator yang rinci. Meskipun sasaran
bersumber dari tujuan namun dalam penentuan sasaran yang mana dan berapa besar kecilnya
sasaran, tetap harus didasarkan atas tantangan nyata yang dihadapi oleh sekolah.
Mengindentifikasi Tantangan Nyata Sekolah
Pada tahap ini, sekolah melakukan analisis output sekolah yang hasilnya berupa identifikasi
tantangan nyata yang dihadapi oleh sekolah. Tantangan adalah selisih (ketidak sesuaian) antara
output sekolah saat ini dan output sekolah yang diharapkan di masa yang akan datang (tujuan
sekolah). Output sekolah saat ini dapat dengan mudah diidentifikasi, karena tersedia datanya.
Akan tetapi bagaimanakah caranya mengindetifikasi output sekolah yang diharapkan, sehingga
output yang diharapkan tersebut cukup realistis? Caranya, perlu dilakukan analisis prakiraan
(forecasting) lengkap dengan asumsi-asumsinya untuk menemukan kecenderungan-
kecenderungan yang diharapkan di masa depan.
Pada umumnya, tantangan sekolah bersumber dari output sekolah yang dapat dikategorikan
menjadi empat yaitu kualitas, produktivitas, efektivitas, dan efesiensi. Kualitas adalah
gambaran dan karakteristik menyeluruh dari barang atau jasa, yang menunjukan
kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang ditentukan atau tersirat. Dalam konteks
pendidikan, kualitas yang dimaksud adalah kualitas output sekolah yang bersifat akademik
(misal; NEM dan LKIR) dan non akademik (misal; olah raga dan kesenian). Mutu output sekolah
dipengaruhi oleh tingkat kesiapan input dan proses persekolahan.
Produktivitas adalah perbandingan antara output sekolah dibanding input sekolah. Baik output
maupun input sekolah adalah dalam bentuk kuantitas. Kuantitas input sekolah, misalnya
jumlah guru, model sekolah, bahan, dan energi. Kuantitas output sekolah, misalnya; jumlah
siswa yang lulus sekolah setiap tahunnya. Contoh produktivitas, misalnya, jika tahun ini sebuah
sekolah lebih banyak meluluskan siswanya dari pada tahun lalu dengan input yang sama
(jumlah guru, fasilitas, dsb.), maka dapat dikatakan bahwa tahun ini sekolah tersebut lebih
produktif dara pada tahun sebelumnya. Efektifitas adalah ukuran yang menyatakan
sejauhmana tujuan (kualitas, kuantitas, dan waktu) telah dicapai. Dalam bentuk persamaan,
efektivitas sama dengan hasil nyata dibagi hasil yang diharapkan. Efisiensi dapat diklarifikasikan
menjadi dua yaitu efisiensi internal dan efesiensi eksternal. Efisiensi internal menunjuk kepada
hubungan antara output sekolah (pencapaian prestasi belajar) dan input (sumberdaya) yang
digunakan untuk memproses/menghasilkan output sekolah. Efesiensi internal biasanya diukur
dengan biaya – efektivitas. Setiap penilaian biaya-efektifitas selalu memerlukan dua hal, yaitu
penilaian ekonomik untuk mengukur biaya masukan (input) dan penilaian hasil pembelajaran
(prestasi belajar, lama belajar, angka putus sekolah).
b. Merumuskan Sasaran (tujuan situasional)
Berdasarkan tantangan nyata yang dihadapi sekolah, maka dirumuskanlah sasaran/ tujuan
situasional yang akan dicapai oleh sekolah. Meskipun sasaran dirumuskan berdasarkan atas
tantangan nyata yang dihadapi oleh sekolah, namun perumusan sasaran tersebut harus tetap
mengacu pada visi, misi dan tujuan sekolah merupakan sumber pengertian (sumber referensi)
bagi perumusan sasaran sekolah. Karena itu, sebelum merumuskan sasaran sekolah yang akan
dicapai, setiap sekolah harus memiliki visi, misi dan tujuan sekolah.
Mengindentifikasi Fungsi-fungsi yang Diperlukan untuk Mencapai sasaran
Setelah sasaran dipilih, maka langkah berikutnya adalah menindentifikasi fungs-fungsi yang
perlu dilibatkan untuk mencapai sasaran dan yang masih perlu diteliti tingkat kesiapannya.
Fungsi-fungsi yang dimaksud, misalnya, fungsi proses belajar mengajar beserta fungsi-fungsi
pendukungnya yaitu fungsi pengembangan kurikulum, fungsi perencanaan dan evaluasi, fungsi
ketenagaan, fungsi keuangan, fungsi pelayanan kesiswaan, fungsi pengembangan iklim
akademik sekolah, fungsi hubungan sekolah masyarakat, dan fungsi pengembangan fasilitas.
Melakukan Analisis SWOT
Setelah fungsi-fungsi yang perlu dilibatkan untuk mencapai sasaran diidentifikasi, maka
langkah berikutnya adalah menentukan tingkat kesiapan setiap fungsi dan faktor-faktornya
melalui analisis SWOT (Strength, Weakness, opportunity, and Threat) Analisis SWOT dilakukan
dengan maksud untuk mengenali tingkat kesiapan setiap fungsi dari keseluruhan fungsi
sekolah yang diperlukan untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan.
Alternatif Langkah Pemecahan Persoalan
Dari hasil analisis SWOT, maka langkah berikutnya adalah memilih langkah- langkah
pemecahan (peniadaan) persoalan, yakni tindakan yang diperlukan untuk mengubah fungsi
yang tidak siap menjadi fungsi yang siap. Selama masih ada persoalan, yang sama artinya
dengan ada ketidak siapan fungsi, maka sasaran yang telah ditetapkan tidak akan tercapai.
Oleh karena itu, agar sasaran tercapai, perlu dilakukan tindakan-tindakan yang mengubah
ketidak siapan menjadi kesiapan fungsi. Tindakan yang dimaksud lazimnya disebut langkah-
langkah pemecahan persoalan, yang hakekatnya merupakan tindakan mengatasi makna
kelemahan dan/atau ancaman, agar menjadi kekuatan dan/atau peluang, yakni dengan
memanfaatkan adanya satu/lebih faktor yang bermakna kekuatan dan/atau peluang.
Menyusun Rencana dan Program Peningkatan Mutu
Berdasarkan langkah-langkah pemecahan persoalan tersebut, sekolah bersama-sama dengan
semua unsur-unsurnya membuat rencana untuk jangka pendek, menengah, dan jangka
panjang, beserta program-programnya untuk merealisasikan rencana tersebut. Sekolah tidak
selalu memiliki sumberdaya yang cukup untuk memenuhi semua kebutuhan bagi pelaksanaan
MPMBS, sehingga perlu dibuat skala prioritas untuk jangka pendek, menengah, dan panjang.
Melaksanakan Rencana Peningkatan Mutu
Dalam melaksanakan rencana peningkatan mutu pendidikan yang telah disetujui bersama
antara sekolah, orang tua siswa, dan masyarakat, maka sekolah perlu mengambil langkah
proaktif untuk mewujudkan sasaran-sasaran yang telah ditetapkan. Kepala sekolah dan guru
hendaknya mendayagunakan sumberdaya pendidikan yang tersedia semaksimal mungkin,
menggunakan pengalaman- pengalaman masa lalu yang dianggap efektif, dan menggunakan
teori-teori yang terbukti mampu meningkatkan kualitas pembelajaran. Kepala sekolah dan
guru bebas mengambil inisiatif dan kreatif dalam menjalankan program-program yang
diproyeksikan dapat mencapai sasaran-sasaran yang telah ditetapkan. Karena itu, sekolah
harus dapat membebaskan diri dari keterikatan-keterikatan birokrastis yang biasanya banyak
menghambat penyelenggaraan pendidikan.
Melakukan Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan
Untuk mengetahui tingkat keberhasilan program, sekolah perlu mengadakan evaluasi
pelaksanan program, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Evaluasi jangka pendek
dilakukan setiap akhir caturwulan untuk mengetahui keberhasilan program secara bertahap.
Bilamana pada pada satu catur wulan dinilai adanya faktor-faktor yang tidak mendukung, maka
sekolah harus dapat memperbaiki pelaksanaan program peningkatan mutu pada catur wulan
berikutnya. Evaluasi jangka menengah dilakukan pada setiap akhir tahun, untuk mengetahui
seberapa jauh program peningkatan mutu telah mencapai sasaran-sasaran mutu yang telah
ditetapkan sebelumnya. Dengan evaluasi ini akan diketahui kekuatan dan kelemahan program
untuk diperbaiki pada tahun-tahun berikutnya.
Merumuskan Sasaran Mutu Baru
Sebagaimana dikemukakan terdahulu, terdahulu hasil evaluasi berguna untuk dijadikan alat
bagi perbaikan kinerja program yang akan datang. Namun yang tidak kalah pentingnya, hasil
evaluasi merupakan masukan bagi sekolah dan orang tua peserta didik untuk merumuskan
sasaran mutu baru untuk tahun yang akan datang.

J. STRATEGI, TANTANGAN DAN SOLUSI PENDIDIKAN NASIONAL


1. Strategi Pendidikan nasional
Untuk mengantisipasi permasalahan pada pembangunan jangka panjang kedua ini pemerintah
melalui kebijakan pembangunan pendidikan antara lain :
Mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang
bermutu tinggi bagi seluruh rakyat Indonesia menuju terciptanya manusia Indonesia
berkualitas tinggi dengan peningkatan anggaran pendidikan secara berarti.
Meningkatkan kemampuan akademik dan profesional serta meningkatkan jaminan
kesejahteraan tenaga kependidikan sehingga tenaga pendidik mampu berfungsi secara optimal
terutama dalam peningkatan pendidikan watak dan budi pekerti agar dapat mengembalikan
wibawa lembaga dan tenaga kependidikan.
Melakukan pembaharuan sistem pendidikan termasuk pembaharuan kurikulum, berupa
diversifikasi kurikulum untuk melayani keberagaman peserta didik, penyusunan kurikulum
yang berlaku nasional dan lokal sesuai dengan kepentingan setempat, serta diversifikasi jenis
pendidikan secara profesional.
Memberdayakan lembaga pendidikan baik sekolah maupun luar sekolah sebagai pusat
pembudayaan nilai, sikap, dan kemampuan, serta meningkatkan partisipasi keluarga dan
masyarakat yang didukung oleh sarana dan prasarana memadai.
Melakukan pembaharuan dan pemantapan sistem pendidikan nasional berdasarkan prinsip
desentralisasi, otonomi keilmuan dan manajemen.
Meningkatkan kualitas lembaga pendidikan yang diselenggarakan baik oleh masyarakat
maupun pemerintah untuk memantapkan sistem pendidikan yang efektif dan efisien dalam
menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
Mengembangkan kualitas sumber daya manusia sedini mungkin secara terarah, terpadu dan
menyeluruh melalui berbagai upaya proaktif dan reaktif oleh seluruh komponen bangsa agar
generasi muda dapat berkembang secara optimal disertai dengan hak dukungan dan lindungan
sesuai dengan potensinya.
Meningkatkan penguasaan, pengembangan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan
teknologi, termasuk teknologi bangsa sendiri dalam dunia usaha, terutama usaha kecil,
menengah, dan koperasi guna meningkatkan daya saing produk yang berbasis sumber daya
lokal.
Kemudian kebijakan tersebut dituangkan ke dalam program-program pembagunan antara
lain :
Program Pendidikan Dasar dan Prasekolah
Program Pendidikan Menengah
Program Pendidikan Tinggi
Program Pembinaan Pendidikan Luar Sekolah
Program Sinkronisasi dan Koordinasi Pembangunan Pendidikan Nasional
Program Penelitian, Peningkatan Kapasitas, dan Pengembangan Kemampuan Sumber Daya
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Program Peningkatan Kemandirian dan Keunggulan Iptek
Sedangkan untuk Manajemen pendidikan nasional sebagaimana diuraikan di atas Tilaar dalam
bukunya membagi ke dalam 4 bagian, yaitu : Pertama, membahas masalah pokok
pengembangan Sistem Pendidikan Nasional, yang mengacu kepada UU No. 2 tahun 1989
tentang Sisdiknas. Menurutnya Sisdiknas perlu dikelola sebagai suatu sub sistem dari sistem
manajemen pembangunan nasional. Dalam hal ini Tilaar mengusulkan gagasan untuk
menyusun suatu sistem pendidikan dan pelatihan nasional terpadu (Sisdiklatnas), alasannya
adalah karena masalah tenaga kerja terampil telah dan akan merupakan masalah serius yang
perlu segera ditanggulangi dalam Raencana Pembangunan Jangka Panjang kedua. Pada bab ini
dimuat secara ekstensif dan analitik mengenai manajemen pendidikan dasar.
Kedua, bagian ini dikemukakan tiga kasus manajemen pendidikan yang manyangkut fungsi dan
peran pendidikan swasta, pendidikan tinggi dan pendidikan didaerah terpencil; Mengenai
pendidikan swasta mengambilk kasus lembaga pendidikan yang diselenggarakan oleh PGRI,
yaitu dibahas mengenai kemitraan pendidikan swasta dalam Sisdiknas dalam usaha mencari
jati diri dari lembaga-lembaga pendidikan itu. Menurut Tilaar kebijakan pengembangan dan
pengelolaan pendidikan swasta dewasa ini cenderung menuju konformisme yang berarti
mematikan jatdiri pendidikan swasta sendiri. Konformisme akan mematikan kreativitas, inovasi
yang justru mrupakan pupuk bagi suatu kehidupan yang dinamis.
Mengenai pendidikan tinggi memerlukan oreientasi kelembagaan dan program secara terus
menerus kepada dinamika masyarakat Indonesia. Oleh karena itu diperlukan manajemen yang
sesuai dengan dan tentunya manajer-manajer pendidikan yang profesional. Dan mengenai
pendidkan daerah terpencil berkisar pada masalah pemerataan pembangunan dan
penanggulangan kemiskinan.
Ketiga, Tilaar menjelaskan pertama tentang hasil manajemen pendidikan, yaitu kesenjangan
mutu pendidikan dan tenaga pendidika yang menjalankan dan mengelola sisdiknas, khususnya
tenaga guru pada jenjang SD. Kedua, tentang pendidikan dalam globalisasi, dimana Tilaar
menghimbau negara-negara berkembang tentang perlunya terobosan baru dalam strategi
pendidikan guru. Diantaranya dikemukakan tetang pendidikan guru yang profesional untuk
menghadapi masyarakat teknologi dan informasi, serta profesi guru sebagai manajer
pendidikan untuk mempersiapkan masyarakat masa depan.
Keempat, bagian ini Tilaar mengembukakan pemikirannya tentang fungsi dan peran Sisdiknas
sebagai bagian dari strategi pembangunan nasional jangka panjang kedua, untuk
mempersiapkan masyarakat Indonesia memasukai dan menghadapi masyarakat industri
modern. Dalam hal ini Tilaar mengemukakan sepuluh kecendrungan (megatrends) dari
Sisdiknas. Yang salah satunya adalah menenagi manajemen pendidikan yang rasiona, terpadu,
serta dikelola para manajer pendidikan yang profesional.
Salah satu masalah pendidikan yang kita hadapi dewasa ini adalah rendahnya mutu pendidikan
pada setiap jenjang dan satuan pendidikan khususnya pendidikan dasar dan menengah.
Berbagai usaha telah dilakukan, antara lain memlalui berbagai pelatihan dan peningkatan
kualifikasi guru, penyediaan dan perbaikan sarana/prasarana pendidikan, serta peningkatan
mutu manajemen sekolah. Namun demikian, berbagai indikator mutu pendidikan belum
menunjukkan peningkatan yang merata. Sebagaian sekolah, terutama di kota-kota,
menunjukkan peningkatan mutu yang cukup menggembirakan, namun Sebagian lainnya masih
memprihatinkan. Dari berbagai pengamatan dan analisis, sedikitnya ada tiga faktor yang
menyebabkan mutu pendidikan tidak mengalami peningkatan secara merata.
Pertama, kebijakan dan penyelenggaraan pendidikan nasional menggunakan pendekatan
educational production function yang tidak dilaksanakan secara konsekuen. Pendekatan ini
melihat bahwa lembaga pendidikan berfungsi sebagai pusat produksi yang apabila dipilih
semua input (masukan) yang diperlukan dalam kegiatan produksi tersebut, maka lembaga ini
akan menghasilkan output yang dikehendaki. Dalam kenyataan, mutu pendidikan yang
diharapkan tidak terjadi, mengapa? Karena selama ini dalam menerapkan pendekatan
education production function terlalu memusatkan pada input pendidikan dan kurang
memperhatikan pada proses pendidikan. Padahal, proses pendidikan sangat menentukan
output pendidikan.
Kedua, penyelenggaraan pendidikan dilakukan secara sentralistik, sehingga sekolah sebagai
penyelenggara pendidikan sangat tergantung pada keputusan birokrasi, yang kadang-kadang
kebijakan yang dikeluarkan tidak sesuai dengan kondisi sekolah setempat. Dengan demikian
sekolah kehilangan kemandirian, motivasi, dan inisiatif untuk mengembangkan dan
memajukan lembaganya termasuk peningkatan mutu pendidikan sebagai salah satu tujuan
pendidikan nasional.
Ketiga, peran serta masyarakat, khususnya orang tua siswa dalam penyelenggaraan pendidikan
selama ini sangat minim. Partisipasi masyarakat pada umumnya selama ini lebih banyak
bersifat dukungan dana, bukan pada proses pendidikan (pengambilan keputusan, monitoring,
evaluasi, dan akuntabilitas). Berkaitan dengan akunfabilitas, sekolah tidak mempunyai beban
untuk mempertanggungjawabkan hasil pelaksanaan pendidikan kepada masyarakat,
khususnya orang tua siswa, sebagai salah satu pihak utama yang berkepentingan dengan
pendidikan.
Berdasarkan kenyataan-kenyataan tersebut, perlu dilakukan upaya-upaya perbaikan, salah
satunya yang sekarang sedang dikembangkan adalah reorientasi penyelenggaraan pendidikan,
melalui manajemen sekolah (School Based Management).
Manajemen berbasis sekolah atau School Based Management dapat didefinisikan dan
penyerasian sumber daya yang dilakukan secara mandiri oleh sekolah dengan melibatkan
semua kelompok kepentingan yang terkait dengan sekolah secara langsung dalam proses
pengembilan keputusan untuk memenuhi kebutuhan mutu sekolah atau untuk mencapai
tujuan mutu sekolah dalam pendidikan nasional.
Esensi dari MBS adalah otonomi dan pengambilan keputusan partisipasi untuk mencapai
sasaran mutu sekolah. Otonomi dapat diartikan sebagai kewenangan (kemandirian) yaitu
kemandirian dalam mengatur dan mengurus dirinya sendiri. Jadi, otonomi sekolah adalah
kewenangan sekolah untuk mengatur dan mengurus kepentingan warga sekolah sesuai dengan
dengan peraturan perundang-undangan pendidikan nasional yang berlaku. Kemandirian yang-
dimaksud harus didukung oleh sejumlah kemampuan, yaitu kemampuan untuk mengambil
keputusan yang terbaik, kemampuan berdemokrasi/menghargai perbedaan pendapat,
kemampuan memobilisasi sumber daya, kemampuan memilih cara pelaksanaan.
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) bertujuan untuk memandirikan atau memberdayakan
sekolah melalui pemberian kewenangan, keluwesan, dan sumber daya untuk meningkatkan
mutu sekolah. Dengan demikian, secara bertahap akan terbentuk sekolah yang memiliki
kemandirian tinggi

2. Tantangan dan Solusi Mengatasi Masalah Pendidikan Nasional


Pembangunan Pendidikan Nasional Indonesia mendapat roh baru dalam pelaksanaanya sejak
disahkannya Undang-Undang No. 23 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Selaras
dengan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional maka Visi pembangunan pendidikan
nasional adalah “ Terwujudnya Manusia Indonesia Yang Cerdas, Produktif dan Berakhlak Mulia
“. Beberapa indikator yang menjadi tolak ukur keberhasilan dalam pembangunan pendidikan
nasional :
Sistem pendidikan yang efektif, efisien.
Pendidikan Nasional yang merata dan bermutu.
Peran serta masyarakat dalam pendidikan.

Permasalahan klasik di dunia pendidikan dan sampai saat ini belum ada langkah-langkah
strategis dari pemerintah untuk mengatasinya antara lain;
Kurangnya Pemerataan kesempatan pendidikan. Sebagian besar masyarakat merasa hanya
memperoleh kesempatan pendidikan masih terbatas di tingkat sekolah dasar.
Rendahnya tingkat relevansi pendidikan dengan kebutuhan dunia kerja. Hal ini dapat dilihat
dari jumlah angka pengangguran yang semakin meningkat di Indonesia, yang kenyataanya
tidak hanya dipengaruhi oleh terbatasnya lapangan kerja. Namun adanya perbedaan yang
cukup besar antara hasil pendidikan dan kebutuhan kerja.
Rendahnya mutu pendidikan. Untuk indikator rendahnya mutu pendidikan dapat dilihat dari
tingkat prestasi siswa. Semisal kemampuan membaca, pelajaran IPA dan Matematika. Studi
The Third International Mathematic and Science Study Repeat TIMSS-R pada tahun 1999
menyebutkan bahwa diantara 38 negara prestasi siswa SMP Indonesia berada pada urutan 32
untuk IPA dan 34 untuk Matematika.
Guru Dan Kualitas Pendidikan.
Guru merupakan faktor penentu tinggi rendahnya kualitas hasil pendidikan. Namun demikian,
posisi strategis guru untuk meningkatkan mutu hasil pendidikan sangat dipengaruhi oleh
kemampuan profesional, faktor kesejahteraannya, dll. Dewasa ini persoalan guru masih ada
muncul yaitu dengan jumlah kekurangan guru yang cukup besar khususnya di daerah-daerah
terpencil maka kita juga tidak dapat berharap akan terciptanya kualitas pendidikan.
Disamping itu masalah distribusi guru juga tidak merata, baik dari sisi daerah maupun dari sisi
sekolah. Dalam banyak kasus, ada SD yang hanya memiliki tiga hingga empat orang guru
sehingga mereka harus mengajar secara paralel dan simultan.
Belum lagi hal yang berkaitan dengan prasyarat akademis, baik itu menyangkut pendidikan
minimal maupun kesesuaian latar belakang bidang studi dengan pelajaran yang harus
diberikan. Semisal, masih cukup banyak guru SMA/SMK yang belum berkualifikasi pendidikan
sarjana atau strata satu. Seperti yang bersyaratkan dalam UU Guru dan Dasar.
Sejak awal pembahasan UU Guru dan Dosen, pertanyaan yang banyak muncul di masyarakat
luas adalah : “ Untuk siapa UU Guru dan Dosen tersebut ? “ hal ini mengemuka karena ada
kekhawatiran UU tersebut tidak dapat memayungi seluruh guru. Dengan kata lain ditakutkan
adanya proses diskriminasi antara guru PNS dan guru swasta. Khusus posisi guru swasta
selama ini memang seolah-olah tidak dipayungi oleh UU yang ada meskipun secara eksplisit
sudah tercantum dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas).
Dari sudut UU kepegawaian jelas tidak menkhususkan untuk guru, karena yang diatur adalah
pegawai pemerintah (PNS) sedangkan dari sudut UU Ketenagakerjaan juga akan sangat sulit
karena penyelenggara pendidikan adalah yayasan. Sehingga guru tidak dapat dikatagorikan
sebagai tenaga kerja atau buruh. Bisa dikatakan sebelum UU Guru dan Dosen disahkan, guru-
guru tidak mempunyai payung hukum yang jelas. Yang memang mengatur segala sesuatu
secara khusus yang menyangkut guru, seperti halnya dengan UU Tenaga Kerja dan UU
Kepegawaian.
UU Guru dan Dosen mendapatkan sambutan yang hangat, terutama dari kalangan pendidik.
UU ini dianggap bisa menjadi payung hukum unuk guru dan dosen tanpa adanya perlakuan
yang berbeda antara guru negeri dan swasta. Meskipun di beberapa bagian masih sangat
hangat diperbincangkan dan menjadi perdebatan yang sangat seru. UU Guru dan Dosen secara
gamblang dan jelas mengatur secara detail aspek-aspek yang selama ini belum diatur secara
rinci. Semisal, kedudukan, fungsi dan tujuan dari guru, hak dan kewajiban guru, kompetensi
dll. Yang perlu digaris bawahi dan mendapat sambutan positif dari masyarakat terhadap UU
Guru dan Dosen adalah hal-hal yang menyangkut :
Kualifikasi, kompetensi, dan sertifikasi.
Hak dan kewajiban.
Pembinaan dan pengembangan.
Penghargaan,
Perlindungan
Organisasi profesi dan kode etik.
Ada beberapa hal dalam UU Guru dan Dosen yang sampai saat ini masih hangat dibicarakan,
hal-hal tersebut adalah :
Standardisasi.
- Standardisasi penyelenggaraan pendidikan.
Sampai saat ini cukup banyak penyelenggara pendidikan (yayasan-yayasan) yang tidak jelas
keberadaannya. Dalam pelaksanaanya banyak lembaga pendidikan yang belum memenuhi
standar mutu pelayanan pendidikan dan standart mutu pendidikan yang diharapkan. Hal ini
disebabkan yayasan-yayasan tersebut terkesan memaksakan diri untuk mendirikan lembaga
pendidikan, sehingga banyak lembaga pendidikan yang tidak layak, karena sarana dan
prasarana pendidikan yang jauh dari memadai, guru yang tidak kompeten, organisasi yang
tidak dikelola dengan baik dll. Penyelenggara pendidikan seperti diatas jumlahnya cukup besar
di indonesia. Dengan lahirnya UU Guru dan Dosen diharapkan dapat menjadi acuan untuk
memperbaiki kualitas mutu pelayanan pendidikan di masyarakat baik itu negeri maupun
swasta.
- Standardisasi kompetensi guru.
Hal ini akan tercantum pada pasal 8 UU Guru dan Dosen yang menjelaskan tentang Sertifikat
Profesi Pendidik. Pasal 8 menyebutkan : ”Guru wajib memiliki kualifikasi akademik,
kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional”. Banyak pihak mengkhawatirkan program sertifikasi
ini (yang diselenggarakan oleh LPTK) nantinya akan menimbulkan masalah baru di dunia
pendidikan, terutama yang mengarah pada terciptanya lembaga yang menjadi sarang kolusi
dan korupsi baru. Yang pada akhirnya akan memperburuk kondisi pendidikan bangsa. Sedang
semangat dari pasal ini adalah untuk meningkatkan kompetensi pendidik itu sendiri, serta
berusaha lebih menghargai profesi pendidik. Dengan sertifikasi diharapkan lebih menghargai
profesi guru, dan meningkatkan mutu guru di Indonesia. Hal ini dilakukan sebagai langkah
menjadikan guru sebagai tenaga profesional.
Kesejahteraan atau Tunjangan.
11 item Hak Guru yang tercantum pada pasal 14 UU Guru dan Dosen adalah bentuk
penghargaan pemerintah dan masyarakat kepada guru. Untuk indikator penghasilan guru PNS
sudah diatur Pasal 15 ayat 1. Guru berhak untuk mendapatkan tunjangan, yaitu :
Tunjangan profesi.
Tunjangan Fungsional.
Tunjangan Khusus.
Tiga jenis tunjangan diatas diatur dalam pasal 16,17 dan 18 UU Guru dan Dosen. Tunjangan
profesi diberikan kepada guru baik guru PNS ataupun guru swasta yang telah memiliki
sertifikat pendidik.
Disamping tunjangan diatas, guru juga berhak untuk memperoleh ”maslahat tambahan” yang
tercantum dalam pasal 19 UU Guru dan Dosen. Maslahat Tambahan tersebut meliputi :
Tunjangan pendidikan.
Asuransi pendidikan.
Beasiswa.
Penghargaan bagi guru.
Kemudahan bagi putra-putri guru untuk memperoleh pendidikan.
Pelayangan kesehatan.
Bentuk kesejahteraan lain.
UU Guru dan Dosen mungkin masih harus di perdebatkan dalam rangka memperbaikinya di
masa yang akan datang. Apalagi ada beberapa hal memang tidak serta merta dapat
dilaksanakan. Pemberian tunjangan kepada seluruh guru, akan sangat terganturng anggaran
pemerintah. Sehingga pada saat anggaran pendidikan belum mencapai 20% dari APBN maka
akan sangat sulit dilaksanakan. Demikian pula dengan program sertifikasi dll, masih
memerlukan proses untuk pelaksanaan dan mencapai tujuan yang diharapkan. Namun
diharapkan dengan adanya 2 (dua) undang-undang yaitu Undang-Undang No. 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional, UU Guru dan Dosen diharapkan akan memperbaiki mutu
pendidikan nasional secara keseluruhan.

PENDAHULUAN A.

Latar Belakang
Arti penting dari manajemen yang efektif dalam organisasi pendidikan telah semakin disadari.
Sekolah nampak jauh lebih efektif dalam memberikan pendidikan yang baik bagi para siswa
dan mahasiswa jika dikelola dengan baik. Penelitian mengenai efektivitas sekolah dan
peningkatan kualitas sekolah di berbagai negara menunjukkan bahwa kualitas kepemimpinan
dan manajemen merupakan salah satu variabel yang paling penting untuk membedakan
antara sekolah yang sukses dengan yang tidak sukses. Temuan tersebut berarti bahwa
manajemen merupakan sebuah aspek yang tidak dapat diremehkan bagi institusi pendidikan.
Manajemen yang bagus membuat sebuah perbedaan bagi kualitas sekolah dan prestasi
pendidikan bagi para siswanya. Beberapa negara di dunia sudah mulai sadar tentang arti
penting dari manajemen sekolah yang efektif. Hal ini karena sekolah mengemban tanggung
jawab atas berbagai fungsi yang sebelumnya diemban oleh pemerintahan negara, wilayah, dan
daerah. Hal ini sering meliputi manajemen keuangan, manajemen pegawai dan manajemen
hubungan dengan kelompok-kelompok eksternal dari sekolah. Saat ini organisasi pendidikan
telah memiliki tanggung jawab langsung untuk sebagian besar aspek manajemen,
dimungkinkan bagi para pemimpin untuk mengadopsi sebuah pendekatan strategis, yang
meliputi beberapa aspek yang berbeda dari manajemen untuk menentukan dan mencapai
tujuan. Begitu juga dengan Indonesia yang sudah mulai sadar betapa pentingnya manajemen
dalam dunia pendidikan. Peran sekolah yang sebelumnya menjadi peranan pemerintah pusat
maupun daerah, sekarang mulai diperankan langsung oleh sekolah. Mulai dari ilmu
pengetahuan (kurikulum), keuangan dan sebagian sudah mengelola pegawai sendiri, terutama
untuk sekolah non pemerintah. Walaupun pada kenyataan dilapangan masih banyak yang
belum optimal dalam pemanfaatan manajemen di sekolah.
B.

Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah: 1.
Untuk memenuhi sebagian tugas mata kuliah manajemen pendidikan 2.

Agar siswa mengetahui peran manajemen dalam dunia pendidikan

C.

Ruang Lingkup Materi


Pada pembuatan makalah ini, materi hanya dibatasi pada pengertian manajemen dalam dunia
pendidikan yang meliputi definisi dan komponen yang terdapat pada majaemen pendidikan.

ISI

A.

Pengertian manajemen pendidikan


Banyak sumber yang mendefinisikan pengertian manajemen pendidikan. Beberapa
diantaranya adalah sebagai berikut: 1.

Menurut Glatter
Glatters (1979:16) dalam bukunya yang berjudul Education “policy” and “management”
menyebutkan bahwa
pendefinisian manjemen tetap berfungsi karena dapat digunakan untuk menentukan lingkup
subyek. Studi manajemen bersangkutan dengan operasi internal lembaga-lembaga
pendidikan, dan juga dengan hubungan mereka dengan lingkungan mereka, yaitu masyarakat
di mana mereka berada dan badan-badan pemerintahan mereka secara resmi bertanggung
jawab. Dari pendapat yang dikemukakan oleh glatter diatas ddapat diketahui bahwa ruang
lingkup manajemen di dunia pendidikan dibagi menjadi 2 lingkup utama yaitu: manajemen
internal lembaga-lembaga pendidikan, manajemen hubungan antara pelaku pendidikan
dengan lingkungan mereka sendiri. Manajemen internal lembaga-lembaga pendidikan meliputi
bagian-bagian dalam sekolah itu sendiri. Sedangkan manajemen hubungan antara pelaku
pendidikan dengan lingkungan mereka sendiri dimaksudkan untuk mengatur hubungan antara
sekolah dengan badan-badan pemerintah yang menaungi mereka. 2.

Menurut Stephen J. Knezevich Dalam bukunya yang berjudul


Administration of Public Education: A Sourcebook for the Leadership and Management of
Educational Institutions
, Stephen J. Knezevich (1984:9) mengatakan:
Educational administration is a specialized set of organizational functions whose primary
purposes are to insure the efficient and effective delivery of relevant educational service as
well as implementation of legislative policies through planning, decision making, and
ledership behavior that keeps the organizations focused on predetermined objectives,
provides for optimum allocation and most productive uses, stimulates and coordinated
professional and other personnel to produce a coherent social system and desirable
organizational climat, and facilitates determination of essential changes to satisfy future and
emerging needs of student and society
.
AB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Manajemen Pendidikan merupakan suatu cabang ilmu yang usianya relatif masih muda
sehingga tidaklah aneh apabila banyak yang belum mengenal. Istilah lama yang sering
digunakan adalah administrasi. Untuk memperjelas pengertian manajemen, tampaknya perlu
ada penjelasan lain yang lebih bervariasi mengenai makna manajemen. Manajemen
Pendidikan dalam kamus bahasa Belanda-Indonesia disebutkan bahwa istilah manajemen
berasal dari administratie yang berarti tata-usaha. Dalam pengertian manajemen tersebut,
administrasi menunjuk pada pekerjaan tulis-menulis di kantor. Pengertian inilah yang
menyebabkan timbulnya contoh-contoh keluhan kelambatan manajemen yang sudah
disinggung, karena manajemen dibatasi lingkupnya sebagai pekerjaan tulis-menulis.
Pengertian lain dari manajemen berasal dari bahasa Inggris administration sebagai the
management of executive affairs. Dengan batasan pengertian seperti ini maka manajemen
disinonimkan dengan management suatu pengertian dalam lingkup yang lebih luas
(Encyclopedia Americana, 1978, p. 171).
Dalam pengertian Manajemen Pendidikan ini, manajemen bukan hanya pengaturan yang
terkait dengan pekerjaan tulis-menulis, tetapi pengaturan dalam arti luas Selain itu,
Manajemen berasal dari kata to manage yang berarti mengelola. Pengelolaan dilakukan
melalui proses dan dikelola berdasarkan urutan dan fungsi-fungsi manajemen itu sendiri.
Manajemen adalah melakukan pengelolaan sumber daya yang dimiliki oleh sekolah atau
organisasi yang diantaranya adalah manusia, uang, metode, material, mesin dan pemasaran
yang dilakukan dengan sistematis dalam suatu proses.
Manajemen pendidikan adalah suatu proses dari perencanaan pengorganisasian, pengarahan,
pengawasan, dan penilaian usaha-usaha pendidikan supaya dapat mencapai tujuan pendidikan
yang telah di tetapkan sebelumnya.Atau definisi manajemen pendidikan yang lainnya yaitu
merupakan suatu bentuk kerjasama antar pihak-pihak pendidikan demi pencapai target
pendidikan yang telah di tetapkan sebelumnya. Yang menjadi tujuan umum dalam manajemen
pendidikan adalah melaksanakan pembentukan kepribadian pelajar yang berdasarkan dengan
tujuan dari pendidikan nasional dan tingkat perkembangan maupun perbaikan untuk usia
pendidikan.

B. Tujuan, manfaat dan fungsi menejemen pendidikan


* Tujuan dan manfaat manajemen pendidikan antara lain:
1. Terwujudnya suasana belajar dan proses pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif,
menyenangkan dan bermakna (Pakemb)
2. Terciptanya peserta didik yang aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
3. Terpenuhinya salah satu dari 5 kompetensi tenaga kependidikan (tertunjangnya
kompetensi manajerial tenaga kependidikan sebagai manajer)
4. Tercapainya tujuan pendidikan secara efektif dan efesien
5. Terbekalinya tenaga kependidikan dengan teori tentang proses dan tugas administrasi
pendidikan (tertunjangnya profesi sebagai manajer atau konsultan manajemen pendidikan)
6. Teratasinya masalah mutu pendidikan, karena 80% masalah mutu disebabkan oleh
manajemennya
7. Terciptanya perencanaan pendidikan yang merata, bermutu, relevan, dan akuntabel
8. Meningkatkan citra positif pendidikan.
* Fungsi manajemen pendidikan
Fungsi manajemen yang sesuai dengan profil kinerja pendidikan secara umum adalah
melaksanakan fungsi planning, organizing, staffing, coordinating, leading (facilitating,
motivating, innovating), reporting, controlling. Pada dunia pendidikan, istilah directing lebih
tepat memakai istilah leading dengan perluasan facilitating, motivating, innovating.
Selanjutnya fungsi pengawasan dilaksanakan sebagai bagian dari pelaksanaan manajerial. Pada
level sekolah, pengawas lebih berperan sebagai ”quality assurance” dengan tugas supervise
debagai upaya pembinaan terhadap staf untuk memeprbaiki dan meningkatkan kualitas
pendidikan
1. Planning termasuk Budgeting
Planning sendiri berarti merencanakan atau perencanaan, perencanaan adalah penentuan
serangkaian tindakan untuk mencapai sesuatu hasil yang diinginkan terdiri dari 5, yaitu :
1) Menetapkan tentang apa yang harus dikerjakan, kapan dan bagaimana melakukannya.
2) Membatasi sasaran dan menetapkan pelaksanaan-pelaksanaan kerja untuk mencapai
efektivitas maksimum melalui proses penentuan target.
3) Mengumpulkan dan menganalisa informasi
4) Mengembangkan alternatif-alternatif
5) Mempersiapkan dan mengkomunikasikan rencana-rencana dan keputusan-keputusan.
2. Organizing
Dengan ini dimaksudkan pengelompokan kegiatan yang diperlukan yakni penetapan susunan
organisasi serta tugas dan fungsi-fungsi dari setiap unit yang ada dalam organisasi. Dapat pula
dirumuskan sebagai keseluruhan aktivitas manajemen dalam mengelompokkan orang-orang
serta penetapan tugas, fungsi, wewenang, serta tanggung jawab masing-masing dengan tujuan
terciptanya aktivitas-aktivitas yang berdaya guna dan berhasil guna dalam mencapai tujuan
yang telah ditetapkan.
Pengorganisasian terdiri dari :
1) Menyediakan fasilitas-fasilitas perlengkapan, dan tenaga kerja yang diperlukan untuk
penyusunan rangka kerja yang efisien.
2) Mengelompokkan komponen kerja ke dalam struktur organisasi secara teratur.
3) Membentuk struktur wewenang dan mekanisme koordinasi.
4) Merumuskan dan menentukan metode serta prosedur.
5) Memilih, mengadakan latihan dan pendidikan tenaga kerja dan mencari sumber-sumber
lain yang diperlukan.
3. Staffing atau Assembling Resources
staffing merupakan salah satu fungsi manajemen berupa penyusunan personalia pada suatu
organisasi dan pengembangannya sampai dengan usaha agar petugas memberi daya guna
maksimal kepada organisasi.
4. Directing atau Commanding
Merupakan fungsi manajemen yang berhubungan dengan usaha memberi bimbingan, saran,
perintah-perintah atau instruksi-instruksi kepada bawahan dalam pelaksanaan tugas masing-
masing bawahan tersebut, agar tugas dapat dilaksanakan dengan baik dan benar-benar tertuju
kepada tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Directing atau commanding merupakan fungsi manajemen yang dapat berfungsi bukan hanya
agar pegawai melaksanakan atau tidak melaksanakan suatu kegiatan, tetapi dapat pula
berfungsi mengkoordinasi kegiatan berbagai unsur organisasi agar dapat efektif tertuju kepada
realisasi tujuan yang telah ditetapkan.
5. Leading
Istilah leading yang merupakan salah satu fungsi manajemen, dikemukakan oleh Louis A. Allen
yang dirumuskan sebagai pekerjaan yang dilakukan oleh seorang manajer yang menyebabkan
orang-orang lain bertindak. Pekerjaan leading, meliputi 5 macam kegiatan, yaitu :
1) Mengambil keputusan
2) Mengadakan komunikasi agar ada bahasa yang sama antara manajer dan bawahan
3) Memberi semangat inspirasi dan dorongan kepada bawahan supaya mereka bertindak
4) Memilih orang-orang yang menjadi anggota kelompoknya
5) Memperbaiki pengetahuan dan sikap-sikap bawahan agar mereka trampil dalam usaha
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
6. Coordinating
Salah satu fungsi manajemen untuk melakukan berbagai kegiatan agar tidak terjadi kekacauan,
percekcokan, kekosongan kegiatan, dengan jalan menghubung-hubungkan, menyatupadukan
dan menyelaraskan pekerjaan-pekerjaan bawahan sehingga terdapat kerjasama yang terarah
dalam usaha mencapai tujuan bersama atau tujuan organisasi. Usaha yang dapat dilakukan
untuk mencapai maksud, antara lain :
1) Dengan memberi instruksi
2) Dengan memberi perintah
3) Mengadakan pertemuan-pertemuan dalam mana diberi penjelasan-penjelasan
4) Memberi bimbingan atau nasihat
5) Mengadakan coaching
6) Bila perlu memberi teguran.
7. Motivating
Motivating atau pendorongan kegiatan merupakan salah satu fungsi manajemen berupa
pemberian inspirasi, semangat dan dorongan kepada bawahan, agar bawahan melakukan
kegiatan secara suka rela sesuai apa yang dikehendaki oleh atasan tersebut.
8. Controlling
Controlling atau pengawasan, sering disebut pengendalian, adalah salah satu fungsi
manajemen yang berupa mengadakan penilaian dan sekaligus bila perlu mengadakan koreksi
sehingga apa yang sedang dilakukan bawahan dapat diarahkan ke jalan yang benar dengan
maksud tercapai tujuan yang sudah digariskan.
9. Reporting
Reporting atau pelaporan adalah salah satu fungsi manajemen berupa penyampaian
perkembangan atau hasil kegiatan atau pemberian keterangan mengenai segala hal yang
bertalian dengan tugas dan fungsi-fungsi kepada pejabat yang lebih tinggi baik secara lisan
maupun secara tulisan.
Sedangkan fungsi pokok manajemen pendidikan dibagi 4 macam:
1) Perencanaan
Perencanaan program pendidikan sedikitnya memiliki dua fungsi utama, yaitu :
* Perencanaan merupakan upaya sistematis yang menggambarkan penyusunan rangkaian
tindakan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi atau lembaga dengan
mempertimbangkan sumber-sumber yang tersedia atau sumber-sumber yang dapat
disediakan.
* Perencanaan merupakan kegiatan untuk mengerahkan atau menggunakan sumber-
sumber yang terbatas secara efisien, dan efektif untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
2) Pelaksanaan
Pelaksana merupakan kegiatan untuk merealisasikan rencana menjadi tindakan nyata dalam
rangka mencapai tujuan secara efektif dan efisien, dan akan memiliki nilai jika dilaksanakan
dengan efektif dan efisien.
3) Pengawasan
Pengawasan dapat diartikan sebagai upaya untuk mengamati secara sistematis dan
berkesinambungan; merekam; memberi penjelasan, petunjuk, pembinaan dan meluruskan
berbagai hal yang kurang tepat; serta memperbaiki kesalahan, dan merupakan kunci
keberhasilan dalam keseluruhan proses manajemen.
4) Pembinaan
Pembinaan merupakan rangkaian upaya pengendalian secara profesional semua unsur
organisasi agar berfungsi sebagaimana mestinya sehingga rencana untuk mencapai tujuan
dapat terlaksana secara efektif dan efisien.
C. Prinsip menejmen pendidikan
Douglas (1963:13-17) merumuskan prinsip-prinsip manajemen pendidikan sebagai berikut :
1. Memprioritaskan tujuan diatas kepentingan pribadi dan kepentingan mekanisme kerja.
2. Mengkoordinasikan wewenang dan tanggung jawab
3. Memberikan tanggung jawab pada personil sekolah hendaknya sesuai dengan sifat-sifat
dan kemampuannya
4. Mengenal secara baik faktor-faktor psikologis manusia
5. Relativitas nilai-nilai
Prinsip-prinsip diatas memiliki esensi bahwa manajemen dalam ilmu dan praktiknya harus
memperhatikan tujuan, orang-orang, tugas-tugas, dan nilai-nilai. Tujuan dirumuskan dengan
tepat sesuai dengan arah organisasi, tuntutan zaman, dan nilai-nilai yang berlaku. Tujuan suatu
organisasi dapat dijabarkan dalam bentuk visi, misi dan sasaran-sasaran. Ketiga bentuk tujuan
itu harus dirumuskan dalam satu kekuatan tim yang memiliki komitmen terhadap kemajuan
dan masa depan organisasi.
Drucker (1954) melalui MBO (management by objective) memberikan gagasan prinsip
manajemen berdasarkan sasaran sebagai suatu pendekatan dalam perencanaan. Penerapan
pada manajemen pendidikan adalah bahwa kepala dinas memimpin tim yang beranggotakan
unsur pejabat dan fungsional dinas, dan lebih baik terapat stakeholders untuk merumuskan
visi, misi dan objektif dinas pendidikan.Pada tingkat sekolah, kepala sekolah, wakil kepala
sekolah, siswa, orang tua siswa, masyarakat dan stakeholders duduk bersama membahas
rencana strategis sekolah dengan mengembangkan tujuh langkah MBO yaitu:
1. Menentukan hasil akhir apa yang ingin dicapai sekolah
2. Menganalisis apakah hasil akhir itu berkaitan dengan tujuan sekolah
3. Berunding menetapkan sasaran-sasaran yang dibutuhkan
4. Menetapkan kegiatan apa yang tepat untuk mencapai sasaran
5. Menyusun tugas-tugas untuk mempermudah mencapai sasaran
6. Menentukan batas-batas pekerjaan dan jenis pengarahan yang akan dipergunakan oleh
atasan
7. Lakukan monitoring dan buat laporan.
D. Faktor-faktor yang memengaruhi
Manajemen pendidikan merupakan salah satu cabang ilmu sosial yang intinya adalah
mempelajari tentang perilaku manusia dalam kegiatannya sebagai subjek dan objek. Secara
filosofis, perilaku manusia terbentuk oleh interaksi antarmanusia, iklim organisasi (konteks
organisasi) dan sistem yang dianut. Ketiga interaksi tersebut, baik secara sendiri-sendiri
maupun secara bersama-sama saling berinteraksi dengan lingkungan eksternalnya. Dengan
demikian dapat disimpulkan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku manajemen
pendidikan adalah:
1. interaksi antarmanusia
2. iklim organisasi
3. sistem pendidikan yang dianut (sisdiknas)

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian dan Pentingnya Manajemen Pendidikan
Manajemen dalam bahasa Inggris artinya to manage, yaitu mengatur atau mengelola. Dalam
arti khusus bermakna memimpin dan kepemimpinan, yaitu kegiatan yang dilakukan untuk
mengelola lembaga atau organisasi, yaitu memimpin dan menjalankan kepemimpinan dalam
organisasi. Orang yang memimpin organisasi disebut manajer.
Banyak ahli yang memberikan pengertian tentang manajemen, antara lain sebagai berikut :
v Menurut Syamsi (1985:10) “Manajemen adalah seluruh kegiatan dalam setiap usaha
kerjasama yang dilakukan oleh sekelompok atau lebih orang-orang secara bersama-sama dan
simultan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan”.
v Menurut Soepardi (1988:7) “ Manajemen adalah keseluruhan proses kegiatan-
kegiatan kerja sama yang dilakukan oleh sekelompok atau lebih oarang-orang secara bersama-
sama dan simultan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
v Hilman mengatakan bahwa manajemen adalah fungsi untuk mencapai sesuatu
melalui kegiatan orang lain dan mengawasi usaha-usaha individu untuk mencapai tujuan yang
sama.
v Menurut Georgy R. Terry (1986:4), manajemen adalah suatu proses atau kerangka
kerja, yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang kearah
tujuan-tujuan organisasional atau maksud-maksud yang nyata.
v Menurut Mary Parker Follet, manajemen adalah suatu seni untuk melaksanakan suatu
pekerjaan melalui orang lain dengan kata lain bahwa para manajer mencapai suatu tujuan
organisasi dengan cara mengatur orang-orang lain untuk melaksanakan apa saja yang perlu
dalam pekerjaan itu, bukan dengan cara melaksanakan pekerjaan itu oleh dirinya sendiri.
v Menurut James A.F.Stoner, manajemen adalah suatu proses perencanaan,
pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian upaya anggota organisasi dan
menggunakan semua sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa manajemen adalah ilmu dan seni
mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusi secara efektif, yang didukung oleh
sumber- sumber lainnya dalam suatu organisasi untuk mencapai tujuan tertentu.

Sedangkan pengertian pendidikan menurut beberapa ahli antara lain sebagai berikut :
v Abdul Fattah Jalal,mendefinisikan pendidikan sebagai proses pemberian pengetahuan,
pemahaman, pengertian, tanggung jawab, dan penanaman amanah, sehingga penyucian atau
pembersihan manusia dari segala kotoran dan menjadikan diri manusia berada dalam kondisi
yang memungkinkan untuk menerima al-hikmah serta mempelajari apa yang bermanfaat
baginya dan yang tidak diketahuinya.
v Ahmad D.Marimba, merumuskan pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara
sadar oleh sipendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani siterdidik menuju
terbentuknya keperibadian yang utama.
v Francis Bacon, ia berkeyakinan bahwa pendidikan ialah apabila manusia ingin sarnpai
pada kebenaran harus meninggalkan cara berpikir deduktif dan beralih ke cara berpikir yang
induktif. Dengan cara berpikir yang analitik orang akan dapat membuka rahasia alam dan
dengan terbukanya alam itu kita sebagai bagian dari alam dapat menentukan sikap dan
mengatur strategi hidup. Artinya, dengan terbukanya alam kita rnanusia dapat menyesuaikan
atau memanfaatkan alam dari hidup dan kehidupan manusia.
v Menurut M.J. Langeveld ; "Pendidikan merupakan upaya manusia dewasa
membimbing yang belum kepada kedewasaan (Kartini Kartono, 1997:11).
v Zuhairin (1982), ”Pendidikan dalam pengertian yang luas adalah meliputi perbuatan
atau semua usaha generasi tua untuk mengalihkan (melimpahkan) pengetahuannya,
pengalamannya, kecakapan serta keterampilannya kepada generasi muda, sebagai usaha
untuk menyiapkan mereka agar dapat memenuhi fungsi hidupnya, baik jasmaniah maupun
rohaniah.”
Syed Sajjad Husain dan Syed Ali Ashraf (1986) berpendapat bahwa, pendidikan adalah suatu
pengajaran yang melatih perasaan sehingga dalam sikap hidup, tindakan, keputusan, dan
pendekatan mereka terhadap segala jenis pengetahuan, dipengaruhi sekali oleh nilai spritual
dan sangat sadar akan nilai-nilai etis.
v Endang Saifuddin Anshari, “pendidikan adalah proses bimbingan (pimpinan,
tuntunan, usulan) oleh obyek didik terhadap perkembangan jiwa (pikiran, perasaan, kemauan,
intuisi, dan sebagainya ), dan raga obyek didik dengan bahan-bahan materi tertentu, pada
jangka waktu tertentu, dengan metode tertentu, dan dengan alat perlengkapan yang ada
kearah terciptanya pribadi tertentu disertai evaluasi diri.”
v Mustofa Al-Ghulayani : Bahwa pendidikan itu ialah menanamkan akhlak yang mulia di
dalam jiwa anak dalam masa pertumbuhannya dan menyiraminya dengan petunjuk dan
nasihat, sehingga ahklak itu menjadi salah satu kemampuan (meresap dalam) jiwanya
kemudian buahnya berwujud keutamaan, kebaikan dan cinta bekerja untuk kemanfaatan
tanah air.
v Anwar Jasin (1985), “Pendidikan adalah kegiatan mengarahkan perkembangan
seseorang sesuai dengan nilai-nilai yang merupakan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan
mereka. Maka, dengan pengertian atau definisi itu, kegiatan atau proses pendidikan hanya
berlaku pada manusia tidak pada hewan."
Dari beberapa definisi di atas, kalau diteliti lebih lanjut, meskipun batasan yang dikemukakan
para ahli berbeda, terlihat garis benang merah bahwa pendidikan merupakan usaha
peningkatan kualitas diri manusia dalam segala aspeknya [aspek jasmaniah dan rohaniah].
Jadi, pendidikan merupakan aktivitas yang disengaja dan mengandung tujuan yang tentu dan
di dalamnya terlibat berbagai faktor yang saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya
sehingga membentuk suatu sistem yang saling mempengaruhi. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa pendidikan adalah aktivitas dan usaha manusia untuk meningkatkan
kepribadiannya dengan jalan membina potensi-potensi pribadinya yaitu rohani (pikiran, karsa,
rasa, cipta, dan hati nurani) dan jasmani (panca indra serta keterampilan).
Jika disimpulkan dari pengertian manajemen dan pendidikan, maka manajemen pendidikan
adalah mengarahkan orang- orang agar melaksanakan aktivitas kependidikan untuk mencapai
tujuan pendidikan. Setiap orang diarahkan untuk mengelola sarana dan prasarana pendidikan,
alat- alat pendidikan, metode, desain kurikulum, kebendaharaan, kesekretariatan, dan
mengatur strategi pendidikan sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.

Ada beberapa pakar yang memberikan pengertian tentang apa itu manajemen pendidikan,
antara lain sebagai berikut :
v Manajemen Pendidikan menurut Syarif (1976 :7) “segala usaha bersama untuk
mendayagunakan sumber-sumber (personil maupun materiil) secara efektif dan efisien untuk
menunjang tercapainya pendidikan.
v Djam’an Satori, (1980: 4). Manajemen pendidikan dapat diartikan sebagai keseluruhan
proses kerjasama dengan memanfaatkan semua sumber personil dan materil yang tersedia
dan sesuai untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien.
v Soebagio Atmodiwirio. (2000:23). Manajemen pendidikan dapat didefinisikan sebagi
proses perencanaan, pengorganisasian, memimpin, mengendalikan tenaga pendidikan,
sumber daya pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan.
v Engkoswara (2001:2). Manajemen pendidikan ialah suatu ilmu yang mempelajari
bagaimana menata sumber daya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara
produktif dan bagaimana menciptakan suasana yang baik bagi manusia yang turut serta di
dalam mencapai tujuan yang disepakati bersama.
v Hadari Nawawi (1981 : 11) mengemukakan manajemen pendidikan, adalah rangkaian
kegiatan atau keseluruhan proses pengendalian usaha kerjasama sekelompok orang untuk
mencapai tujuan pendidikan, secara berencana dan sistematis yang diselenggarakan di
lingkungan tertentu, terutama lembaga pendidikan formal.
Jadi jika ditarik kesimpulan, “Manajemen pendidikan adalah proses keseluruhan kegiatan
bersama dalam bidang pendidikan yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,
pelaporan, pengkoordinasian, pengawasan dan pembiayaan, dengan menggunakan atau
memanfaatkan fasilitas yang tersedia, baik personil, materiil, maupun spirituil untuk mencapai
tujuan pendidikan secara efektif dan efisien.”
Kemajuan suatu bangsa sangat dipengaruhi oleh kualitas SDM bangsa tersebut. Kualitas SDM
tergantung pada tingkat pendidikan masing-masing individu pembentuk bangsa. Pendidikan
yang visioner, memiliki misi yang jelas akan menghasilkan keluaran yang berkualitas. Dari
sanalah pentingnya manajemen pendidikan diterapkan.
Manajemen pendidikan merupakan hal yang harus diprioritaskan untuk kelangsungan
pendidikan, sehingga menghasilkan keluaran yang diinginkan. Kenyataannya, banyak institusi
pendidikan yang belum memiliki manajemen yang bagus dalam pengelolaan pendidikannya.

Manajemen yang digunakan masih konvensional, sehingga kurang bisa menjawab tantangan
zaman dan terkesan tertinggal dari modernitas. Hal ini mengakibatkan sasaran-sasaran ideal
pendidikan yang seharusnya bisa dipenuhi ternyata tidak bisa diwujudkan. Parahnya,
terkadang para pengelola pendidikan tidak menyadari akan hal itu,
Manajemen pendidikan merupakan suatu proses untuk mengkoordinasikan berbagai sumber
daya pendidikan seperti guru, sarana dan prasarana pendidikan seperti perpustakaan,
laboratorium, dsb untuk mencapai tujuan dan sasaran pendidikan, yaitu mencerdaskan
kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan
bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan
dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta
rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Dalam perkembangannya, manajemen pendidikan memerlukan Good Management Practice
untuk pengelolaannya. Tetapi pada prakteknya, ini masih merupakan suatu hal yang elusif.
Banyak penyelenggara pendidikan yang beranggapan bahwa hal tersebut bukanlah suatu hal
yang penting.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan terkait manajemen pendidikan antara lain:
1. Sasaran Pendidikan: Aspek afektif
Salah satu isu utama keberhasilan pendidikan adalah sejauh mana tingkat afektifitas yang
dimiliki oleh anak didik, apakah menjadi lebih saleh, berbudi pekerti, memiliki rasa tanggung
jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Inilah tantangan yang harus dijawab oleh pendidikan.
2. Manajemen Guru
Sampai saat ini, guru sebagai salah satu sumber daya terpenting pendidikan masih
undermanaged atau bahkan mismanaged. Pimpinan pendidikan pada umumnya masih melihat
guru sebagai faktor produksi saja. Padahal manajemen guru, adalah suatu hal yang sangat
penting untuk keberhasilan suatu pendidikan.
3. Peningkatan Pengawasan
Dalam manajemen pendidikan, fungsi pengawasan sepertinya menempati posisi terlemah.
Masih banyak aspek pendidikan yang berkaitan dengan pencapaian sasaran yang masih luput
dari pengawasan.
4. Manajer Pendidikan
Keberhasilan manajemen pendidikan tidak bisa dilepaskan dari peran serta manajer/pengelola
pendidikan. Selama ini banyak peran ganda yang dijalankan oleh komponen pendidikan,
seperti guru menempati posisi sebagai kepala institusi pendidikan. Efisiensi biaya sering
dijadikan alasan, meski urusan manajemen sangat berbeda dengan urusan belajar-mengajar.
5. Partisipasi Manajer Bisnis
Dalam membenahi manajemen pendidikan, tidak ada salahnya bagi penyelenggara pendidikan
untuk memanfaatkan keterampilan menajerial para manajer bisnis. Fungsi manajemen bersifat
universal dan keterampilan manajemen dapat ditransfer dari satu bidang ke bidang lain.
6. Aliansi antar sekolah
Aliansi antar institusi pendidikan bisa menjadi jalan memajukan institusi pendidikan, sehingga
dapat belajar dari good management practice lembaga pendidikan lain.
7. Kebijakan Pemerintah
Faktor eksternal berupa keterlibatan pemerintah dalam pendidikan juga mempengaruhi
manajemen pendidikan di negara tersebut.
Singkatnya, manajemen pendidikan sangat diperlukan oleh semua pihak yang terkait dengan
pendidikan. Meski demikian, penerapannya ternyata tidak sesederhana yang dibayangkan. Ada
banyak tantangan dan problematika yang harus dihadapi, Semua pihak harus bekerja sama
menyelesaikan problematika tersebut agar cita-cita pendidikan bisa terealisasi.

2.2 Pentingnya Studi Manajemen Pendidikan


Semua pengertian tentang manajemen pendidikan dapt disimpulkan bahwa
manajemen pendidikan merupakan penyelenggaraan pendidikan yang berkaitan dengan
seluruh kebutuhan materiil pendidikan yang sekaligus berkaitan dengan semua aspek yang ada
dalam usaha penyelenggaraan pendidikan, yang berhubungan secara langsung dengan proses
pembelajaran, fasilitas atau saran dan prasarana pendidikan, dan media pendidikan. Dengan
demikian, semua kegiatan lembaga pendidikan harus teradministrasikan dan dikelola dengan
baik.
Studi tentang manajemen pendidikan sangat penting, dengan alasan berikut :
1. Pengelolaan lembaga pendidikan merupakan bagian dari upaya meraih tujuan
pendidikan.
2. Pelaksanaan kepemimpinan dalam kependidikan merupakan upaya mengintegritaskan
aktivitas pendidikan agar seluruh kegiatan dapat dikendalikan dengan baik.
3. Pengembangan profesionalitas merupakan bagian dari proses pengembangan sumber
daya manusia yang akan mendorong laju perkembangan dan pertumbuhan pendidikan yang
lebih optimal dan berhasil bagi seluruh civitas pendidikan.
4. Kerja sama antarlingkungan pendidikan merupakan proses mempermudah tercapainya
tujuan pendidikan.
5. Pemusatan kinerja dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar merupakan strategi
untuk meraih target pendidikan bagi seluruh anak didik.
6. Pengawasan dan evaluasi pendidikan akan memberikan gambaran tentang keberhasilan
pendidikan, sehingga dapat dirumuskan perencanaan yang lebih baik di masa depan.

Manajemen pendidikan pada umumnya dicirikan oleh proses kerja sama dalam mencapai
tujuan pendidikan. Oleh karena itu, keberadaan manajemen dalam mengelola pendidikan
sangat penting. Karena adanya pekerjaan yang mudah dan sukar. Kerja sama antara personal
lembaga pendidikan memudahkan pelaksanaan kegiatan yang semula sangat sukar
dilaksanakan seorang diri, karena setiap orang telah ditetapkan tugas dan kewajibannya sesuai
dengan profesi dan keahliannya. Misalnya, seorang guru matematika sebaiknya hanya
mengajar matematika, dan pendidikannya pun harus matematika, baik ia lulusan diploma
maupun sarjana, bahkan sampai tingkat doctor.
Secara organic, keahlian dikembangkan guna meningkatkan profesioanalitas para pendidik.
Seorang guru yang baik adalah yang tahu banyak dari yang sedikit, bukan tahu sedikit dari yang
banyak. Meskipun di Indonesia masih banyak guru yang mengajar seluruh mata pelajaran,
seolah- olah ahl untuk berbagai bidang studi.
Manajemen pendidikan kepentingannya adalah untuk mempermudah pelaksanaan kegiatan
sekaligus memosisikan orang sesuai dengan keahliannya. Dengan demikian, tujuan akan
dicapai secara optimal . Tujuan yang ditetapkan dalam pendidikan akan mudah tercapai
apabila diterapkan manajemen pendidikan dengan sebaik mungkin.

2.3 Ruang Lingkup Manajemen Pendidikan


Manajemen pendidikan secara umum memiliki ruang lingkup yang lebih luas daripada
manajemen sekolah. Manajemen pendidikan tidak hanya menyangkut penataan pendidikan
formal (sekolah, madrasah dan perguruan tinggi), tetapi juga pendidikan luar sekolah atau
pendidikan nonformal, seperti TPA/TPQ, pondok pesantren, lembaga-lembaga kursus maupun
lembaga-lembaga pendidikan yang berkembang di masyarakat: majlis taklim, PKK, karang
taruna, pembinaan wanita dan yang lainnya. Untik memudahkan bahasan ini, maka penulis
lebih banyak menggunakan istilah “sekolah” untuk mewakili kegiatan pendidikan formal.
Ruang lingkup manajemen organisasi secara garis besar dapat dibagi menjadi dua kegiatan.
Pertama, manajemen administrative. Bidang kegiatan ini disebut juga management of
administrative function, yakni kegiatan-kegiatan yang bertujuan mengarahkan agar semua
orang dalam organisasi /kelompok kerja sama mengerjakan hal-hal yang tepat sesuai dengan
tujuan yang hendak dicapai. Kedua, manajemen operatif. Bidang kegiatan ini di sebut juga
managemen of operative function, yakni kegiatan-kegiatan yang bertujuan mengarahkan dan
membina agar semua orang yang melaksanakan pekerjaannya yang menjadi tugas masing-
masing dapat dengan tepat dan benar.
Adapun ruang lingkup menajemen pendidikan ini secara lebih rinci dapat di jelaskan sebagai
berikut:
1. Manajemen kurikulum, meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi
kegiatan tentang pendataan mata pelajaran/mata kuliah yang diajarkan/dipasarkan, waktu jam
yang tesedia, jumlah guru beserta pembagian jam pelajaran, jumlah kelas, penjadwalan,
kegiatan belajar-mengajar, buku-buku yang dibutuhkan, program semester, evaluasi, program
tahunan, kelender pendidikan, perubahan kurikulum maupun inovasi-inovasi dalam
pengembangan kurikulum.
2. Manajemen ketenagaan pendidikan (kepegawwaian), meliputi perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi kegiatan penerimaan pegawai baru,
mutasi, surat keputusan, surat tugas, berkas-berkas tenaga kependidikan, daftar umum
kepegawaian, upaya peningkatan SDM serta kinerja pegawai, dan sebagainya.
3. Manajemen peserta didik, meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan,
pengawasan dan evaluasi kegiatan penggalangan penerimaan siswa baru, pelaksanaan tes
penerimaan siswa baru, penempatan dan pembagian kelas, kegiatan-kegiatan kesiswaan,
motivasi dan upaya peningkatan kualitas lulusan dan sebagainya.
4. Manajemen sarana dan prasarana pendidikan, meliputi perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi kegiatan pengadaan barang pembagian dan
penggunaan barang (inventaris), perbaikan barang, dan tukar tambah maupun penghapusan
barang.
5. Manajemen keuangan/ pembiayaan pendidikan, meliputi perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi kegiatan masuk dan keluarnya dana, usaha-usaha
menggali sumber pendanaan sekolah seperti kegiatan koperasi serta penggunaan dana secara
efisien.
6. Manajemen/administrasi perkantoran, meliputi perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi kegiatan kantor agar memberikan pelayanan yang
terbaik kepada semua orang yang membutuhkan serta berhubungan dengan kegiatan
lembaga.
7. Manajemen unit-unit penunjang pendidikan, melipiti perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, pengawasan ddan evaluasi kegiatan unit-unit penunjang, misalnya bimbingan
dan penyuluhan (BP), perpustakaan, UKS, pramuka, olahraga, kesenian, dan sebagainya.
8. Manejemen layanan khusus pendidikan, meliputi perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi kegiatan pelayanan khusus, misalnya menu
makanan/konsumsi, layanan antar jemput , bimbingan khusus di rumah, dan sebagainya.
9. Manajemen tata lingkungan dan keamanan sekolah meliputi perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi tata ruang pertamanan sekolah,
kebersihan dan ketertiban sekolah, serta keamanan dan kenyamanan lingkungan sekolah.
10. Manejemen hubungan dengan masyarakat, meliputi perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi kegiatan hubungan masyarakat, misalnya pendataan
alamat kantor/orang yang dianggap perlu, hasil kerjasama, program-progran humas, dsb.

Dalam teori organisasi klasik yang pertama kali diperkenalkan oleh B.I. Fayol ( 1841- 1925 ),
manajemen membahas hal- hal sebagai berikut :
1. Technical : kegiatan memproduksi dan mengorganisasikannya. Dalam kaitannya dengan
pendidikan, lembaga pendidikan melakukan kegiatan menghasilkan lulusan lembaga
pendidikan yang siap kerja.
2. Commercial : kegiatan membeli bahan dan menjual produk. Dalam lembaga pendidikan,
kegiatan ini berkaitan dengan penjaringan anak didik dan mengelolanya dengan pendidikan,
sehingga hasilnya akan bermanfaat untuk anak didik dan masyarakat.
3. Financial : kegiatan pembelanjaan. Lembaga pendidikan membutuhkan pendanaan untuk
mengadakan sarana dan prasarana serta pelaksanaan pendidikan.
4. Security : kegiatan menjaga keamanan. Kaitannya dengan pendidikan terletak pada
system pengamalan lingkungan pendidikan secara internal maupun eksternal, pergaulan anak
didik di dunia luar, dan system pengamanan diri dari pengaruh lingkungan dan kebudayaan
yang dapat merusak moral, melalui pendidikan agama dan akhlak.
5. Accountancy: kegiatan akuntansi. Lembaga pendidikan melibatkan kegiatan perhitungan
pemasukan dana dan pengeluaran yang baik, sistematis, akurat, dan efisien. Tidak
melaksanakan kegiatan pendidikan yang kurang proposional dengan kemampuan, apalaagi
kegiatan yang hanya manghambur-hamburkan uang, sedangkan hasil kegiatan kurang
bermanfaat.
6. Managerial; melaaksanakan fungsi manajemen. Pendidikan membutuhkan perencanaan
dan pengelolaaan yang baik, sebagaimana adanya pengorganisasian dan pengordinasian untuk
semua kegiatan kependidikan.

2.4. Fungsi- fungsi Manajemen Pendidikan


Menurut para pakar ilmu manajemen, fungsi manajemen adalah sebagai berikut :
1. Henry fayol merinci lebih sistematis tentang fungsi-fungsi manajemen, yaitu: (1) planning
(perencanaan); (2) organizining (pengorganisasian); (3) coordinating (pengoodinasian); (4)
commanding (pengarahan); dan (5) controlling (pengawasan). Bertitik tolak dari fungsi
manajemen tersebut, Fayol menetapkan asas-asas manajemen yang bersifat umum, yaitu (1)
asas pembagian kerja; (2) asas wewenang daan tanggung jawab; (3) disiplin; (4) kesatuan
perintah; (5) kesatuan arah; (6) asas kepentingan umum; (7) pemberian janji yang wajar; (8)
pemusatan wewenang; (9) rantai berkala; (10) asas keteraturan; (11) asas keadilan; (12)
kestabilan masa jabatan; (13) inisiatif; (14) asas kesatuan.
2. Menurut Harold Koontrz dan Cyril O’Donnell, fungsi manajemen, selain perencanaan,
pengorganisasian, dan pengawasan, ada pula fungsi staffing, yaitu penyusunan staf atau
kepegawaian dan directing, artinya pengarahan.
3. Luther M. Gullich menambah fungsi manajemen dengan fungsi reporting, yaitu
penyampaian laporan dan budgeting, penyusunan anggaran pembelanjaan.
4. George R. Terry menambahnya dengan fungsi actuaning, yaitu penggerakan.
5. Louis A. Allen menyatakan adanya fungsi leading, yaitu kepemimpianan.
6. John R. Beisline mengutarakan hal yang sama dengan Fayol, yaitu (10 planning; (2)
organizing; (3) commanding; (4) controlling.
7. Prajudi Atmosudirjo merinici fungsi manajemen sama dengan Louis A. allen.
8. William H. Newman menambahkan dengan fungsi assembling resources, yaitu
penyusunan pegawai atau persinalia.
9. Sondang P. Siagian dengan menambahkan fungsi motivating, yaitu mendorong seluruh
pegawai untuk berkerjaa sesuai dengan arahan dan tujuan yang telah diciptakan.
10. Lyndal F. Urwick menyatakan adanya fungsi forecasting, yaitu mengadakan prediksi,
memperkirakan berbagai kemungkinan yang akan terjaadi.
11. Winardi menjelaskan adanya fungsi komunikasi dalam suatu organisasi.
12. The Liang Gie menjelaskan adanya fungsi decision making, membuat keputusan dan fungsi
improving, yaitu melakukan improvisasi, pengayaan pendekatan, metode, dan strategi dalam
mencapai tujuan.
13. Jhon D. Millet menambahkan fungsi Facillitating, y aitu pemberian fasilitas.

Fungsi pokok manajemen pendidikan dibagi 4 macam:


1. Perencanaan
Perencanaan program pendidikan sedikitnya memiliki dua fungsi utama, yaitu:
a. Perencanaan merupakan upaya sistematis yang menggambarkan penyusunan rangkaian
tindakan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi atau lembaga dengan
mempertimbangkan sumber-sumber yang tersedia atau sumber-sumber yang dapat
disediakan.
b. Perencanaan merupakan kegiatan untuk mengerahkan atau menggunakan sumber-sumber
yang terbatas secara efisien, dan efektif untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
2. Pelaksanaan
Pelaksana merupakan kegiatan untuk merealisasikan rencana menjadi tindakan nyata dalam
rangka mencapai tujuan secara efektif dan efisien, dan akan memiliki nilai jika dilaksanakan
dengan efektif dan efisien.
3. Pengawasan
Pengawasan dapat diartikan sebagai upaya untuk mengamati secara sistematis dan
berkesinambungan; merekam; memberi penjelasan, petunjuk, pembinaan dan meluruskan
berbagai hal yang kurang tepat; serta memperbaiki kesalahan, dan merupakan kunci
keberhasilan dalam keseluruhan proses manajemen.
4. Pembinaan
Pembinaan merupakan rangkaian upaya pengendalian secara profesional semua unsur
organisasi agar berfungsi sebagaimana mestinya sehingga rencana untuk mencapai tujuan
dapat terlaksana secara efektif dan efisien.

2.1.Pengertian Manajemen Pendidikan

2.1.1. Definisi Manajemen

Menurut asal katanya, Management berasal dari kata latin yaitu “manus” yang artinya “to
control by hand” atau “gain result”. Kata manajemen mungkin juga berasal dari bahasa Italia
maneggiare yang berarti “mengendalikan,” Kata ini mendapat pengaruh dari bahasa Perancis
manège yang berarti “kepemilikan kuda” (yang berasal dari Bahasa Inggris yang berarti seni
mengendalikan kuda), dimana istilah Inggris ini juga berasal dari bahasa Italia. Bahasa Prancis
lalu mengadopsi kata ini dari bahasa Inggris menjadi ménagement, yang memiliki arti seni
melaksanakan dan mengatur.

Manajemen dapat didefinisikan sebagai “proses perencanaan, pengorganisasian, pengisian


staf, pemimpinan, dan pengontrolan untuk optimasi penggunaan sumber-sumber dan
pelaksanaan tugas-tugas dalam mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien”.
Manajemen adalah Suatu Proses dalam rangka mencapai tujuan dengan bekerja bersama
melalui orang-orang dan sumber daya organisasi lainnya.

Menurut Mary Parker Follet Manajemen Adalah sebagai seni menyelesaikan pekerjaan melalui
orang lain. Definisi ini berarti bahwa seorang manajer bertugas mengatur dan mengarahkan
orang lain untuk mencapai tujuan organisasi

Menurut Ricky W. Griffin Manajemen Adalah sebagai sebuah proses perencanaan,


pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran
secara efektif dan efesien. Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan
perencanaan, sementara efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara benar,
terorganisir, dan sesuai dengan jadwal

Menurut Drs. Oey Liang Lee Manajemen adalah seni dan ilmu perencanaan pengorganisasian,
penyusunan, pengarahan dan pengawasan daripada sumberdaya manusia untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan.

Menurut Prof. Eiji Ogawa Manajemen adalah Perencanaan, Pengimplementasian dan


Pengendalian kegiatan-kegiatan termasuk system pembuatan barang yang dilakukan oleh
organisasi usaha dengan terlebih dahulu telah menetapkan sasaran-sasaran untuk kerja yang
dapat disempurnakan sesuai dengan kondisi lingkungan yang berubah.

Dari beberapa definisi menurut asal kata dan definisi dari pendapat ahli, maka dapat ditarik
kesimpulan mengenai apa yang dimaksud dengan managemen. Manajemen adalah Proses
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan dalam mengelola sumber daya
yang berupa man, money, materials, method, machines, market, minute dan information
untuk mencapai tujuan yang efektif dan efisien.

2.1.2. Definisi Pendidikan

Dalam UU Sisdiknas Pasal 1 ayat 1 dikatakan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan prtensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara.

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, aklak mulia, serta
ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara

Menurut M.J. Langeveld, Pendidikan adalah merupakan upaya manusia dewasa membimbing
manusia yang belum dewasa kepada kedewasaan. Pendidikan ialah usaha menolong anak
untuk melaksanakan tugastugas hidupnya, agar bisa mandiri, akil-baliq, dan bertanggung
jawab secara susila. Pendidikan adalah usaha mencapai penentuan-diri-susila dan tanggung
jawab.

Tujuan Pendidikan menurut prof dr langeveld, Pendewasaan diri, dengan ciri-cirinya yaitu :
kematangan berpikir, kematangan emosional, memiliki harga diri, sikap dan tingkah laku yang
dapat diteladani serta kemampuan pengevaluasian diri. Kecakapan atau sikap mandiri, yaitu
dapat ditandai pada sedikitnya ketergantungan pada orang lain dan selalu berusaha mencari
sesuatu tanpa melihat orang lain.

Pengertian pendidikan menurut driyarkara, Pendidikan didefinisikan sebagai upaya


memanusiakan manusia muda atau pengangkatan manusia muda ke taraf insani.

Pengertian pendidikan menurut Stella van Petten Henderson, Pendidikan merupakan


kombinasai dari pertumbuhan dan perkembangan insani dengan warisan sosial. Pendidikan
adalah pembentukan hati nurani. Pendidikan adalah proses pembentukan diri dan penetuan-
diri secara etis, sesuai denga hati nurani.

Pengertian pendidikan menurut John Dewey, Education is all one with growing; it has no end
beyond itself. (pendidikan adalah segala sesuatu bersamaan dengan pertumbuhan; pendidikan
sendiri tidak punya tujuan akhir di balik dirinya).

Pengertian pendidikan menurut H.H Horne, Dalam pengertian luas, pendidikan merupakan
perangkat dengan mana kelompok sosial melanjutkan keberadaannya memperbaharui diri
sendiri, dan mempertahankan ideal-idealnya. Carter V. Good Pendidikan adalah proses
perkembangan kecakapan seseorang dalam bentuk sikap dan prilaku yang berlaku dalam
masyarakatnya. Proses sosial dimana seseorang dipengaruhi oleh sesuatu lingkungan yang
terpimpin (khususnya di sekolah) sehingga iya dapat mencapai kecakapan sosial dan
mengembangkan kepribadiannya.

Pengertian pendidikan menurut Thedore Brameld, Istilah pendidikan mengandung fungsi yang
luas dari pemelihara dan perbaikan kehidupan suatu masyarakat, terutama membawa warga
masyarakat yang baru mengenal tanggung jawab bersama di dalam masyarakat. Jadi
pendidikan adalah suatu proses yang lebih luas daripada proses yang berlangsung di dalam
sekolah saja. Pendidikan adalah suatu aktivitas sosial yang memungkinkan masyarakat tetap
ada dan berkembang. Di dalam masyarakat yang kompleks, fungsi pendidikan ini mengalami
spesialisasi dan melembaga dengan pendidikan formal yang senantiasa tetap berhubungan
dengan proses pendidikan informal di luar sekolah).

Tujuan pendidikan adalah menciptakan seseorang yang berkualitas dan berkarakter sehingga
memiliki pandangan yang luas kedepan untuk mencapai suatu cita- cita yang di harapkan dan
mampu beradaptasi secara cepat dan tepat di dalam berbagai lingkungan. Karena pendidikan
itu sendiri memotivasi diri kita untuk lebih baik dalam segala aspek kehidupan.

Tujuan Pendidikan dalam (UU Sisdiknas Pasal 3) menyatakan bahwa Pendidikan nasional
bertujuan untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
2.1.3. Definisi Manajemen Pendidikan

Dilihat dari pengertian manajemen dan pengertian pendidikan diatas, maka kita dapat
mendefinisikan Manajemen Pendidikan sebagai suatu Proses perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan dan pengawasan dalam mengelola sumber daya yang berupa man, money,
materials, method, machines, market, minute dan information untuk mencapai tujuan yang
efektif dan efisien dalam bidang pendidikan.

2.2.Objek Kajian Manajemen pendidikan

Objek atau sumber daya yang menjadi kajian dalam manajemen pendidikan ada tujuh , yaitu :

Man
Man atau manusia adalah unsur terpenting yang perlu dikelola dalam manajemen pendidikan,
pengelolaan yang biasa dilakukan misalnya dengan mengorganisasikan manusia dengan
melihat apa yang menjadi keahlian orang tersebut.

Money
Money atau uang dimaksudkan untuk mengelola pemdanaan atau pembiayaan secara efisien
sehingga tidak terjadi pemborosan dalam suatu lembaga pendidikan.

Materials
Materials atau bahan materi merupakan aspek yang tidak kalah penting dalam manajemen
pendidikan, melalui pengelolaan material maka bisa terbentuk kurikulum yang berisi panduan
dasar untuk mentranfer ilmu dari guru ke siswa.

Method
Pengelolaan metode juga harus dilakukan dengan baik, metode yang digunakan untuk
mengajar guru di sekolah satu dengan guru di sekolah lain tidak sama karena tergantung pada
kesiapan siswa yang diajar.

Machines
Pengelolaan mesin bertujuan untuk dapat mengelola mesin yang digunakan untuk mendukung
proses belajar mengajar supaya dapat digunakan sebaik mungkin dan tidak cepat mengalami
kerusakan, untuk orang yang mengelola mesin biasanya harus orang yang benar-benar tau cara
merawat mesin tersebut dengan baik.

Market
Market atau pasar adalah salah satu kunci yang menentukan sekolah atau lembaga pendidikan
tersebut menjadi lembaga pendidikan yang besar atau kecil, pasar yang dimaksud adalah
masyarakat secara luas, sasaran yang dituju adalah masyarakat yang berniat menyekolahkan
putra putri mereka.

Minutes
Minutes atau waktu perlu dikelola dengan baik karena waktu belajar peserta didik di sekolah
sangat terbatas, sehingga perlu pengelolaan yang baik supaya waktu belajar mengajar menjadi
lebih efisien.

2.3.Tujuan Belajar Manajemen Pendidikan

· Efisien dalam menggunakan sumber daya.

Dengan mempelajari manajemen pendidikan dengan baik, diharapkan seseorang dapat


mengelola sumber daya secara efisien, misalnya sumber daya yang berupa pembiayaan, waktu
dan lain sebagainya.

Efektif dalam pencapaian tujuan.


Dengan mempelajari manajemen pendidikan secara berkesinambungan dan secara sungguh-
sungguh, diharapkan seseorang dapat mengefektifkanproses dan sumber daya yang dikelola
untuk mencapai tujuan dengan optimal.

Bermuara pada tujuan pendidikan.


Tujuan manajemen pendidikan tidak akan lepas dari tujuan pendidikan nasional, yaitu
bertujuan untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Mendukung kegiatan pendidikan dalam upaya mencapai tujuan pendidikan.


Manajemen pendidikan juga mendukung dan memfasilitasi kegiatan pendidikan baik secara
langsung maupun tidak langsung. Kegiatan pendidikan yang didukung dengan manajemen
pendidikan yang baik, akan mendapatkan hasil yang baik sehingga tujuan pendidikan yang
ditargetkan dapat tercapai.

2.4.Fungsi Manajemen Pendidikan

Fungsi manajemen pendidikan adalah elemen-elemen dasar yang akan selalu ada dan melekat
di dalam proses manajemen yang akan dijadikan acuan oleh manajer dalam melaksanakan
kegiatan pendidikan untuk mencapai tujuan yang efektif dan efisien. Dalam Manajemen
terdapat fungsi-fungsi manajemen yang terkait erat di dalamnya.

Menurut George R. Terry, fungsi manajemen ada empat yaitu fungsi perencanaan (planning),
fungsi pengorganisasian (organizing), fungsi pelaksanaan (actuating) dan fungsi pengendalian
(controlling).

Menurut Luther Gullick , fungsi manajemen ada tujuh yaitu fungsi fungsi perencanaan
(planning), fungsi pengorganisasian (organizing), fungsi pengaturan anggota (staffing), fungsi
pengarahan (directing), fungsi koordinasi (coordinating), fungsi pelaporan (reporting) dan
fungsi pencapaian tujuan (budgeting).

Menurut hersey and Blanchard, fungsi manajemen ada empat yaitu fungsi perencanaan
(planning), fungsi pengorganisasian (organizing), fungsi peningkatan semangat (motivating)
dan fungsi pengendalian (controlling).

Pada umumnya ada empat fungsi manajemen yang banyak dikenal masyarakat yaitu fungsi
perencanaan (planning), fungsi pengorganisasian (organizing), fungsi pelaksanaan (actuating)
dan fungsi pengendalian (controlling). Untuk fungsi pengorganisasian terdapat pula fungsi
staffing (pembentukan staf). Para manajer dalam organisasi perusahaan bisnis diharapkan
mampu menguasai semua fungsi manajemen yang ada untuk mendapatkan hasil manajemen
yang maksimal.

Perencanaan (planning) adalah memikirkan apa yang akan dikerjakan dengan sumber yang
dimiliki. Perencanaan dilakukan untuk menentukan tujuan perusahaan secara keseluruhan dan
cara terbaik untuk memenuhi tujuan itu. Perencanaan juga dapat didefinisikan sebagai
prosespenyusunan tujuan dan sasaran organisasi serta penyusunan “peta kerja” yang
memperlihatkan cara pencapaian tujuan dan sasaran tersebut.
Pengorganisasian (organizing) dilakukan dengan tujuan membagi suatu kegiatan besar menjadi
kegiatan-kegiatan yang lebih kecil. Pengorganisasian mempermudah manajer dalam
melakukan pengawasan dan menentukan orang yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas
yang telah dibagi-bagi. Pengorganisasian adalah proses penghimpunan SDM, modal dan
peralatan, dengan cara yang paling efektif untuk mencapai tujuan upaya pemaduan sumber
daya.
Pelaksanaan (actuating) adalah suatu tindakan untuk mengusahakan agar semua anggota
kelompok berusaha untuk mencapai sasaran sesuai dengan perencanaan manajerial dan
usaha. Pelaksanaan adalah proses penggerakan orang-orang untuk melakukan kegiatan
pencapaian tujuan sehingga terwujud efisiensi proses dan efektivitas hasil kerja.
Pengendalian (controlling) adalah suatu aktivitas menilai kinerja berdasarkan standar yang
telah dibuat untuk kemudian dibuat perubahan atau perbaikan jika diperlukan. Proses yang
dilakukan untuk memastikan seluruh rangkaian kegiatan yang telah
direncanakan,diorganisasikan dan diimplementasikan dapat berjalan sesuai dengan target
yang pendidikan yang dihadapi. Pengendalian dapat didefinisikan sebagai proses pemberian
balikan dan tindak lanjut pembandingan antara hasil yang dicapai dengan rencana yang telah
ditetapkan dan tindakan penyesuaian apabila terdapat penyimpangan.

2.5.Ruang Lingkup manajemen


Ruang lingkup dari manajemen pendidikan dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu : Menurut
Wilayah Kerja, Menurut Objek garapan, dan Menurut Fungsi Kegiatan.

Menurut Wilayah kerja, ruang lingkupnya meliputi : Manajemen seluruh negara, manajemen
satu propinsi, manajemen satu unit kerja, dan manajemen kelas.
Menurut Objek garapan, ruang lingkupnya meliputi : Manajemen siswa, manajemen ketenaga
pendidikan, manajemen sarana-prasarana, manajemen tata laksana pendidikan, mqanajemen
pembiayaan dan manajemen humas.
Menurut Fungsi Kegiatan, ruang lingkupnya meliputi : Merencanakan, mengorganisasikan,
mengarahkan, mengkoordinasikan, mengko-munikasikan, mengawasi atau mengevaluasi.

4 Tahapan dalam Proses Manajemen

Proses Manajemen – Pengertian proses manajemen adalah cara sistematis dalam melakukan
sesuatu terutama dalam mengelola sebuah pekerjaan atau obyek.

Sebuah hasil tidak akan diperoleh tanpa melalui proses. Hampir tidak ada hal yang tiba-tiba
bisa kita dapatkan tanpa ada proses, tentu saja itu juga berlaku dalam manajemen.

Kita bisa menyebut manajemen sebagai suatu proses untuk menekankan bahwa semua
manajer, terlepas dari bakat atau keterampilan mereka, terlibat dalam beberapa fungsi yang
saling terkait untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

Nah dari berbagai jenis manajemen yang kita kenal semuanya tidak akan jauh dari empat
proses umum dari sebuah manajemen yaitu :

Perencanaan dan Pengambilan Keputusan (Planning and decision making)


Pengorganisasian (Organizing)
Memimpin / Membimbing (Leading)
Pengendalian (Controlling)
Artikel Lain : Apa itu Teori Manajemen? Teori Terpopuler dan Pengertiannya

1. Perencanaan dan Pengambilan Keputusan: Penentuan Program Aksi


Planning atau perencanaan berarti menetapkan tujuan organisasi dan memutuskan bagaimana
cara terbaik untuk mencapainya. Perencanaan adalah pengambilan keputusan terkait tujuan
dan menetapkan arah masa depan. Tindakan dari satu set alternatif untuk menjangkau hal
tersebut.
Rencananya membantu untuk mempertahankan efektivitas manajerial karena bekerja sebagai
panduan oleh personil pada kegiatan di masa depan. Memilih tujuan serta jalur untuk
mencapai mereka adalah bagian dari proses perencanaan.

Perencanaan juga melibatkan pemilihan misi, tujuan, dan tindakan untuk mencapai mereka,
diperlukan pengambilan keputusan atau pemilihan tindakan program masa depan dengan
berbagai alternatif.

Singkatnya, perencanaan berarti menentukan apa posisi organisasi dan bagaiman situasi yang
harus dihadapi pada masa yang akan datang sekaligus memutuskan cara terbaik untuk
mengatasi situasi tersebut. Perencanaan membantu menjaga efektivitas manajerial dengan
membimbing kegiatan untuk masa depan.

Bagi seorang manajer, perencanaan dan pengambilan keputusan memerlukan kemampuan


untuk meramalkan, untuk memvisualisasikan, serta kemampuan melihat jauh kedepan.

Artikel Lain : Materi Lengkap Pengantar Manajemen

2. Organizing: Aktivitas Koordinasi dan Sumber Daya


Pengorganisasian dapat didefinisikan sebagai proses dimana rencana didirikan, dipindahkan
lebih dekat dengan realisasi. Setelah manajer menetapkan tujuan dan mengembangkan
rencana, fungsi manajerial berikutnya adalah mengorganisir manusia dan sumber daya lain
yang digunakan dalam rencana untuk mencapai tujuan.

Pengorganisasian melibatkan menentukan bagaimana kegiatan dan sumber daya untuk dirakit
dan dikoordinasikan. Organisasi juga dapat didefinisikan sebagai struktur untuk menentukan
posisi atau peran bagi orang-orang untuk mengisi organisasi.

Pengorganisasian menghasilkan struktur hubungan dalam suatu organisasi dan itu adalah
melalui hubungan yang terstruktur yang rencana masa depan yang dikejar. Pengorganisasian
ini melibatkan: pembangunan struktur dengan peran yang telah ditentukan bagi orang-orang
untuk mengisi organisasi.

Hal ini disengaja dalam artian untuk memastikan bahwa, semua tugas yang diperlukan untuk
mencapai tujuan yang ditugaskan pada orang-orang yang bisa melakukannya dengan baik.
Tujuan dari struktur organisasi adalah untuk menciptakan lingkungan bagi kinerja manusia
terbaik.

Struktur ini juga harus menentukan tugas yang akan dilakukan. Aturan misalnya, maka hal
tersebut harus didirikan juga harus dirancang sesuai kemampuan dan motivasi dari orang-
orang yang tersedia.

Artikel Lain : Apa itu Manajemen Biaya?

Staffing juga termasuk pada pengorganisasian dan melibatkan proses mengisi dan menjaga
posisi dalam struktur organisasi. Hal ini dapat dilakukan dengan menentukan posisi yang akan
diisi, mengidentifikasi kebutuhan tenaga kerja, mengisi kekosongan dan pelatihan karyawan
sehingga tugas yang diberikan dicapai secara efektif dan efisien.

Pada dasarnya pengorganisasian adalah memutuskan di mana keputusan akan dibuat, siapa
yang akan melakukan pekerjaan dan apa tugasnya, yang akan bekerja untuk siapa, dan
bagaimana sumber daya akan merakit.

3. Memimpin: Mengelola dan Memotivasi Orang


Tahapan pada proses manajemen yang ketiga adalah memimpin. Keterampilan mempengaruhi
orang untuk tujuan tertentu atau alasan disebut memimpin. Memimpin juga dianggap paling
penting dan menantang dari semua kegiatan manajerial.

Leading atau memimpin adalah mempengaruhi atau mendorong anggota organisasi untuk
bekerja sama bagi kepentingan organisasi. Menciptakan sikap positif terhadap pekerjaan dan
tujuan di antara anggota organisasi disebut terkemuka.

Hal ini diperlukan karena akan membantu melayani tujuan efektivitas dan efisiensi dengan
mengubah perilaku karyawan. Memimpin melibatkan sejumlah proses penundaan dan
mengaktivasi. Fungsi arah, motivasi, komunikasi, dan koordinasi dianggap sebagai bagian dari
proses menuju atau sistem.

Koordinasi juga penting dalam memimpin. Kebanyakan penulis tidak menganggapnya sebagai
fungsi yang terpisah dari manajemen. Sebaliknya mereka menganggap koordinasi
sebagaimana esensi dari managership untuk mencapai keharmonisan di antara upaya individu
ke arah mencapai target kelompok.

Artikel Lain : Apa itu Manajemen Pemasaran?

Mampu memotivasi merupakan kualitas penting untuk memimpin. Memotivasi adalah proses
manajemen untuk mempengaruhi perilaku masyarakat yang didasarkan pada pengetahuan
tentang apa penyebab dan sarana mempertahankan perilaku manusia dalam arah yang sangat
berkomitmen.

4. Mengontrol: Pemantauan dan Evaluasi kegiatan


Pemantauan kemajuan organisasi terhadap pemenuhan tujuan disebut pengendalian atau
controlling. Memantau kemajuan sangat penting untuk menjamin tercapainya tujuan
organisasi.

Controlling adalah mengukur, membandingkan, menemukan penyimpangan dan memperbaiki


kegiatan organisasi yang dilakukan untuk mencapai tujuan atau sasaran.

Mengontrol terdiri dari kegiatan seperti mengukur kinerja, membandingkan dengan standar
yang ada, menemukan penyimpangan dan mengoreksi penyimpangan. Kegiatan pengendalian
umumnya berhubungan dengan pengukuran prestasi atau hasil dari tindakan yang diambil
untuk mencapai tujuan.

Terdapat beberapa sarana untuk melakukan kontrol, seperti anggaran biaya, catatan
pemeriksaan, dan catatan dari jam kerja yang hilang, umumnya sering kita temui. Setiap
ukuran juga menunjukkan apakah rencana bekerja dapat menghasilkan.
Jika penyimpangan bertahan, maka koreksi harus dilakukan. Setiap kali hasil yang ditemukan
berbeda dari tindakan yang direncanakan, orang yang bertanggung jawab harus diidentifikasi
dan tindakan yang diperlukan harus diambil untuk meningkatkan kinerja.

Artikel Lain : 26 Contoh Judul Skripsi Manajemen Pemasaran Terbaik

Dengan demikian hasil bisa kita tentukan dengan cara mengendalikan apa yang orang lakukan.
Pengendalian adalah fungsi penting setidaknya dari sebuah proses manajemen.

Seperti yang dikatakan dalam pepatah, “perencanaan tanpa pengendalian tidak berguna”.
Singkatnya, kita dapat mengatakan controlling memungkinkan pencapaian rencana.

Nah itulah tadi sedikit tentang empat proses manajemen yang pada umumnya dilalui pada
semua jenis manajemen. Semua proses tersebut saling berkitan dan sangat menentukan
keerhasilna mencapai tujuan. Cukup sekian dan semoga dapat bermanfaat, terima kasih
banyak. Sampai jumpa di artikel selanjutnya.

Kata Manajemen berasal dari Bahasa Inggris yaitu manage, atau dalam Bahasa Indonesia bisa
diartikan yaitu mengendalikan atau mengelola. Definisi Manajemen adalah suatu seni
mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan utama dalam suatu organisasi melalui proses
perencanaan (Planning), pengorganisasian (Organizing), dan mengelola (Controlling) sumber
daya manusia dengan cara efektif dan efisien.

1. Fungsi dan Proses Manajemen


Belum ada kesepakatan resmi tentang fungsi manajemen. Setiap ahli memiliki pendapatnya
masing-masing. Salah satunya adalah G.R. Terry yang menyatakan bahwa manajemen memiliki
empat fungsi (Suhardana, 2008), yaitu:
Planning atau Perencanaan.
Organizing atau Pengorganisasian.
Actuating atau Penggerakan/Pengarahan.
Controlling atau Pengawasan/Pengendalian.
Ke empat fungsi ini biasanya disingkat POAC dan keempatnya berlangsung secara bertahap
membentuk proses manajemen.
2 Proses Manajemen

Peran manajemen
Gambar 1 Proses Manajemen: Perencanaan, Pengorganisasian, Kepemimpinan, Pengendalian
(Griffin, 2004).
Proses manajemen berkaitan dengan fungsi dasar manajemen. Masing-masing seperti pada
gambar 1: perencanaan dan pengambilan keputusan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan
pengendalian. Semua manajer yang bekerja pada berbagai macam organisasi bertanggung
jawab atas keempat fungsi tersebut. Berikut penjelasan dari proses manajemen, yaitu:

1. Planning atau Perencanaan


Perencanaan adalah proses untuk menentukan tujuan yang akan dicapai serta langkah-langkah
yang harus diambil untuk mencapainya. Melalui perencanaan, seorang manajer
mengidentifikasi hasil kerja yang diinginkan serta mengidentifikasi cara-cara untuk
mencapainya. Kemudian dari tujuan tersebut maka orang-orang di dalamnya mesti membuat
strategi dalam mencapai tujuan tersebut dan dapat mengembangkan suatu rencana aktivitas
suatu kerja organisasi. Perencanaan dalam manajemen sangat penting karena inilah awalan
dalam melakukan sesuatu.

Dalam merencanakan, ada tindakan yang mesti dilakukan menetapkan seperti apa tujuan dan
target yang dicapai, merumuskan taktik dan strategi agar tujuan dan target dapat tercapai,
menetapkan sumber daya atau peralatan apa yang diperlukan, dan menentukan indikator atau
standar keberhasilan dalam mencapai tujuan dan target.

2. Organizing atau Pengorganisasian

Pengorganisasian adalah proses pemberian tugas, pengalokasian sumber daya serta


pengaturan kegiatan secara terkoordinir kepada setiap individu dan kelompok untuk
menerapkan rencana. Dengan pengorganisasian, manajer mewujudkan rencana menjadi
tindakan nyata melalui penentuan tugas, penunjukan personel, dan melengkapi mereka
dengan teknologi dan sumber daya yang lain.

3. Actuating atau Pengarahan/Kepemimpinan

Kepemimpinan adalah proses untuk menumbuhkan semangat pada karyawan supaya bekerja
giat serta membimbing mereka melaksanakan rencana dalam mencapai tujuan. Dengan
kepemimpinan, manajer menciptakan komitmen, mendorong usaha-usaha yang mendukung
tercapainya tujuan serta mempengaruhi para karyawan supaya melakukan yang terbaik untuk
kepentingan organisasi. Proses implementasi program supaya bisa dijalankan kepada setiap
pihak yang berada dalam organisasi serta dapat termotivasi agar semua pihak dapat
menjalankan tanggung jawabnya dengan sangat penuh kesadaran dan produktivitas yang
sangat tinggi. Adapun fungsi pengarahan dan implementasi yaitu menginplementasikan proses
kepemimpinan, pembimbingan, dan pemberian sebuah motivasi untuk tenaga kerja supaya
mau tetap bekerja dengan efisien dan efektif untuk mencapai tujuan; Memberikan tugas dan
penjelasan yang teratur mengenai pekerjaan; dan menjelaskan kebijakan yang telah
ditetapkan.

4. Controling atau Pengawasan/Pengendalian

Pengendalian adalah proses pengukuran kinerja, membandingkan antara hasil sesungguhnya


dengan rencana serta mengambil tindakan pembetulan yang diperlukan. Melalui
pengendalian, manajer melakukan kontak secara aktif dengan apa yang dilakukan oleh
karyawan, mendapatkan serta menginterprestasikan laporan tentang kinerja serta
menggunakan informasi tersebut untuk merencanakan tindakan yang bersifat membangun
serta perubahan. (Schermerhorn, 1996)
3 Peran Manajer
Manajer adalah seorang yang pengalaman, pengetahuan, dan keterampilannya diakui oleh
organisasi untuk memimpin, mengatur, mengelola, mengendalikan dan mengembangkan
kegiatan organisasi dalam rangka mencapai tujuan.
Henry Mintzberg mengatakan bahwa tugas manajer sehari-hari mencakup beberapa peran
yang harus dilakukan dengan baik. Berikut menunjukkan 10 peran manajer yang
dikelompokkan menjadi tiga kategori:
Peran manajer
Gambar 2 Sepuluh Peran Manajer di susun oleh Henry Mintzberg
Peran interpersonal (interpersonal roles) seorang manajer menyangkut interaksi dengan pihak
dalam maupun luar perusahaan. Peran informasional (informational roles) melibatkan
pemberian, penerimaan, dan penganalisisan informasi. Peran pengambilan keputusan
(decisional roles) menyangkut pemanfaatan informasi untuk membuat keputusan dalam
memecahkan permasalahan atau melihat kesempatan yang ada.
4 Ketrampilan Manajemen
Ketrampilan (skill) adalah suatu kemampuan untuk menterjemahkan pengetahuan ke dalam
praktek sehingga tercapai hasil kerja yang diinginkan. Manajer tentu saja membutuhkan
banyak sekali ketrampilan. Ketrampilan yang paling penting adalah ketrampilan yang
memungkinkan manajer bisa membantu orang lain sehingga menjadi lebih produktif di tempat
kerja. Robert L. Katz menggolongkan keterampilan dasar manajer tersebut menjadi tiga
kategori: Teknis (technical), Kemanusiaan (human), dan Konseptual (conceptual).

a. Keterampilan Teknis (Technical Skill)

Keterampilan teknis adalah kemampuan untuk menggunakan keahlian khusus dalam


melakukan tugas tertentu contohnya adalah akuntan, insinyur, peneliti pasar, ahli komputer,
dll. Pada awalnya, keterampilan semacam itu umumnya diperoleh melalui pendidikan formal
dan kemudian dikembangkan lebih lanjut melalui pelatihan dan pengalaman kerja.
Keterampilan teknis merupakan keterampilan yang terpenting bagi manajemen pada tingkat
yang lebih rendah.

b. Keterampilan Kemanusiaan (Human Skill)

Kemampuan kemanusiaan adalah kemampuan untuk bekerja sama dengan orang lain.
Keterampilan tersebut muncul dalam bentuk rasa percaya, antusias, keterlibatan secara tulus
dalam hubungan interpesonal. Seorang manajer dengan human skill yang baik akan
mempunyai tingkat kewaspadaan diri yang tinggi serta kemampuan untuk dapat memahami
perasaan orang lain. Mengingat dalam kerja manajerial sifat hubungan antar manusia sangat
dominan, maka keterampilan ini sangat penting bagi manajer. Keterampilan tersebut sama
pentingnya bagi semua manajer di berbagai tingkatan.

c. Keterampilan Konsepsual (Conceptual Skill)

Keterampilan konsepsual adalah kemampuan untuk berpikir secara analitis. Semua manajer
harus mempunyai kemampuan untuk melihat suatu situasi secara luas serta mampu
memecahkan permasalahan yang akan memberikan manfaat bagi mereka yang perlu
diperhatikan. Keterampilan tersebut mencakup kemampuan untuk merinci permasalahan
menjadi beberapa bagian yang lebih spesifik sehingga dapat dilihat kaitan antar masing-
masing bagian tersebut, serta mengetahui dampak dari setiap permasalahan itu bagi orang
lain. Semakin tinggi tingkatan tanggung jawab manajer dalam organisasi maka semakin banyak
permasalahan rumit yang mempunyai implikasi jangka panjang yang akan mereka hadapi.
Perkembangan Pemikiran Manajemen
OLEH: SETA BASRI 15 KOMENTAR
ORGANISASI DAN MANAJEMEN
Share:
Perkembangan pemikiran manajemen dan definisi-definisi manajemen sama seperti konsep
organisasi yaitu memiliki dinamika perkembangan epistemologi. Bahkan, perkembangan
pemikiran manajemen ini relatif tumpang-tindih dengan perkembangan pemikiran organisasi.
Tokoh-tokoh pemikirnya pun banyak yang sama. Ini menambah catatan bahwa kedua bidang,
organisasi dan manajemen, memiliki kedekatan yang sangat serius.

Ellen A. Benowitz, seperti halnya Stephen P. Robbins, melakukan pemetaan atas


perkembangan pemikiran manajemen.[1] Benowitz membaginya ke dalam 5 kategori
perkembangan pemikiran yaitu: (1) Classical School of Management (Aliran Manajemen
Klasik), (2) Behavioral Management Theory (Teori Manajemen Perilaku), (3) Quantitative
School of Management (Aliran Manajemen Kuantitatif), (4) Contingency School of
Management (Aliran Manajemen Kontijensi), dan (5) Quality School of Management (Aliran
Manajemen Kualitatif). Masing-masing tahap perkembangan pemikiran tersebut masih dapat
dibagi lagi ke dalam sub-sub pemikiran seputar manajemen.

Aliran Manajemen Klasik

Pemikiran ini berkembang selama Revolusi Industri tatkala bermunculan masalah-masalah


yang berhubungan dengan sistem yang selama ini berlaku di pabrik. Manajer mengalami
ketidakpastian dalam cara bagaimana melatih pekerja. Kesulitan ini muncul karena Revolusi
Industri mendorong imigrasi penduduk antarnegara, utamanya dari wilayah yang non
berbahasa Inggris ke negara-negara yang berbahasa Inggris. Manajer juga gagap dalam
menangani ketidakpuasan pekerja yang cenderung meningkat. Lalu, mereka mulai menguji
sejumlah solusi. Hasilnya, teori manajemen klasik terbentuk sebagai upaya menemukan cara
terbaik untuk memanajemen dan mengerjakan pekerjaan. Aliran Manajemen Klasik (Classical
School of Management) terdiri atas dua cabang: Aliran Saintifik Klasik dan Aliran Administrasi
Klasik.

1. Aliran Saintifik Klasik (Classical Scientific School)

Aliran ini muncul akibat adanya kebutuhan untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi.
Penekanannya pada bagaimana menemukan cara terbaik untuk menyelesaikan pekerjaan yang
dilakukan dengan cara menguji bagaimana sesungguhnya proses kerja dilakukan serta keahlian
apa yang dibutuhkan oleh pekerja dalam proses kerja tersebut. Aliran ini banyak berhutang
pada sejumlah pemikir dominan seperti Frederick Taylor, Henry Gantt, serta Frank dan Lillian
Gilbreth.

Frederick Taylor. Ia kerap dijuluki “bapak manajemen saintifik.” Taylor percaya bahwa
organisasi seharusnya mempelajari tugas-tugas yang dilakukan para anggotanya serta
membangun prosedur-prosedur kerja yang baku. Contohnya, tahun 1898, Taylor menghitung
berapa banyak besi dari pabrik di Bethlehem Steel dapat dipindahkan andaikata para pekerja
menggunakan gerakan, alat, dan langkah-langkah yang benar. Hasilnya mencengangkan, yaitu
seharusnya 47,5 ton sehari ketimbang 12,5 ton seperti yang selama ini berlaku.

Sebagai tambahan, dengan mendesain ulang sekop yang pekerja gunakan, Taylor mampu
meningkatkan lama waktu kerja dari satu pekerja sehingga mengurangi jumlah penyekop dari
500 menjadi 140 orang. Akhirnya, ia membangun sistem insentif yang membayar uang lebih
kepada pekerja yang mampu beradaptasi dengan metode baru. Produktivitas Bethlehem Steel
meroket. Hasilnya, banyak teoretisi mengikuti filosofi Taylor tatkala mereka membangun
prinsip-prinsip manajemen di perusahaan masing-masing.

Henry Gantt. Ia adalah kolega Taylor. Gantt membuat skema yang dikenal dengan Skema Gantt.
Skema Gantt adalah sebuah grafik yang memuat matriks perbandingan antara rencana kerja
dengan pekerjaan yang terselesaikan selama proses produksi. Dengan lebih menitikberatkan
pada waktu ketimbang kuantitas, isi, ataupun berat, display visual ini secara luas dipergunakan
sebagai alat perencanaan dan kontrol sejak ia diciptakan Gantt tahun 1910.

Frank dan Lillian Gilbreth. Sepasang suami istri ini merupakan satu tim. Mereka mempelajari
gerakan-gerakan pekerja saat melakukan pekerjaan. Karir awal Frank selaku pemasang bata,
membuatnya tertarik dan mempelajari metode dan standardisasi kerja pemasangan bata. Ia
memperhatikan pemasangan bata dan memperhatikan adanya sejumlah pekerja yang bekerja
lambat dan tidak efisien, sementara lainnya produktif. Dari pengamatan ia menyimpulkan
bahwa setiap pemasang bata menggunakan gerakan-gerakan yang berbeda tatkala memasang
bata.

Dari observasi tersebut, Frank menandai gerakan dasar yang penting untuk melakukan
pekerjaan serta membuang gerakan yang tidak perlu. Pekerja yang menggunakan metode baru
Frank ternyata mampu meningkatkan hasil pekerjaan pemasangan, dari 1000 menjadi 2700
pemasangan bata per hari. Ini merupakan studi gerakan pertama yang didesain untuk
mempertahankan cara terbaik dalam bekerja. Kemudian, Frank dan Lillian Gilbreth
mempelajari gerakan kerja menggunakan kamera perekam dan jam. Tatkala suaminya wafat di
usia 56, Lillian meneruskan pekerjaan mereka.

Hal yang dipetik dari studi suami isteri ini adalah gagasan dasar seputar manajemen saintifik,
yang terdiri atas:
Membangun standar-standar baru sehubungan dengan cara-cara melakukan pekerjaan;
Memilih, melatih, dan mengembangkan pekerja adalah lebih baik ketimbang membiarkan
mereka memilih sendiri pekerjaan dan bagaimana melakukannya.
Membangun semangat kerjasama antara pekerja dan manajemen guna memastikan bahwa
pekerjaan telah dilakukan sesuai prosedur.
Pembagian kerja yang jelas antara pekerja dan manajemen di hampir seluruh lini.

2. Aliran Administrasi Klasik (Classical Administrative School)

Tatkala Aliran Saintifik Klasik fokus pada produktivitas individual (pekerja), Aliran Administrasi
Klasik berkonsentrasi pada organisasi secara keseluruhan. Penekanannya lebih pada
bagaimana menciptakan prinsip-prinsip manajerial ketimbang cara-cara kerja yang baru.
Kontributor pemikiran ini adalah Max Weber, Henri Fayol, Mary Parker Follett, dan Chester
Irving Barnard. Teoretisi-teoretisi tersebut mempelajari arus informasi di dalam organisasi dan
menekankan pentingnya memahami bagaimana sesungguhnya organisasi – sebagai
keseluruhan– beroperasi.

Max Weber. Akhir 1800-an, Max Weber menyatakan ketidaksukaannya atas kenyataan
banyaknya organisasi-organisasi di Eropa yang dimanajemen ala keluarga pribadi, termasuk
Dinasti Hohenzollern di Jerman. Dalam organisasi-organisasi tersebut, para pekerja hanya setia
kepada supervisor kelompok masing-masing ketimbang organisasi sebagai suatu keseluruhan.
Untuk itu, Weber yakin bahwa organisasi seharusnya dimanajemen secara impersonal dan
harus punya struktur organisasi yang bersifat formal.

Weber juga menekankan pentingnya kepatuhan atas aturan-aturan tertulis dalam organisasi.
Weber menolak untuk menyerahkan otoritas kepada satu personalitas (individu). Baginya,
otoritas seharusnya merupakan sesuatu yang berbaur dengan pekerjaan seseorang bukan
kepada pribadi. Otoritas pun harus dapat secara mudah dipindahkan dari orang yang satu ke
orang lainnya. Organisasi yang non personal dan berbentuk obyektif ini disebut birokrasi.

Weber yakin bahwa seluruh birokrasi punya karakteristik berikut:


Hirarki yang Disusun Baik. Seluruh posisi dalam birokrasi dibagi dengan cara yang
memungkinkan posisi yang lebih tinggi mengawasi dan mengendalikan posisi yang lebih
rendah. Rantai komando tegas ini memungkinkan kontrol manajerial atas organisasi secara
keseluruhan.
Pembagian Kerja dan Spesialisasi. Seluruh pertanggungan jawab dalam organisasi dirinci
sehingga setiap pekerja punya kebebasan melakukan tugas-tugas tertentu karena jelas
aturannya.
Aturan dan Perundangan. Prosedur operasi standar harus mengatur seluruh kegiatan
organisasi untuk menyediakan kepastian dan menjamin terlaksananya koordinasi.
Hubungan Impersonal Manajer dan Pekerja. Manajer harus memelihara hubungan impersonal
dengan pekerja sehingga favoritisme dan penilaian subyektif tidak mempengaruhi pembuatan
keputusan.
Kompetensi. Kompetensi, bukan siapa yang anda kenal, harus menjadi dasar seluruh
keputusan dalam kontrak kerja, penempatan, dan promosi dalam rangka meningkatkan
kemampuan kerja dan merit system selaku karakteristik utama dalam organisasi birokrasi.
Dokumentasi. Birokrasi perlu memelihara dokumen mereka secara lengkap atas segala
aktivitasnya agar ketika masalah muncul, preseden mudah ditemukan.

Henri Fayol. Insinyur pertambangan Perancis ini merinci 14 prinsip manajemen seperti telah
dimuat dalam tulisan sebelumnya. Prinsip-prinsip ini memungkinkan manajemen modern saat
ini memperoleh pedoman seputar bagaimana supervisor mengorganisir departemennya dan
memanajemen stafnya secara seharusnya. Kendati riset di masa kemudian menolak beberapa
di antara gagasannya, umumnya prinsip-prinsip Fayol masih digunakan secara luas dalam teori-
teori manajemen.

Mary Parker Follett. Ia menekankan pentingnya menetapkan tujuan bersama bagi para pekerja
di dalam organisasi. Follett punya pendapat berbeda dengan teoretisi lainnya yang cenderung
memandang kegiatan manajemen secara mekanik. Follett merupakan pionir dalam
pembicaraan mengenai etika, kuasa, dan kepemimpinan dalam dunia manajemen. Ia
mendorong manajer agar mengizinkan pekerja berpartisipasi dalam proses pembuatan
keputusan. Follett menekankan pentingnya faktor manusia ketimbang teknik-teknik pekerjaan.
Hasilnya, ia menjadi pionir pemihakan atas pekerja dan kerap dianggap sepele oleh sarjana
manajemen di masanya. Namun, waktu berubah, dan gagasan inovatif dari masa lalu tiba-tiba
dimaknai secara baru. Banyak yang para manajer lakukan sekarang didasarkan pada dasar-
dasar yang telah Follett bangun 70 tahun silam.

Chester Irving Barnard. Barnard adalah presiden New Jersey Bell Telephone Company. Ia
memperkenalkan gagasan “organisasi informal.” Organisasi informal adalah klik (kelompok di
dalam organisasi, bersifat eksklusif) yang secara alami terbentuk di dalam organisasi. Ia
menganggap organisasi informal ini punya peran besar dalam fungsi komunikasi dalam
organisasi. Mereka sesungguhnya dapat membantu organisasi mencapai tujuan.
Secara khusus, Barnard merasakan pentingnya manajer membangun semangat tujuan
bersama di mana kehendak bekerjasama dapat didorong secara maksimal. Barnard dianggap
pembangun teori “manajemen dengan persetujuan,” yang menekankan manajer hanya
memiliki kewenangan yang legitimate untuk bertindak tatkala pekerja telah menyetujui
kewenganangan tersebut. Bagi Barnard, 4 faktor berikut mempengaruhi keinginan pekerja
untuk menerima otoritas:
Pekerja telah memahami proses komunikasi di dalam organisasi;
Pekerja menyetujui bahwa komunikasi yang dikembangkan konsisten dengan tujuan
organisasi;
Pekerja merasakan bahwa tindakan mereka konsisten dengan kebutuhan dan keinginan para
pekerja lainnya; dan
Pekerja merasa bahwa mereka secara mental dan fisik mampu melaksanakan perintah.

Simpati Barnard bagi pemahaman atas kebutuhan pekerja menempatkan dirinya selaku
jembatan penghubung antara aliran manajemen klasik dengan teori manajemen perilaku.

Teori Manajemen Perilaku (Behavioral Management Theory)

Penekanan pemikiran manajemen pasca aliran klasik ada di seputar interaksi dan motivasi
individu di dalam organisasi. Prinsip-prinsip manajemen selama periode klasik kurang mampu
menyesuaikan diri dengan aneka situasi berbeda yang berkembang di sekeliling organisasi.
Aliran tersebut juga dianggap kurang mampu menjelaskan munculnya perilaku pekerja yang
beragam dalam menjalankan pekerjaan. Singkatnya, aliran klasik dianggap telah mengabaikan
motivasi dan perilaku tumbuh di dalam diri pekerja. Hasilnya, muncul aliran perilaku
(behavioral).

Teori manajemen behavioral kerap disebut gerakan hubungan manusia akibat ia menekankan
pentingnya dimensi manusia dalam pekerjaan. Teoretisi behavioral yakin bahwa pemahaman
yang lebih baik atas perilaku manusia saat mereka bekerja, seperti motivasi, konflik, harapan,
dan dinamika kelompok, akan meningkatkan produktivitas organisasi.

Elton Mayo. Kontribusi Mayo berawal dari Hawthorne Studies. Mayo dan rekannya F. J.
Roethlisberger menyimpulkan bahwa peningkatan produksi merupakan hasil pengawasan
supervisor ketimbang perubahan pencahayaan ruangan atau fasilitas-fasilitas lain yang bersifat
fisik bagi pekerja. Supervisor yang mampu memahami apa yang sesungguhnya diinginkan
pekerja, diyakini akan mampu meningkatkan motivasi dan produktivitas mereka. Kesimpulan
pokok dari Hawthorne Studies adalah, hubungan antarmanusia dan kebutuhan sosial pekerja
adalah aspek kunci bagi manajemen. Konsep motivasi dalam diri manusia ini mendorong
munculnya teori dan praktek manajemen yang revolusioner.

Abraham Maslow. Seorang psikolog, membangun apa yang kemudian dikenal sebagai Teori
Kebutuhan. Teori kebutuhan adalah teori motivasi kerja yang didasarkan pada kebutuhan
umum manusia. Teori Maslow punya 3 asumsi:
Kebutuhan manusia tidak akan pernah terpuaskan;
Perilaku manusia punya tujuan dan dimotivasi oleh kebutuhan untuk merasakan kepuasan;
dan
Kebutuhan dapat diklasifikasi menurut struktur hirarki dari yang terpenting, yaitu dari bawah
(dasar) hingga yang lebih kemudian.

Hirarki kebutuhan Maslow sebagai berikut:


Kebutuhan Fisiologis. Dalam kebutuhan ini, Maslow mengelompokkan seluruh kebutuhan fisik
yang diperlukan manusia untuk bertahan hidup, seperti makanan atau minuman. Setelah
kebutuhan fisiologis tercapai, ia bukan lagi berupa motivator.
Kebutuhan Keamanan. Kebutuhan ini mencakup keamanan dasar, stabilitas posisi dan
hubungan kerja, perlindungan, dan kebebasan dari rasa takut. Ia merupakan kondisi yang
normal bagi setiap individu untuk memuaskan kebutuhan ini. Jika belum terpenuhi, maka ia
menjadi motivator.
Kebutuhan Pemilikan dan Kasih Sayang. Setelah kebutuhan fisik dan keamanan terpuaskan,
mereka bukan lagi motivator. Lanjutannya, muncul kebutuhan akan kepemilikan dan kasih
sayang selaku motivator. Individu cenderung mencari hubungan bermakna dengan orang lain
di dalam organisasi.
Kebutuhan Kebanggaan Diri. Individu harus membangun rasa percaya diri dan ingin meraih
status, reputasi, dan kemegahan.
Kebutuhan Aktualisasi Diri. Ini adalah kebutuhan manusia untuk menemukan jati dirinya lewat
pekerjaan yang ia lakukan.

Douglas McGregor. McGregor sangat terpengaruh oleh Hawthorne Studies dan teori
kebutuhan Maslow. Ia yakin ada 2 jenis manajer. Jenis pertama, manajer Teori X, yang punya
pandangan negatif atas pekerja, menganggap mereka malas, tidak bisa dipercaya, dan tidak
punya kemampuan. Manajer lain bertipe Teori Y, yang, mengasumsikan pekerja bukan hanya
bisa dipercaya dan mampu memikul tanggung jawab, tetapi juga punya motivasi kerja yang
tinggi. Aspek penting gagasan McGregor adalah keyakinannya bahwa manajer yang menganut
salah satu asumsi dapat menciptakan kemampuan untuk membuat anak buah mengikuti
harapan manajer.

Aliran Manajemen Kuantitatif

Selama Perang Dunia II, matematikawan, fisikawan, serta ilmuwan ilmu-ilmu pasti lainnya
menggabungkan diri ke dalam bidang kemiliteran untuk melawan aliansi Jerman, Jepang, dan
Italia. Aliran manajemen kuantitatif adalah hasil dari riset manajemen yang diadakan selama
Perang Dunia II tersebut. Pendekatan kuantitatif atas manajemen melibatkan penggunaan
teknik-teknik kuantitatif-matematika seperti statistik, model informasi, dan simulasi komputer
untuk memprediksi proses pembuatan keputusan. Aliran ini punya beberapa cabang.

1. Manajemen Sains

Aliran manajemen sains muncul menyikapi masalah yang berhubungan dengan perang global.
Kini, pandangan Manajemen Sains mendorong manajer menggunakan matematika, statistik,
dan teknik kuantitatif lainnya untuk membuat keputusan. Manajer dapat menggunakan model
komputer untuk menggambarkan cara terbaik, misalnya menghemat uang dan waktu, dalam
suatu proses produksi. Manajer menggunakan sejumlah aplikasi sains berikut:
Matematika terapan membantu membuat proyeksi hal-hal penting dalam proses
perencanaan.
Model inventory mengendalikan inventaris dan pengorderan barang secara matematis.
Selain Manajemen Sains, juga terdapat Manajemen Operasi.

2. Manajemen Operasi

Manajemen operasi adalah cabang kecil dari pendekatan kuantitatif dalam manajemen.
Fokusnya pada bagaimana memanajemen proses pengubahan material, tenaga kerja, dan
modal menjadi output (jasa dan barang) yang punya manfaat dan nilai jual. Manajemen
operasi fokus pada pencarian metode paling efektif yang digunakan oleh organisasi untuk
memproduksi manufaktur ataupun jasa. Sumber daya input atau faktor produksi, termasuk
ragam bahan mentah, teknologi, modal informasi, dan orang yang dibutuhkan guna
menciptakan produk akhir, didayagunakan secara lebih efektif untuk meningkatkan
produktivitas.

Manajemen operasi saat ini memberi perhatian khusus pada tuntutan kualitas, layanan
pelanggan, dan persaingan. Proses diawali dengan perhatian pada kebutuhan konsumen: Apa
yang sesungguhnya konsumen inginkan? Di mana mereka menginginkannya? Kapan mereka
menginginkannya? Berdasar jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut, manajer baru
mengerahkan sumber daya dan mengambil tindakan untuk memenuhi harapan pelanggan.

3. Sistem Informasi Manajemen

Sistem Informasi Manajemen (SIM) adalah salah satu bidang aliran kuantitatif. SIM
mengorganisir masa lalu, masa kini, dan melakukan proyeksi data, baik dari sumber internal
maupun eksternal, untuk diolah menjadi informasi yang bermanfaat. Informasi tersebut
tersedia bagi para manajer di aneka level. SIM juga memungkinkan pengorganisasian data ke
dalam format yang bermanfaat dan mudah diakses. Hasilnya, manajer dapat mengenali
pilihan-pilihan keputusan secara cepat, mengevaluasi alternatif menggunakan program
pengolah angka, simulasi jika-begini-maka-begitu, dan akhirnya, memilih alternatif terbaik
berdasar jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini.

Aliran Manajemen Kontijensi (Situasional)

Aliran manajemen kontijensi dapat dirangkum sebagai pendekatan semua tergantung pada.
Tesisnya, suatu tindakan manajemen yang akan diterapkan serta pendekatan yang digunakan
dalam tindakan tersebut sepenuhnya bergantung pada situasi. Sebab itu, manajemen
kontijensi juga disebut aliran manajemen situasional. Aliran ini muncul sebagai hasil riset
tahun 1960-an dan 1970-an dan sekaligus merupakan reaksi penolakan atas aliran saintifik.
Riset-riset tersebut fokus pada faktor-faktor situasional yang mempengaruhi struktur dan gaya
kepemimpinan organisasi di aneka situasi berbeda. [2]

Bagi aliran kontijensi, perubahan lingkungan, ketidakmenentuan zaman, perubahan teknologi


kerja, dan peningkatan/penurnan ukuran perusahaan, merupakan faktor-faktor lingkungan
yang mempengaruhi efektivitas manajerial di aneka bentuk organisasi. Menurut aliran ini,
kondisi-kondisi yang merupakan asumsi dasar aliran saintifik seperti lingkungan yang stabil,
sentralisasi, standardisasi, dan spesialisasi guna mencapai efisiensi dan konsistensi, telah usai.
Era stabilitas, kepastian, prediktabilitas, yang memungkinkan diterapkannya kebijakan, aturan,
dan prosedur-prosedur tetap seperti diasumsikan oleh Aliran Saintifik kini sudah tidak ada lagi.
Aliran kontijensi mengasumsikan lingkungan yang mengelilingi kehidupan organisasi penuh
dengan ketidakpastian.

Aliran kontijensi yang berkembang di lingkungan tak stabil menghendaki desentralisasi untuk
menjamin terwujudnya fleksibilitas dan adaptabilitas organisasi. Ketidakmenentuan dan
ketidakterukuran membutuhkan metode penyelesaian masalah yang sifatnya non rutin, atau
situasional.

Aliran kontijensi diwakili oleh Paul Lawrence and Jay Lorsch dalam karyanya Organizations and
Environment: Managing Differentiation and Integration yang terbit tahun 1967. Dalam karya
tersebut, Lawrence and Lorsch berpendapat bahwa unit-unit organisasi yang bergerak dalam
lingkungan berbeda cenderung mengembangkan karakteristik unit yang juga berbeda.
Semakin besar perbedaan internal di antara mereka, semakin besar pula kebutuhan koordinasi
antar unit tersebut.

Joan Woodward dalam karyanya Industrial Organization: Theory and Practice yang terbit tahun
1965 juga menemukan fakta organisasi manufaktur yang sukses secara finansial serta
menggunakan aneka jenis teknologi kerja ternyata memiliki perbedaan sehubungan dengan
jumlah tingkatan manajemen, perluasan manajemen, dan derajat spesialisasi para pekerjanya.
Ia menghubungkan perbedaan dalam organisasi untuk mengembangkan performa kerja dan
berpendapat bahwa bentuk-bentuk organisasi tertentu hanya cocok bagi tipe teknologi kerja
tertentu.

Aliran Manajemen Kualitas (Quality School of Management)

Aliran Manajemen Kualitas adalah konsep menyeluruh seputar leading dan operating suatu
organisasi. Ia dimaksudkan untuk meningkatkan performa kerja organisasi secara terus-
menerus dengan fokus pada customer seraya sensitif terhadap kepentingan para stake holder.
Dengan kata lain, Manajemen Kualitas fokus pada bagaimana cara mengorganisasi secara total
untuk menciptakan pelayanan terbaik pada pelanggan.

Perbedaan Manajemen Kualitas dengan aliran-aliran sebelumnya terdapat dalam masalah


sikap manajemen terhadap produk dan pekerja. Aliran sebelumnya fokus pada volume
produksi dan biaya produksi. Kualitas dikendalikan menggunakan metode pindai (pemeriksaan
hasil produksi), masalah diselesaikan hanya oleh pihak manajemen, dan peran manajemen
didefinisikan hanya sebagai planning (perencanaan), menentukan pekerjaan, dan
pengendalian produksi. Manajemen Kualitas berbeda. Ia fokus pada pelanggan dan bagaimana
memenuhi kebutuhan mereka.

Manajemen Kualitas diarahkan lewat serangkaian tindakan pencegahan, misalnya memastikan


kualitas terjadim dalam tiap-tiap tahapan pekerjaan. Jika muncul masalah, maka ia
diselesaikan oleh suatu tim. Setiap orang harus bertanggung jawab atas kualitas produk. Peran
manajemen adalah mendelegasikan, melatih, memfasilitasi, dan membimbing pekerja. Prinsip
utama Manajemen Kualitas adalah : kualitas, kerja tim, dan manajemen yang proaktif demi
proses peningkatan kinerja yang menjamin kepuasan pelanggan.

W. Edward Deming. Tokoh Manajemen Kualitas ini menerbitkan pemikiran dalam karyanya Out
of the Crisis. Karya tersebut terbit tahun 1986. Ia seorang Amerika Serikat yang bekerja sama
dengan Walter A. Shewhard di Bell Telephone Company. Rekannya itu, Shewhart, seorang ahli
statistik yang berpendapat bahwa kendali produksi dapat dimanajemen secara lebih baik
dengan menggunakan metode statistik. Shewhart lalu menyusun bagan statistik untuk
mengendalikan variabel-variabel dalam proses produksi.

Berdasarkan karya Shewhart itulah Deming mengembangkan proses kerja yang menggunakan
teknik-teknik statistik yang diyakini mampu memberi peringatan awal seputar kapan seorang
manajer harus mengintervensi sebuah proses produksi. Deming lalu dikirim ke Jepang untuk
memulihkan pabrik-pabrik manufaktur Jepang yang hancur karena perang. Di sana Deming
memperkenalkan metode statistical process control kepada kalangan bisnis dan insinyur
Jepang. Konsep Deming kemudian meluas dan menjadi standard dalam penjaminan kualitas
atas seluruh proses produksi.
Lebih lanjut, Deming kemudian mengembangkan konsep reaksi berantai. Reaksi ini muncul
tatkala kualitas meningkat, biaya turun, dan produktivitas meningkat. Kondisi ini akan
mendorong upaya perluasan lapangan kerja, perluasan pasar, dan kebertahanan hidup yang
lebih lama bagi perusahaan. Ia menekankan pentingnya kebanggaan dan kepuasan pekerja
seraya menekankan bahwa tanggung jawab manajer-lah untuk meningkatkan proses
pekerjaan, bukan pekerja.

Deming juga memperkenalkan Lingkaran Kualitas, yang didasarkan pada pentingnya


pertemuan-pertemuan rutin dan periodik dari para pekerja yang diklasifikasi ke dalam
kelompok-kelompok untuk melakukan pembahasan seputar kualitas produk secara
menyeluruh. Poin-poin Manajemen Kualitas yang Deming tawarkan dapat diringkas sebagai
berikut:
Susun rencana; publikasikan maksud dan tujuan organisasi;
Pelajari dan adopsi filosofi kualitas yang baru;
Pahami tujuan dari inspeksi; hentikan kebergantungan pada inspeksi;
Hentikan pandangan tinggi atas bisnis semata-mata pada harga;
Tingkatkan kinerja sistem secara terus-menerus;
Lembagakan pelatihan;
Latih dan lembagakan kepemimpinan;
Buang rasa takut, ciptakan kepercayaan, dan bentuk iklim inovasi;
Tingkatkan upaya dari tim, kelompok, dan staf;
Hentikan pemaksaan dan pentargetan pada para pekerja; ciptakan metode prestasi;
Hentikan kuota angka bagi para pekerja;
Buang hambatan yang merampok kebanggaan diri pekerja atas pekerjaannya;
Dorong pendidikan dan peningkatan diri untuk setiap orang; dan
Bertindak secara transformatif, buat itu sebagai pekerjaan setiap orang.

Aliran Manajemen Kualitas juga diwakili oleh Joseph M. Juran lewat karyanya Juran’s Quality
Handbook yang terbit tahun 1951 dan Juran on Planning for Quality yang terbit tahun 1989.
Aliran ini juga ditunjukkan oleh Philip Crosby yang menulis buku Quality is Free. Secara
kronologis, perkembangan popularitas Manajemen Kualitas diringkas dalam timeline berikut
ini:
1931: Walther A. Shewhart dari Bell Laboratories menerbitkan Economic Control of Quality of
Manufactured Products yang memperkenalkan kontrol kualitas menggunakan statistik.
1950: W. Edwards Deming bicara pada ilmuwan, insinyur, dan eksekutif perusahaan Jepang
seputar Manajemen Kualitas.
1951: Penghargaan diberikan Union of Japanese Scientists and Engineers kepada Deming.
1952: Joseph M. Juran menerbitkan Quality Control Handbook.
1970: Philip Crosby memperkenalkan konsep Zero Defects.
1979: Philip Crosby menerbitkan Quality is Free.
1980: Ford Motor Company mengundang Deming selaku pembicara pada para eksekutifnya.
1981: Bob Galvin, pemimpin Motorola menerapkan peningkatan kualitas berujung pada Six
Sigma.
1982: Deming menerbitkan Quality, Productivity, and Competitive Position.
1984: Crosby menerbitkan Quality without Tears : The Art of Hassle-Free Management.
1987: Kongres Amerika Serikat membuat penghargaan Malcolm Baldridge National Quality
Award.
1992: Eropa juga membuat penghargaan yang sama disponsori oleh Foundation for Quality
Management dengan dukungan European Organization for Quality dan European Commission.

Perkembangan konsep-konsep dalam Manajemen Kualitas dapat dirangkum sebagai berikut:


Quality Control (kendali kualitas) muncul pertama kali dengan fokus perancangan spesifikasi
produk dan pengecekan produk sebelum meninggalkan pabrik;
Quality Assurance muncul kemudian, fokus pada identifikasi ciri dan prosedur yang bisa
dievaluasi dan dikendalikan secara kuantitatif;
Total Quality Control (TQC) muncul berikutnya diperkenalkan Feingenbaum tahun 1983 fokus
pada Quality Control menjadi tanggung jawab seluruh elemen organisasi. Ia berefek pada
produksi, profit, interaksi manusia, dan kepuasan pelanggan; dan
Total Quality Management (TQM) fokus pada pelanggan selaku pusat perhatian dan kualitas
merupakan tanggung jawab organisasi secara keseluruhan.

PEMBAHASAN
Perkembangan Pemikiran Manajemen, sama halnya dengan organisasi, konsep
manajemen juga memiliki perkembangan yang sama. Bahkan, perkembangan pemikiran
manajemen ini relatif “berhimpitan” dengan perkembangan pemikiran organisasi. Tokoh-tokoh
pemikirnya pun relatif banyak yang sama. Ini menambah catatan bahwa kedua bidang,
organisasi dan manajemen, memiliki kedekatan yang sangat serius.
Ellen A. Benowitz, seperti halnya Stephen P. Robbins, melakukan pemetaan atas
perkembangan pemikiran manajemen. Benowitz membaginya menjadi 5 kategori
perkembangan pemikiran yaitu : (1) Classical School of Management,[1] (2) Behavioral
Management Theory,[2] (3) Quantitative School of Management, (4) Contingency School of
Management, dan (5) Quality School of Management. Masing-masing tahap perkembangan
pemikiran tersebut masih dibagi lagi ke dalam sub-sub pemikiran.
1) Classical School of Manajemen (Aliran Manajemen Klasik)
Pemikiran ini berkembang selama Revolusi Industri tatkala masalah-masalah baru
sehubungan sistem yang berlaku di pabrik bermunculan. Manajer relatif mengalami
ketidakpastian seputar bagaimana cara melatih pekerja, karena banyak di antara mereka
merupakan imigran dari negara-negara non berbahasa Inggris. Manajer juga gagap dalam
menangani ketidakpuasan para pekerja yang meningkat. Lalu, mereka mulai menguji sejumlah
solusi. Hasilnya, teori manajemen klasik terbentuk lewat upaya menemukan “cara terbaik”
guna mengerjakan dan memanajemen pekerjaan.
Aliran Manajemen Klasik (Classical School of Management) ini terdiri atas dua cabang, yakni
Saintifik Klasik dan Administrasi Klasik.

1. Aliran Saintifik Klasik (Classical Scientific School)


Aliran ini muncul akibat kebutuhan meningkatkan produktivitas dan efisiensi.
Penekanan pada upaya menemukan cara terbaik guna menyelesaikan pekerjaan lewat
pengujian bagaimana proses kerja dilakukan dan keahlian yang dibutuhkan oleh para pekerja.
Aliran ini banyak berhutang pada sejumlah pemikir dominan seperti Frederick Taylor, Henry
Gantt, dan Frank serta Lillian Gilbreth.[3]
Diantaranya yaitu Frank dan Lillian Gilbreth. Sepasang suami istri ini merupakan satu
tim. Mereka mempelajari gerakan kerja pekerja. Karir awal Frank selaku pemasang bata
membuatnya tertarik dan mempelajari metode dan standardisasi kerja. Ia memperhatikan
pemasangan bata dan melihat sejumlah pekerja bekerja lambat dan tidak efisien, sementara
lainnya produktif. Dari pengamatannya itu, ia menyimpulkan bahwa setiap pemasang bata
menggunakan gerakan yang berbeda.
Dari observasi tersebut, Frank mengisolasi gerakan dasar yang penting untuk melakukan
pekerjaan serta membuang gerakan yang tidak perlu. Pekerja yang menggunakan metode baru
ternyata mampu meningkatkan output dari 1000 menjadi 2700 per hari. Ini merupakan studi
gerakan pertama yang didesain untuk mempertahankan cara terbaik dalam bekerja.
Kemudian, Frank dan Lillian Gilbreth mempelajari gerakan kerja menggunakan kamera
perekam dan jam. Tatkala suaminya wafat di usia 56, Lillian meneruskan pekerjaan mereka.
Hal yang dipetik dari studi suami isteri ini adalah gagasan dasar seputar manajemen
saintifik, yang terdiri atas :
Membangun metode-metode standar baru dalam melakukan pekerjaan.
Memilih, melatih, dan mengembangkan pekerja ketimbang mengizinkan mereka memilih
sendiri tugas dan pekerjaannya.
Membangun semangat kerjasama antara pekerja dan manajemen guna memastikan bahwa
pekerjaan harus dilakukan sesuai prosedur.
Pembagian kerja antara pekerja dan manajemen di hampir seluruh lini.
2. Aliran Administrasi Klasik (Classical Administrative School)
Tatkala Aliran Saintifik Klasik fokus pada produktivitas individual, Aliran Administrasi
Klasik berkonsentrasi pada organisasi secara total. Penekanannya pada pembangunan prinsip-
prinsip manajerial ketimbang metode kerja. Kontributor pemikiran ini adalah Max Weber,
Henri Fayol, Mary Parker Follett, dan Chester Irving Barnard. Teoretisi tersebut mempelajari
arus informasi di dalam organisasi dan menekankan pentingnya pemahaman bagaimana
organisasi beroperasi.
Max Weber. Akhir 1800-an, menyatakan ketidaksukaannya bahwa banyak organisasi-
organisasi di Eropa yang dimanajemen ala keluarga pribadi dalam mana para pekerja hanya
setia kepada supervisor masing-masing ketimbang organisasi. Weber yakin bahwa organisasi
seharusnya dimanajemen secara impersonal dan punya struktur formal, dimana aturan-aturan
spesifik dipatuhi adalah penting. Weber tidak berpikir bahwa otoritas didasarkan pada
personalitas (individu). Baginya, otoritas seharusnya merupakan sesuatu yang berbaur dengan
pekerjaan seseorang (bukan pribadi). Otoritas dapat dipindahkan dari orang yang satu ke
orang lainnya. Organisasi yang non personal dan berbentuk obyektif ini disebut birokrasi.
Weber yakin bahwa seluruh birokrasi punya karakteristik berikut :
Hirarki yang Disusun Baik. Seluruh posisi dalam birokrasi dibagi dalam cara yang
memungkinkan posisi yang lebih tinggi mengawasi dan mengendalikan posisi yang lebih
rendah. Rantai komando tegas ini memungkinkan kontrol atas organisasi secara keseluruhan.
Pembagian Kerja dan Spesialisasi. Seluruh pertanggungjawaban dalam organisasi dirinci
sehingga setiap pekerja punya kebebasan melakukan tugas-tugas tertentu.
Aturan dan Perundangan. Prosedur operasi standar mengatur seluruh kegiatan organisasi guna
menyediakan kepastian dan koordinasi.
Hubungan Impersonal Manajer dan Pekerja. Manajer harus memelihara hubungan impersonal
dengan pekerja sehingga favoritisme dan penilaian subyektif tidak mempengaruhi pembuatan
keputusan.
Kompetensi. Kompetensi, buka “siapa yang anda kenal”, harus menjadi dasar seluruh
keputusan dalam kontrak kerja, penempatan, dan promosi dalam rangka meningkatkan
kemampuan kerja dan merit system selaku karakteristik utama dalam organisasi birokrasi.
Dokumentasi. Birokrasi butuh pemeliharaan dokumen lengkap atas segala aktivitasnya.
Mary Parker Follett. Ia menekankan pentingnya organisasi menetapkan tujuan bersama
bagi para pekerjanya. Ia mulai berpikir sesuai yang lain dibandingkan teoretisi lain di masanya
yang lebih suka bicara hirarki organisasi dan menganggap manusia seperti robot. Follett bicara
tentang etika, kuasa, dan kepemimpinan. Ia mendorong manajer agar mengizinkan pekerja
berpartisipasi dalam proses pembuatan keputusan. Follett menekankan pentingnya manusia
ketimbang teknik-teknik pekerjaan. Hasilnya, ia menjadi pionir dan kerap dianggap sepele oleh
sarjana manajemen di masanya. Namun, waktu berubah, dan gagasan inovatif dari masa lalu
tiba-tiba dimaknai secara baru. Banyak yang para manajer lakukan sekarang didasarkan pada
dasar-dasar yang Follett bangun 70 tahun silam.
Chester Irving Barnard. Merupakan presiden New Jersey Bell Telephone Company. Ia
memperkenalkan gagasan “organisasi informal.” Organisasi informal adalah klik (kelompok di
dalam organisasi yang eksklusif) yang secara alami terbentuk di dalam organisasi. Ia merasa
organisasi informal ini punya peran dalam fungsi komunikasi atas seluruh organisasi. Mereka
dapat membantu organisasi mencapai tujuan.
Secara khusus, Barnard merasa penting bagi manajer membangun rasa tujuan bersama
dimana kehendak bekerjasama didorong secara maksimal. Ia dianugerahi selaku pembangun
teori manajemen persetujuan, yang menekankan kehendak pekerja untuk menyetujui bahwa
manajer punya kewenangan legitimate untuk bertindak. Bagi Barnard, 4 faktor berikut
mempengaruhi keinginan pekerja menerima otoritas :
Pekerja harus paham komunikasi.
Pekerja setuju komunikasi konsisten dengan tujuan organisasi.
Pekerja merasa tindakan mereka akan konsisten dengan kebutuhan dan keinginan pekerja
lainnya.
Pekerja merasa bahwa mereka secara mental dan fisik mampu melaksanakan perintah.
Simpati Barnard bagi pemahaman atas kebutuhan pekerja menempatkan dirinya selaku
jembatan antara aliran manajemen klasik dengan aliran manajemen perilaku.

2) Teori Manajemen Perilaku (Behavioral Management Theory)


Pertanyaan pasca aliran klasik adalah interaksi dan motivasi individu di dalam
organisasi. Prinsip-prinsip manajemen selama periode klasik kurang dapat menyesuaikan diri
dianeka situasi. Aliran tersebut kurang dapat menjelaskan perilaku para pekerja. Singkatnya,
aliran klasik mengabaikan motivasi dan perilaku pekerja. Hasilnya, muncul aliran perilaku
(behavioral).[4]
Teori manajemen behavioral kerap pula disebut gerakan hubungan manusia sebab
menekankan dimensi manusia dalam pekerjaan. Teoretisi behavioral yakin bahwa pemahaman
yang lebih baik atas perilaku manusia dalam bekerja, seperti motivasi, konflik, harapan, dan
dinamika kelompok, akan meningkatkan produktivitas.
Elton Mayo. Kontribusi Mayo berawal dari Hawthorne Studies. Mayo dan rekannya F. J.
Roethlisberger menyimpulkan bahwa peningkatan produksi merupakan hasil dari perancangan
pengawasan supervisor ketimbang perubahan pencahayaan ruangan atau keuntungan-
keuntungan lain bagi pekerja. Supervisor mampu memberi pemahaman mengenai
keinginannya kepada anak buah, dan ini meningkatkan motivasi dan meningkatkan
produktivitas. Kesimpulan utama dari Hawthorne Studies adalah, hubungan antarmanusia dan
kebutuhan sosial pekerja adalah aspek kunci bagi manajemen bisnis. Prinsip motivasi manusia
ini mendorong teori dan praktek manajemen yang revolusioner.
Abraham Maslow. Seorang psikolog, membangun apa yang kemudian dikenal sebagai
Teori Kebutuhan, teori motivasi yang didasarkan pada kebutuhan manusia. Teori Maslow
punya 3 asumsi :
Kebutuhan manusia tidak akan pernah terpuaskan.
Perilaku manusia punya tujuan dan dimotivasi oleh kebutuhan untuk mengalami kepuasan.
Kebutuhan dapat diklasifikasi menurut struktur hirarki dari yang terpenting, dari bawah ke
atas.
Hirarki kebutuhan Maslow sebagai berikut :
Kebutuhan Fisiologis. Maslow mengelompokkan seluruh kebutuhan fisik yang diperlukan
untuk bertahan hidup manusia, seperti makanan, minuman, ke dalam kategori ini. Setelah
kebutuhan fisiologis tercapai, ia bukan lagi berupa motivator.
Kebutuhan Keamanan. Kebutuhan ini mencakup keamanan dasar, stabilitas, perlindungan, dan
kebabasan dari rasa takut. Ia merupakan kondisi yang normal bagi setiap individu untuk
memuaskan kebutuhan ini. Jika belum terpenuhi, maka ia menjadi motivator.
Kebutuhan Pemilikan dan Kasih Sayang. Setelah kebutuhan fisik dan keamanan terpuaskan,
mereka bukan lagi motivator. Lanjutannya, muncul kebutuhan kepemilikan dan kasih sayang
selaku motivator utama. Individu mencari hubungan bermakna dengan orang lain didalam
organisasi.
Kebutuhan Kebanggaan Diri. Individu harus membangun rasa percaya diri dan ingin meraih
status, reputasi, dan kemegahan.
Kebutuhan Aktualisasi Diri. Ini adalah kebutuhan manusia untuk menemukan jati dirinya.

3) Aliran Manajemen Kuantitatif (Quantitative School of Management)


Selama Perang Dunia II, matematikawan, fisikawan, dan ilmuwan pasti lain ikut
bergabung mengabdi kepada masalah kemiliteran. Aliran manajemen kuantitatif adalah hasil
dari riset yang diadakan selama Perang Dunia II. Pendekatan kuantitatif atas manajemen
melibatkan penggunaan teknik-teknik kuantitatif seperti statistik, model informasi, dan
simulasi komputer untuk membaguskan proses pembuatan keputusan. Aliran ini punya
beberapa cabang.
Manajemen Sains. Aliran manajemen sains muncul menyikapi masalah yang
berhubungan dengan perang global. Kini, pandangan ini mendorong manajer menggunakan
matematika, statistik, dan teknik kuantitatif lainnya untuk membuat keputusan. Manajer dapat
menggunakan model komputer untuk menggambarkan cara terbaik, misalnya menghemat
uang dan waktu. Manajer menggunakan sejumlah aplikasi sains berikut :
Matematika terapan membantu membuat proyeksi hal-hal penting dalam proses
perencanaan.
Model inventory mengendalikan inventaris dan pengorderan barang secara matematis.
Manajemen Operasi. Manajemen operasi adalah cabang kecil dari pendekatan
kuantitatif dalam manajemen. Fokusnya pada pemanajemenan proses pengubahan material,
tenaga kerja, dan modal kepada layanan dan barang yang bermanfaat. Output produk dapat
berupa barang dan jasa. Manajemen operasi yang efektif konsentrasi pada, baik organisasi
manufaktur ataupun jasa. Sumber daya input atau faktor produksi, termasuk ragam bahan
mentah, teknologi, modal informasi, dan orang yang dibutuhkan guna menciptakan produk
akhir.
Manajemen operasi saat ini memberi perhatian khusus pada tuntutan kualitas, layanan
pelanggan, dan persaingan. Proses diawali dengan perhatian pada kebutuhan konsumen: Apa
yang mereka inginkan? Dimana mereka menginginkannya? Kapan mereka menginginkannya?
Berdasar jawaban atas pertanyaan tersebut, manajer mengerahkan sumber daya dan
mengambil tindakan guna memenuhi harapan pelanggan.
Sistem Informasi Manajemen. Sistem Informasi Manajemen adalah salah satu bidang
aliran kuantitatif. SIM mengorganisir masa lalu, masa kini, dan proyeksi data baik dari sumber
internal maupun eksternal menjadi informasi yang bermanfaat. Informasi tersebut tersedia
bagi para manajer di aneka level. SIM juga memungkinkan pengorganisasian data kedalam
format yang bermanfaat dan mudah diakses. Hasilnya, manajer dapat mengenali pilihan-
pilihan secara cepat, mengevaluasi alternatif menggunakan program pengolah angka, simulasi
jika-begini-maka, dan akhirnya, memilih alternatif terbaik berdasar jawaban atas pertanyaan-
pertanyaan ini.

4) Aliran Manajemen Kontijensi (Contingency School of Management)


Aliran manajemen kontijensi dapat dirangkum sebagai pendekatan “semua tergantung
pada”. Tidakan manajemen yang diharapkan dan pendekatan yang digunakan bergantung pada
situasi. Sebab itu, aliran kontijensi juga disebut aliran situasional. Aliran ini muncul sebagai
hasil riset tahun 1960-an dan 1970-an dan sekaligus selaku penolakan atas aliran saintifik.
Fokus riset-riset tersebut pada faktor-faktor situasional yang mempengaruhi struktur
organisasi dan gaya kepemimpinan di aneka situasi berbeda.
Bagi aliran kontijensi, perubahan lingkungan, ketidakmenentuan, teknologi kerja, dan
ukuran perusahaan merupakan faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi efektivitas di
aneka bentuk organisasi. Menurut aliran ini, kondisi aliran saintifik seperti lingkungan yang
stabil, sentralisasi, standarisasi, dan spesialisasi guna mencapai efisiensi dan konsistensi, telah
berubah. Dalam aliran saintifik yang stabil tersebut, kepastian, prediktabilitas, memungkinkan
diterapkannya kebijakan, aturan, dan prosedur-prosedur tetap. Namun, kondisi tersebut
berubah di aliran kontijensi.
Aliran kontijensi yang berkembang di lingkungan tak stabil menghendaki desentralisasi
guna mencapai fleksibilitas dan adaptabilitas. Ketidakmenentuan dan ketidakterukuran
membutuhkan metode penyelesaian masalah yang sifatnya non rutin, atau situasional.
Aliran kontijensi ditunjukkan oleh Paul Lawrence dan Jay Lorsch dalam karyanya
Organizations and Environment : Managing Differentiation and Integration yang terbit tahun
1967. Dalam karya tersebut, Lawrence and Lorsch berpendapat bahwa unit-unit organisasi
yang bergerak dalam lingkungan berbeda mengembangkan karakteristik unit yang juga
berbeda. Semakin besar perbedaan internal di antara mereka, semakin besar pula kebutuhan
koordinasi antar unit tersebut.

5) Aliran Manajemen Kualitas (Quality School of Management)


Aliran Manajemen Kualitas adalah konsep menyeluruh seputar leading dan operating
suatu organisasi. Ia dimaksudkan guna meningkatkan performa kerja organisasi secara terus-
menerus dengan fokus pada customer seraya sensitif terhadap kepentingan para stake holder.
Dengan kata lain, konsep Manajemen Kualitas fokus pada pemanajemenan organisasi secara
total guna menghadirkan pelayanan terbaik pada pelanggan.
Manajemen Kualitas berbeda dengan aliran-aliran sebelumnya dalam hal sikap
manajemen terhadap produk dan terhadap pekerja. Aliran sebelumnya fokus pada volume
produksi dan biaya produksi. Kualitas dikendalikan menggunakan metode pindai (pemeriksaan
hasil produksi), masalah diselesaikan pihak manajemen, dan peran manajemen didefinisikan
planning, menentukan pekerjaan, dan mengendalikan produksi. Manajemen Kualitas berbeda.
Ia fokus pada pelanggan dan pemenuhan kebutuhan pelanggan.
Kualitas manajemen dikendalikan lewat pencegahan, misalnya kualitas dipastikan di
tiap-tiap tahapan kerja manajemen. Penyelesaikan masalah lewat tim dan setiap orang
bertanggung jawab atas kualitas produk. Peran manajemen adalah mendelegasikan, melatih,
memfasilitasi, dan membimbing. Prinsip utama Manajemen Kualitas adalah : kualitas, kerja
tim, dan manajemen yang pro aktif demi proses peningkatan kinerja.
W. Edward Deming. Tokoh Manajemen Kualitas ini menerbitkan pemikiran dalam
karyanya Out of the Crisis yang terbit tahun 1986. Ia seorang Amerika Serikat yang bekerja
sama dengan Walter A. Shewhard di Bell Telephone Company. Rekannya itu, Shewhart,
seorang ahli statistik yang punya pendapat kontrol produksi dapat lebih baik dimanajemen
dengan statistik. Shewhart lalu menyusun bagan statistik untuk mengendalikan variabel-
variabel produk.
Berdasarkan karya Shewhart itulah Deming lalu mengembangkan proses kerja
menggunakan teknik-teknik statistik yang mampu memberi peringatan kapan seorang manajer
harus mengintervensi suatu proses produksi. Deming lalu dikirim ke Jepang untuk memulihkan
pabrik-pabrik manufaktur Jepang yang hancur karena perang. Deming memperkenalkan
metode “statistical process control” tersebut kepada para kalangan bisnis dan insinyur Jepang.
Konsep Deming kemudian meluas dan menjadi pemastian kualitas di seluruh proses produksi.
Deming lebih lanjut membangun konsep reaksi berantai. Tatkala kualitas meningkat,
biaya turun, dan produktivitas meningkat. Kondisi ini membawa pada perluasan lapangan
kerja, perluasan pasar, dan kebertahanan hidup yang lebih lama bagi perusahaan. Ia
menekankan pentingnya kebanggaan dan kepuasan pekerja seraya menekankan bahwa
tanggung jawab manajer-lah untuk meningkatkan proses pekerjaan, bukan pekerja. Deming
juga memperkenalkan Lingkaran Kualitas, yang didasarkan pada kepentingan pertemuan rutin
dan periodik dari para pekerja yang digabung ke dalam kelompok-kelompok guna membahas
kualitas produk secara menyeluruh.
Poin-poin Manajemen Kualitas yang Deming tawarkan diringkas sebagai berikut :
Susun rencana; publikasikan maksud dan tujuan organisasi.
Pelajari dan adopsi filosofi kualitas yang baru.
Pahami tujuan dari inspeksi; hentikan kebergantungan pada inspeksi.
Hentikan pandangan tinggi atas bisnis semata-mata pada harga.
Tingkatkan kinerja sistem secara terus-menerus.
Lembagakan pelatihan.
Latih dan lembagakan kepemimpinan.
Buang rasa takut, ciptakan kepercayaan, dan bentuk iklim inovasi.
Tingkatkan upaya tim, kelompok, dan staf.
Hentikan pemaksaan dan pentargetan pada para pekerja; ciptakan metode prestasi.
Hentikan kuota angka bagi para pekerja.
Buang hambatan yang merampok kebanggaan diri pekerja atas pekerjaannya.
Dorong pendidikan dan peningkatan diri untuk setiap orang.
Bertindak secara transformatif, buat itu sebagai pekerjaan setiap orang.
Perkembangan Manajemen Kualitas dapat dirangkum sebagai berikut :
Quality Control (kendali kualitas) muncul pertama kali dengan fokus perancangan spesifikasi
produk dan pengecekan produk sebelum meninggalkan pabrik.
Quality Assurance muncul kemudian, fokus pada identifikasi ciri dan prosedur yang bisa
dievaluasi dan dikendalikan secara kuantitatif.
Total Quality Control (TQC) muncul berikutnya diperkenalkan Feingenbaum tahun 1983 fokus
pada Quality Control menjadi tanggung jawab seluruh elemen organisasi. Ia berefek pada
produksi, profit, interaksi manusia, dan kepuasan pelanggan.
Total Quality Management (TQM) fokus pada pelanggan selaku pusat perhatian dan
kualitas merupakan tanggung jawab organisasi secara keseluruhan.

PERKEMBANGAN PEMIKIRAN MANAJEMEN

10:59 PM
Peradaban kuno pada bagian barat Mesopotamia dan tulisan-tulisan orang-orang Mesir Kuno
sekitar tahun 1200 Sebelum Masehi menunjukkan sudah adanya pengetahuan serta
penggunaan manajemen untuk mengelola soal-soal politik.
Hingga kurun waktu lebih pertengahan abad ke-18, rakyat Eropa Barat pada dasarnya
menggunakan metode-metode sama dan cara berproduksi yang telah digunakan selama
hampir 20 abad.
Kemudian, dalam beberapa dekade, dikemukakan orang sejumlah penemuan-penemuan baru,
hingga seluruh gambaran aktivitas industri berubah oleh karenanya.
Periode baru tersebut yang lazim dinamakan “Revolusi Industri” menyebabkan makin
meluasnya penggunaan hubungan-hubungan baru antara majikan dan pekerja dan
dipisahkannya para konsumen dengan para produsen.
Fayol menekankan rasionalisme dan konsistensi logis. Di samping itu pendekatan lain terhadap
pemikiran manajemen mulai muncul. Pada permulaan tahun 1930 misalnya orang makin lama
makin menekankan pandangan bahwa “manusia merupakan pertimbangan penting dalam
manajemen; bahasa sasaran-sasaran ditetapkan dan dicapai dengan dan melalui manusia “
dengan demikian konsep penting dalam studi manajemen haruslah ‘manusia’. Lingkungan
kerja mereka dan hubungan-hubungan antar perorangan mereka.
Pada dasarnya pikiran pokok disini adalah bahwa untuk entitas tertentu, semua aktivitas
berkaitan satu sama lain dan dapat diidentifikasi sebagai sistem-sistem independen yang
membentuk sebuah pola atau jalinan aktivitas-aktivitas yang berhubungan satu sama lain.
Dewasa ini terdapat macam-macam mashab atau aliran manajemen yaitu :

1. Mashab Manajemen Berdasarkan Kebiasaan (Management By Custom School)


Penganut Mashab ini seringkali mengamati apa yang dilakukan oleh para manajer yang
“berkaliber” dalam keadaan yang serupa seperti yang sedang dihadapi, kemudian mereka
mengikuti contohnya dengan jalan menerapkan teknik-teknik serta tindakan yang sama dalam
pekerjaan manajerial mereka.

2. Mashab Manajemen Ilmiah ( Scintific Management School)


Mashab ini menggunakan metode ilmiah yang memverifikasi atau metode asumsi-asumsi
dengan jalan melaksanakan eksperimentasi secara terkendali.
Mashab manajemen ilmiah secara historis berhubungan dengan pertimbangan-pertimbangan
ekonomi seperti misalnya : biaya, penggunaan waktu, dan efisiensi tetapi metode yang
digunakannya bersifat dasar dalam bidang riset ilmu-ilmu lainnya seperti misalnya : Ilmu kimia,
ilmu alam, ilmu jiwa dan ilmu kemasyarakatan.

3. Mashab Kelakuan (Behaviour School)


Menurut Mashab ini, titik vokal penting daripada tindakan manajerial adalah kelakuan
manusia, apa yang dicapai, bagaimana hal tersebut dicapai dan mengapa hal tersebut dicapai
dipandang sehubungan dengan dampaknya dan pengaruhnya atas manusia yang dianggap
sebagai entitas penting daripada manajemen.
Mashab ini menekankan pula pengaruh vital daripada lingkungan dan faktor-faktor yang
mempengaruhi kelakuan.

4. Mashab Sosial (The Sosial School)


Hal yang mendasari keyakinan Mashab sosial ini adalah kebutuhan untuk memecahkan
bebagai macam pembatasan yang dihadapi oleh manusia dan lingkungan mereka. Biasanya
digunakan sebuah kesatuan sosial ideal, dimana manusia berkomunikasi secara efektif satu
sama lain, dan dimana mereka dengan sukarela membantu ke arah dicapainya tujuan umum.
Pada dasarnya dapat dikatakan bahwa Mashab sosial menentukan interaksi serta kerja sama
manusia bersama-sama membentuk entitas sosial. Dengan menggunakan kelakukan organisasi
maupun rasionil dan pengembangan pengertian yang didasarkan atas penelitian-penelitian
empiris.

5. Mashab Manajemen Sistem (System Management School)


Sistem-sistem merupakan intisari mashab manajemen ini. Sebuah sistem dapat dianggap
sebagai suatu keseluruhan yang terorganisasi yang terdiri dari bagian-bagian yang
berhubungan dengan cara tertentu dan yang ditujukan ke arah tujuan tertentu.
Setiap sistem mempunyai sebuah ‘input’, sebuah ‘proses’ dan sebuah ‘output’ dan merupakan
kesatuan yang berkerja sendiri tetapi hal tersebut berkaitan pula dengan sebuah sistem yang
lebih luas dan lebih tinggi tingkatnya maupun dengan subsistem-subsistemnya sendiri yang
mewakili integrasi berbagai sistem tingkat lebih rendah.
6. Mashab Manajemen Berdasarkan Keputusan-Keputusan (Decisional Management
School).
Pada mashab ini titik berat diletakkan pada keputusan-keputusan manajerial. Menurut
penganut mashab ini, pengambilan keputusan-keputusan merupakan tugas sebenarnya pihak
manajer. Pembuat keputusan adalah manejer.
Banyak pihak beranggapan bahwa sesuatu keputusan manajerial bukan saja mencakup hal ’apa
yang harus dilakukan’ tetapi juga ‘bagaimana bila harus dilakukan’

7. Mashab Pengukuran Kuantitatif (Quantitative Measurement School)


Pada mashab ini, para penganutnnya memandang manajemen sebagai sebuah entitas logis,
yang tindakan-tindakannya dapat dinyatakan dalam bentuk simbol-simbol matematis,
hubungan-hubungan matematis dan data yang dapat diukur. Adalah penting untuk
mengetahui bahwa mashab ini terutama mementingkan persoalan-persoalan keputusan.
Adapun dua hal yang mencirikan mashab kuantitatif ini :
1) Mengoptimalkan atau meminimalkan input-output
2) Penggunaan model-model matematis

8. Mashab Proses Manajemen


Para penganut mashab ini menganggap manajemen sebagai sebuah aktivitas yang terdiri
daripada subaktivitas atau fungsi-fungsi dasar manajemen yang merupakan sebuah proses
manajemen. Proses ini dianggap sebagai pokok essensial daripada manajemen dan umumnya
dianggap sebagai format efektif untuk studi bagi orang yang baru mulai mempelajari ilmu
manajemen.
Fungsi-Fungsi Fundamental Daripada Manajemen
1) Diperlukan adanya perencanaan atau planning.
2) Tugas membagi pekerjaan dan penetapan hubungan serta tindakan mempertahankan
hubungan oleh pihak manajer dikenal sebagai pengoranisasian atau “organizing’.
3) Actuating merupakan tindakan “mengerakkan.
4) Controlling merupakan yakni sebagai pengawasan.
Proses Manajemen
Secara singkat dapat dikatakan bahwa proses manajemen adalah :
1) Perencanaan berarti tindakan mendeterminasi sasaran-sasaran dan arah tindakan yang
akan diikuti.
2) Pengorganisaian adalah tindakan mendistribusi pekerjaan antara kelompok yang ada dan
menetapkan dan merinci hubungan-hubungan yang diperlukan.
3) Menggerakkan berarti merangsang anggota-anggota kelompok untuk melaksanakan
tugas-tugas mereka dengan kemauan baik dan secara enthusias.
4) Mengawasi berarti mengawasi aktivitas-aktivitas agar sesuai dengan rencana-rencana.
Manajemen merupakan suatu proses yang khas yang terdiri dari tindakan-tindakan
perencanaa, pengorganisasian, menggerakkan, dan pengawasan, yang dilaksanakan untuk
mendeterminasi serta mencapai sasaran-sasaran yang ditetapkan melalui pemanfaatan
sumber daya manusia serta sumber-sumber lain.

9. Mashab Menejemen Menurut Keadaan (Contingency Manajemen School).


Salah satu mashab relatif baru yang muncul adalah mashab menejemen menurut keadaan.
Para pengikutnya menekankan relevansi tindakan –tindakan menejerial dengan ciri-ciri
khusus, situasi dimana terjadi kejadian-kejadian tersebut, dinyatakan bahwa menejemen harus
sesuai dengan lingkungannya.
Sebenarnya kebanyakan menejer mempertimbangkan situasi individual dalam melaksanakan
tugas –tugas menejerial mereka, tetapi mungkin mereka melupakan faktor- faktor situasional
tertentu. Sewaktu makin banyak pengetahuan diperoleh mengenai faktor –faktor apa yang
perlu diperhatikan, dalam situasi macam apa, maka kaliber menejemen akan bertambah baik
dan menejer tersebut akan dapat menjalankan menejemen dengan kepastian yang lebih besar.

Daftar Pustaka
https://mustofatrosokreatif.blogspot.co.id/2015/02/makalah-manajemen-pendidikan.html
https://www.academia.edu/10033461/TUGAS_MATAKULIAH_MANAJEMEN_PENDIDIKAN_MA
KALAH_KONSEP_DEFINISI_DAN_KOMPONEN_DALAM_MANAJEMEN_PENDIDIKAN_PROGRAM
_STUDI_PENDIDIKAN_TEKNIK_ELEKTRONIKA

http://anis332010002.blogspot.co.id/2011/07/makalah-manajemen-pendidikan.html
https://afidburhanuddin.wordpress.com/2014/01/17/pengertian-fungsi-dan-ruang-lingkup-
manajemen-pendidikan/

http://rocketmanajemen.com/proses-manajemen/
https://hedisasrawan.blogspot.co.id/2016/05/proses-manajemen-artikel-lengkap.html
http://setabasri01.blogspot.co.id/2010/12/perkembangan-pemikiran-manajemen.html
http://welisaseftaandani.blogspot.co.id/2011/11/perkembangan-pemikiran-tentang.html
http://paradigmakaumpedalaman.blogspot.co.id/2012/01/perkembangan-pemikiran-
manajemen.html

Anda mungkin juga menyukai