Anda di halaman 1dari 16

Manajemen Sekolah (Kejuruan)

 Leave a comment
A. Pengertian Manajemen
Manajemen sering dikaitkan dengan administrasi. Pada dunia pendidikan istilah administrasi diganti dengan
istilah manajemen. Istilah manajemen berasal dari bahasa Inggris “Management” yang dalam bahasa Indonesia
artinya “Pengelolaan”.

Berikut ini merupakan pengertian manajemen dari beberapa ahli, diantaranya ;

1. George R Tery, dalam bukunya “Office Management of Control” (1953:4)

Manajemen adalah penyelesaian/ pencapaian tujuan yang sudah ditetapkan sebelumnya melalui usaha orang
lain. (Soepardi, 1988: 112)

2. Hersey dan Blanchard (1988: 144)

Manajemen merupakan suatu proses bagaimana pencapaian sasaran organisasi melalui kepemimpinan.

3. Stoner (1992: 8)

Manajemen merupakan proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha para
anggota organisasi dan penggunaan sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah
ditetapkan.

4. Sudjana (2000: 77)

Manajemen merupakan rangkaian berbagai kegiatan wajar yang dilakukan seseorang berdasarkan norma-
norma yang telah ditetapkan dan dalam pelaksanaannya memiliki hubungan dan saling keterkaitan dengan
lainnya. Hal tersebut dilaksanakan oleh orang atau beberapa orang yang ada dalam organisasi dan diberi tugas
untuk melaksanakan kegiatan tersebut.

5. Prajudi Atmosudirdjo (1982)

Manajemen adalah pengendalian dan pemanfaatan semua faktor sumber daya yang menurut suatu
perencanaan, diperlukan untuk mencapai atau menyelesaikan suatu prapta atau tujuan kerja tertentu.
Dengan demikian manajemen adalah kemampuan atau keterampilan yang dimiliki seorang atau bersama orang
lain atau usaha orang lain untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.

Fungsi manajemen menurut beberapa ahli, diantaranya:

1. Henry Fayol

Fungsi manajemen antara lain planning, organizing, commanding, coordinating, controlling.

2. Gullick

Fungsi manajemen antara lain planning, organizing, staffing, directing, coordinating, reporting, budgeting.

3. Newman

Fungsi manajemen antara lain planning, organizing, assembling resources, directing, controlling.

4. Sears

Fungsi manajemen antara lain planning, organizing, allocating resources, coordinating, evaluating.

5. Assa

Fungsi manajemen antara lain planning, allocating, stimulating, coordinating, evaluating.

6. Gregg

Fungsi manajemen antara lain decision making, planning, organizing, communicating, influencing,
coordinating, evaluating.

7. Campbell

Fungsi manajemen antara lain decision making, programming, coordinating, appraising.


Dari beberapa fungsi di atas maka fungsi manajemen adalah perencanaan dan pemrogramman,
pengorganisasian, actuating and staffing, budgeting, pengkoordinasian, penilaian. Manajemen berperan
penting dalam suatu proses pengelolaan sumber-sumber daya yang ada pada suatu organisasi.

B. Pengertian Manajemen Sekolah


Manajemen pendidikan adalah proses pengembangan kegiatan kerjasama sekelompok orang untuk mencapai
tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Menurut Brubecker “education should be trough of as process of man
reciprocal adjusman to nature”. Artinya “pendidikan merupakan proses timbal balik antara kepribadian
individu dalam penyesuaian diri dengan lingkungan pendidikan”.

Dictionary of education mendefinisikan pendidikan sebagai:

1. Proses seseorang mengembangkan kemampuan, sikap, dan tingkah laku dalam masyarakat;

2. Proses social yang menyediakan lingkungan yang terpilih dan terkontrol untuk mengembangkan
kemampuan social dari individual secara optimal.

Pada Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 tahun 2003 dinyatakan bahwa pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk menciptakan suasana belajar agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya.

Manajemen sekolah menurut Sahertian mengutip definisi yang dikemukakan oleh Knezevich dalam Kamars
(2002- 133) adalah “School administration is a process concerned with creating, maintaining, stimulating, and
unifying the energies within an educational institutional toward realization of the predetermined objective”.
Artinya adalah “Administrasi sekolah adalah suatu proses yang menyangkut penciptaan, pemeliharaan,
perangsangan, dan penggabungan semua daya dalam lembaga pendidikan itu untuk mewujudkan tujuan yang
telah ditetapkan sebelumnya”.

Manajemen sekolah merupakan segala proses pendayagunaan semua komponen, baik komponen manusia,
yang dimiliki sekolah kejuruan dalam rangka mencapai tujuan secara efisien. Tujuan dari manajemen sekolah
adalah untuk membantu pencapaian visi, misi, tujuan tahunan, dan program-program sekolah kejuruan.

Penyelenggaraan kependidikan dan pengajaran SMK atau Sekolah Menengah Kejuruan melibatkan berbagai
aspek di dalam dan di luar sekolah dalam kegiatan manajemen. Kegiatan kependidikan juga dipengaruhi oleh
lingkungan internal dan eksternal. Salah satunya yaitu pada pelaksanaan praktek.
Fungsi manajemen pendidikan dalam perpektif persekolahan, dengan merujuk kepada pemikiran G. R. Terry,
meliputi:

1. Perencanaan (planning)

Perencanaan tidak lain merupakan kegiatan untuk menetapkan tujuan yang akan dicapai beserta cara-cara
untuk mencapai tujuan tersebut. Sebagaimana disampaikan oleh Louise E. Boone dan David L. Kurtz (1984)
bahwa “planning may be defined as the proses by which manager set objective, asses the future, and develop
course of action designed to accomplish these objective”. Sedangkan T. Hani Handoko (1995) mengemukakan
bahwa “ Perencanaan (planning) adalah pemilihan atau penetapan tujuan organisasi dan penentuan strategi,
kebijaksanaan, proyek, program, prosedur, metode, sistem, anggaran dan standar yang dibutuhkan untuk
mencapai tujuan. Pembuatan keputusan banyak terlibat dalam fungsi ini”.

Arti penting perencanaan terutama adalah memberikan kejelasan arah bagi setiap kegiatan, sehingga setiap
kegiatan dapat diusahakan dan dilaksanakan seefisien dan seefektif mungkin. T. Hani Handoko
mengemukakan sembilan manfaat perencanaan bahwa perencanaan:

-> Membantu manajemen untuk menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan lingkungan;

-> Membantu dalam kristalisasi persesuaian pada masalah-masalah utama;

-> Memungkinkan manajer memahami keseluruhan gambaran;

-> Membantu penempatan tanggung jawab lebih tepat;

-> Memberikan cara pemberian perintah untuk beroperasi;

-> Memudahkan dalam melakukan koordinasi di antara berbagai bagian organisasi;

-> Membuat tujuan lebih khusus, terperinci dan lebih mudah dipahami;

-> Meminimumkan pekerjaan yang tidak pasti; dan

-> Menghemat waktu, usaha dan dana.


Indriyo Gito Sudarmo dan Agus Mulyono (1996) mengemukakan langkah-langkah pokok dalam perencanaan,
yaitu :

-> Penentuan tujuan dengan memenuhi persyaratan sebagai berikut : (a) menggunakan kata-kata yang
sederhana, (b) mempunyai sifat fleksibel, (c) mempunyai sifat stabilitas, (d) ada dalam perimbangan sumber
daya, dan (e) meliputi semua tindakan yang diperlukan.

-> Pendefinisian gabungan situasi secara baik, yang meliputi unsur sumber daya manusia, sumber daya alam,
dan sumber daya modal.

-> Merumuskan kegiatan yang akan dilaksanakan secara jelas dan tegas.

Pada bagian lain, Indriyo Gito Sudarmo dan Agus Mulyono (1996) mengemukakan bahwa atas dasar luasnya
cakupan masalah serta jangkauan yang terkandung dalam suatu perencanaan, maka perencanaan dapat
dibedakan dalam tiga bentuk, yaitu : (1) rencana global yang merupakan penentuan tujuan secara menyeluruh
dan jangka panjang, (2) rencana strategis merupakan rencana yang disusun guna menentukan tujuan-tujuan
kegiatan atau tugas yang mempunyai arti strategis dan mempunyai dimensi jangka panjang, dan (3) rencana
operasional yang merupakan rencana kegiatan-kegiatan yang berjangka pendek guna menopang pencapaian
tujuan jangka panjang, baik dalam perencanaan global maupun perencanaan strategis.

Perencanaan strategi akhir-akhir ini menjadi sangat penting sejalan dengan perkembangan lingkungan yang
sangat pesat dan sangat sulit diprediksikan, seperti perkembangan teknologi yang sangat pesat, pekerjaan
manajerial yang semakin kompleks, dan percepatan perubahan lingkungan eksternal lainnya.

Meski lebih menggambarkan perencanaan strategik dalam konteks bisnis, namun secara esensial konsep
perencanaan strategik ini dapat diterapkan pula dalam konteks pendidikan, khususnya pada tingkat
persekolahan, karena memang pendidikan di Indonesia dewasa ini sedang menghadapi berbagai tantangan
internal maupun eksternal, sehingga membutuhkan perencanaan yang benar-benar dapat menjamin
sustanabilitas pendidikan itu sendiri.

2. Pengorganisasian (organizing)

George R. Terry (1986) mengemukakan bahwa : “Pengorganisasian adalah tindakan mengusahakan hubungan-
hubungan kelakuan yang efektif antara orang-orang, sehingga mereka dapat bekerja sama secara efisien, dan
memperoleh kepuasan pribadi dalam melaksanakan tugas-tugas tertentu, dalam kondisi lingkungan tertentu
guna mencapai tujuan atau sasaran tertentu”.
Lousie E. Boone dan David L. Kurtz (1984) mengartikan pengorganisasian : “… as the act of planning and
implementing organization structure. It is the process of arranging people and physical resources to carry out
plans and acommplishment organizational obtective”.

Dari kedua pendapat di atas, dapat dipahami bahwa pengorganisasian pada dasarnya merupakan upaya untuk
melengkapi rencana-rencana yang telah dibuat dengan susunan organisasi pelaksananya. Hal yang penting
untuk diperhatikan dalam pengorganisasian adalah bahwa setiap kegiatan harus jelas siapa yang mengerjakan,
kapan dikerjakan, dan apa targetnya.

Hadari Nawawi (1992) mengemukakan beberapa asas dalam organisasi, diantaranya adalah : (a) organisasi
harus profesional, yaitu dengan pembagian satuan kerja yang sesuai dengan kebutuhan; (b) pengelompokan
satuan kerja harus menggambarkan pembagian kerja; (c) organisasi harus mengatur pelimpahan wewenang dan
tanggung jawab; (d) organisasi harus mencerminkan rentangan kontrol; (e) organisasi harus mengandung
kesatuan perintah; dan (f) organisasi harus fleksibel dan seimbang.

Ernest Dale seperti dikutip oleh T. Hani Handoko mengemukakan tiga langkah dalam proses pengorganisasian,
yaitu : (a) pemerincian seluruh pekerjaan yang harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan organisasi; (b)
pembagian beban pekerjaan total menjadi kegiatan-kegiatan yang logik dapat dilaksanakan oleh satu orang;
dan (c) pengadaan dan pengembangan suatu mekanisme untuk mengkoordinasikan pekerjaan para anggota
menjadi kesatuan yang terpadu dan harmonis.

3. Pelaksanaan (actuating)

Pelaksanaan merupakan fungsi manajemen yang paling utama. Dalam fungsi perencanaan dan
pengorganisasian lebih banyak berhubungan dengan aspek-aspek abstrak proses manajemen, sedangkan fungsi
actuating justru lebih menekankan pada kegiatan yang berhubungan langsung dengan orang-orang dalam
organisasi.

Dalam hal ini, George R. Terry (1986) mengemukakan bahwa actuating merupakan usaha menggerakkan
anggota-anggota kelompok sedemikian rupa hingga mereka berkeinginan dan berusaha untuk mencapai
sasaran perusahaan dan sasaran anggota-anggota perusahaan tersebut oleh karena para anggota itu juga ingin
mencapai sasaran-sasaran tersebut.

Dari pengertian di atas, pelaksanaan tidak lain merupakan upaya untuk menjadikan perencanaan menjadi
kenyataan, dengan melalui berbagai pengarahan dan pemotivasian agar setiap karyawan dapat melaksanakan
kegiatan secara optimal sesuai dengan peran, tugas dan tanggung jawabnya.
Hal yang penting untuk diperhatikan dalam pelaksanan ini adalah bahwa seorang karyawan akan termotivasi
untuk mengerjakan sesuatu jika : (1) merasa yakin akan mampu mengerjakan, (2) yakin bahwa pekerjaan
tersebut memberikan manfaat bagi dirinya, (3) tidak sedang dibebani oleh problem pribadi atau tugas lain yang
lebih penting, atau mendesak, (4) tugas tersebut merupakan kepercayaan bagi yang bersangkutan dan (5)
hubungan antar teman dalam organisasi tersebut harmonis.

4. Pengawasan (controlling)

Pengawasan merupakan fungsi manajemen yang tidak kalah pentingnya dalam suatu organisasi. Semua fungsi
terdahulu, tidak akan efektif tanpa disertai fungsi pengawasan. Dalam hal ini, Louis E. Boone dan David L.
Kurtz (1984) memberikan rumusan tentang pengawasan sebagai : “… the process by which manager determine
wether actual operation are consistent with plans”.

Sementara itu, Robert J. Mocker sebagaimana disampaikan oleh T. Hani Handoko (1995) mengemukakan
definisi pengawasan yang di dalamnya memuat unsur esensial proses pengawasan, bahwa “Pengawasan
manajemen adalah suatu usaha sistematik untuk menetapkan standar pelaksanaan dengan tujuan – tujuan
perencanaan, merancang sistem informasi umpan balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang
telah ditetapkan sebelumnya, menentukan dan mengukur penyimpangan-penyimpangan, serta mengambil
tindakan koreksi yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber daya perusahaan dipergunakan
dengan cara paling efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan-tujuan perusahaan”.

Dengan demikian, pengawasan merupakan suatu kegiatan yang berusaha untuk mengendalikan agar
pelaksanaan dapat berjalan sesuai dengan rencana dan memastikan apakah tujuan organisasi tercapai. Apabila
terjadi penyimpangan di mana letak penyimpangan itu dan bagaimana pula tindakan yang diperlukan untuk
mengatasinya.

Selanjutnya dikemukakan pula oleh T. Hani Handoko bahwa proses pengawasan memiliki lima tahapan, yaitu:

-> Penetapan standar pelaksanaan;

-> Penentuan pengukuran pelaksanaan kegiatan;

-> Pengukuran pelaksanaan kegiatan nyata;

-> Pembandingan pelaksanaan kegiatan dengan standar dan penganalisaan penyimpangan-penyimpangan; dan
-> Pengambilan tindakan koreksi, bila diperlukan.

Fungsi-fungsi manajemen ini berjalan saling berinteraksi dan saling kait mengkait antara satu dengan lainnya,
sehingga menghasilkan apa yang disebut dengan proses manajemen. Dengan demikian, proses manajemen
sebenarnya merupakan proses interaksi antara berbagai fungsi manajemen.

Dalam perspektif persekolahan, agar tujuan pendidikan di sekolah dapat tercapai secara efektif dan efisien,
maka proses manajemen pendidikan memiliki peranan yang amat vital. Karena bagaimana pun sekolah
merupakan suatu sistem yang di dalamnya melibatkan berbagai komponen dan sejumlah kegiatan yang perlu
dikelola secara baik dan tertib. Sekolah tanpa didukung proses manajemen yang baik, boleh jadi hanya akan
menghasilkan kesemrawutan lajunya organisasi, yang pada gilirannya tujuan pendidikan pun tidak akan pernah
tercapai secara semestinya.

Dengan demikian, setiap kegiatan pendidikan di sekolah harus memiliki perencanaan yang jelas dan realisitis,
pengorganisasian yang efektif dan efisien, pengerahan dan pemotivasian seluruh personil sekolah untuk selalu
dapat meningkatkan kualitas kinerjanya, dan pengawasan secara berkelanjutan.

Tujuan manajemen pendidikan adalah agar pelaksanaan suatu usaha terencana secara sistematis dan dapat
dievaluasi secara benar, akurat, dan lengkap sehingga mencapai tujuan secara produktif, berkualitas, efektif,
dan efisien.

1. Produktivitas

Perbandingan terbaik antara hasil yang diperoleh (output) dengan jumlah sumber yang dipergunakan (input).
Produktivitas dapat dinyatakan secara kuantitas maupun kualitas. Kuantitas output berupa jumlah tamatan dan
kuantitas input berupa jumlah tenaga kerja dan sumberdaya selebihnya (uang, peralatan, perlengkapan, bahan,
dsb).

Sedangkan produktivitas dalam ukuran kualitas digambarkan dengan ketepatan menggunakan metode dengan
menggunakan alat yang tersedia sehingga beban kerja dapat terselesaikan tepat waktu dan mendapatkan pujian
atas hasil karyanya.

2. Kualitas
Menunjukkan ukuran penilaian yang diberikan kepada barang atau jasa yang harus menyamai atau melebihi
kebutuhan atau harapan pelanggannya. Jadi hasil yang diperoleh harus memiliki mutu yang sesuai atau bahkan
melebihi dari yang diharapkan sehingga pelanggan mendapatkan kepuasan.

3. Efektivitas

Merupakan ukuran keberhasilan tujuan organisasi. Efektifitas intitusi pendidikan terdiri dari dimensi
manajemen dan kepemimpinan sekolah, guru, tenaga kependidikan, dan personil lainnya. Efektifitas dapat juga
ditelaah dari :

-> Masukkan yang merata

-> Keluaran yang banyak dan bermutu tinggi

-> Ilmu dan keluaran yang relevan dengan kebutuhan masyarakat yang sedang membangun

-> Pendapatan tamatan yang memadai

4. Efisiensi

Perbandingan antara rencana dengan tujuan yang dicapai. Sesuatu bisa dikatakan efisien jika tujuan dapat
dicapai secara optimal dengan sumber daya yang minimal. Efisiensi pendidikan adalah bagaimana tujuan itu
dicapai dengan memiliki tingkat efisiensi waktu, biaya, tenaga, dan sarana.

Tujuan manajemen sekolah tidak lepas dari tujuan sekolah sebagai suatu organisasi. Ada 2 tujuan yaitu:

1. Tujuan Institusional Umum

Tujuan ini mengacu pada jenjang dan jenis pendidikan.

2. Tujuan Institusional Khusus

Tujuan ini mengacu pada umum, serta diwarnai oleh penyelenggara pendidikan.

C. Pendekatan-pendekatan Manajemen
Koontz (1980; 177-183) menemukan 11 macam pendekatan terhadap teori dan praktik manajemen, sebagai
berikut:

1. Empirikal atau kasus

Ilmu dan praktik manajemen dikembangkan melalui pengkajian kasus yang telah dialami di masa lalu.

2. Perilaku antar pribadi

Ilmu dan praktik manajemen dipelajari melalui hubungan-hubungan antar pribadi pada organisasi dengan
fokus kajian pada individu dan motivasinya.

3. Perilaku kelompok

Studi tentang pola-pola perilaku kelompok organisasi lebih dominan daripada kepada hubungan antar pribadi.

4. Sistem-sistem social kooperatif

Memadukan antara hubungan pribadi dengan kelompok.

5. Sistem-sistem sosio-teknikal

Sistem teknikal member pengaruh besar pada sistem social.

6. Teori keputusan (decision theory)

Manajer adalah pengambil keputusan sehingga pengembangan manajemen ada pada kemampuan dan keahlian
mengambil keputusan.

7. Sistem (system approach)

Mempelajari bagian-bagian interdependen organisasi dan hubungan dengan lingkungan yang


mempengaruhinya.

8. Matematikal atau management science


Mempelajari manajemen secara mathematical melalui pengkajian model-model alat identifikasi problem dan
penilaian alternative solusi.

9. Kontingensi atau situasional

Kredibilitas manajer diukur dari kontribusinya memberikan saran praktik manajemen yang cocok untuk
situasi-situasi tertentu.

10. Peranan-peranan material

Observasi yang dilakukan manajer untuk mengidentifikasi dan mengklasifikasi peranan-peranan yang bersifat
umum bagi manajer.

11. Operasional

Mengunakan konsep-konsep, prinsip-prinsip, teori serta teknik-teknik sebagai landasan dan


menghubungkannya dengan fungsi atau proses manajemen.

D. Prinsip Manajemen
Douglas (1963: 13-17) merumuskan prinsip-prinsip manajemen pendidikan sebagai berikut:

1. Memprioritaskan tujuan di atas kepentingan pribadi dan mekanisme kerja.

2. Mengkoordinasikan wewenang dan tanggung jawab.

3. Memberikan tanggu jawab pada personil sekolah hendaknya sesuai dengan sifat-sifat dan kemampuannya.

4. Mengenal secara baik faktor-faktor psikologis manusia.

5. Relatifitas nilai-nilai.

Fattah (1996: 33) mengklasifikasikan prinsip manajemen dalam 3 ranah, yaitu :

1. Prinsip manajemen berdasarkan sasaran


Tujuan adalah sangat esensial bagi organisasi. Organisasi merumuskan tujuan dengan tepat sesuai dengan arah
organisai, tuntutan zaman, dan nilai-nilai yang berlaku. Tujuan organisasi dapat dijabarkan dalam bentuk visi,
misi, dan sasaran-sasaran.

Prinsip manajemen berdasarkan sasaran sudah dikembangkan menjadi suatu teknik manajemen, yaitu MBO
(management by objective) yang pertama digagas oleh Drucker (1954) sebagai suatu pendekatan dalam
perencanaan. Penerapan pada manajemen pendidikan adalah bahwa kepala dinas memimpin tim yang
beranggotakan unsur pejabat dan fungsional dinas, dan lebih baik terdapat stakeholders untuk merumuskan
visi, misi, dan objective dinas pendidikan.

Pada tingkat sekolah, kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru, TU, komite sekolah, siswa, orang tua siswa,
masyarakat, dan stakeholders duduk bersama membahas rencana strategis sekolah.

2. Prinsip manajemen berdasarkan orang

Manajemen pendidikan berdasarkan orang adalah suatu aktivitas manajemen yang diarahkan pada
pengembangan sumber daya manusia.

3. Prinsip manajemen berdasarkan informasi

Banyak aktivitas manajemen yang membutuhkan data dan informasi secara cepat, lengkap, dan akurat.

E. Manajemen Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)


Penyelenggaraan kependidikan dan pengajaran khususnya pada SMK merupakan kegiatan manajemen
melibatkan berbagai aspek di dalamnya dan juga luar sekolah. Selain itu, kegiatan kependidikan juga
dipengaruhi oleh lingkungan internal serta lingkungan eksternal salah satunya pada pelaksanaan praktek.

Kegiatan belajar mengajar di lingkungan lembaga pendidikan dan pengajaran dikelola dengan mengoptimalkan
seluruh sumber daya yang ada kerja sama dengan pihak industri sehingga akan didapat hasil didikan yang
dapat diunggulkan dan sesuai dengan tuntutan dunia kerja.

Sesuai konsep pengembangan pendidikan kejuruan, yaitu menyiapkan lulusan yang memiliki keterampilan
vokasional tertentu, maka kehadiran SMK justru semakin diperlukan.

Dalam menjalankan pelaksanaan manajemen di SMK harus berpegang pada prinsi-prinsip sebagai berikut:
1. Normatif, pelaksanaan manajemen harus sejalan harus sejalan dengan norma yan berlaku.

2. Profesional, manajemen harus direncanakan dan dilaksanakan secara sistematis secara terprogram dan
terukur dengan menggunakan standar yang telah ditetapkan poleh pemerintah.

3. Partisipatif, pengelolaan manajemen harus melibatkan semua unsur yang ada di sekolah secara terkai,
terbuka, aktif, dan proporsional sehingga tidak didominasi oleh segelintir unsur saja.

4. Transparan, pelaksanaan manajemen harus dapat terbuka bagi semua pihak yang terlibat dalam sistem, baik
yan berkenaan dengan program kebijakan dan kegiatan ataupun dalam hal pengelolaan keuangan (Depdiknas,
2005: 8)

Sekolah SMK berupaya memberikan mutu layanan pembelajaran yang baik tentunya ada saja kesenjangan
yang mengakibatkan kurang optimal dalam memberikan jasa layanannya kepada siswa, diantaranya yaitu:

1. Kesenjangan antara harapan pelanggan terutama siswa dengan persepsi sekolah.

2. Kesenjangan antara sekolah dan persepsi mutu jasa.

3. Kesenjangan antara spesifikasi mutu jasa dengan penyampaian jasa.

4. Kesenjangan antara penyerahan jasa dan komunikasi eksternal.

5. Kesenjangan antara persepsi jasa dengan jasa yang diharapkan.

Menurut Buchari Alma (2004: 235) menyatakan bahwa beberapa cara untuk meningkatkan jasa layanan yang
ditawarkan oleh sebuah organisasi, yaitu mengangkat staf yang terampil, cekatan, bertanggungjawab dan
akurat, meningkatkan kualitas jasanya, dan mngindustrialisasikan jasa dengan menambah beberapa peralatan
yang mendukung proses pemelajaran.

Menurut Sallis (2006: 122) terdapat 3 skema penilaian sebuah organisasi terhadap mutu organisasi, yaitu:

1. penilaian organisasi terhadap mutu organisasi mereka dengan standar mereka sendiri (audit internal)

2. peniaian dari pelanggan untuk organisasi produsen (audit eksternal)


3. penilaian oleh organisasi yang memenuhi syarat agar dapat pengakua standar secara global (audit eksternal)

Dalam manajemen SMK terdapat beberapa manajemen yang diterapkan dalam kegiatan SMK itu, yaitu:

1. Manajemen fasilitas

Sarana dan prasarana lembaga pendidikan meliuti bangunan, perabot, peralaan, dan buku-buku yang
memenuhi keperluan dunia pendidikan. Penggunaan fasilitas pendidikan harus dikelola dengan tertib.

Tanpa ada fasilitas praktek yang memadai maka ilmu yang diperoleh siswa hanya bersifat teoritis, hal ini
berseberangan dengan tujuan pendidikan kejuruan yaitu menghasilkan tenaga siap yang terampil. guna
mencapai tertib administrasi dan manfaat yang tepat serta optimal, maka diperlukan manajemen sarana prasana
lembaga pendidikan.

2. Manajemen sumber daya manusia

Sumber daya manusia merupakan kunci keberhasilan dari suatu kegiatan organisasi maupun perorangan.
Unsur-unsur lainnya seperti dana, sarana prasarana, waktu dan lainnya tidak akan berfungsi secara optimal
tanpa adanya sumber daya manusia yang handal dalam mengelolanya. Untuk itu diperlukan adanya
manajemen dalam meningkatkan sumber daya manusia.

3. Manajemen kesiswaan

Siswa juga merupakan salah satu sumber daya yang dihasilkan sekolah. Untuk itu juga diperlukan suatu
manajemen untuk meningkatkan mutu siswa. Manajemen sumber daya manusia dalam hal ini siswa pada
lembaga pendidikan yang bersangkutan harus dikelola dengan baik dan benar.

Siswa tidak dianggap semata-mata sebagai objek pendidikan namun juga sebagai subjek yang turut
mempengaruhi keberhasilan kegiatan kependidikan yang dilaksanakan di suatu lembaga pendidikan.

4. Manajemen waktu

Waktu merupakan salah satu sumber daya yang bersifat abstrak yang menjadi batasan dalam pencapaian
sasaran. Dengan pemanfaatan waktu secara efisien dan efektif akan memungkinkan pencapaian suatu tujuan
sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan.
Manajemen waktu diperlukan untuk mewujudkan hal tersebut. Kegiatan belajar mengajar akan dicapai hasil
yang optimal jika penyusunan waktu belajar mengajar selaras waktu yang dipergunakan.

5. Manajemen pelaksanaan KBM

Pelaksanaan KBM di lembaga pendidikan perlu dikelola dengan baik untuk menjaga kualitas hasil pendidikan.
Lembaga pendidikan bersama-sama dengan dunia industri merumuskan kompetensi yang dibutuhkan. Selain
hal tersebut, dilaksanakan pelatihan bagi tenaga pendidikan sehingga didapatkan kompetensi tenaga pendidik
sesuai dengan yang diharapkan. Lembaga pendidikan bekerja sama dengan dunia industri dalam merumuskan
kompetensi yang dibutuhkan dan yang akan dibutuhkan. Kerja sama lain adalah bentuk pemagangan di dunia
industri sebagai pelaksanaan pendidikan sistem ganda (PSG).

6. Hubungan dengan masyarakat dan dunia industri

Masyarakat dan dunia industri merupakan bagian yang tak terlepaskan dari pelaksanaan pendidikan sekolah.
Aspek tersebut tidak hanya berperan sebagai pemasok sumber daya bagi sekolah namun juga sebagai
konsumen daripada sekolah. Bertitik tolak dari hal tersebut maka sekolah juga perlu memperhatikan aspek
manajemen berkaitan dengan hubungan sekolah dengan pihak luar.

Selain hubungan yang bersifat kemitraan dengan dunia luar, sekolah sebagai lembaga pendidikan yang
menghasilkan lulusan yang berorientasi pada dunia kerja akan berhasil meraih keuntungan, berkembang dan
bersaing jika sekolah tersebut mendapat kepercayaan dari masyarakat umum dan dunia industri.

Untuk mewujudkan tujuan-tujuan maka diperlukan manajemen yang tepat yang melibatkan kerja sama dari
berbagai pihak terkait seperti sekolah dan dunia industri serta masyarakat.

DAFTAR RUJUKAN
_____. _____. Makalah Manajemen Sekolah, (Online), (http://www.sarjanaku.com/2011/01/makalah-
manajemen-sekolah.html), diakses tanggal 5 Februari 2013.
Arikunto, Suharsimi. 1988. Organisasi dan Administrasi Pendidikan Teknologi Kejuruan. Jakarta: Proyek
Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.
Hendry. 2012. Konsep Dasar Manajemen Berbasis Sekolah, (Online),
(http://abadiorkes.blogspot.com/2012/01/konsep-dasar-manajemen-berbasis-sekolah.html), diakses tanggal 6
Februari 2013.
Mulyasa. 2007. Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung: PT Remaja Rodakarya.
Nugroho, Riha. 2013. Manajemen Sekolah. (Online), (http://www.slideshare.net/rihalidiya/hakekat-
manajemen-sekolah-pengertian-tujuan-fungsi-prinsip-dan-ruang-lingkuppptx), diakses tanggal 6 Februari
2013.
Soepardi, Imam. 1988. Dasar-dasar Administrasi Pendidikan. Jember: FKIP Universitas Jember.
Sudrajat, Akhmad. 2008. Manajemen Sekolah, (Online),
(http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/02/03/konsep-manajemen-sekolah/), diakses tanggal 6 Februari
2013.
Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia. 2011. Manajemen Pendidikan.
Bandung: Alfabeta.
Utari, Rahmania. _____. Manajemen Sekolah, (Online),
(http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/MANAJEMEN%20SEKOLAH.pdf), diakses tanggal 6 Februari 2013.
Wayanarsana. 2012. Manajemen Sekolah Dasar, (Online),
(http://wayanarsana.wordpress.com/2012/04/04/manajemen-sekolah-dasar-2/), diakses tanggal 6 Februari
2013.

Anda mungkin juga menyukai