Anda di halaman 1dari 73

i

Dosen Pengampu : Dra. Nina Oktarina, M.Pd IMALAILLA CHRISTINA MULIANA (7101418345) P AP A 2018

PENDIDIKAN EKONOMI, ADMINISTRASI PERKANTORAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


PEMBIAYAAN PENDIDIKAN SEKOLAH

PRA KATA

Alhamdulillahirabbil’allamin, segala puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan Taufik dan HidayahNya sehingga buku ajar PEMBIAYAAN PENDIDIKAN
SEKOLAH untuk mata kuliah pembiayaan pendidikan dapat diselesaikan oleh penulis dengan
tepat waktu, mengingat tugas dan kewajiban yang hadir bersamaan. Penulis benar-benar
merasa tertantang untuk mewujudkan naskah buku ini sebagai bagian untuk mempertahankan
slogan pribadi banyak memberi banyak menerima.

Buku ajar ini diperuntukkan bagi mahasiswa pendidikan yang menempuh mata kuliah
pembiayaan pendidikan. Buku pembiayaan pendidikan sekolah ini terdiri dari enam bab.
Harapan penulis semoga buku ini dapat bermanfaat untuk menunjang proses perkuliahan
pembiayaan pendidikan serta dapat diterapkan di lingkungan sekitar.

Buku ini membahas mengenai konsep dasar sampai model penghitungan biaya
operasional sekolah apa saja yang harus dilakukan dalam penerapan pembiayaan pendidikan
sekolah yang baik serta benar. Terselesaikannya penulisan buku ini juga tidak terlepas dari
bantuan beberapa pihak. Karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada kedua orang
tua yang telah memberi semangat, serta dosen pengampu yang selalu memberikan kami
masukan serta materi yang bermanfaat juga teman-teman yang selalu mendoakan kami.

Penulis menyadari bahwa buku ini masih jauh dari kata sempurna baik dalam
pembahasan maupun penyajiannya. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun dari
pembaca sangat penulis harapkan. Mudah – mudahan karya yang sederhana ini ada manfaatnya
yang dapat diambil oleh semua orang serta dapat diterapkan dilingkungan sekitar.

Semarang, 19 Desember 2020

Penulis

ii
PEMBIAYAAN PENDIDIKAN SEKOLAH

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL.......................................................................................................... i

PRA KATA ........................................................................................................................... ii

DAFTAR ISI ........................................................................................................................ iii

BAB I KONSEP DAN PENGERTIAN BIAYA PENDIDIKAN ..................................... 1

A. Konsep Biaya Pendidikan ............................................................................................. 2


B. Jenis Biaya Pendidikan ................................................................................................. 3
C. Biaya Pendidikan di Satuan Pendidikan atau Sekolah .................................................. 9
D. Kaitan Antara Biaya Dengan Visi, Misi dan Strategi Pendidikan ............................... 16

BAB II PEMBIAYAAN PENDIDIKAN SEKOLAH ...................................................... 20

A. Pengertian Pembiayaan Pendidikan ............................................................................ 21


B. Jenis Pembiayaan Pendidikan Sekolah ....................................................................... 22
C. Fungsi Pengelolaan Pembiayaan.................................................................................. 24
D. Sumber-sumber Pembiayaan Pendidikan .................................................................... 25
E. Karakteristik Pembiayaan Pendidikan ......................................................................... 26
F. Komponen Pembiayaan Pendidikan ............................................................................ 27

BAB III MANAJEMEN BIAYA PENDIDIKAN ............................................................. 28

A. Pengertian Manajemen Pendidikan .............................................................................. 29


B. Proses Manajemen Pendidikan .................................................................................... 31
C. Pengelolaan Biaya Pendidikan ..................................................................................... 36
D. Proses Manajemen Keuangan Sekolah ........................................................................ 37
E. Kedudukan Biaya Dalam Manajemen Keuangan Sekolah .......................................... 44

BAB IV KONDISI PEMBIAYAAN PENDIDIKAN ....................................................... 46

A. Masalah Pembiayaan Pendidikan Sekolah .................................................................. 47


B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembiayaan Pendidikan Sekolah ........................ 49
C. Analisis Biaya Pendidikan Sekolah ............................................................................ 50

iii
PEMBIAYAAN PENDIDIKAN SEKOLAH

BAB V RENCANA ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA SEKOLAH


(RAPBS) ............................................................................................................................... 53

A. Pengertian dan Fungsi RAPBS .................................................................................. 54


B. Bentuk RAPBS .......................................................................................................... 54
C. Prinsip-prinsip RAPBS .............................................................................................. 56
D. Konsep Penganggaran ................................................................................................ 57

BAB VI MODEL PENGHITUNGAN BIAYA OPERASIONAL SATUAN


PENDIDIKAN ..................................................................................................................... 63

A. Konsep BOSP ........................................................................................................... 64


B. Proses Perencanaan Anggaran .................................................................................. 65
C. Proses Pengorganisasian Anggaran .......................................................................... 65
D. Proses Pelaksanaan Anggaran ................................................................................... 66

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 67

iv
IMALAILLA CHRISTINA MULIANA (7101418345) P AP A 2018
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG.

BAB I KONSEP & PENGERTIAN BIAYA


PENDIDIKAN

A. KONSEP BIAYA PENDIDIKAN


B. JENIS BIAYA PENDIDIKAN
C. BIAYA PENDIDIKAN DI SATUAN
PENDIDIKAN ATAU SEKOLAH
D. KAITAN ANTARA BIAYA DENGAN VISI, MISI
DAN STRATEGI PENDIDIKAN

1
PEMBIAYAAN PENDIDIKAN SEKOLAH

A. KONSEP BIAYA PENDIDIKAN


Pemahaman mengenai konsep biaya dalam pendidikan didasari oleh kesadaran bahwa
pendidikan merupakan investasi sumber daya manusia. Para ahli ekonomi memberikan
perhatian yang serius terhadap pendidikan oleh karena pendidikan akan meningkatkan
kemampuan manusia dalam berproduksi. Di sini muncul pandangan mengenai manusia sebagai
modal pembangunan atau sering disebut sebagai human capital.
Jones (1985:4) menyatakan bahwa tinjauan dan peranan pendidikan dari sudut pandang
ekonomi mendorong lahirnya suatu pemikiran tentang konsep human capital. Dalam konsep
tersebut ia menekankan pentingnya masyarakat untuk memiliki keterampilan, kebiasaan
(sikap), dan pengetahuan tertentu yang dapat dijual kepada pembeli kerja dalam bentuk upah
dan gaji yang pada gilirannya dapat memberikan arus pendapatan sepanjang hayatnya.
Becker (1993:31-33) memandang bahwa aktivitas pelatihan dan pendidikan sangat
mempengaruhi tingkat produktivitas, oleh karena sebagai investasi berarti pendidikan bertujuan
untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Produktivitas yang baik tidak akan muncul
dengan sendirinya, tetapi akan lahir melalui proses pendidikan yang dilaksanakan secara tepat
guna dan berhasil guna.
Sebagai investasi berarti setiap usaha pendidikan akan senantiasa memperhitungkan
berapa yang dihasilkan dan dalam bentuk apa hasil itu akan diperoleh, serta berapa jumlah biaya
yang harus dikeluarkan untuk hasil seperti itu. Dua dimensi output dan input tersebut
menunjukkan pentingnya para pengelola pendidikan untuk mencari perbandingan yang paling
menguntungkan. Ada dua hal yang ikut mendukung konsep biaya bagi pendidikan. Pertama,
dasar filosofi pendidikan memiliki fungsi untuk mengentaskan kemiskinan, kebodohan agar
nantinya manusia yang menjadi pesera didik itu dapat mandiri. Pendidikan memiliki potensi
kekuatan untuk mengembangkan manusia. Oleh karena begitu pentingnya pendidikan maka
pendidikan harus dapat dipertanggungjawabkan sebagai “Interest Public Invesment”. Kedua,
misi dan tujuan pendidikan senantiasa diarahkan pada terwujudnya sumber daya manusia
(SDM) yang akan mampu mengerjakan pembangunan nasional. Karenanya operasionalisasi
pendidikan di tingkat satuan pendidikan perlu memperhatikan produktifitas pendidikan
sebagaimana yang diharapkan.
Pandangan para ahli ekonomi di atas menggarisbawahi bahwa biaya yang dikaitkan
dengan usaha pendidikan akan memberikan sumbangan positif bagi pencapaian tujuan
pendidikan. Senada dengan itu Jones (1985:2) mengatakan bahwa biaya pendidikan digunakan
untuk menunjang penyediaan sarana dan prasarana seperti tenaga kerja, modal, tanah,
operasional pengajaran, pelayanan adminitratif, dan beasiswa.

2
PEMBIAYAAN PENDIDIKAN SEKOLAH

Sebenarnya konsep biaya tidak selalu identik dengan uang. Biaya juga dapat diartikan
sebagai pengorbanan yang diberikan untuk setiap kegiatan dalam rangka untuk mencapai
tujuan. Namun demikian untuk memberikan penilaian yang tepat maka besarnya pengorbanan
tersebut pada akhirnya harus dapat dihargai dengan sejumlah uang. Jadi biaya memiliki
cakupan yang luas, yakni semua jenis pengeluaran yang berkenaan dengan penyelenggaraan
pendidikan, baik dalam bentuk uang maupun barang dan tenaga (yang dapat dihargakan dengan
uang) (Supriyadi, 2006:3).
Berdasarkan beberapa penjelasan di atas, dapat dikemukakan bahwa biaya sebagai
pengorbanan sumber ekonomi guna mencapai tujuan pendidikan merupakan unsur yang sangat
menentukan dalam mekanisme pendidikan. Penentuan dan penghitungan biaya akan
mempengaruhi tingkat efisien, efektivitas, tansparansi kegiatan pendidikan. Biaya akan
memberikan daya dengan mana sistem pendidikan akan mendapat input baik fisik maupun
tenaga kerja yang diperlukan dan selanjutnya melaksanakan proses dalam rangka menghasilkan
keluaran.

B. JENIS BIAYA PENDIDIKAN


Dalam kaitannya dengan pendidikan biaya langsung (direct cost) merupakan pengorbanan
yang secara langsung berproses dalam produksi pendidikan, sehingga secara langsung pula
berpengaruh terhahap peningkatan kuantitas dan kualitas produk pendidikan. Termasuk dalam
biaya langsung antara lain gaji guru dan karyawan lainnya, pembelian buku, pengadaan
perlengkapan sekolah, pengadaan perlengkapan laboratorium, pembelian tanah, bangunan
kuliah dan hal lainnya yang menyangkut penyelenggaran pendidikan. Jenis-jenis biaya ini
senantiasa digunakan untuk operasional sekolah.
Biaya tak langsung (indirect cost) merupakan pengorbanan yang tidak terlibat secara
langsung dalam proses pendidikan. Termasuk dalam biaya tak langsung antara lain depresiasi
sarana dan prasarana yang digunakan, tingkat bunga dalam investasi modal, earning forgone by
student dan sebagainya. Biaya tak langsung ini sering disebut sebagai opportunity cost yaitu the
value of a forgone course of action (Jones, 1985:5).
Kardoyo (2005:124-125), mengemukakan direct cost adalah biaya yang langsung
berhubungan dengan kegiatan operasional sekolah, biaya ini terdiri dari biaya pembangunan
(capital cost) dan biaya rutin (recurrent cost). Biaya pembangunan adalah biaya yang
digunakan untuk pembelian barang-barang modal seperti tanah, gedung, perlengkapan,
penyusutan, perbaikan bangunan dan perlengkapan. Biaya rutin adalah biaya yang digunakan
untuk kegiatan operasional pendidikan pada waktu tertentu. Biaya rutin digunakan untuk

3
PEMBIAYAAN PENDIDIKAN SEKOLAH

menunjang pelaksanaan program pengajaran seperti pembayaran gaji guru, tenaga pendukung,
tenaga administrasi, dan bahanbahan habis pakai. Indirect cost adalah biaya yang menunjang
siswa untuk dapat hadir di sekolah. Biaya tersebut meliputi biaya hidup, transportasi, seragam,
dan biaya lainnya. Biaya ini sulit dihitung karena tidak ada catatan resmi. Berdasarkan alasan
praktis biaya ini tidak turut dihitung dalam perencanaan pendidikan

Supriyadi (2006:4), mengemukakan biaya langsung adalah segala pengeluaran yang


secara langsung menunjang penyelenggaraan pendidikan. Sedangkan biaya tidak langsung
adalah pengeluaran yang tidak secara langsung menunjang proses pendidikan tetapi
memungkinkan proses pendidikan tersebut terjadi di sekolah, misalnya biaya hidup siswa, biaya
tansportasi ke sekolah, biaya jajan, biaya kesehatan, dan harga kesempatan (opportunity cost).

Biaya Pribadi dan Biaya Sosial


 Biaya pribadi (private cost) merupakan biaya yang dikeluarkan oleh masing-masing
individu atau masyarakat untuk biaya pendidikan anaknya dengan menerima hasil
pendidikan, misalnya: membayar uang sekolah, peralatan pelajaran, buku pelajaran,
biaya transport, seragam sekolah, dan biaya lain yang dikeluarkan oleh murid pada
waktu mengikuti pelajaran di sekolah. Private cost berasal dari unit-unit rumah tangga
yang menyekolahkan anaknya.
 Biaya sosial (social cost) adalah sejumlah biaya yang dibayar masyarakat untuk
pembiayaan sekolah. Komponen pembiayaan sekolah antara lain meliputi pembayaran
gaji guru dan non guru, pengeluaran yang berhubungan dengan perawatan dan
operasional pendidikan (Widodo, 1998:32). Mengenai social cost, Jones (1985:5)
mengemukakan bahwa “Sometimes called public cost, these include cost of education
financed through taxation. Most public school expenses are examples of social cost”.
Dengan kata lain, biaya sosial, yang juga sering disebut sebagai biaya publik, meliputi
biaya pendidikan yang didanai melalui perpajakan. Sebagian besar pengeluaran sekolah
negeri merupakan contoh biaya sosial.
Sejalan dengan penjelasan di atas, Supriyadi (2006:4) berpendapat bahwa biaya pribadi
(private cost) adalah pengeluaran keluarga untuk pendidikan atau dikenal juga pengeluaran
rumah tangga (household expenditure). Sedangkan biaya sosial (social cost) adalah biaya yang
dikeluarkan oleh masyarakat untuk pendidikan, baik melalui sekolah maupun melalui pajak
yang dihimpun oleh pemerintah.

4
PEMBIAYAAN PENDIDIKAN SEKOLAH

Kardoyo (2005:125) berpendapat bahwa private cost adalah biaya yang dikeluarkan oleh
keluarga untuk membiayai sekolah anaknya termasuk didalamnya forgone opportunity yaitu
kesempatan hilang yang dipergunakan untuk sekolah sehingga siswa tidak memperoleh
penghasilan. Social cost adalah biaya yang dikeluarkan oleh masyarakat secara langsung
maupun tidak langsung. Biaya langsung dalam bentuk uang kuliah, uang sekolah, buku, dan
biaya lainnya. Biaya tidak langsung seperti pajak dan restribusi yang disetor oleh masyarakat
kepada negara.

Biaya Moneter dan Biaya Non-Moneter


 Biaya Moneter (monetary cost) adalah sejumlah biaya yang dikeluarkan dalam bentuk
uang untuk membiayai suatu kegiatan pendidikan. Monetory cost dapat berupa biaya
langsung atau biaya tidak langsung yang mungkin dibayar oleh perorangan ataupun
masyarakat (Widodo,1998:50).
 Biaya non-moneter (non-monetory cost) adalah sejumlah pengeluaran yang tidak
diwujudkan dengan bentuk uang. Termasuk dalam jenis biaya ini adalah biaya yang
diperhitungkan apabila seorang akan memilih untuk masuk sekolah dari pada bekerja,
pada saat anak pergi ke perpustakaan dan sebagainya. Dalam hal ini biaya selalu
dikaitkan dengan opportunity cost dan waktu.

Kardoyo (2005:125) mengemukakan bahwa monetory cost adalah biaya yang dikeluarkan
masyarakat atau perseorangan baik langsung maupun tidak langsung yang berwujud uang. Non-
monetory cost adalah biaya yang tidak diwujudkan dengan pengeluaran uang seperti
pengorbanan seseorang yang tidak bekerja atau bersenang-senang tetapi kesempatan tersebut
dipergunakan untuk membaca buku atau belajar.

Current Cost dan Capital Cost


 Current cost adalah sejumlah biaya pengeluaran yang dilakukan dengan segera, kurang
dari satu tahun dan biasanya dilakukan secara berulang. Termasuk dalam biaya ini
antara lain biaya untuk kegiatan belajar mengajar, gaji guru dan non guru, pembelian
peralatan pelajaran, pembayaran jasa listrik, air minum, telepon, dan sebagainya.
 Sedangkan capital cost adalah sejumlah biaya pengeluaran yang dilakukan untuk jangka
waktu panjang dan akan diulangi lagi sesudah periode waktu tertentu (biasanya lebih
dari satu tahun). Termasuk dalam biaya ini antara lain pengadaan perabot laboratorium,
perlengkapan sekolah, bangunan dan sebagainya.

5
PEMBIAYAAN PENDIDIKAN SEKOLAH

Berkaitan dengan dua jenis biaya tersebut, perlu diperhatihan tingkat harga yang berlaku
oleh karena terjadinya tendensi kenaikan dan penurunan harga. Untuk kepentingan perencanaan
maka dapat digunakan indeks harga yang berpedoman pada current price (harga yang berlaku
sekarang) ataukah constan price (harga tetap).

Fixed Cost, Variable Cost, Avarage Cost, dan Marginal Cost


Penjenisan biaya menurut Widodo (1998: 34-35) yang diambil dari konsep biaya yang
biasa digunakan dalam perusahaan untuk menentukan tingkat produksi dibedakan menjadi fixed
cost, variable cost, avarage cost, dan marginal cost. Namun demikian bagi dunia pendidikan
konsep ini cukup relevan untuk menganalisis biaya berdasarkan konsep yang ada. Dasar dari
penjenisan adalah sifat dari masing-masing biaya apabila dihubungkan dengan tingkat produksi.

 Fixed cost merupakan biaya yang harus dikeluarkan untuk pengadaan barang-barang
modal seperti tanah, gedung, perlengkapan sekolah dan sebagainya. Jumlah biaya ini
relatif tetap, tidak dipengaruhi oleh besar kecilnya output (lulusan) yang dihasilkan.
 Variable cost merupakan biaya yang dikeluarkan untuk membiayai peralatan guna
operasional pendidikan, seperti: peralatan belajar, buku pelajaran, alat tulis kantor dan
sebagainya. Karena sifatnya yang operasional maka biaya variabel dipengaruhi oleh
jumlah lulusan yang dihasilkan. Sedangkan total cost adalah keseluruhan biaya yang
dikeluarkan selama proses pendidikan. Biaya total ini merupakan pemjumlahan dari
fixed cost dan variable cost.
 Avarage cost merupakan rata-rata biaya pendidikan yang dihitung dari total cost dibagi
dengan jumlah peserta didik yang ada.
 Marginal cost merupakan pertambahan biaya yang harus ditanggung oleh
penyelenggara pendidikan apabila dilakukan penambahan jumlah peserta didik.

Menurut Decentralized Basic Education (2008:11-15), untuk kepentingan analisis biaya


pendidikan diukur sebagai biaya satuan (unit cost), yaitu biaya pendidikan per tahun per siswa
dan biaya siklus (cycle cost), yaitu biaya yang dibutuhkan oleh setiap siswa untuk
menyelesaikan suatu jenjang pendidikan. Cycle cost adalah unit cost dikalikan dengan waktu
(dalam tahun) yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu jenjang pendidikan.

Biaya pendidikan juga dapat diklasifikasikan berdasarkan: (1) jenis input, (2) sifat
penggunaan, (3) jenis penggunaan, dan (4) pihak yang menanggung, serta (5) sifat
keberadaannya.

6
PEMBIAYAAN PENDIDIKAN SEKOLAH

Berdasarkan Jenis Input


Biaya satuan pendidikan dapat diklasifikasikan ke dalam biaya satuan pendidikan
operasional/lancar (operational/recurrent costs) dan biaya satuan pendidikan
investasi/modal/pembangunan (investment/ capital/development costs).
 Biaya satuan pendidikan operasional adalah biaya input pendidikan yang habis pakai
dalam satu tahun atau kurang, atau biaya yang dikeluarkan berulang-ulang setiap
tahunnya per siswa per tahun. Biaya satuan pendidikan operasional ini mencakup, antara
lain, pengeluaran-pengeluaran untuk gaji dan tunjangan, buku-buku wajib, barang-
barang yang harus sering diganti dengan yang baru, beasiswa dan bantuan dari dalam
maupun luar negeri, pelayanan kesejahteraan, seperti kantin, transport, penginapan dan
olahraga, pemeliharaan gedung dan peralatan, serta pengoperasian gedung, seperti
listrik, air, dan telepon.
 Biaya satuan pendidikan investasi adalah biaya input pendidikan yang penggunaannya
lebih dari satu tahun per siswa per tahun. Biaya satuan pendidikan investasi ini meliputi,
antara lain, pengeluaran-pengeluaran untuk : pembelian tanah, pengembangan gedung
sekolah, kelas, laboratorium, peralatan tetap, perlengkapan pelajaran lain yang tahan
lama, tempat tinggal dan sebagainya.

Berdasarkan Sifat Penggunaan


Biaya satuan pendidikan dapat dibedakan antara biaya satuan pendidikan langsung (direct
costs) dan biaya satuan pendidikan tidak langsung (indirect costs).
 Biaya satuan pendidikan langsung adalah biaya yang dikeluarkan untuk kebutuhan input
yang langsung terkait dengan proses belajar mengajar. Biaya satuan pendidikan
langsung ini mencakup pengeluaran-pengeluaran, antara lain untuk: gaji guru dan
tenaga kependidikan lainnya; pembelian bahan, peralatan dan perlengkapan belajar; dan
pembangunan gedung untuk belajar.
 Biaya satuan pendidikan tidak langsung adalah biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan-
kegiatan yang tidak berkaitan langsung dengan proses belajar mengajar tetapi
menunjang proses belajar mengajar tersebut. Biaya satuan pendidikan tidak langsung
ini, antara lain adalah: overhead sekolah, pemerintah pusat, provinsi, kabupaten,
kecamatan, dan pendapatan yang tidak jadi diterima oleh siswa karena bersekolah dan
tidak bekerja (forgone earning). Biaya tidak langsung selain yang ditanggung oleh

7
PEMBIAYAAN PENDIDIKAN SEKOLAH

orang tua/siswa dapat disebut juga biaya overhead atau institusional


(overhead/institutional costs).
Berdasarkan Jenis Penggunaan
Biaya satuan pendidikan operasional dapat dikelompokkan ke dalam biaya satuan
pendidikan operasional personil dan biaya satuan pendidikan operasional bukan personil.
 Biaya satuan pendidikan operasional personil adalah biaya yang dikeluarkan untuk
kesejahteraan dan pengembangan personil. Personil di sekolah meliputi guru dan tenaga
kependidikan lain (laboran, pustakawan, dan lain-lain), administrator (kepala sekolah
dan pegawai administrasi lain), dan pegawai lain (seperti penjaga sekolah, tukang
kebun, dan lain-lain) yang melaksanakan atau menunjang proses pembelajaran.
 Biaya satuan pendidikan operasional bukan personil adalah biaya yang dikeluarkan
untuk menyediakan segala bahan, peralatan, perlengkapan, serta sarana dan prasarana
yang digunakan untuk proses pembelajaran, seperti buku, alat tulis sekolah, gedung,
daya dan jasa, dan lain-lain.
Berdasarkan Pihak yang Menanggung
Biaya pendidikan dapat digolongkan menjadi biaya satuan pribadi (private unit costs),
biaya satuan publik (public unit costs), dan biaya satuan sosial/total (social/total unit costs).
 Biaya satuan pribadi adalah biaya yang ditanggung oleh orang tua (siswa) per tahun.
Biaya satuan pribadi mencakup pengeluaran untuk sumbangan pendidikan, iuran
sekolah, buku dan alat tulis sekolah, seragam sekolah, akomodasi, transportasi,
konsumsi, karyawisata, uang jajan, kursus, dan forgone earning. Forgone earning
adalah potensi penghasilan yang tidak jadi diterima siswa karena siswa sekolah dan
tidak bekerja.
 Biaya satuan publik adalah biaya yang ditanggung oleh pemerintah (pusat, provinsi,
kabupaten) dan masyarakat, yang berarti keseluruhan biaya selain yang ditanggung olah
orang tua (siswa) per tahun.
 Biaya satuan sosial (total) adalah total biaya yang ditanggung pemerintah, orang tua
(siswa) dan masyarakat lain per tahun, atau sama dengan biaya satuan pribadi ditambah
dengan biaya satuan publik.
Berdasarkan Sifat Keberadaan
 Biaya satuan pendidikan dapat dibedakan ke dalam biaya satuan pendidikan faktual dan
biaya satuan pendidikan ideal.

8
PEMBIAYAAN PENDIDIKAN SEKOLAH

 Biaya satuan pendidikan faktual adalah biaya-biaya yang senyatanya dikeluarkan dalam
penyelenggaraan pendidikan.
 Biaya satuan pendidikan ideal adalah biaya-biaya satuan pendidikan yang semestinya
dikeluarkan agar penyelenggaraan pendidikan dapata menghasilkan mutu pendidikan
yang diinginkan.

C. BIAYA PENDIDIKAN DI SATUAN PENDIDIKAN ATAU SEKOLAH


Di tingkat sekolah, biaya dapat diklasifikasikan ke dalam biaya operasional dan biaya
investasi.
 Biaya Operasional
Biaya operasional adalah biaya yang ditimbulkan dari pengadaan barang dan jasa yang
diperlukan untuk penyelenggaraan pendidikan yang habis digunakan dalam waktu satu tahun
atau kurang per siswa per tahun. Biaya operasional dapat dipilah menjadi biaya operasional
personil dan biaya operasional bukan personil.
 Biaya Operasional Personil
Biaya operasional personil meliputi seluruh pengeluaran sekolah yang digunakan untuk
kesejahteraan personil atau sumber daya manusia (SDM) dan pengembangan personil (SDM)
sekolah. Biaya pengembangan personil (SDM) termasuk biaya investasi/modal karena
penggunaan atau pemanfaatan hasil pengembangan SDM bukan hanya untuk satu tahun,
melainkan lebih dari satu tahun. Namun, karena biaya pengembangan SDM ada setiap tahun
dalam nilai riil yang relatif sama maka biaya pengembangan SDM ini dapat diklasifikasikan
sebagai biaya operasional.
Kesejahteraan personil mencakup gaji, tunjangan, kesejahteraan, transportasi termasuk
perjalanan dinas, seragam, kelebihan jam mengajar atau kerja, tunjangan hari raya, dan
sebagainya. Adapun personil (SDM) sekolah adalah: kepala sekolah, wakil kepala sekolah,
guru tetap pegawai negeri sipil (PNS), guru honorer, guru diperbantukan, guru tetap yayasan,
pegawai tata usaha (TU), pesuruh sekolah, satpam, tenaga laboratorium atau bengkel, pegawai
perpustakaan, dan pengurus komite sekolah. Pengembangan personil (SDM) meliputi:
lokakarya, seminar, magang, pelatihan, penataran, dan pendidikan untuk personil.
 Biaya Operasional Bukan Personil
Biaya satuan pendidikan operasional bukan personil meliputi seluruh pengeluaran
sekolah selain yang dimanfaatkan untuk keperluan kesejahteraan guru dan staf di sekolah.
Komponen biaya ini mencakup biaya-biaya sebagai berikut :

9
PEMBIAYAAN PENDIDIKAN SEKOLAH

(1) Biaya Alat Tulis Sekolah (ATS):


a. Alat Tulis Kantor
b. Alat Tulis PBM (2) Buku-Buku:
a. Buku pegangan guru
b. Buku pegangan siswa
c. Buku perpustakaan
Seperti halnya pengembangan SDM, buku sebenarnya masuk kategori barang tahan lama
(durable goods), sehingga dalam kategori biaya operasional, nilainya harus dibagi dengan umur
buku.
(2) Biaya Alat dan Bahan Habis Pakai:
a. Bahan praktek
b. Alat-alat praktek
c. LKS (Lembar Kerja Siswa)
d. Alat kebersihan
e. Alat listrik
f. Kebutuhan rumah tangga sekolah
(3) Biaya Daya dan Jasa
a. Listrik
b. Telepon
c. Air
d. Internet
e. Gas
(4) Biaya Perbaikan Ringan dan Pemeliharaan
a. Gedung
b. Alat/Utilitas
c. Perabot
(5) Biaya Pembinaan Siswa
a. Pramuka
b. LDKS OSIS
c. Masa Orientasi Siswa (MOS)
d. Olimpiade
e. Lomba-lomba
f. LPIP (Lomba Penelitian Ilmiah Pelajar) / LKIR (Lomba Karya Ilmiah Remaja).
g. PIB (Pembinaan Intensif Belajar)/Bimbingan Belajar (BIMBEL)

10
PEMBIAYAAN PENDIDIKAN SEKOLAH

h. Kegiatan Keagamaan
i. Peringatan PHBK/PHBN
j. UKS
k. Bimbingan dan Penyuluhan/Bimbingan Karier/Bursa Kerja Khusus
l. Olah Raga
m. Kesenian
n. PMR (Palang Merah Remaja)
(6)Biaya Hubungan Industri (HI)
a. Sinkronisasi Kurikulum
b. Koordinasi Hubungan Industri
c. Pelaksanaan Praktek Kerja Industri
d. Uji Kompetensi
(7) Biaya Pembinaan, Pengawasan, Pemantauan dan Pelaporan
(8) Biaya Rapat
a. Pendukung perlengkapan rapat
b. Konsumsi
(9) Biaya Operasional Komite Sekolah.

 Biaya Investasi
Biaya investasi menurut BSNP meliputi biaya penyediaan sarana prasarana,
pengembangan sumberdaya manusia, dan modal kerja tetap.

Model Penghitungan Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)


Di Amerika Serikat, diberlakukan empat sistem penghitungan biaya pendidikan, yang
terkenal dengan “funding formula”, yang digunakan untuk menentukan besarnya alokasi dana
yang diberikan pemerintah pusat kepada negara-negara bagian. Keempat formula tersebut
adalah (1) berdasarkan bobot atau jumlah siswa, (2) sama rata, (3) berbasis sumberdaya, dan
(4) berdasarkan presentasi dana pendamping.
Pendekatan yang berbasis jumlah siswa (pupil weight), pemerintah daerah atau satuan
pendidikan menerima alokasi dana berdasarkan jumlah siswa sebagai satuan penghitungan.
Pendekatan sama rata ( flat grant), dana yang tersedia dibagi rata berdasarkan jumlah
pemerintah daerah atau satuan pendidikan sehingga mereka menerima jumlah alokasi yang
sama. Pendekatan berbasis sumberdaya (recource-based formula), alokasi bantuan diberikan
berdasarkan sumber daya pendidikan yang ada, misalnya jumlah guru, staf, jumlah kelas, dan
11
PEMBIAYAAN PENDIDIKAN SEKOLAH

sebagainya. Pendekatan berdasarkan presentasi dana pendamping, bantuan dana didasarkan


pada besarnya presentase dana kembalian yang masuk (persent reimbersement), artinya jumlah
bantuan yang diterima didasarkan pada jumlah keseluruhan dana yang dikeluarkan untuk
membiayai program, baik dana pokok maupun pendamping (Parrish, O`Reilly, Duenas, dan
Wolman, 2009:14-15).
Penghitungan Standar Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP), Badan Standar
Nasional Pendidikan (BSNP), menggunakan jumlah rombongan belajar (rombel) untuk
mengakomodir variasi antar sekolah. Sekolah dengan jumlah rombongan belajar berbeda akan
mempunyai nilai BOSP yang berbeda.
Penghitungan pembiayaan pendidikan yang menekankan pada jumlah rombongan belajar
dianggap tidak cukup mewakili variasi sekolah yang berimplikasi pada variasi nilai BOSP.
Dalam kasus demikian, perlu dicari kriteria yang akan digunakan untuk melakukan klasifikasi
sekolah. Beberapa model klasifikasi sekolah selain jumlah rombongan belajar (rombel) yang
umum digunakan antara lain adalah:
(1) Jumlah kegiatan di sekolah. Ada sekolah dengan kegiatan sedikit, sekolah dengan
kegiatan sedang, sekolah dengan kegiatan banyak. Kriteria ini biasa digunakan dengan
pertimbangan bahwa di luar kegiatan belajar-mengajar di kelas, biaya operasional sekolah
ditentukan oleh keberadaan kegiatan seperti: kepramukaan, praktek komputer, keberadaan
laboratorium bahasa, adanya berbagai kegiatan keterampilan, dan sebagainya;
(2) Jarak dari pusat kegiatan (kota). Ada sekolah yang jauh, sekolah di pertengahan,
sekolah di pusat kota. Klasifikasi sekolah ini bisa juga digunakan dengan pertimbangan bahwa
sekolah yang jauh biasanya memerlukan biaya yang lebih besar untuk melakukan suatu kegiatan
dibandingkan dengan sekolah yang berada di pusat kota. Misalnya: biaya transportasi lebih
besar, harga alat tulis sekolah (ATS) atau buku dan peralatan lain yang lebih mahal, dan
sebagainya;
(3) Status sekolah. Ada sekolah biasa atau sekolah kategori standar, sekolah standar
nasional, rintisan sekolah bertaraf internasional dan sekolah bertaraf internasional.
Klasifikasi sekolah yang dilakukan akan mempengaruhi penghitungan BOSP, bila dalam
penghitungan BOSP klasifikasi sekolah ikut diperhitungkan ini berarti bahwa penghitungan
biaya operasional satuan pendidikan akan mendekati kenyataan di lapangan, khususnya dalam
hal variasi antar sekolah.
Penelitian ini berusaha menjawab permasalahan penelitian khususnya tentang
penghitungan biaya operasional satuan pendidikan per tahun per siswa agar mendekati
kenyataan, karena itu perlu memperhatikan asumsiasumsi dasar yang meliputi:

12
PEMBIAYAAN PENDIDIKAN SEKOLAH

(1) penentuan kondisi sekolah yang meliputi jumlah rombongan belajar (rombel), jumlah
siswa per rombel, jumlah pendidik dan tenaga kependidikan, jumlah mata pelajaran, nilai gaji
dan tunjangan;
(2) penentuan komponen biaya;
(3) penentuan volume penggunaan atau pemakaian, dan
(4) penentuan harga setiap komponen biaya.
BSNP dalam menetapkan asumsi dasar berdasarkan standar-standar atau peraturan yang
ada, tetapi asumsi dasar juga bisa ditetapkan berdasarkan rata-rata kondisi nyata di daerah yaitu
penentuan asumsi dasar yang dilakukan berdasarkan data di lapangan dengan ketentuan jumlah
rombongan belajar (rombel) untuk SD/MI diambil kelipatan enam 6, sedangkan untuk
SMP/MTs dan SMA/MA diambil kelipatan tiga 3.

Penentuan Komponen Biaya


BSNP telah menentukan standar komponen biaya apa saja yang harus ada untuk setiap
jenjang pendidikan. Secara prinsip, tidak diperbolehkan mengurangi komponen biaya yang
telah ditetapkan oleh BSNP, yang diperbolehkan adalah menambahkan komponen biaya yang
dianggap perlu dengan beberapa kemungkinan pertimbangan sebagai berikut: (1) Ada peraturan
yang menyatakan bahwa komponen biaya tersebut harus ada, atau (2) Pada kenyataannya,
komponen biaya tersebut harus dikeluarkan oleh sebagian besar sekolah di daerah tersebut.
Penghitungan BOSP tidak diperbolehkan menambahkan komponen biaya yang dari sisi
peraturan sebenarnya sekolah tidak diperbolehkan mengeluarkan uang untuk komponen biaya
tersebut dan juga tidak diperbolehkan “menyamarkan” komponen biaya tertentu ke dalam
komponen biaya lain.
Menurut BSNP komponen biaya meliputi biaya personal dan non personal. Komponen
biaya personal meliputi:
(1) biaya untuk pendidik, dan
(2) biaya untuk tenaga kependidikan.
Untuk setiap sub-komponen pendidik dan tenaga kependidikan dihitung kebutuhan untuk
pembayaran gaji dan tunjangan. Tetapi agar comparable dengan BOS, penghitungan BOSP
perlu menambahkan komponen biaya personalia “Non PNS Tanggungan Sekolah” untuk
mengakomodir pengeluaran untuk gaji/honor pendidikan dan tenaga kependidikan non PNS
yang menjadi tanggungan sekolah.
Komponen biaya non-personalia meliputi:
(1) Biaya untuk alat tulis sekolah (ATS);

13
PEMBIAYAAN PENDIDIKAN SEKOLAH

(2) Biaya untuk bahan dan alat habis pakai;


(3) Biaya untuk daya dan jasa (air, listrik, gas, internet). Yang dimaksud dengan “air”
dalam hal ini adalah air ledeng (PAM), bukan air pompa. Jika sekolah menggunakan air pompa,
maka pengeluaran yang muncul adalah untuk “listrik” dan atau “perbaikan/pemeliharaan”,
bukan untuk “air’;
(4) Biaya untuk pemeliharaan dan pebaikan ringan;
(5) Biaya untuk transportasi (perjalanan dinas). Yang dimaksud dengan biaya transportasi
dalam hal ini adalah biaya dari sekolah menuju tempat tugas di luar sekolah (misal: tempat
pelatihan, tempat pertemuan, tempat kegiatan, dan sebagainya), bukan transportasi dari rumah
ke sekolah. Jika di daerah tertentu pemda/sekolah memberikan tunjangan transportasi (dari
rumah ke sekolah), maka komponen biaya tersebut dimasukkan ke dalam biaya personalia
sebagai salah satu tunjangan untuk pendidikan atau tenaga kependidikan;
(6) Biaya untuk konsumsi;
(7) Biaya untuk asuransi;
(8) Biaya untuk pembinaan siswa;
(9) Biaya untuk penyusunan data dan laporan;
(10) Biaya pembelian buku pelajaran. Yang dimaksud dengan buku pelajaran dalam hal ini
adalah buku yang dibeli oleh sekolah untuk diberikan atau dipinjamkan kepada siswa. Oleh
karena itu, komponen biaya ini sangat tergantung pada kebijakan sekolah/pemda. Jika pemda
(kabupaten/kota atau propinsi) memutuskan bahwa pengadaan buku tersebut ditanggung pemda
(bukan oleh sekolah), maka komponen biaya untuk buku pelajaran tidak perlu dimasukkan ke
dalam penghitungan BOSP. Jika sekolah hanya menanggung pengadaan sebagian (tidak
semua) buku pelajaran, maka yang dimasukkan hanya pembelian buku-buku yang menjadi
tanggungan sekolah;
(11) Biaya pembelian alat peraga sederhana,
(12) Biaya untuk bantuan bagi siswa miskin.

Penentuan Volume Penggunaan/Pemakaian


Penentuan volume penggunaan atau pemakaian untuk setiap komponen biaya harus
dilakukan secara rinci, tidak boleh hanya hasil akhirnya. Penentuan volume harus konsisten
dengan beberapa asumsi dasar yang telah ditetapkan sebelumnya. Penyesuaian volume
penggunaan dan/atau harga untuk komponen biaya tertentu (jika ada) dilakukan pada saat
penghitungan BOSP. Hal terpenting dalam melakukan perubahan adalah : setiap perubahan
harus mempunyai dasar atau alasan yang jelas.

14
PEMBIAYAAN PENDIDIKAN SEKOLAH

Jika tidak ada alasan yang benar-benar kuat, dianjurkan untuk mengikuti asumsi yang
dipergunakan oleh BSNP. Rincian pengeluaran paling tidak harus mencantumkan informasi
tentang: (1) Frekuensi per tahun, bagian ini menunjukkan seberapa sering
penggunaan/pemakaian/pembayaran untuk komponen pengeluaran tertentu dalam satu (1)
tahun. Misalnya, untuk gaji, frekuensi per tahun adalah 12 atau 13, karena guru dan tenaga
kependidikan dibayar 12 atau 13 kali setiap bulannya dalam satu tahun; (2) Jumlah
siswa/kelompok siswa/rombongan belajar. Jika komponen pengeluaran tertentu dipergunakan
untuk keperluan siswa, maka harus ada penjelasan tentang berapa siswa atau berapa kelompok
siswa atau berapa rombongan belajar (rombel) yang dihitung biayanya; (3) Jumlah pemakaian
per satuan waktu; (4) Satuan untuk komponen biaya.

Penentuan Harga
Penentuan harga dapat dilakukan dengan beberapa alternatif sebagai berikut: (1)
Menggunakan daftar standar harga yang dimiliki oleh masingmasing daerah. Setiap daerah
memiliki standar/patokan harga yang ditetapkan dengan peraturan atau keputusan kepala
daerah. Dalam hal ini perlu diperhatikan bahwa harga yang tercantum dalam standar atau
patokan harga tersebut biasanya merupakan harga maksimal. Selain itu, spesifikasi barang yang
ada dalam daftar atau patokan harga pemda juga belum tentu sama dengan spesifikasi barang
yang biasa dibeli oleh sekolah di daerah tersebut; (2) Menggunakan rata-rata harga pasar; (3)
Kombinasi antara standar atau patokan harga dengan harga pasar.
Penghitungan BOSP Berdasarkan Klasifikasi Sekolah
Seperti yang dikemukakan di sebelumnya, klasifikasi sekolah bisa dilakukan dan
dikelompokkan berdasarkan kriteria seperti: jumlah rombongan belajar (rombel), jumlah
kegiatan di sekolah, jarak sekolah dari pusat kegiatan, status sekolah, dan hasil akreditasi BAS.
Selain kriteria tersebut di atas, sebaiknya juga tidak melupakan unsur kepraktisan dan
kemudahan dalam melakukan penilaian. Berdasarkan berbagai pertimbangan tersebut di atas,
klasifikasi yang memperhatikan jumlah kegiatan di sekolah dapat menjadikan kegiatankegiatan
berikut sebagai patokan dalam penghitungan BOSP, yaitu:
1. Pramuka
2. Dokter kecil atau kegiatan sejenisnya
3. Karya ilmiah atau kegiatan sejenisnya
4. Kursus Bahasa Inggris atau Bahasa Asing lainnya di sekolah
5. Kursus komputer di sekolah
6. Penggunaan laboratorium bahasa

15
PEMBIAYAAN PENDIDIKAN SEKOLAH

7. Kegiatan pengayaan di bidang keagamaan


8. Kegiatan pengayaan untuk siswa berprestasi
9. Kegiatan pembelajaran intensif untuk siswa kelas akhir
10. Kegiatan olah raga (ekstra kurikuler)
11. Kegiatan kesenian (ekstra kurikuler)
12. Kegiatan keterampilan (ekstra kurikuler) 13. Kegiatan lainnya.

Selanjutnya sekolah dikelompokkan berdasarkan jumlah kegiatan tersebut di atas. Salah


satu alternatif pengelompokkan sekolah:

(1) Sekolah Kategori-C 1 s/d 4 kegiatan;


(2) Sekolah Kategori-B 5 s/d 8 kegiatan,
(3) Sekolah Kategori-A > 8 kegiatan.

Pada dasarnya pengelompokkan dilakukan dengan tujuan mendorong sekolah


menggunakan dana operasional untuk hal-hal yang memang bersifat “melayani” siswa.
Klasifikasi juga dapat dilakukan dengan menyusun standar pelayanan. Pengelompokan
berdasarkan standar pelayanan ini dibagi ke dalam tiga kelompok, yaitu
(a) Sekolah Minimal,
(b) Sekolah Standar, dan
(c) Sekolah Ideal.
Kalau ini dilakukan, tentu saja yang harus dilakukan adalah menyusun kriteria yang
berimplikasi pada komponen biaya operasional untuk sekolah “minimal”, “standar” dan “ideal”
tersebut. Jika pengklasifikasian sekolah telah dilakukan, yaitu dengan membedakan secara jelas
komponen biaya apa saja beserta volume penggunaannya untuk setiap jenis sekolah,
penghitungan BOSP dapat dilakukan.

D. KAITAN ANTARA BIAYA DENGAN VISI, MISI, DAN STRATEGI


PENDIDIKAN
Suatu organisasi perlu menganalisis kekuatan internal dalam organisasi dan kekuatan
eksternal di luar organisasi yang selalu berkembang. Apabila analisis lingkungan ini dilakukan
diharapkan kegiatan yang dilaksanakan dalam menunjang tercapainya tujuan organisasi akan
lebih bermakna. Ada tiga alasan mengapa kegiatan kurang bermakna bagi pencapaian tujuan
organisasi. Pertama, kegiatan tidak dikembangkan secara sistematik yang mampu memadukan
unsur-unsur kegiatan yang secara mendasar merupakan potensi kekuatan organisasi. Kedua,
kegiatan yang dilakukan tidak didukung oleh perencanaan yang terpadu dan berkesinambungan.

16
PEMBIAYAAN PENDIDIKAN SEKOLAH

Ketiga, tidak didukung dengan proses analisis yang tepat terhadap berbagai komponen,
kekuatan, kelemahan, tantangan dan peluang yang ada.
Setiap organisasi harus menempatkan dimensi kualitas sebagai dasar orientasi dari setiap
aktifitas yang hendak dilakukan. Bagi organisasi pendidikan yang memproduksi jasa, maka
harus memenuhi lima karakteristik kualitas jasa, yang menurut Tjiptono (2001:27-28) terdiri
atas: (1) Bukti langsung (tangibles), meliputi fasilitas fisik, perlengkapan, pegawai, dan sarana
komunikasi; (2) Kehandalan (reliability), merupakan kemampuan memberikan pelayanan yang
dijanjikan dengan segera dan memuaskan; (3) Daya tanggap (responsiveness), merupakan
keinginan para staf untuk membantu para pelanggan dan memberikan pelayanan dengan
tanggap; (4) Jaminan (assurance), mencakup kemampuan, kesopanan dan sifat dapat dipercaya
yang dimiliki para staf, bebas dari bahaya resiko dan keragu-raguan; (5) Empati, meliputi
kemudahan dalam melakukan hubungan, komunikasi yang baik, dan memahmai kebutuhan
para pelanggan.
Untuk menjamin tercapainya kualitas maka kejelasan akan misi, visi, dan strategi mutlak
diperlukan. Hal ini mengharuskan agar keberadaan misi, dan visi mendasari perumusan sasaran
dan strategi organisasi. Kemudian dari sasaran dan strategi inilah akan dikembangkan berbagai
program kegiatan yang relevan dengan tujuan organisasi. Misi menjawab pertanyaan “mengapa
suatu organisasi itu ada?”. Keberadaannya menjadi sangat sentral sebelum organisasi tersebut
melakukan aktifitasnya, karena peran misi akan sangat menentukan dalam hal: (1) kesepakatan
maksud organisasi, (2) alokasi sumber daya, (3) iklim atau nuansa maksud organisasi, (4)
identifikasi individu dengan organisasi, (5) penerjemahan tujuan ke dalam struktur kerja, dan
(6) penjelasan mengenai hierarkhi maksud, tujuan, parameter ketercapaian dan indikator
keberhasilan. Melihat begitu pentingnya peran misi dalam suatu organisasi, maka misi
dipandang sebagai rasionalisasi dari eksistensi suatu organisasi untuk memperjelas keberadaan
organisasi yang bersangkutan.
Visi menjawab pertanyaan “apa yang sebaiknya dihasilkan organisasi” terhadap macam-
macam kebutuhan yang dihadapi. Terdapat tiga hal yang senantiasa melekat pada pengertian
visi yaitu: (1) visi berhubungan dengan waktu artinya ingin menjadi seperti apa dalam kurun
waktu tertentu, (2) visi berhadapan dengan perubahan yang dihadapi artinya harapan/keinginan
dari pihak-pihak yang berkepentingan yang setiap saat mengalami perkembangan, dan (3) visi
memerlukan perumusan yang tegas berdasarkan hasil analisis misi organisasi atas
kecenderungan perubahan makro (Syafaruddin, 2002:59-60).
Strategi adalah hasil dari proses penetapan tujuan organisasi, penetapan mengenai
perubahan dalam tujuan itu, penetapan kebijaksanaan yang akan menguasai perolehan,

17
PEMBIAYAAN PENDIDIKAN SEKOLAH

penggunaan, dan pengaturan sumber daya (Koontz, dkk, 1995:126). Definisi ini
menggarisbawahi bahwa strategi senantiasa berkaitan dengan konsep perubahan yang terus
menerus sebagai dampak dari perkembangan jaman. Di samping itu strategi digunakan sebagai
pedoman untuk mampu menembus perubahan yang terjadi. Dalam implementasinya strategi
akan (1) membimbing pemikiran dan tindakan organisasi, (2) memperlihatkan suatu arah yang
terpadu dalam penyebaran sumber daya, (3) mewarnai berbagai keputusan pelaksanaan, dan (4)
mempertajam analisis tujuan.

Definisi lain dikemukakan oleh Stoner dkk. (1995, 302-304). Mereka mengatakan bahwa
konsep strategi sekurang-kurangnya terdiri atas dua perspektif yang berbeda: (1) dari perspektif
mengenai apa yang hendak dilakukan oleh sebuah organisasi, dan (2) dari apa yang
sesungguhnya dilakukan oleh sebuah organisasi, apakah tindakannya sesuai dengan rencana
yang direncanakan atau tidak. Dari perspektif yang pertama strategi dipandang sebagai program
yang luas untuk menentukan dan mencapai tujuan organisasi dan melaksanakan misinya,
sedangkan perspektif yang kedua strategi dipandang sebagai pola tanggapan organisasi yang
sekali-kali dilakukan terhadap lingkungan.
Kemudian, selanjutnya berdasarkan dua perspektif tersebut dalam implementasinya maka
perumusan strategi dalam sebuah organisasi disebutnya sebagai perencanaan strategik atau
management strategi. Persyaratan yang harus dipenuhi dalam menyusun strategi antara lain: (1)
menilai diri sendiri yaitu berkenaan dengan upaya untuk menjawab pertanyaan apa tujuan dan
usaha organisasi, (2) pengkajian lingkungan masa depan dan kemungkinan perencanaan, (3)
adanya struktur organisasi yang dapat menjamin perencanaan yang efektif, (4) menjaga
konsistensi strategi yaitu kesesuaian antara strategi satu dengan strategi lainnya, dan (5)
perlunya strategi kontingensi yaitu kesesuaian antara strategi kemarin, sekarang dan yang akan
datang (Kootz, dkk. 1995: 182-184).
Stoner dkk. (1995:301) mengemukakan ada empat kriteria yang harus diperhatikan dalam
menyusun strategi yaitu: (1) strategi dan komponennya harus mempunyai tujuan, sasaran dan
kebijaksanaan yang konsisten, (2) strategi harus memusatkan sumber daya dan upaya pada hal-
hal penting yang diidentifikasi dalam proses perumusan strategi dan memisahkannya dari hal-
hal yang penting, (3) strategi harus menangani sub masalah yang dapat dipecahkan dengan
memperhatikan sumber daya dan keterampilan organisasi, (4) strategi harus mampu
memproduksi hasil yang diharapkan, yaitu menunjukkan janji yang betul-betul ditepati.
Menurut Sumarno (1996:13) perumusan strategi pendidikan pada tingkat mikro antara
lain: (1) Growth yang meliputi pencurahan dana, pengurangan dana, promosi, pengembangan

18
PEMBIAYAAN PENDIDIKAN SEKOLAH

produk baru, pemaduan, penyerangan pesaing, perluasan pasar dan pengintesifan pasar, (2)
Stabilization yang meliputi peningkatan efisiensi dan manajemen resiko, (3) Retrenchment yang
meliputi pengurangan keuntungan, meningkatkan penjualan dan keuntungan, reorganisasi,
likuidasi, dan pendanaan unit usaha lain.

Kaitannya dengan biaya pendidikan, maka keberadaan visi, misi, dan strategi pendidikan
dapat dijelaskan sebagai berikut. Sebelum tahap perencanaan dimulai, langkah yang paling
penting harus dilakukan adalah penetapan visi atau penetapan misi. Visi dan misi saling
berkaitan. Visi merupakan gambaran lembaga pendidikan di masa jauh ke depan. Misi
ditetapkan dengan mempertimbangkan rumusan penugasan yang merupakan tuntutan eksternal
dan keinginan internal yang antara lain berkaitan dengan visi ke masa depan dan situasi yang
dihadapi saat ini. Kemudian atas dasar misi inilah dirumuskan tujuan lembaga.
Setelah visi, misi dan tujuan ditetapkan, kemudian daftar isu utama dikaji ulang,
selanjutnya mencermati isu mana yang paling penting untuk segera dijawab. Langkah
berikutnya menyusun strategi pengembangan yang dirumuskan berdasarkan misi yang diemban
dalam rangka menghadapi isu utama. Pada langkah ini akan dihasilkan penetapan prioritas dan
tujuan penanganannya. Penetapan prioritas membimbing perencana pendidikan untuk
menentukan kebijakan, program kegiatan dan sasaran yang hendak dicapai. Di samping itu
kapan dan berapa banyak sasaran kegiatan tersebut dapat dicapai merupakan tugas dari langkah
ini untuk menetapkan tahapan pencapaian sasaran.
Berdasarkan hasil penetapan tentang program dan tahap pencapaiannya itulah kemudian
disusun anggaran yang pasti guna membiayai programprogram yang ada. Dalam pembiayaan
ini dua hal yang harus diperhatikan yaitu:
(1) sumber daya apa saja dan berapa jumlahnya yang dibutuhkan untuk mengerjakan
program kegiatan tersebut,
(2) berapa kali tahapan waktu yang dibutuhkan untuk mencapai sasaran secara
keseluruhan.

19
IMALAILLA CHRISTINA MULIANA (7101418345) P AP A 2018
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG.

BAB II PEMBIAYAAN PENDIDIKAN SEKOLAH

A. PENGERTIAN PEMBIAYAAN PENDIDIKAN


B. JENIS PEMBIAYAAN PENDIDIKAN
SEKOLAH
C. FUNGSI PENGELOLAAN PEMBIAYAAN
D. SUMBER-SUMBER PEMBIAYAAN
PENDIDIKAN
E. KARAKTERISTIK PEMBIAYAAN
PENDIDIKAN
F. KOMPONEN PEMBIAYAAN PENDIDIKAN
G. KOMPONEN BIAYA PENDIDIKAN

20
PEMBIAYAAN PENDIDIKAN SEKOLAH

A. PENGERTIAN PEMBIAYAAN PENDIDIKAN


Pembiayaan yaitu pendanaan yang diberikan oleh satu pihak lain untuk mendukung
investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun lembaga. Dengan kata lain,
pembiayaan adalah pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah
direncanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Pembiayaan merupakan salah satu
sumber daya yang secara langsung dapat menunjang keefektifan dan efisiensi pengelolaan
pendidikan.
Menurut Supriyono biaya adalah pengorbanan ekonomis yang dibuat untuk memperoleh
barang atau jasa. Secara bahasa, biaya (cost) dapat diartikan sebagai pengeluaran, dalam istilah
ekonomi biaya pengeluaran dapat berupa uang atau bentuk moneter lainnya.
Menurut Yahya yang dikutip oleh Mulyono pembiayaan adalah bagaimana mencari
dana atau sumber dana dan bagaimana menggunakan dana itu dengan memanfaatkan rencana
biaya standar, memperbesar modal kerja, dan merencanakan kebutuhan masa yang akan
datang akan uang.
Pembiayaan pendidikan merupakan proses yang dimana pendapatan dan sumber daya
tersedia digunakan untuk menyusun dan menjalankan program kegiatan sekolah. Menurut
Levin (1987) pembiayaan pendidikan adalah proses dimana pendapatan dan sumber daya yang
tersedia digunakan untuk menyusun dan menjalankan sekolah di berbagai wilayah dengan
tingkat pendidikan yang berbeda-beda.
Menurut Nanang Fattah biaya pendidikan merupakan jumlah uang yang dihasilkan dan
dibelanjakan untuk berbagai keperluan penyelenggaraan pendidikan yang mencakup gaji
guru, peningkatan profesional peralatan, pengadaan alat-alat dan buku pelajaran, alat tulis
kantor (ATK), kegiatan ekstrakulikuler, kegiatan pengelolaan pendidikan, dan supervisi
pendidikan.
Sistem pembiayaan pendidikan sangat bervariasi tergantung dari kondisi masing-masing
negara seperti kondisi geografis, tingkat pendidikan, kondisi politik pendidikan, hukum
pendidikan, ekonomi pendidikan, program pembiayaan pemerintah dan administrasi sekolah.
Sementara itu terdapat beberapa faktor yang perlu diperhatikan untuk mengetahui sesuai
tidaknya sistem dengan kondisi negara.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pembiayaan pendidikan adalah dana yang diberikan
kepada sekolah untuk memfasilitasi setiap kegiatan proses pembelajaran di sekolah, dan
berbagai keperluan dalam penyelenggaraan pendidikan. Hampir dapat dipastikan bahwa proses
pendidikan tidak dapat berjalan tanpa dukungan biaya yang memadai. Implikasi
diberlakukannya kebijakan desentralisasi pendidikan, membuat para pengambil keputusan

21
PEMBIAYAAN PENDIDIKAN SEKOLAH

sering kali mengalami kesulitan dalam mendapatkan referensi tentang komponen pemb iayaan
pendidikan. Kebutuhan tersebut dirasakan semakin mendesak sejak dimulainya pelaksanaan
otonomi daerah yang juga meliputi bidang pendidikan. Biaya pendidikan adalah nilai ekonomi
dari Input atau sumber-sumber pendidikan tertentu yang digwakan untuk pembelajaran guna
menghasilkan output pendidikan dari suatu program pendidikan tingkat tertentu.
Pada tataran konsep pembiayaan secara urnum, biaya dapat berupa pengeluaran sejumlah
uang tertentu atau pengorbanan tertentu yang bukan berbentuk uang narnun dapat dinilai
dengan uang. Biaya pendidikan juga merupakan dasar empiris untuk memberikan gambaran
karakteristik keuangan sekolah. Analisis efisiensi keuangan sekolah dalam pemanfaatan
sumber-sumber keuangan sekolah dan out put sekolah dapat dilakukan dengan cara
menganalisis biaya satuan (unit cost) per siswa. Biaya satuan per siswa adalah biaya rata-rata
per siswa yang dihitung dari total pengeluaran sekolah dibagi seluruh siswa yang ada di sekolah
(enrollment) dalam kurun waktu tertentu. Dengan mengetahui besarnya biaya satuan per siswa
menurut jenjang dan jenis pendidikan berguna untuk menilai berbagai alternatif kebijakan
dalam upaya peningkatan mutu pendidikan. (Kadri, 2011).

B. JENIS PEMBIAYAAN PENDIDIKAN SEKOLAH


Dalam (Horngren, 1993) Sumber pendanaan pendidikan sebagaimana dinyatakan pada
UU RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas Pasal 46 ayat (1) yaitu pendanaan pendidikan
menjadi tanggung jawab bersama antara Pemerintah, Pemerintah Daerah dan masyarakat.
Pembiayaan pendidikan terbagi menjadi 2 yaitu :
Pembiayaan pendidikan di Sekolah Swasta
Pembiayaan Pendidikan dari Swasta : Biaya pendidikan dari swasta yang dimaksud adalah
biaya yang disumbangkan masyarakat (individu, perusahaan, lembaga nonpemerintah, dan
lainnya) ke sekolah. Misalnya, PT Pertamina, Sampoerna Foundation memberi beasiswa bagi
anak-anak berprestasi, dan sponsor lainnya.
Pembiayaan Pendidikan dari Masyarakat : Biaya pendidikan dari masyarakat meliputi:
sumbangan orang tua siswa, sumbangan perusahaan/swasta, dan lainnya. Sumbangan orang
tua siswa yang dimaksud adalah dana yang disumbangkan langsung ke sekolah oleh orang tua
siswa atau dikenal dengan dana komite sekolah. Dana tersebut terdiri atas Sumbangan
Pengembangan Institusi (SPI) dan iuran atau dana Operasional Pendidikan (DOP).
Pembiayaan Pendidikan di Sekolah Negeri
Pembiayaan Pendidikan dari Pemerintah Pusat : Menurut (“Undang- Undang No.22 tahun
1999 tentang otonomi daerah,” n.d.), maka pengelolaan pendidikan menengah diserahkan

22
PEMBIAYAAN PENDIDIKAN SEKOLAH

kepada pemkab/pemkot.Aliran dana dari pusat ke daerah dilakukan melalui mekanisme dana
perimbangan, khususnya melalui Dana Alokasi Umum (DAU).
Menurut, (“UU No.25 tahun 1999 tentang perimbangan keuangan antara pusat dan daerah,”
n.d.) selain DAU, dana perimbangan yang diterima pemerintah daerah adalah dana bagi hasil
dan Dana Alokasi Khusus (DAK). Sumber penerimaan daerah lainnya adalah Pendapatan Asli
Daerah (PAD), dan pinjaman daerah. Semua penerimaan dan pengeluaran dalam rangka
desentralisasi dicatat dan dikelola dalam APBD.
Pembiayaan Pendidikan dari Pemerintah Kabupaten/Kota: Biaya pendidikan dari
pemerintah kabupaten/kota yang diterima digunakan untuk belanja administrasi umum yang
terdiri dari: belanja pegawai, belanja barang dan jasa, dan pemeliharaan. Biaya dari
pemkab/pemkot lainnya adalah dana beasiswa untuk siswa dan dana subsidi untuk
penyelenggaraan ujian sekolah dan ujian nasional. Pada dasarnya, pembiayaan pendidikan
dapat dibedakan menjadi beberapa jenis antara lain:
1. Biaya Langsung (direct cost) Menurut Anwar (1993:30) Biaya langsung merupakan
pengeluaran uang secara langsung yang membiayai jalannya proses penyelenggaraan
pendidikan, pengajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat, termasuk biaya yang
secara langsung menyentuh aspek dan proses pendidikan. Biaya pendidikan juga dapat
dikatakan sebagai biaya yang secara langsung menyentuh aspek dan proes pendidikan Biaya
rutin (recurrent cost). Biaya rutin merupakan biaya yang digunakan untuk membiayai kegiatan
operasional pendidikan selama satu tahun anggaran. Biaya ini digunakan untuk menunjang
pelaksanan program pengajaran, pembayaran gaji guru, personil sekolah, administrasi kantor,
pemeliharaan dan perawatan sarana dan prasarana sekolah. 2. Biaya tidak langsung (indirect
cost) Biaya tidak langsung merupakan biaya yang pada umumnya, baiaya pengeluaran yang
tidak secaralangsung menunjang proses pendidikan yang terjadi di sekolah. Biaya tidak
langsung memiliki beberapa jenis antara lain:

a. Biaya Pribadi (private cost), adalah biaya yang dikeluarkan keluarga untuk membiayai
sekolah anaknya.
b. Biaya masyarakat (social cost), adalah biaya yang dikeluarkan oleh masyarakat untuk
membiayai sekolah (di dalamnya termasuk biaya pribadi).
3. Semua bentuk pengeluaran dalam bentuk uang, baik langsung maupun tidak langsung
yang dikeluarkan untuk biaya pendidikan

23
PEMBIAYAAN PENDIDIKAN SEKOLAH

4. Semua bentuk pengeluaran yang tidak dalam bentuk uang, meskipun didalamnya
terdapat nilai dalam bentuk uang, baik langsung maupun tidak langsung yang dikeluarkan
unutk kegiatan pendidikan.

C. FUNGSI PENGELOLAAN PEMBIYAAN


Menurut (Anwar, 1991) Pengelolaan pembiayaan pendidikan sama dengan manajemen
pembiayaan, dan pengelolaan mempunyai tiga fungsi yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi. Dalam penelitian ini yang akan dibahas yaitu perencanaan pembiayaan pendidikan,
pelaksanaan pembiayaan pendidikan dan evaluasi pembiayaan pendidikan.

Perencanaan Pembiayaan Pendidikan


Perencanaan adalah suatu proses mempersiapkan serangkaian keputusan untuk
mengambil tindakan di masa yang akan datang diarahkan untuk tercapainya tujuan- tujuan
dengan sarana yang optimal. Pada sebuah organisasi atau lembaga apapun bentuk dan
namanya, sebelum melangkah untuk mencapai tujuan, maka terlebih dahulu ada
perencanaan. Perencanaan pada sebuah lembaga sangat esensial, karena pada kenyataannya,
perencanaan memegang pevranan yang lebih penting dibandingkan dengan fungsi- fungsi
lain. Tanpa ada perencanaan, maka akan sulit mencapai tujuan.
Langkah-langkah dalam perencanaan yaitu Pertama, tahapan menetapkan tujuan atau
serangkaian tujuan. Perencanaan dimulai dengan keputusan-keputusan. Tanpa rumusan
tujuan yang jelas, sebuah lembaga akan menggunakan sumber daya yang secara tidak efektif.
Kedua, merumuskan keadaan saat ini, pemahaman akan kondisi sekarang dari tujuan yang
hendak dicapai sangat penting, karena tujuan dan rencana menyangkut waktu yang akan
datang. Ketiga, mengidentifikasikan segala kemudahan, kekuatan, kelemahan serta hambatan
perlu diidentifikasikan untuk mengukur kemampuan dalam mencapai tujuan, oleh karena
itu perlu dipahami faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal yang dapat membantu
mencapai tujuan, atau mungkin menimbulkan masalah. Keempat, mengembangkan rencana
atau serangkaian kegiatan untuk mencapai tujuan tahap akhir dalam proses perencanaan
meliputi pengembangan berbagai alternatif kegiatan untuk mencapai tujuan.
Perencanaan diartikan sebagai suatu proses penentuan tujuan atau sasaran yang hendak
dicapai dan menetapkan jalan dan sumber-sumber yang diperlukan untuk mencapai tujuan itu
seefisien dan seefektif mungkin. Perencanaan Pembiayaan Pendidikan ini mencakup kegiatan
penting yaitu penyusunan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah (RAPBS) dan
pengembangan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah (RAPBS). Perencanaan

24
PEMBIAYAAN PENDIDIKAN SEKOLAH

keuangan sekolah sedikitnya mencakup dua kegiatan yakni penyusunan anggaran dan
pengembangan rencana anggaran belanja sekolah. Penganggaran merupakan proses kegiatan
atau proses penyusunan anggaran (budget).

Pelaksanaan Pembiayaan Pendidikan


Pelaksanaan adalah suatu tindakan atau pelaksanaan dari sebuah rencana yang sudah
disusun secara matang dan terperinci, implementasi biasanya dilakukan setelah perencanaan
sudah dianggap siap. Secara sederhana pelaksanaan bisa diartikan penerapan. Majone dan
Wildavsky mengemukakan pelaksanaan sebagai evaluasi. Browne dan Wildavsky
mengemukakan bahwa Pelaksanaan adalah perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan.
Setelah perencanaan pembiayaan pendidikan selesai dan disetujui oleh semua komponen
yang terlibat, dan menghasilkan sebuah Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah
(RAPBS), tahapan manajemen selanjutnya yaitu pelaksanaan pembiayaan pendidikan.
Kegiatan pelaksanaan pembiayaan madrasah meliputi dua kegiatan besar yakni penerimaan
dan pengeluaran keuangan madrasah/sekolah.
Kegiatan kedua dari manajemen pembiayaan adalah pembukuan atau kegiatan pengurusan
keuangan. Hal-hal yang perlu dibukukan dalam keuangan sekolah adalah menyangkut
penerimaan dan pengeluaran. Penerimaan dan pengeluaran keuangan sekolah dari
sumbersumber dana perlu dibukukan berdasarkan prosedur pengelolaan yang selaras dengan
kesepakatan yang telah disepakati, baik berupa konsep teoritis maupun peraturan pemerintah.
Kegiatan yang di lakukan berupa :
a. Penerimaan Biaya Pendidikan
b. Pengeluaran Biaya Pendidikan

D. SUMBER-SUMBER PEMBIAYAAN PENDIDIKAN


Menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 44
Tahun 2012 tentang Pungutan dan Sumbangan Biaya Pendidikan pada Satuan Pendidikan
Dasar adalah sebagai berikut :
1. Sumber biaya pendidikan pada satuan pendidikan dasar yang diselenggarakan oleh
Pemerintah dan atau pemerintah daerah yang tercantum dalam pasal 5 adalah anggaran
pendapatan dan belanja negara; anggaran pendapatan dan belanja daerah; sumbangan
dari peserta didik atau orang tua/walinya; sumbangan dari pemangku kepentingan
pendidikan dasar di luar peserta didik atau orang tua/walinya; bantuan lembaga lainnya

25
PEMBIAYAAN PENDIDIKAN SEKOLAH

yang tidak mengikat; bantuan pihak asing yang tidak mengikat; dan/atau sumber lain
yang sah.
2. Kemudian dalam pasal 6, sumber biaya pendidikan pada satuan pendidikan dasar yang
diselenggarakan oleh masyarakat adalah bantuan dari penyelenggara atau satuan
pendidikan yang bersangkutan; pungutan, dan/atau sumbangan dari peserta didik atau
orang tua/walinya; bantuan dari masyarakat di luar peserta didik atau orang
tua/walinya; bantuan Pemerintah; bantuan pemerintah daerah; bantuan pihak asing
yang tidak mengikat; bantuan lembaga lain yang tidak mengikat; hasil usaha
penyelenggara atau satuan pendidikan; dan/atau sumber lain yang sah.
Sumber-sumber pembiayan pendidikan di sekolah menurut (Amirin, 2013 : 92)
dikategorikan menjadi lima yaitu :
Anggaran rutin dan APBN (anggaran pembangunan)
Dana penunjang pendidikan (DPP)
Bantuang/sumbangan dari BP3
Sumbangan dari pemerintah daerah setempat (kalau ada)
Bantuan lain-lain

E. KARAKTERISTIK PEMBIAYAAN PENDIDIKAN


Beberapa hal yang merupakan karakteristik atau ciri-ciri pembiayaan pendidikan adalah
sebagai berikut :
a. Biaya pendidikan akan selalu naik, dan dalam perhitungan pembiayaan pendidikan
dinyatakan dalam satuan unit cost, yang meliputi:
1) Unit cost lengkap, yaitu perhitungan unit cost berdasarkan semua fasilitas
yang dikeluarkan untuk penyelenggaraan pendidikan.
2) Unit cost setengah lengkap, hanya memperhitungkan biaya kebutuhan yang
berkenaan dengan bahan dan alat yang berangsur habis walaupun jangka
waktunya berbeda.
3) Unit cost sempit, yaitu unit cost yang diperoleh hanya dengan
memperhitungkan biaya yang langsung berhubungan dengan
memperhitungkan biaya yang lain yang berhubungan dengan kegiatan
belajar mengajar
b. Biaya terbesar dalam pelaksanaan pendidikan adalah biaya pada faktor manusia.
Pendidikan dapat dikatakan sebagai “ human investment ”, yang artinya biaya
terbesar diserap oleh tenaga manusia.
26
PEMBIAYAAN PENDIDIKAN SEKOLAH

c. Unit cost pendidikan akan naik sepadan dengan tingkat sekolah.


d. Unit cost pendidikan dipengaruhi oleh jenis lembaga pendidikan. Biaya untuk
sekolah kejuruan lebih besar daripada biaya untuk sekolah umum.
e. Komponen yang dibiayai dalam sistem pendidikan hampir sama dari tahun ke tahun

F. KOMPONEN PEMBIAYAAN PENDIDIKAN


Dalam menghitung biaya pendidikan di sekolah, Hallak menjelaskan bahwa banyak
komponen yang mesti dipertimbangkan oleh pembuat anggaran. Komponen- komponen yang
dimaksud adalah :
1. Peningkatan KBM
2. Peningkatan pembinaan kegiatan siswa
3. Pembinaan tenaga kependidikan
4. Rumah tangga sekolah
5. Pengadaan alat-alat belajar
6. Kesejahteraan
7. Pengadaan bahan pelajaran
8. Perawatan
9. Sarana kelas
10. Pengadaan alat-alat belajar
11. Sarana sekolah
12. Pembinaan tenaga kependidikan
13. Pembinaan siswa
14. Pengadaan bahan pelajaran
15. Pengelolaan sekolah,
16. Pemeliharaan dan penggantian sarana dan prasarana pendidikan
17. Biaya pembinaan, pemantauan,pengawasan dan pelaporan.
18. Peningkatan mutu pada semua jenis dan jenjang pendidikan
19. Peningkatan kemampuan dalam menguasai iptek.

27
IMALAILLA CHRISTINA MULIANA (7101418345) P AP A 2018
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG.

BAB III MANAJEMEN BIAYA PENDIDIKAN

A. PENGERTIAN MANAJEMEN
PENDIDIKAN
B. PROSES MANAJEMEN PENDIDIKAN
C. PENGELOLAAN BIAYA
D. PROSES MANAJEMEN KEUANGAN
SEKOLAH
E. KEDUDUKAN BIAYA DALAM
MANAJEMEN KEUANGAN SEKOLAH

28
PEMBIAYAAN PENDIDIKAN SEKOLAH

A. PENGERTIAN MANAJEMEN PENDIDIKAN


Usaha untuk mencapai tujuan pendidikan yang diselenggarakan oleh setiap satuan
pendidikan melibatkan kerjasama sekelompok manusia dalam mendayagunakan sumber daya
manusia itu sendiri maupun non manusia secara efektif dan efisien. Makna yang terkandung
dalam pernyataan tersebut adalah bahwa pencapaian tujuan pendidikan tidak terlepas dari
proses yang terkandung dalam proses manajemen pendidikan sebagaimana dikemukakan oleh
para ahli.
Konsep manajemen pendidikan yang telah dikemukakan oleh para ahli cukup banyak dan
bervariasi. Hal ini dapat dilihat dari berbagai batasan yang ada dari mulai yang paling sederhana
sampai kepada batasan yang sangat kompleks. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa
manajemen pendidikan adalah manajemen yang diterapkan didalam pendidikan. Meskipun
formulasi diatas tidak sukar dipahami, tetapi belum mampu memberikan gambaran yang jelas
tentang apa hakekat sebenarnya yang terkandung di dalam manajemen pendidikan untuk
dijadikan pusat perhatian. Namun demikian secara tegas dapat dinyatakan bahwa manajemen
pendidikan merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Oleh karenanya tujuan
pendidikan merupakan fokus bagi seluruh aparatur manajemen pendidikan untuk dijadikan
pusat perhatian. Maksudnya dengan selalu memperhatikan tujuan tersebut, pelaksanaan
manajemen dalam arti luas tidak menyimpang dari ketetapan (Arikunto,2008:8).
Arikunto (2008:1-4) mengurai konsep manajemen pendidikan sebagai berikut. Kata
“manajemen“ menunjukkan pada pengertian “pengaturan”, “pengelolaan”, “pelayanan”.
Sehingga manajemen diartikan sebagai suatu usaha bersama sekelompok manusia untuk
mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien dengan menggunakan segala dana dan
daya yang ada. Apabila manajemen tersebut diimplementasikan dalam bidang pendidikan,
beliau menjabarkan menjadi:
(a) Usaha, manajemen merupakan bagian dari keseluruhan organisasi masyarakat dan
produktivitas organisasi melalui kegiatan merencanakan, melaksanakan, menilai dan
melaporkan;
(b) Sekelompok manusia, manajemen menjadikan segala sesuatu kegiatan yang
direncanakan dengan bekerjasama dan melalui orang lain;
(c) Tujuan organisasi, manajemen adalah sarana untuk mencapai tujuan melalui layanan
yang diberikan sesuai dengan fungsi pendidikan yang dijalankan. Manajemen pendidikan
sebagai kegiatan pelayanan, menyesuaikan kegiatannya dengan tujuan setiap lembaga yang
dilayani. Berbagai alat dan teknik diklasifikasikan sedemikian rupa sehingga membentuk satu
pendekatan sistem yang menjadikan kerja manajemen menjadi lebih baik;

29
PEMBIAYAAN PENDIDIKAN SEKOLAH

(d) Efektif dan Efisien, pelayanan sebagai inti dari kegiatan manajemen senantiasa
mengusahakan agar sumber-sumber (dana dan daya) yang ada dapat digunakan secara
maksimal.
Secara khusus Arikunto (2008:3) memberikan pengertian manajemen pendidikan sebagai
“keseluruhan proses kerjasama dengan memanfaatkan semua sumber personil dan materiil
yang tersedia dan sesuai untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan secara efektif
dan efisien”. Secara esensial dapat ditarik simpulan tentang pengertian manajemen pendidikan
adalah (1) manajemen pendidikan merupakan suatu kegiatan; (2) manajemen pendidikan
memanfaatkan berbagai sumber daya; dan (3) manajemen pendidikan berupaya untuk
mencapai tujuan tertentu.
Widodo (2008:2), menyumbangkan konsep manajemen pendidikan berkaitan dengan
nilai, eksistensi organisasi, dan sifat kegiatan manajemen. Ketiga hal tersebut menjadi “Basic
Principle” dari manajemen. Di samping ketiga unsur pokok dalam manajemen pendidikan
yaitu:
(1) efisiensi dan efektivitas layanan pendidikan,
(2) kegiatan-kegiatan manajemen yang harus dilakukan,
(3) sistem sosial organisasi yang mampu memenuhi kebutuhan pendidikan, juga
terjadinya hubungan yang saling menentukan diantara ketiga unsur tersebut.
Secara sederhana kandungan maknanya menunjukkan bahwa manajemen pendidikan
merupakan sekumpulan dari fungsi-fungsi organisasi yang memiliki tujuan utama untuk
menjalin efisiensi dan keefektifan pelayanan pendidikan sebagaimana pelaksanaan
kebijaksanaan legislatif melalui perencanaan, pengambilan keputusan, perilaku kepemimpinan
untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan, penyiapan alokasi sumber stimulus
dan koordinasi profesional dari orang-orang untuk menghasilkan sistem sosial dan iklim
organisasional yang diinginkan, serta menentukan perubahan esensial fasilitas untuk memenuhi
kebutuhan peserta didik dan masyarakat di masa mendatang.
Pendapat lainnya dikemukakan oleh Engkoswara (1987:1) yang menyatakan bahwa
“Manajemen pendidikan dalam arti seluas-luasnya adalah suatu ilmu yang mempelajari
penataan sumber daya untuk mencapai tujuan pendidikan secara produktif”. Lebih lanjut
dijelaskan bahwa, penataan dalam arti mengatur, manajemen, memimpin, mengelola atau
memanajemenkan dan mengawasi atau membina. Sumber daya meliputi sumber daya manusia,
sumber belajar atau kurikulum, dan fasilitas. Sumber daya manusia terdiri atas peserta didik,
pendidik, para pemakai jasa pendidikan. Sumber belajar atau lebih khusus disebut kurikulum
yaitu segala sesuatu yang disediakan oleh suatu lembaga pendidikan untuk mencapai tujuan

30
PEMBIAYAAN PENDIDIKAN SEKOLAH

pendidikan. Sedangkan fasilitas bisa berupa peralatan, barang dan keuangan yang menunjang
kemungkinan terjadinya pendidikan. Tujuan pendidikan yang produktif berupa prestasi yang
efektif dan suasana atau proses pendidikan yang efisien.
Tujuan pendidikan yang produktif ditinjau dari sudut manajemen dapat dikaji dari
perbandingan antara sumber-sumber pendidikan yang digunakan dengan hasil layanan
pendidikan yang diberikan. Seberapa jauh signifikansi penggunaan sumber-sumber pendidikan
yang telah dibiayai (dibeli dengan uang) dengan proses layanan pendidikannya
(Kardoyo,2005:118). Hal tersebut menunjukkan betapa pentingnya menata sumber daya
pendidikan yang tepat sehingga mampu menghasilkan layanan pendidikan yang memadai.
Menurut pendapat yang dikemukakan oleh para ahli di atas maka dapat ditarik beberapa
persamaan kandungan makna yang termuat di dalamnya, adanya: (1) tujuan pendidikan
sebagai sasaran utama, (2) kerjasama dan saling mendukung dari berbagai sumber daya, (3)
kegiatannya sebagai suatu proses yang sistematis, (4) pendayagunaan sumber daya, (5) efisiensi
dan keefektifan. Akhirnya penulis dapat menarik kesimpulan bahwa manajemen pendidikan
adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang bagaimana sekelompok manusia melakukan
kerjasama dalam menjalankan serangkaian proses kegiatan sistematis untuk mengelola
sumber-sumber daya pendidikan sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai secara efektif dan
efisien.

B. PROSES MANAJEMEN PENDIDIKAN


Sebagaimana telah penulis jelaskan dalam paragraf sebelumnya bahwa manajemen
merupakan suatu proses kegiatan yang sistematis. Kegiatan yang dimaksudkan berupa fungsi-
fungsi tertentu guna mengendalikan, menggerakkan, mengembangkan, dan mengarahkan
organisasi sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai. Oleh karenanya proses
manajemen pendidikan yang dimaksudkan dalam uraian ini adalah fungsi atau tahapan
kegiatan manajemen yang dijalankan guna mencapai tujuan pendidikan. Sebagai suatu proses,
manajemen menentukan kekuatan yang memberikan hidup atau gerak kepada organisasi.
Proses kegiatan dalam manajemen mengacu kepada fungsi-fungsi manajemen. Berkenaan
dengan fungsi-fungsi manajemen ini, menurut Arikunto (2008:6) terdapat empat fungsi
manajemen, yaitu: (1) planning (perencanaan); (2) organizing (pengorganisasian; (3) actuating
(pelaksanaan); dan (4) controlling (pengawasan).
Pembangkit dari manajemen sebagai kekuatan adalah manajer yang harus pandai
menggerakkan seluruh sistem yang ada. Untuk itu tugas manajer dalam rangka proses
manajemen adalah:

31
PEMBIAYAAN PENDIDIKAN SEKOLAH

(1) menguasai dan menghayati misi organisasi,

(2) merumuskan keputusan yang relevan,

(3) memelihara dan mengembangkan organisasi,

(4) mengembangkan sistem manajemen

(5) mencapai tujuan organisasi sebagai keuntungan material dan spiritual bagi
organisasi.

Tugas-tugas yang demikian tercermin pada bagaimana manajer menjalankan tahapan


manajemen. Pentingnya proses manajemen ditegaskan oleh Arikunto (2008:28) bahwa dalam
setiap pendidikan akan senantiasa terdiri atas “idea” serta “tata penyelenggaraan”. Tata
penyelenggaraan tersebut hanya bisa dijalankan melalui kegiatan (praktek-praktek)
manajemen. Adapun proses manajemen pendidikan meliputi fungsi-fungsi perencanaan,
pengorganisasian, komunikasi, supervisi, kepegawaian, pembiayaan dan penilaian
(Purwanto,1993:14).

Dari berbagai pendapat, penulis hanya akan mencoba menjelaskan fungsi manajemen
sebagaimana dikemukakan oleh Arikunto (2008:7), sebagai berikut:
Planning adalah suatu proses mempersiapkan serangkaian pengambilan keputusan untuk
dilakukannya tindakan dalam mencapai tujuan organisasi, dengan dan tanpa menggunakan
sumber-sumber yang ada. Aspek yang harus tercakup dalam perencanaan antara lain apa
yang akan dilakukan, siapa yang harus melakukan, kapan dilakukan, dimana akan dilakukan,
bagaimana melakukannya, dan apa saja yang diperlukan agar tecapai tujuan secara optimal.
Handoko (1995:5) mengemukakan bahwa: “Perencanaan adalah pemilihan atau penetapan
tujuan organisasi dan penentuan strategi, kebijaksanaan, proyek, program, prosedur, metode,
sistem, anggaran dan standar yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan. Jadi dalam
perencanaan ada fungsi penganggaran (budgeting). Budgeting adalah semua urusan yang
berkaitan dengan masalah dana baik itu pembiayaan yang berkaitan dengan jalannya
organisasi maupun pembiayaan yang berhubungan dengan operasi atau kegiatan yang
dilaksanakan oleh organisasi. Pembuatan keputusan banyak terlibat dalam fungsi ini. Arti
penting perencanaan terutama adalah memberikan kejelasan arah bagi setiap kegiatan,
sehingga setiap kegiatan dapat diusahakan dan dilaksanakan seefisien dan seefektif
mungkin. Lebih lanjut dijelaskan bahwa ada sembilan manfaat perencanaan yaitu:

32
PEMBIAYAAN PENDIDIKAN SEKOLAH

(1) membantu manajemen untuk menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan


lingkungan;

(2) membantu dalam kristalisasi persesuaian pada masalah-masalah utama;

(3) memungkinkan manajer memahami keseluruhan gambaran;

(4) membantu penempatan tanggung jawab lebih tepat;

(5) memberikan cara pemberian perintah untuk beroperasi;

(6) memudahkan dalam melakukan koordinasi di antara berbagai bagian organisasi;

(7) membuat tujuan lebih khusus, terperinci dan lebih mudah dipahami;

(8) meminimumkan pekerjaan yang tidak pasti;

(9) menghemat waktu, usaha dan dana.

Terdapat empat tahap dalam perencanaan, yaitu:


(a) menetapkan tujuan atau serangkaian tujuan;
(b) merumuskan keadaan saat ini;
(c) mengidentifikasi segala kemudahan dan hambatan;
(d) mengembangkan rencana atau serangkaian kegiatan untuk pencapaian tujuan.
Langkah-langkah pokok dalam perencanaan yaitu: penentuan tujuan dengan memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
(a) menggunakan kata-kata yang sederhana,
(b) mempunyai sifat fleksibel,
(c) mempunyai sifat stabilitas,
(d) ada dalam perimbangan sumber daya,
(e) meliputi semua tindakan yang diperlukan.
Pendefinisian gabungan situasi secara baik, yang meliputi unsur sumber daya manusia,
sumber daya alam, dan sumber daya modal. Merumuskan kegiatan yang akan dilaksanakan
secara jelas dan tegas. Perencanaan dapat dibedakan dalam tiga bentuk, yaitu:
(1) rencana global yang merupakan penentuan tujuan secara menyeluruh dan jangka
panjang,
(2) rencana strategis merupakan rencana yang disusun guna menentukan tujuan-tujuan
kegiatan atau tugas yang mempunyai arti strategis dan mempunyai dimensi jangka panjang,

33
PEMBIAYAAN PENDIDIKAN SEKOLAH

(3) rencana operasional yang merupakan rencana kegiatan-kegiatan yang berjangka


pendek guna menopang pencapaian tujuan jangka panjang, baik dalam perencanaan global
maupun perencanaan strategis.
Organizing adalah aktivitas menyusun dan membentuk hubunganhubungan kerja antara
orang-orang sehingga terwujud suatu kesatuan usaha dalam mencapai tujuan-tujuan yang
telah ditetapkan. Koonntz et.al (1995: 56-57) mengartikan pengorganisasian pada dasarnya
merupakan upaya untuk melengkapi rencana-rencana yang telah dibuat dengan susunan
organisasi pelaksananya. Hal yang penting untuk diperhatikan dalam pengorganisasian
adalah bahwa setiap kegiatan harus jelas siapa yang mengerjakan, kapan dikerjakan, dan apa
targetnya. Berkenaan dengan pengorganisasian ini, Nawawi (1996:17) mengemukakan
beberapa asas dalam orgasisasi, diantaranya adalah:
(a) organisasi harus profesional, yaitu dengan pembagian satuan kerja yang sesuai
dengan kebutuhan;
(b) pengelompokan satuan kerja harus menggambarkan pembagian kerja;
(c) organisasi harus mengatur pelimpahan wewenang dan tanggung jawab;
(d) organisasi harus mencerminkan rentangan kontrol;
(e) organisasi harus mengandung kesatuan perintah;
(f) organisasi harus fleksibel dan seimbang.

Tiga langkah dalam proses pengorganisasian yaitu: (a) pemerincian seluruh pekerjaan
yang harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan organisasi; (b) pembagian beban pekerjaan
total menjadi kegiatan-kegiatan yang logis dapat dilaksanakan oleh satu orang; (c) pengadaan
dan pengembangan suatu mekanisme untuk mengkoordinasikan pekerjaan para anggota
menjadi kesatuan yang terpadu dan harmonis. Jadi dalam pengorganisasian ada fungsi staffing.
Staffing adalah aktivitas menempatkan orang-orang yang tergabung dalam organisasi ke
bidang-bidang (unit-unit) yang ada sehingga setiap bidang dimungkinkan akan dapat dikerjakan
oleh orang yang sesuai.
a. Actuating (pelaksanaan), merupakan fungsi manajemen yang paling utama.
Fungsi perencanaan dan pengorganisasian lebih banyak berhubungan dengan aspek-aspek
abstrak proses manajemen, sedangkan fungsi actuating justru lebih menekankan pada kegiatan
yang berhubungan langsung dengan orang-orang dalam organisasi. Arikunto (2008:11)
mengemukakan bahwa actuating merupakan usaha menggerakkan anggota-anggota kelompok
sedemikian rupa hingga mereka berkeinginan dan berusaha untuk mencapai sasaran perusahaan
dan sasaran anggota-anggota perusahaan tersebut oleh karena para anggota itu juga ingin

34
PEMBIAYAAN PENDIDIKAN SEKOLAH

mencapai sasaran-sasaran tersebut. Jadi dalam actuating ada fungsi directing dan coordinating.
Directing adalah suatu usaha untuk memberikan penjelasan, petunjuk serta pertimbangan dan
bimbingan terhadap para petugas yang terlibat, baik secara struktural maupun fungsional agar
pelaksanaan tugas dapat berjalan dengan lancar. Coordinating adalah suatu usaha untuk
memandu, menyatukan, menserasikan, mengintregasikan semua kegiatan yang ada dalam suatu
organisasi agar pencapaian tujuan bersama dapat berjalan dengan serasi dan seimbang.
Berdasarkan penjelasan di atas, pelaksanaan (actuating) tidak lain merupakan upaya untuk
menjadikan perencanaan menjadi kenyataan, dengan melalui berbagai pengarahan,
pengkoordinasian, pemotivasian agar setiap karyawan dapat melaksanakan kegiatan secara
optimal sesuai dengan peran, tugas dan tanggung jawabnya.
b. Pengawasan (controlling) merupakan fungsi manajemen yang tidak kalah
pentingnya dalam suatu organisasi. Semua fungsi terdahulu, tidak akan efektif tanpa disertai
dengan pengawasan. Handoko (1995:25) mengemukakan definisi pengawasan adalah:
“suatu usaha sistematik untuk menetapkan standar pelaksanaan dengan tujuan-tujuan
perencanaan, merancang sistem informasi umpan balik, membandingkan kegiatan nyata dengan
standar yang telah ditetapkan sebelumnya, menentukan dan mengukur penyimpangan-
penyimpangan serta mengambil tindakan koreksi yang diperlukan untuk menjamin bahwa
semua sumber daya perusahaan dipergunakan dengan cara paling efektif dan efisien dalam
pencapaian tujuan-tujuan perusahaan”.
Dalam pengawasan ada fungsi reporting. Reporting adalah suatu kegiatan yang
dilakukan oleh bawahan untuk menyampaikan hal-hal yang berhubungan dengan hasil
pekerjaan yang telah dilakukan selama satu periode tertentu dalam media tertentu. Berdasarkan
definisi tersebut maka dapat dijelaskan bahwa proses pengawasan memiliki lima tahapan, yaitu:
(a) penetapan standar pelaksanaan; (b) penentuan pengukuran pelaksanaan kegiatan; (c)
pengukuran pelaksanaan kegiatan nyata; (d) pembandingan pelaksanaan kegiatan dengan
standar dan penganalisaan penyimpangan-penyimpangan; dan (e) pengambilan tindakan
koreksi, bila diperlukan.
Sementara itu evaluasi dijelaskan oleh Rotwell (2000:45) sebagai proses menentukan
nilai (value). Nilai menunjukkan derajat sesuatu yang dievaluasi dengan kategori baik atau
buruk, penting atau tidak penting, bermanfat atau tidak bermanfaat. Nilai dapat mencerminkan
sejauhmana tingkatan keterampilan, pengetahuan dan sikap yang diperoleh peserta pelatihan
selama dan atau sesudah mengikuti pelatihan. Dengan demikian pengawasan dan evaluasi pada

35
PEMBIAYAAN PENDIDIKAN SEKOLAH

suatu pelatihan adalah proses menentukan nilai tentang perilaku peserta pelatihan pada sebelum
mengikuti pelatihan, saat mengikuti dan atau sesudah mengikuti pelatihan.
Sudjana (2007:32) menjelaskan tiga tahapan evaluasi pembelajaran pada suatu pelatihan
: (a) pengukuran sejauhmana keluaran (output) pelatihan berupa perubahan perilaku peserta
pelatihan dalam ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik atau skills tertentu sesuai tujuan
pelatihan; (b) pemantauan (observasi) terhadap penampilan para peserta atau lulusan pelatihan
setelah mereka kembali ke masyarakat, Pemantauan ini kelanjutan dari evaluasi tahap pertama,
dapat mengetahui sejauhmana para lulusan dapat memanfaatkan hasil pelatihan dalam
lingkungan kehidupan dan pekerjaannya; (c) pengukuran tentang pengaruh (outcome) pelatihan
pada lembaga dan masyarakat.
Fungsi-fungsi manajemen ini berjalan saling berinteraksi dan saling kait-mengkait
antara satu dengan lainnya, sehingga menghasilkan apa yang disebut dengan proses
manajemen. Dengan demikian, proses manajemen sebenarnya merupakan proses interaksi
antara berbagai fungsi manajemen.
Walaupun terdapat perbedaan dalam menyusun kegiatan proses manajemen, namun
pada prinsipnya terdapat kecenderungan yang menuju pada tiga kegiatan inti dari manajemen
yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan/evaluasi. Dengan demikian proses
manajemen pendidikanpun dapat disarikan menjadi tiga yaitu perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi.

C. PENGELOLAAN BIAYA
Kedudukan biaya dalam bidang pendidikan sangat strategis. Hal ini dapat dilihat dari
fungsinya, yaitu : Pertama, sebagai alat untuk menganalisis berbagai aspek finansial pendidikan
(diagnosis); Kedua, sebagai parameter untuk memproyeksikan gejala sistem pendidikan
(prognosis) dan pendekatan yang digunakan sesuai dengan tujuan pendidikan (Hallak, 1985:9).
Begitu strategisnya kedudukan biaya, maka tidaklah mengherankan apabila masalah biaya
menjadi salah satu bidang garapan dari manajemen pendidikan.
Sebagaimana dikemukakan oleh Nawawi (1996:15) bahwa terdapat dua bidang
pengelolaan kegiatan pendidikan, yaitu: (1) bidang manajemen administrasi (management of
administrative function), dan (2) bidang manajemen operatif (management of operative
function). Bidang pertama memfokuskan pada kegiatan: perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, pengkoordinasian, pengawasan, penilaian dan pembuatan laporan. Bidang kedua,
memfokuskan pada kegiatan ketatausahaan, perbekalan, kepegawaian, keuangan, dan
hubungan masyarakat. Hal ini “keuangan” dapat disamakan dengan “biaya” oleh karena

36
PEMBIAYAAN PENDIDIKAN SEKOLAH

makna biaya dapat dikemukakan dalam bentuk uang atau bentuk moneter lainnya
(Hallak,1985:1).
Senada dengan itu Mulyasa (2002:40-52), Arikunto (2008:6) menjelaskan bahwa garapan
manajemen pendidikan terdiri dari bidang manajemen kurikulum dan program pengajaran,
manajemen tenaga kependidikan, manajemen kesiswaan, manajemen sarana dan prasarana,
manajemen keuangan dan pembiayaan atau anggaran, manajemen hubungan sekolah dan
masyarakat, dan manajemen layanan khusus. Untuk menjamin optimalisasi pendayagunaan
sumber daya pendidikan seperti halnya disebutkan sebagai aspek-aspek manajemen ataupun
bidang garapan manajemen pendidikan diperlukan proses pengelolaan yang terdiri dari
perencanaan, pelaksanaan, dan pembinaan (Engkoswara, 1987:48).
Kemudian secara lebih khusus pengelolaan biaya pada satu satuan pendidikan sering
disebutkan sebagai manajemen pembiayaan. Hal ini mengandung makna bahwa masalah
pengelolaan biaya harus benar-benar memperoleh perhatian yang serius, bukan saja karena
merupakan bagian dari garapan manajemen pendidikan, tetapi lebih dari itu dalam prakteknya
membutuhkan serangkaian kegiatan pemanajemenan yang sistematis. Melalui sub sistem
manajemen pembiayaan inilah diharapkan mampu meningkatkan keberhasilan dalam
operasionalisasi manajemen pendidikan secara keseluruhan.
Berangkat dari penjelasan di atas, penulis dapat menarik simpulan tentang kedudukan
pengelolaan biaya dalam manajemen pendidikan, sebagai berikut : Pertama, pengelolaan biaya
merupakan bagian integral dari keseluruhan bidang garapan manajemen pendidikan. Kedua,
pengelolaan biaya menempati posisi strategis dalam keseluruhan praktek manajemen
pendidikan. Oleh karena itu pengelolaan biaya yang tepat akan menentukan keberhasilan
tercapainya tujuan pendidikan melalui upaya pembiayaan yang dilakukan terhadap semua
penyediaan fasilitas lainnya dan kegiatan pendidikan. Ketiga, pengelolaan biaya sebagai suatu
proses memerlukan tahapan kegiatan agar mampu memenuhi kebutuhan dana bagi
masingmasing aspek manajemen pendidikan lainnya.

D. PROSES MANAJEMEN KEUANGAN SEKOLAH


Pendidikan memerlukan sejumlah investasi dari anggaran pemerintah dan dana
masyarakat. Agar investasi di bidang pendidikan mencapai sasaran yang diharapkan diperlukan
pengelolaan keuangan secara efektif dan efisien. Artinya setiap lembaga pendidikan yang ada
tidak boleh hanya sekedar mengejar bagaimana cara terbaik untuk menarik dana sari sumber-
sumber yang ada, melainkan yang terpenting adalah bagaimana menggunakan dana yang ada
secara tepat untuk membiayai proses pendidikan.

37
PEMBIAYAAN PENDIDIKAN SEKOLAH

Menurut bidang pendidikan, fungsi keuangan memiliki dua dimensi yaitu dimensi sumber
dana dan dimensi pengalokasian dana. Kedua dimensi tersebut merupakan satu kesatuan
selama proses manajemen berlangsung. Blocher (2000:3-4) menjelaskan:

“As with any enterprise, the financing of education consists of two dimensions : (1) the
resource dimension, the sources of funds to support the enterprise; and (2) the allocation
dimension, the ways in which funds are distribuded among the various units of the
enterprise”.
Orientasi dari kedua dimensi tersebut menurut Bittel (1998:388) adalah kemampuan
mencapai keuntungan sebesar-besarnya (to maximise the profitability) dengan tingkat resiko
yang seminimal mungkin. Orientasi di atas dapat terwujud apabila bidang keuangan dikelola
secara efektif dan efisien melalui proses manajemen yang baik. Kegiatan mengatur penerimaan,
mengalokasikan, dan mengevaluasi keuangan untuk menunjang program pendidikan di sekolah
merupakan kegiatan manajemen keuangan sekolah. Jones (1985:3) mengemukakan “The task
of school business administration is to organize and direct the flow of money to achieve the
desired policy objectives”. Jones (1985:22) berpendapat ada tiga tahapan/fungsi manajemen
keuangan yaitu: (1) financial planning; (2) implementation involves accounting; dan (3)
evaluation involves auditing.
Financial planning disebut pula sebagai “budgeting” (penganggaran). Budgeting
merupakan fungsi yang paling mendasar karena berisi berbagai keputusan untuk
mengkoordinir sumber-sumber yang ada secara sistematis (menurut siklus tertentu) guna
mencapai sasaran yang diharapkan. Implementasi merupakan pelaksanaan anggaran melalui
berbagai kegiatan sesuai dengan yang direncanakan. Sedangkan evaluasi merupakan proses
penilaian terhadap pencapaian sasaran yang telah ditetapkan. Brimley (2009:294) A budget is
a financial plan that involves at least four element: (1) planning, (2) receiving funds, (3)
spending funds, and (4) evaluating results-all performed within the limits of a predetermined
time. Husnan (2002:4) manajemen keuangan menyangkut kegiatan perencanaan, analisis dan
pengendalian kegiatan keuangan.
Nafarin (2009:4) mengemukakan bahwa fungsi manajemen ada empat yaitu
perencanaaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan. Perencanaan meliputi
pengorganisasian dan penganggaran. Perencanaan merupakan proses menyusun rencana
sehingga rencana merupakan hasil perencanaan. Proses perencanaan meliputi perumusan
strategi, perencanaan strategi, penyusunan program, dan penganggaran), jadi penganggaran
merupakan tahap keempat dalam sistem manajemen strategis. Pengorganisasian merupakan

38
PEMBIAYAAN PENDIDIKAN SEKOLAH

proses menyusun organisasi sehingga organisasi merupakan hasil pengorganisasian.


Penganggaran (budgeting) adalah merupakan proses menyusun anggaran sehingga anggaran
(budget) adalah hasil (bagian) dari penganggaran. Blocher (2000:2-3) mengemukakan fungsi
manajemen biaya meliputi: manajemen strategik, perencanaan dan pengambilan keputusan,
pengendalian manajemen dan operasional, dan penyusunan laporan keuangan. Arikunto
(2008:317) berpendapat bahwa kegiatan pembiayaan meliputi tiga hal, yaitu: (1) budgeting
(penyusunan anggaran) ; (2) accounting (pembukuan) dan (3) auditing (pemeriksaan). Lebih
lanjut fungsi-fungsi tersebut dijelaskan sebagai berikut:
Perencanaan Anggaran
Semakin banyaknya kegiatan-kegiatan yang dilakukan dan dihadapi sekolah dalam
kurun waktu ini, maka pihak sekolah perlu menetapkan skala prioritas terhadap perencanaan
finansial. Perencanaan senantiasa berhubungan dengan visi atau masa depan yang penuh
dengan ketidakpastian (uncertainty, karena itu diperlukan kemampuan dalam mengadakan

“forecasting” (peramalan) dan “estimating” (pengira-iraan) terhadap masa depan tersebut


dengan tepat. Kegiatan ini meliputi: (1) long range financial planning, dan (2) short range
financial planning.

Berdasarkan rencana jangka panjang, maka perlu diadakan estimasi terhadap kebutuhan-
kebutuhan jangka pendek yang tentu saja akan berhubungan dengan rencana jangka panjang,
dan bahkan termasuk di dalamnya penggunaan-penggunaan dana jangka pendek. Rencana-
rencana tersebut disusun pada suatu formulir yang disebut budget atau anggaran.
Budget (anggaran) adalah jumlah-jumlah yang direncanakan dan harus dicapai di masa
yang akan datang sehingga budget merupakan hasil akhir dari rencana keuangan suatu
organisasi (Gitosudarmo, 1992:226-227). Pengertian tersebut menegaskan bahwa pada
prinsipnya budget bukanlah suatu tujuan, melainkan sebagai alat penjabaran suatu rencana ke
dalam bentuk biaya untuk setiap kegiatan guna mencapai tujuan organisasi. Kemampuan
menganalisis keefektifan biaya dalam suatu program akan membantu tercapainya sasaran yang
telah ditetapkan. Fattah (2002:47) mengemukakan:
“penganggaran merupakan kegiatan atau proses penyusunan anggaran (budget). Budget
merupakan rencana operasional yang dinyatakan secara kuantitatif dalam bentuk satuan uang
yang digunakan sebagai pedoman dalam melaksanakan kegiatankegiatan lembaga dalam kurun
waktu tertentu. Oleh karena itu, dalam anggaran tergambar kegiatan-kegiatan yang akan
dilaksanakan oleh suatu lembaga. Penyusunan anggaran merupakan langkah-langkah positif
untuk merealisasikan rencana yang telah disusun. Kegiatan ini melibatkan pimpinan tiap-tiap

39
PEMBIAYAAN PENDIDIKAN SEKOLAH

unit organisasi. Pada dasarnya, penyusunan anggaran merupakan negosiasi atau


perundingan/kesepakatan antara pucuk pimpinan dengan pimpinan di bawahnya dalam
menentukan besarnya alokasi biaya suatu penganggaran. Hasil akhir dari suatu negosiasi
merupakan suatu pernyataan tentang pengeluaran dan pendapatan yang diharapkan dari setiap
sumber dana”.
Guna menentukan perkiraan kebutuhan secara tepat maka setiap anggaran harus
berorientasi ke masa depan. Dalam hal ini, Jones (1985:22) mengatakan “A budget may be
defined as the financial plan for the future, usually for one year but possible a longer or shorter
period of time”.
Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas maka perencanaan anggaran dapat diartikan
sebagai merencanakan kebutuhan dana yang diperlukan untuk membiayai kegiatan di masa
mendatang sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai secara efektif dan efisien.
Menurut Fattah (2002:53-54) desain anggaran ada empat yaitu (1) anggaran butir per
butir (line item budget), (2) anggaran program (program budget system), (3) anggaran
berdasarkan hasil (performance budget), dan (4) sistem perencanaan penyusunan program dan
penganggaran (planning programming budgeting system (PPBS/SP4).
Lipham (1985:237) membedakan menjadi tiga pendekatan dalam penyusunan anggaran
yaitu: (1) comparative approach dengan memperhatikan penerimaan dan pengeluaran untuk
setiap mata anggaran; (2) the planning programming budgeting evaluating system dengan
berorientasi pada pentingnya rencana, analisis biaya pelaksanaan dan penilaian; (3) functional
approach dengan menggabungkan kedua pendekatan sebelumnya untuk menyesuaikan
perkembangan yang terjadi pada waktu mendatang. Selanjutnya untuk kepentingan
penyusunan anggaran tersebut dibutuhkan prosedur sebagai berikut:
1. Planning the budget: identifyng needs, issues and goals, adopting obyectives, analyzing
program options, and selecting cost-effective alternative.
2. Preparing the budget: preparing budget forms, inventorying exixting resources,
assigning costs to programs, and presenting the budget.
3. Managing the budget: preparing financial report, purchasing supplies and equipment,
accounting for schools funds, and controlling expenditures.
4. Evaluating the budget: assessing educational performance, auditing achievement of
obyectives, making cost and budget comparisons, recommending future adjustments
and changes (Lipham, 1985: 239).

40
PEMBIAYAAN PENDIDIKAN SEKOLAH

Pada setiap lembaga pendidikan (sekolah) senantiasa membuat perencanaan anggaran


selama satu tahun anggaran. Perencanaan tahunan disusun sehubungan dengan ditetapkannya
kebijaksanaan tahunan, kegiatan, sasaran, dan keperluan biaya dalam kaitannya untuk
mencapai tujuan pembangunan pendidikan. Perencanaan anggaran di sekolah disebut
RAPES/RAPBS (Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah). Untuk penyusunan
RAPBS diperlukan kemampuan Kepala Sekolah dalam hal: (1) penetapan tujuan dalam
hubungannya dengan maksud-maksud pendidikan di sekolah sebagai keharusan untuk
mempersiapkan anggaran belanja yang efektif; (2) menterjemahkan tujuan ke dalam program-
program pendidikan yang ditunjukkan untuk mengimplementasikan tujuan-tujuan sehingga
mampu menentukan anggaran belanja dengan tepat; (3) menentukan sumber daya manusia dan
material yang diperlukan untuk mengimplementasikan program-program pendidikan; (4)
membuat perkiraan anggaran belanja dengan teliti. (Fattah,2002:56).

Pelaksanaan Anggaran
Tahapan pelaksanaan anggaran meliputi penerimaan dan penggunaan keuangan sekolah.
Baik transaksi penerimaan maupun transaksi penggunaan harus dicatat, dikelompokkan secara
benar melalui accounting system yang baik Menurut sisi penerimaan maka dana yang
terkumpul merupakan sumber biaya potensial untuk membiayai setiap kegiatan dan
pengembangan pendidikan di sekolah.
Menurut Panduan Pelaksanaan Pembinaan SMP RSBI (2009:69) dan Rencana Kerja dan
Anggaran Sekolah SMP RSBI (2009:81) sumber penerimaam dana pendidikan berasal dari: (1)
pemerintah pusat (dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah); (2) pemerintah pusat
(blockgrant); (3) pemerintah propinsi; (4) pemerintah kota; (5) iuran komite sekolah
(sumbangan masyarakat). Sedangkan pembiayaan pendidikan di SMP RSBI terdiri dari: (1)
gaji guru dan karyawan; (2) belanja barang; (3) kegiatan pelajar; (4) kegiatan komite sekolah;
(5) belanja pemeliharaan; (6) pengadaan pengembangan sekolah; (7) pengembangan sekolah
sebagai RSBI meliputi: pencapaian akreditasi sekolah, kurikulum berstandar internasional,
standar proses pembelajaran, pemenuhan standar penilaian, pemenuhan standar pengelolaan,
pemenuhan standar sarana dan prasarana, pemenuhan standar pendidik dan tenaga
kependidikan, standar pembiayaan, pengembangan budaya dan lingkungan sekolah.
Evaluasi Anggaran
Tahap evaluasi anggaran dimaksudkan untuk melihat efektivitas anggaran dalam
membiayai berbagai kegiatan dan aktiva yang ada. Evaluasi tidak dimaksudkan untuk
menemukan gagasan baru atau mekanisme keuangan, tetapi untuk menganalisis hasil dan

41
PEMBIAYAAN PENDIDIKAN SEKOLAH

melakukan perbaikan anggaran pada periode berikutnya. Utamanya yang berhubungan dengan
siswa, program pengajaran dan personalia (Jones, 1985:13).
Pengawasan termasuk dalam tahapan evaluasi anggaran. Menurut Fattah (2002:65)
pengawasan anggaran bertujuan untuk mengukur, membandingkan, menilai alokasi biaya dan
tingkat penggunaannya. Pengawasan anggaran diharapkan dapat mengetahui sampai dimana
tingkat efektivitas dan efisiensi dari penggunaan sumber-sumber dana yang tersedia.
Pengawasan anggaran dilaksanakan untuk mengetahui tingkat kesesuaian antara biaya yang
dialokasikan untuk setiap komponen dalam anggaran dengan realisasi anggaran. Lebih lanjut
Fattah (2002) menjelaskan sistem pengawasan berorientasi pada hal-hal berikut:
“(1) Sistem pengawasan fungsional yang dimulai sejak perencanaan yang menyangkut
aspek penilaian kehematan, efisiensi, efektivitas yang mencakup seluruh aktivitas
program di setiap bidang organisasi;

(2) hasil temuan pengawasan harus ditindaklanjuti dengan koordinasi antara aparat
pengawasan dengan aparat penegak hukum serta instansi terkait turut menyamakan
persepsi, mencari pemecahan bersama atas masalah yang dihadapi;

(3) kegiatan pengawasan hendaknya lebih diarahkan pada bidang-bidang yang strategis
dan memperhatikan aspek manajemen;

(4) kegiatan pengawasan hendaknya memberi dampak terhadap penyeleksian masalah


dengan konsepsional dan menyeluruh;

(5) kegiatan pengawasan dilakukan orang-orang yang memiliki kompetensi teknis, sikap,
dedikasi, dan integritas pribadi yang baik;

(6) akurat, artinya informasi tentang kinerja yang diawasi memiliki ketepatan
data/informasi yang sangat tinggi;

(7) tepat waktu, artinya kata yang dihasilkan dapat digunakan sesuai dengan saat untuk
melakukan perbaikan;

(8) obyektif dan komprehensif;

(9) tidak mengakibatkan pemborosan;

(10) tindakan dan kegiatan pengawasan bertujuan untuk menyamakan rencana/keputusan


yang telah dibuat, dan

42
PEMBIAYAAN PENDIDIKAN SEKOLAH

(11) kegiatan pengawasan harus mampu mengoreksi dan menilai pelaksanaan pekerjaan
sesuai dengan rencana semula.

Proses pengawasan terdiri dari tiga kegiatan pokok:


(1) memantau (monitoring);
(2) menilai, dan
(3) melaporkan hasil-hasil temuan, kegiatan/monitoring dilakukan terhadap kinerja
aktual, baik dalam proses maupun hasilnya.
Aktivitas yang sedang dan telah dilakukan terhadap kinerja aktual, baik dalam proses
maupun hasilnya. Langkah yang harus dilaksanakan adalah:
(1) penetapan standar/patokan yang digunakan berupa ukuran kuantitas, kualitas, biaya,
dan waktu;
(2) mengukur dan membandingkan antara kenyataan yang sebenarnya dengan standar
yang telah ditetapkan;
(3) mengidentifikasikan penyimpangan;
(4) menentukan tindakan perbaikan atau koreksi yang kemudian menjadi materi
rekomendasi” .
Auditing senantiasa berkaitan dengan masalah keuangan dan mengandung makna bahwa
dalam prosesnya perhatian dari pemeriksaan ditikberatkan pada aliran uang yang ada dalam
organisasi. Aliran uang tersebut mencakup pertanggungjawaban penerimaan, penyimpanan
dan pembayaran atau penyerahan uang yang dilakukan oleh bendaharawan kepada pihak-pihak
yang berwenang (Arikunto, 2008: 318-319).
Selanjutnya ia menjelaskan bahwa auditing ini sangat penting dan bermanfaat
sekurangkurangnya:
a. Bagi bendaharawan yang bersangkutan
1. bekerja dengan arah yang pasti,
2. bekerja dalam target waktu yang sudah ditentukan,
3. tingkat keterampilannya dapat diukur dan dihargai,
4. mengetahui dengan jelas batas wewenang dan kewajibannya,
5. ada kontrol bagi dirinya terhadap godaan penyalah gunaan uang.
b. Bagi lembaga yang bersangkutan
1. dimungkinkan adanya sistem kepemimpinan terbuka,
2. memperjelas batas wewenang dan tanggung jawab antar petugas,
3. tidak menimbulkan rasa curiga-mencurigai,

43
PEMBIAYAAN PENDIDIKAN SEKOLAH

4. ada arah yang jelas dalam menggunakan uang yang diterima.


c. Bagi atasannya
1. dapat diketahui bagian/keseluruhan anggaran yang telah dilaksanakan,
2. dapat diketahui tingkat keterlaksanaan serta hambatannya demi penyusunan
anggaran tahun berikutnya,
3. dapat diketahui keberhasilan pengumpulan, penyimpanan dan kelancaran
pengeluaran,
4. dapat diketahui tingkat kecermatan dalam mempertanggungjawabkan,
5. untuk memperhitungkan biaya kegiatan tahun yang lampau sebagai umpan balik
bagi perencanaan masa yang akan datang,
6. untuk arsip dari tahun ke tahun.
d. Bagi Badan Pemeriksa Keuangan
1. ada patokan yang jelas dalam melakukan pengawasan terhadap uang milik negara,
2. ada dasar yang tegas untuk mengambil tindakan apabila terjadi penyelewengan.

E. KEDUDUKAN BIAYA DALAM MANAJEMEN KEUANGAN SEKOLAH


Perkembangan ilmu manajemen yang semakin kompleks, ternyata menjadikan istilah
manajemen keuangan sering diganti dengan istilah manajemen pembiayaan. Penggantian
tersebut membuktikan bahwa penggunaan dana untuk membiayai setiap kegiatan semakin
memperoleh perhatian yang lebih besar dari pada sekedar menghimpun dana.
Gitosudarmo (1992:226) berpendapat ada enam aspek yang harus diperhatikan dalam
manajemen pembiayaan yaitu:
(1) tujuan-tujuan perusahaan sebagai keseluruhan dan tujuan-tujuan finansialnya;
(2) saat kapan kebutuhan dana itu diperlukan;
(3) berapa besarnya dana dan untuk berapa lama kebutuhan dana itu diperlukan;
(4) alokasi dari pada kebutuhan dana agar diperoleh efisiensi kerja serta hasil yang
maksimal;
(5) dari mana dana tersebut dapat diambil;
(6) cara pengendalian dana yang ditarik.

Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat ditarik simpulan bahwa:


(1) penggunaan biaya merupakan bagian integral dari keseluruhan proses manajemen;

44
PEMBIAYAAN PENDIDIKAN SEKOLAH

(2) penggunaan biaya menempati posisi strategis oleh karena sangat menentukan
ketepatan alokasi dana kepada berbagai kegiatan yang mendukung tercapainya tujuan
pendidikan di sekolah;
(3) penggunaan biaya membutuhkan dukungan dari fungsi-fungsi manajemen yang lain
yaitu fungsi perencanaan dan evaluasi secara baik.

45
IMALAILLA CHRISTINA MULIANA (7101418345) P AP A 2018
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG.

BAB IV KONDISI PEMBIAYAAN PENDIDIKAN

A. MASALAH PEMBIAYAAN PENDIDIKAN


SEKOLAH
B. FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI PEMBIAYAAN
PENDIDIKAN SEKOLAH
C. ANALISIS BIAYA PENDIDIKAN SEKOLAH

46
PEMBIAYAAN PENDIDIKAN SEKOLAH

A. MASALAH PEMBIAYAAN PENDIDIKAN SEKOLAH

Di Indonesia banyak sekali masalah pembiayaan pendidikan yang sering terjadi di


sekolah dimana pada saat ini kondisi pembiayaan pendidikan di Indonesia ibarat benang yang
kusut, sehingga ada kesulitan harus dari mana memulainya agar masalah tersebut dapat
diselesaikan secara tuntas. Banyak permasalahan yang terjadi dalam penyelenggaraan
pendidikan di Indonesia bukan hanya karena sistem pendidikan, tetapi dapat diduga pula
dikarenakan oleh para pelaku penyelenggara pendidikan itu sendiri. Mirisnya lagi, yang dapat
mengenyam pendidikan bermutu kebanyakan hanya orang-orang golongan atas, sementara
orang-orang dari golongan bawah hanya bisa diam dan tidak tahu harus berbuat apa. Pada
realitanya, masih cukup banyak ditemui usia sekolah yang tidak bersekolah karena terbentur
masalah biaya pendidikan yang mahal. Akibat kondisi tersebut, terjadi pengangguran,
kriminalitas, dan kemiskinan di mana-mana. Kondisi ini mencerminkan bahwa keterjangkauan
pembiayaan pendidikan masih jauh dari harapan masyarakat, sehingga perlu ada langkah yang
tepat baik dari Pemerintah bersama masyarakat untuk mencari solusi yang tepat dalam
menangani masalah pembiayaan pendidikan.
Saat ini, penerapan pembiayaan pendidikan belum dapat sepenuhnya mencerminkan
keberpihakan kepada peserta didik dari kalangan kurang beruntung dari segi ekonomi. Ke
depan, diharapkan sistem pembiayaan pendidikan dapat mencerminkan ketercapaian mutu
pendidikan. Menyikapi tuntutan masyarakat dewasa ini terhadap mutu pendidikan yang tinggi,
maka perlu mengadopsi sistem pembiayaan subsidi silang di mana dalam sistem tersebut
diprioritaskan untuk siswa yang tidak memiliki akses kepada pendidikan karena secara
ekonomi kurang mampu. Ini tercermin dalam Pasal 52 huruf f, Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan di mana salah satu
ketentuannya menetapkan bahwa dana pendidikan satuan pendidikan yang diselenggarakan
oleh Pemerintah Pusat maupun Pemerintah daerah menerapkan sistem subsidi silang yang
diatur tersendiri oleh satuan pendidikan (Depdiknas, 2008).
Berdasarkan hasil studi pembiayaan pendidikan di Sekolah Dasar Negeri yang
dilakukan Fattah (1998) terungkap bahwa faktor-faktor internal sekolah memberikan
kontribusi signifikan terhadap mutu pendidikan, yaitu: 1) kesejahteraan guru; 2) kemampuan
guru; 3) sarana kelas; dan 4) buku-buku pelajaran. Keempat komponen tersebut dalam
penyusuna RAPBS memerlukan skala prioritas dalam mendapatkan alokasi biaya.
Faktor eksternal pendidikan, seperti keadaan ekonomi orang tua murid, aspirasi
keluarga sangat berpengaruh terhadap pencapaian prestasi-prestasi siswa. Hal itu dibuktikan

47
PEMBIAYAAN PENDIDIKAN SEKOLAH

dari hasil studi, yang dilakukan oleh Fattah (1999) bahwa mutu pendidikan di daerah perkotaan
lebih tinggi daripada di daerah pedesaan yang keadaan sosial ekonominya kurang. Sekolah-
sekolah yang memiliki orang tua murid dengan lingkungan keluarga mampu mempunyai
fasilitas yang bermutu, guru lebih berkemampuan menciptakan pengelolaan belajar baik, yang
memungkinkan siswa belajar lebih baik dan pada akhirnya prestasi muridnya jauh lebih baik.
Menurut Fattah (2006) melihat perkembangannya, anggaran mempunyai manfaat yang
dapat digolongkan dalam tiga jenis, yaitu: 1) sebagai alat penaksir; 2) sebagai alat otorisasi
pengeluaran dana, dan; 3) sebagai alat efisiensi. Anggaran sebagai alat efisiensi merupakan
fungsi yang paling esensial dalam pengendalian. Dari segi pengendalian jumlah anggaran yang
didasarkan atas angka-angka yang standar dibandingkan dengan realisasi biaya yang melebihi
atau kurang, dapat dianalisis ada tidaknya pemborosan atau penghematan.
Peranan anggaran dalam pengelolaan pembelajaran yang berkaitan dengan layanan
belajar dan manajemen sekolah serta manajemen sekolah secara keseluruhan tentu sangatlah
penting untuk mencapai tujuan. Anggaran pendidikan merupakan pola organisasi yang dirinci
menjadi elemen-elemen dari rencana terpadu ke dalam komponen bagian atau departemen yang
memudahkan biaya estimasi. Efisiensi pendidikan menggambarkan hubungan antara input dan
output atau antara masukan dan keluaran. Suatu sistem yang efisien ditunjukkan oleh keluaran
yang lebih untuk sumber masukan, efisiensi pendidikan mempunyai kaitan antara
pendayagunaan sumber-sumber pendidikan yang terbatas sehingga mencapai optimalisasi yang
tinggi.
Penyusunan anggaran merupakan salah satu langkah positif untuk merealisasikan
rencana yang telah ditetapkan. Dalam penyusunan anggaran dapat menggunakan sistem
kombinasi yang merupakan sistem yang lebih baik, karena sistem penganggaran ini telah
melalui proses pemilihan kebutuhan yang menjadi prioritas dengan anggaran yang telah
ditentukan berdasarkan perkiraan. Metoda penetapan biaya dengan memperkirakan
pengeluaran berdasarkan laporan lembaga-lembaga pendidikan, menggunakan SP4 (Sistem
Perencanaan Penyusunan Program dan Pengajaran).
Dalam penggunaan anggaran harus memenuhi kriteria sebagai berikut: 1) harus ada
laporan dari biaya; 2) laporan harus dibuat secara uniform, yaitu dengan standar fungsional
yang sama; dan 3) laporan harus memperlihatkan keseluruhan biaya operasi lembaga itu. Biaya
yang harus dikeluarkan dalam penyelenggaraan pendidikan meliputi biaya langsung (direct
cost) dan biaya tidak langsung (indirect cost) perhitungan biaya pendidikan ditentukan oleh
kegiatan dan biaya satuan, meliputi gaji guru, sarana prasarana pembelajaran dan dukungan
pembiayaan mencakup pengadaan dan pemeliharaan.

48
PEMBIAYAAN PENDIDIKAN SEKOLAH

Pembiayaan pendidikan yang efektif dan efisien merupakan tanggung jawab bersama,
baik Pemerintah maupun masyarakat. Perlu dibangun rasa saling percaya, baik internal
Pemerintah maupun antara Pemerintah dengan masyarakat dan masyarakat dengan masyarakat
itu sendiri dapat ditumbuhkan. Keterbukaan, partisipasi, akuntabilitas dalam penyelenggaraan
pendidikan mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan menjadi kata kunci untuk
mewujudkan efektivitas pembiayaan pendidikan. Biaya pendidikan di Indonesia saat ini tidak
murah lagi jika dilihat dari penghasilan rakyat Indonesia setiap harinya. Masalah mahalnya
biaya pendidikan tidak hanya pendidikan di perguruan tinggi, melainkan juga biaya pendidikan
di sekolah dasar sampai sekolah menengah ke atas walaupun sekarang ini sekolah sudah
mendapat bantuan operasional sekolah (BOS). Namun semuanya masih belum mencukupi
biaya pendidikan bagi masyarakat yang kurang mampu.
Pembiayaan pendidikan terdiri atas biaya investasi, biaya operasi, dan biaya personal.
Biaya investasi satuan pendidikan meliputi biaya penyediaan sarana dan prasarana,
pengembangan sumber daya manusia, dan modal kerja tetap. Biaya personal meliputi biaya
pendidikan yang harus dikeluarkan oleh peserta didik untuk bisa mengikuti proses
pembelajaran. Biaya operasi satuan pendidikan meliputi gaji pendidik dan tenaga kependidikan
serta segala tunjangan yang melekat pada gaji, bahan atau peralatan pendidikan habis pakai
dan biaya operasi pendidikan tak langsung berupa daya, air, jasa telekomunikasi, pemeliharaan
sarana dan prasarana, uang lembur, transportasi, konsumsi, pajak, asuransi, dan lain
sebagainya.
Kompleksitas biaya yang timbul berdasarkan uraian di atas merupakan suatu proses
yang secara bersamasama harus ditelaah, diselesaikan, dan diharapkan dapat menghasilkan
suatu model pembiayaan pendidikan yang terbaik sebagai upaya dalam mewujudkan cita-cita
pendidikan nasional menuju masyarakat yang adil dan makmur.

B. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBIAYAAN PENDIDIKAN


SEKOLAH
Menurut Iskandar (2011), lembaga pendidikan sebagai produsen jasa pendidikan,
seperti halnya pada bidang usaha lainnya menghadapi masalah yang sama, yaitu dalam hal
biaya produksi, tetapi ada beberapa kesulitan khusus mengenai penerapan perhitungan biaya
produksi. Produksi pendidikan diartikan sebagai unit pelayanan khusus (units of specific
services). Unit output harus meliputi dimensi waktu, seperti tahun belajar atau jam belajar agar
biaya-biaya dalam mempersiapkan output dibandingkan input. Input meliputi barang-barang
yang dibeli dan orang-orang yang disewakan untuk menyediakan jasa.

49
PEMBIAYAAN PENDIDIKAN SEKOLAH

Di antara masukan (input) yang penting dalam sistem bidang pendidikan ruang,
peralatan, buku, material, dan waktu para guru dan karyawan lain. Output menjadi hasil
tambahan yang diakibatkan oleh suatu kenaikan biaya pendidikan yang diterima di sekolah,
sepanjang masukan (input) menjadi bagian dari biaya kenaikan. Suatu unsur biaya tambahan,
yang ada dalam fungsi produksi yang terdahulu, menjadi biaya kesempatan dari peserta didik
(Iskandar, 2011).
Analisis mengenai biaya produksi pendidikan pada dasarnya menggunakan model teori
“inputproses-output” di mana sekolah dipandang sebagai suatu sistem industri jasa. Menurut
Blaug (1992) dan (Idochi dan Anwar, 2004), kita menghadapi suatu kelemahan yang merembes
pada fungsi produksi pendidikan, bahwa hubungan antara input sekolah di satu pihak, dan
output sekolah di lain pihak secara konvensional diukur melalui skors-skors achievement.”
Dari berbagai pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi pembiayaan pendidikan sekolah dipengaruhi oleh:
1) kenaikan harga (rising prices);
2) perubahan relatif dalam gaji guru (teacher’s sallaries);
3) perubahan dalam populasi dan kenaikannya prosentasi anak di sekolah negeri;
4) meningkatnya standar pendidikan (educational standards);
5) meningkatnya usia anak yang meninggalkan sekolah;
6) meningkatnya tuntutan terhadap pendidikan lebih tinggi (higher education).

C. ANALISIS BIAYA PENDIDIKAN SEKOLAH


Biaya pendidikan di Indonesia merupakan salah satau masalah yang dirasakan masih
krusial, Meskipun masalah pembiayaan seutuhnya tidak sepenuhnya berpengaruh langsung
terhadap kualitas pendidikan, namun pembiayaan berkaitan erat dengan kelancaran
pembelajaran di sekolah, termasuk pengadaan sarana-prasarana dan sumber belajar. Berapa
banyak sekolah yang tidak dapat melakukan kegiatan belajar-mengajar secara optimal hanya
karena masalah keuangan baik untuk menggaji guru maupun untuk pengadaan sarana dan
prasarana pembelajaran. Dalam kaitan ini, meskipun tuntutan reformasi menghendaki
pendidikan yang murah dan berkualitas, namun pendidikan yang berkualitas senantiasa
memerlukan biaya yang tidak sedikit.
Oleh kaena itu, sekolah sharusnya mampu mengelola keuangan yang ada sehingga
dapat menghindari penggunaan biaya yang tidak perlu/ tidak direncanakan dalam Rencana
Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah (RAPBS). Efektivitas pembiayaan merupakan
salah satu alat ukur efisiensi, sehingga program kegiatan tidak hanya dihitung berdasarkan

50
PEMBIAYAAN PENDIDIKAN SEKOLAH

biaya tetapi juga waktu, dan lebih amat penting lagi menghindari dan menseleksi penggunaan
dana operasional, pemeliharaan, dan biaya lain yang mengarah pada pemborosan.
Bobbit (1992) dalam Fatah (2009) berpendapat bahwa sekolah secara mandiri dan
berkewenangan penuh mengelola anggaran biaya secara efisien. Sebagai contoh efektivitas dan
efisiensi dalam penyelenggaraan pendidikan yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Jembrana-
Bali. Kabupaten tersebut sejak tahun 2001 mampu memberikan pendidikan gratis 12 tahun bagi
warga asli daerah tersebut. Pemerataan pendidikan, manajemen pendidikan yang efektif, dan
peningkatan partisipasi masyarakat merupakan pijakan dalam melancarkan program
pendidikan di Kabupaten Jembrana.
Contoh lain, implementasi konsep manajemen berbasis sekolah (MBS) pada hakikatnya
menampilkan konsep pengelolaan anggaran pendidikan dengan tujuan untuk menjawab
persoalan bagaimana mendayagunakan sumbersumber pembiayaan secara efektif dan efisien?
serta bagaimana mengembangkan sumbersumber baru pembiayaan bagi pembangunan
pendidikan? agar tujuan pendidikan dapat tercapai secara optimal.
Dalam kondisi dana yang sangat terbatas dan sekolah dihadapkan pada kebutuhan yang
beragam, maka sekolah harus mampu membuat keputusan dengan tetap berpedoman pada
peningkatan mutu. Manakala sekolah memiliki rencana untuk mengadakan perbaikan fasilitas
seperti pagar sekolah atau merencanakan pengadaan alat laboratorium, maka sekolah perlu
mempertimbangkan prioritas mana yang diasumsikan memiliki pengaruh yang dominan
terhadap peningkatan mutu proses belajarmengajar. Apabila melalui berbagai pertimbangan
dan atas dasar musyawarah dan mufakat dengan para pemangku kepentingan, pengadaan alat
peraga laboratorium lebih memiliki dampak yang kuat, maka keputusan yang paling efisien
mengadakan alat peraga laboratorium.
Efisiensi pendanaan pendidikan ditentukan oleh ketepatan dalam mendayagunakan
anggaran pendidikan dengan memberikan prioritas pada faktor-faktor input pendidikan yang
dapat memacu prestasi belajar peserta didik. Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja
Sekolah (RAPBS) merupakan suatu rancangan pembiayaan pendidikan di sekolah dalam
rangka mengatur dan mengalokasikan dana pendidikan yang sumbernya sudah terkalkulasi
jumlah dan besarannya, baik merupakan dana rutin bantuan dari Pemerintah berupa dana
bantuan operasional atau dana lain yang berasal dari sumbangan masyarakat atau orang tua
peserta didik.
Dalam merancang dan menyususun RAPBS ada beberapa hal yang harus diperhatikan,
di antaranya masalah efektivitas pembiayaan sebagai salah satu alat ukur efisiensi. Efektivitas
pembiayaan merupakan faktor penting yang senantiasa diperhitungkan bersamaan dengan

51
PEMBIAYAAN PENDIDIKAN SEKOLAH

efisiensi. Artinya, suatu program kegiatan tidak hanya menghitung waktu yang singkat, tetapi
tidak memperhatikan anggaran yang harus dikeluarkan seperti biaya operasional dan dana
pemeliharaan sarana yang mengarah pada pemborosan. Kepala Sekolah bersama-sama guru
dan Komite Sekolah dalam menentukan anggaran pembelajaran harus berdasarkan kebutuhan
yang riil dan benar-benar sangat dibutuhkan untuk keperluan dalam rangka menunjang
penyelenggaraan proses pembelajaran yang bermutu.
Lebih lanjut, analisis biaya dalam pendidikan mencakup keefektifan biaya (cost
affectiveness), keuntungan biaya (cost benefit), kemanfaatan biaya (cost-utility), dan
kefisibilitasan biaya (costfeasibility). Selanjutnya, secara rinci masingmasing analisis biaya
diuraikan sebagai berikut:
1) Analisis keefektifan biaya. Suatu pekerjaan disebut efektif kalau pekerjaan itu
dikerjakan dengan tepat dan mencapai tujuan yang diinginkan. Biaya pendidikan digunakan
secara efektif berarti biaya itu diarahkan hanya untuk mencapai tujuan pendidikan yang
ternyata sesudah selesai pekerjaan mendidik itu tujuan yang direncanakan semula benar-benar
tercapai;
2) Analisis keuntungan biaya. Analisis ini menghubungkan antara besar biaya yang
dikeluarkan dengan besar pendapatan setelah menjalani pendidikan atau latihan;
3) Analisis kemanfaatan biaya adalah analisis yang berusaha membandingkan biaya
yang digunakan oleh suatu alternatif dengan estimasi manfaatnya atau nilai outcomenya;
4) Analisis kefisibilitas biaya. Analisis ini tidak dapat diukur secara kuantitatif seperti
analisis sebelumnya, analisis ini hanya melihat apakah biaya yang dipakai oleh alternatif itu
cukup atau tidak, bila dihubungkan dengan dana yang tersedia. Bila biaya alternatif melebihi
dana dan sumber-sumber pendidikan lainnya, maka rencana itu tidak dapat dilaksanakan, atau
alternatif tersebut tidak fisibel.

52
IMALAILLA CHRISTINA MULIANA (7101418345) P AP A 2018
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG.

BAB V RENCANA ANGGARAN PENDAPATAN


DAN BELANJA SEKOLAH (RAPBS)

A. PENGERTIAN DAN FUNGSI RAPBS


B. BENTUK RAPBS
C. PRINSIP-PRINSIP RAPBS
D. KONSEP PENGANGGARAN

53
PEMBIAYAAN PENDIDIKAN SEKOLAH

A. PENGERTIAN DAN FUNGSI RENCANA ANGGARAN PENDAPATAN dan


BELANJA SEKOLAH
1. Pengertian
RAPBS (Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah) adalah anggaran
terpadu antara penerimaan dan penggunaan dana serta pengelolaannya dalam memenuhi
seluruh kebutuhan sekolah selama satu tahun pelajaran berjalan. Dimana sumber dananya
berasal dari pemerintah pusat, pemerintah daerah, masyarakat, dan orangtua / wali peserta
didik. Sumber dana perolehan dan pemakaian dana dipadukan dengan kondisi objektif
kepentingan sekolah dan penyandang dana. (Abuddinata,2003,hlm. 102).
RAPBS juga menggambarkan alokasi dan distribusi sumber-sumber keuangan
kepada setiap bagian aktifitas sekolah. RAPBS setidaknya meliputi penganggaran untuk
kegiatan pengajaran, materi kelas, pengembangan profesi guru, renovasi bangunan sekolah,
pemeliharaan, buku, meja dan kursi.
2. Fungsi
Secara garis besar, kegiatan RAPBS dilakukan agar rencana penerimaan dan
pengeluaran dana sekolah/madrasah dapat dikontrol dengan baik (Abuddinata,2003,hlm. 103).
Adapun secara rinci, RAPBS berfungsi untuk:
a) Pedoman pengumpulan dana dan pengeluarannya
b) Menggali dana secara kreatif dan maksimal
c) Menggunakan dana secara jujur dan terbuka
d) Mengembangkan dana secara produktif
e) Mempertanggung-jawabkan dana secara objektif

B. BENTUK RENCANA ANGGARAN PENDAPATAN dan BELANJA SEKOLAH


1) Anggaran Pendapatan
Sumber keuangan atau pembiayaan pada suatu sekolah secara garis besar dapat
dikelompokkan menjadi beberapa sumber, yaitu:
a) Dana dari Pemerintah
Baik dana dari pemerintah pusat, pemerintah daerah, maupun keduanya. Dan dana tersebut
diperuntukkan bagi kepentingan pendidikan.
b) Dana dari Orang Tua Siswa
Pendanaan dari orang tua siswa ini dikenal dengan istilah iuran Komite. Besarnya
sumbangan dana yang harus dibayar oleh orang tua siswa ditentukan oleh rapat Komite
sekolah. (Suryobroto,2004,hlm. 92). Pada umumnya dana Komite terdiri atas:

54
PEMBIAYAAN PENDIDIKAN SEKOLAH

Dana tetap tiap bulan sebagai uang kontribusi yang harus dibayar oleh orang tua setiap
bulan selama anaknya menjadi siswa di sekolah
Dana insidental yang dibebankan kepada siswa baru yang biasanya hanya satu kali
selama tiga tahun menjadi siswa (pembayarannya dapat diangsur).
Dana sukarela yang biasanya ditawarkan kepada orang tua siswa terterntu yang
dermawan dan bersedia memberikan sumbangannya secara sukarela tanpa suatu ikatan
apapun.
c) Dana dari Masyarakat
Dana ini biasanya merupakan sumbangan sukarela yang tidak mengikat dari anggota-
anggota masyarakat sekolah yang menaruh perhatian terhadap kegiatan pendidikan di suatu
sekolah. Sumbangan sukarela yang diberikan tersebut merupakan wujud dari kepeduliannya
karena merasa terpanggil untuk turut membantu kemajuan pendidikan. Dana ini ada yang
diterima dari perorangan, dari suatu organisasi, dari yayasan ataupun dari badan usaha baik
milik pemerintah maupun milik swasta.
d) Dana dari Alumni
Dana ini merupakan bantuan dari para Alumni untuk membantu peningkatan mutu sekolah
yang tidak selalu dalam bentuk uang (misalnya buku-buku, alat dan perlengkapan belajar).
Namun dana yang dihimpun oleh sekolah dari para alumni merupakan sumbangan sukarela
yang tidak mengikat dari mereka yang merasa terpanggil untuk turut mendukung kelancaran
kegiatankegiatan demi kemajuan dan pengembangan sekolah. Dana ini ada yang diterima
langsung dari alumni, tetapi ada juga yang dihimpun melalui acara reuni atau lustrum sekolah.
e) Dana dari Peserta Kegiatan
Dana ini dipungut dari siswa sendiri atau anggota masyarakat yang menikmati pelayanan
kegiatan pendidikan tambahan atau ekstrakurikuler, seperti pelatihan komputer, kursus bahasa
Inggris atau keterampilan lainnya.
f) Dana dari Kegiatan Wirausaha Sekolah
Ada beberapa sekolah yang mengadakan kegiatan usaha untuk mendapatkan dana. Dana ini
merupakan kumpulan hasil berbagai kegiatan wirausaha sekolah yang pengelolaannya dapatj
dilakukan oleh staf sekolah atau para siswa misalnya koperasi, kantin sekolah, bazar tahunan,
wartel, usaha fotokopi, dll.
2) Anggaran Belanja (Pengeluaran)
Secara garis besar, pengeluaran dari suatu sekolah/madrasah dapat dibagi menjadi dua,
yaitu:

55
PEMBIAYAAN PENDIDIKAN SEKOLAH

a) Pembiayaan rutin
Pembiayaan rutin adalah biaya (anggaran) yang harus dikeluarkan secara rutin dan pasti dari
tahun ke tahun, seperti gaji pegawai (guru dan non-guru), biaya operasional, biaya
pemeliharaan gedung, fasilitas dan alat pengajaran.
b) Pembiayaan pembangunan
Pembiayaan pembangunan misalnya biaya pembelian atau pengembangan tanah,
pembangunan gedung, perbaikan gedung, penambahan furnitur, dll.
Selain penggunaan dua macam dana di atas, ada satu lagi yang harus dialokasikan, yaitu
anggaran untuk kebutuhan atau kepentingan sosial, baik bantuan sosial ke dalam maupun ke
luar. Bantuan ke dalam dapat berupa dana untuk warga sekolah sendiri. Sementara itu, bantuan
sosial ke luar seperti untuk bencana alam, perayaan HUT RI, permohonan sumbangan dari luar,
dan sebagainya.

C. PRINSIP-PRINSIP RENCANA ANGGARAN PENDAPATAN dan BELANJA


SEKOLAH
Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah (RAPBS) harus berdasarkan pada
rencana pengembangan sekolah dan merupakan bagian dari rencana operasional tahunan.
RAPBS setidaknya meliputi penganggaran untuk kegiatan pengajaran, materi kelas,
pengembangan profesi guru, renovasi bangunan sekolah, pemeliharaan, buku, meja dan kursi.
Penyusunan RAPBS tersebut harus melibatkan kepala sekolah, guru, komite sekolah, staf TU
dan komunitas sekolah. RAPBS perlu disusun pada setiap tahun ajaran sekolah dengan
memastikan bahwa alokasi anggaran bisa memenuhi kebutuhan sekolah secara optimal.
Prinsip-prinsip dalam penyusunan RAPBS adalah:
a) RAPBS harus benar-benar difokuskan pada peningkatan pembelajaran murid secara
jujur, bertanggung jawab, dan transparan.
b) RAPBS harus ditulis dalam bahasa yang sederhana dan jelas, dan dipajang di tempat
terbuka di sekolah.
c) Dalam menyusun RAPBS, sekolah sebaiknya secara saksama memprioritaskan
pembelanjaan dana sejalan dengan rencana pengembangan sekolah.
Hal penting yang harus diperhatikan dalam penyusunan RAPBS adalah harus adanya
pemenuhan biaya yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan sekolah/madrasah setiap
tahunnya. RAPBS ini pun dituntut mencakup semua anggaran kegiatan rutin dan biaya penting
lainnya, agar kesemuanya itu dapat dilaksanakan satu tahun.

56
PEMBIAYAAN PENDIDIKAN SEKOLAH

D. KONSEP PENGANGGARAN
1. Anggaran (Budgeting)
a) Pengertian
Istilah Penganggaran (Budgeting), menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah:
1) Proses mengikhtisarkan rancangan pengeluaran dan penerimaan keuangan selama
jangka (waktu) tertentu.
2) Kegiatan mengalokasi sumber daya untuk mencapai sasaran usaha dalam jangka
(waktu) tertentu. Penyusunan anggaran pendidikan itu dikenal dengan istilah
penganggaran pendidikan.
Menurut (Fatah, 1999) penyusunan anggaran (budget) merupakan rencana operasional
yang dinyatakan secara kuantitatif dalam bentuk satuan uang yang digunakan sebagai pedoman
dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan lembaga dalam kurun waktu tertentu. Oleh karena itu
dalam anggaran tergambar kegiatan yang akan dilaksanakan suatu institusi atau lembaga.
Pemerintah pusat memiliki anggaran yang diatur dalam Undang-undang Nomor 8
Tahun 2016 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Pasal 1 ayat (39)
mendefinisikan Anggaran Pendidikan adalah alokasi anggaran pada fungsi pendidikan yang
dianggarkan melalui kementerian negara/lembaga, alokasi anggaran pendidikan melalui
transfer ke daerah dan dana desa, dan alokasi anggaran pendidikan melalui pengeluaran
pembiayaan, termasuk gaji pendidik, tetapi tidak termasuk anggaran pendidikan kedinasan,
untuk membiayai penyelenggaraan pendidikan yang menjadi tanggung jawab Pemerintah.
Sedangkan di tingkat Provinsi, kabupaten dan kota masing-masing juga memiliki
sumber anggaran, yang dikenal dengan anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD).
Dalam APBN dan APBD dialokasikan anggaran untuk sektor pendidikan, yang dikenal dengan
anggaran pendidikan dan turunannya Dari berbagai uraian di atas kita bisa memahami bahwa
anggaran pendidikan merupakan sejumlah uang yang dialokasikan untuk menyelenggarakan
layanan pendidikan. Baik bagi sekolah-sekolah negeri, pemerintah (pusat dan daerah) adalah
pihak yang berwenang atas penggunaan anggaran sebagaimana ditetapkan oleh undang-
undang. Pada tingkat nasional, Kemendikbud dan Kemenristek Dikti adalah pihak yang
berwenang menetapkan anggaran pendidikan, sumber dan tujuan penggunaannya.
Pada tingkat daerah, masing-masing pemerintah daerah Provinsi, Kabupaten dan Kota
melalui satuan kerja (Satker) Dinas Pendidikan akan merencanakan dan memantau penggunaan
anggaran pendidikan dalam yurisdiksi dan diskresi masing-masing. Sedangkan di tingkat
sekolah anggarannya direncanakan dan dilaksanakan oleh kepala sekolah beserta warga

57
PEMBIAYAAN PENDIDIKAN SEKOLAH

sekolah mulai dari perencanaan dan implementasi program sekolah yang sudah disepakti untuk
dibiayai (Nur Jannah, 2016).
b) Fungsi Anggaran
Anggaran pendidikan memiliki banyak fungsi, antara lain sebagai alat untuk
perencanaan, pengendalian dan juga alat bantu bagi manajemen dalam mengarahkan suatu
lembaga pendidikan dalam posisi yang kuat atau lemah (Nanang Fattah, 2002;49). Di samping
anggaran pendidikan berfungsi sebagai:
1) Perencanaan, fungsi ini bisa membantu unit kerja mengetahui arah kebijakan yang akan
dilaksanakan ke depannya sesuai dengan ketersediaan anggaran
2) Pengendalian, fungsi dapat menghindari pengeluaran yang berlebihan (pemborosan)
serta dapat menghindari penggunaan anggaran yang tidak proporsional, yakni tidak
tepat guna, tidak efisien dan tidak efektif sebagaimana mestinya dapat merugikan
proses layanan pendidikan
3) Alat koordinasi dan komunikasi, dokumen anggaran yang komprehensif bisa
mendeteksi dan mengkoordinir tugas apa saja yang harus dijalankan oleh unit-unit kerja
atau bagian-bagian lainnya. Sehingga tidak ada tupoksi yang ganda atau tidak ada
urusan yang tidak terdistribusi dengan baik ke semua lini dalam organisasi
4) Alat penilaian kinerja, bisa dijadikan barometer setiap unit apakah sudah bekerja sesuai
target dan sasaran kerja atau tidak. Hal ini disebabkan dalam penyusunan rencana kerja
telah disesuaikan dengan anggaran yang dibutuhkan, sehingga efektif atau tidaknya
pelaksanaan program terlihat dari penyerapan atau belanja anggaran atau pemanfaatan
anggaran dalam menuntaskan kegiatan/program.
5) Alat efisien atau motivasi, anggaran pendidikan dapat menantang hal- hal yang realistis
(masuk akal) untuk dikerjakan secara efisien. Suatu anggaran hendaknya tidak terlalu
tinggi sehingga sulit untuk dibiayai atau dibelanjakan, akan tetapi juga jangan terlalu
rendah sehingga sulit dilaksanakan. Dengan demikian ketepatan anggaran bisa menjadi
motivasi bagi pegawai untuk bekerja karena didukung dengan anggaran yang memadai
(proporsional).
6) Alat otorisasi Dengan berbagai fungsi anggaran pendidikan yang disebutkan di atas,
maka pengelola pendidikan bisa mengestimasi anggaran yang dibutuhkan secara ideal,
sehingga mudah untuk membelanjakan dan mempertanggungjawabkan. Nanti di
kemudian hari tentu tidak aka nada aspek hukum yang menantinya. Karena
ketidakjelian pengelola dalam menyusun anggaran pendidikan bisa menjadi pintu
masuk pihak berwajib memberikan label ada unsur kesengajaan atau terencana untuk

58
PEMBIAYAAN PENDIDIKAN SEKOLAH

melakukan tindakan koruptif yang dapat mengantarkan pengelola anggaran pendidikan


ke ―hotel prodea‖ (penjara). Untuk itu dihindari dengan kehati-hatian dalam menyusun
anggaran pendidikan yang akan dilaksanakan.
c) Prinsip Anggaran
Prinsip-prinsip anggaran di lembaga pendidikan memiliki fungsi sebagai alat dalam
perencanaan maupun pengendalian, maka anggaran pendidikan harus disusun berdasarkan
prinsip- prinsip sebagai berikut:
1) Adanya pembagian wewenang dan tanggung jawab yang jelas dalam sistem manajemen
dan organisasi lembaga pendidikan.
2) Adanya sistem akuntansi yang memadai dalam melaksanakan anggaran pendidikan
3) Adanya penelitian dan analisis untuk menilai kinerja organisasi pendidikan.
4) Adanya dukungan dari pelaksana mulai dari tingkat atas sampai yang paling bawah.
(Nanang Fattah, 2006, hlm. 50).
Keempat butir di atas dapat tercipta jika organisasi dan manajemennya berbentuk
kategori yang sehat. Persoalan penting dalam menyusun anggaran adalah bagaimana
memanfaatkan dana secara efisien, mengalokasikan secara tepat, sesuai dengan skala prioritas.
Itulah sebabnya dalam prosedur penyusunan anggaran memerlukan tahapan-tahapan yang
sistematik.
d) Prosedur
Prosedur dalam penyusunan anggaran,yaitu :
1) Mengidentifikasi kegiatan – kegiatan yang dilakukan selama periode anggaran tersebut
2) Mengidentifikasi sumber – sumber yang dinyatakan dalam uang,jasa dan barang
3) Semua sumber dinyatakan dalam bentuk uang,sebab anggaran pada dasarnya
merupakan pernyataan finansial
4) Memformulasikan anggaran dalam bentuk format yang telah disetujui dan
dipergunakan oleh instansi tertentu
5) Menyusun usulan anggaran untuk memperoleh persetujuan dari pihak yang berwenang
6) Melakukan revisi usulan anggaran
7) Persetujuan revisi usulan angaran
8) Pengesahan anggaran
e) Bentuk Anggaran
Anggaran pendidikan terdiri dari berbagai bentuk seperti di jelaskan Imron, M.J. (2016)
antara lain:

59
PEMBIAYAAN PENDIDIKAN SEKOLAH

1) Anggaran butir per-butir, merupakan bentuk anggaran pendidikan yang paling simpel
dan banyak digunakan para perencana anggaran pendidikan. Dalam bentuk ini, setiap
pengeluaran dikelompokkan berdasarkan kategori- kategori, misalnya gaji, upah, honor
menjadi satu kategori satu nomor atau satu butir.
2) Anggaran program merupakan bentuk anggaran yang dirancang untuk mengidentifikasi
biaya setiap program layanan pendidikan. Pada anggaran biaya butir per-butir dihitung
berdasarkan jenis butir item yang akan dibeli atau layanan yang dikerjakan, sedangkan
pada anggaran program biaya dihitung berdasarkan jenis program. Misalnya, jika dalam
anggaran butir-per butir disebut gaji guru (item 01), sedangkan dalam anggaran laporan
disebut gaji untuk perencanaan pengajaran IPA hanyalah satu komponen.
3) Anggaran berdasarkan hasil merupakan bentuk anggaran yang dirancang sesuai dengan
namanya, bentuk anggaran ini menekankan hasil (performance) kerja, layanan, atau
fisik yang dibuat dan bukan pada keterperincian dari suatu alokasi anggaran.

2. Akuntansi (Accounting)
a) Pengertian Accounting
Accounting atau pembukuan adalah pencatatan transaksi keuangan yang meliputi
pengeluaran dan pemasukan dalam bentuk laporan keuangan. Tujuannya untuk membantu
pimpinan dalam mengambil keputusan. Pembukuan dalam pengelolaan keuangan berarti
penggunaan uang sekolah yang dapat di pertanggungjawbkan sesuai dengan perencanaan yang
telah ditetapkan.
b) Fungsi Akuntansi
Fungsi akuntansi dalam dunia pendidikan adalah menyediakan informasi kuantitatif
terutama yang bersifat keuangan agar beguna dalam pengambilan sebuah keputusan ekonomi.
c) Komponen Sistem Akuntansi
1) Bagan Perkiraan (Akun)
Dalam pencatatatannya dibagi menjadi 5 kategori,yaitu :
(a) Akitva
(b) Utang
(c) Aktiva Bersih
(d) Pendapatan
(e) Belanja

60
PEMBIAYAAN PENDIDIKAN SEKOLAH

2) Buku Besar
Buku besar mengklasifikasi informasi pencatatan,dimana bagan perkiraan yang
bertindak sebagai daftar isi buku besar. Dalam sistem manual,ringkasan total dari seluruh jurnal
dimasukkan ke dalam buku besar setia bulannya dimana hal ini dilakukan selama satu tahun
dan dilaporkan pada tanggal neraca.
3) Jurnal
Jurnal digunakan untuk mencatatan semua transaksi akuntansi,sebelum
diklasifikasikan ke buku besar. Jurnal mengatur informasi secara kronologis dan sesuai dengan
jenis transaksi,contoh :
(a) Jurnal untuk mencatatan transaksi pengeluaran kas
(b) Jurnal untuk mencatatan transaksi pemasukan kas
(c) Jurnal untuk mencatat transaksi gaji
(d) Jurnal untuk mencatat piutang kas
3. Pengawasan (Auditing)
a) Pengertian Auditing
Auditing adalah semua kegiatan yang menyangkut pertanggungjawaban penerimaan,
penyimpanan, dan pembayaran atau penyerahan uang yang dilakukan bendahara kepada pihak
pidak yang berwenang (Diding,N.,2019;200-201). Atau bisa disebut juga Auditing adalah
proses pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti tentang informasi yang dapat diukur
mengenai suatu entitas ekonomi yang dilakuan seorang yang kompeten dan independent untuk
dapat menentukan dan melaporkan kesesuaian informasi yang dimaksud dengan kriteria-
kriteria yang telah ditetapkan.
b) Tujuan Auditing.
Tujuan Auditing atau biasa disebut pengawasan sendiri adalah
1) Memastikan kelengkapan artinya audit dilakukan untukmemastikan bahwa semua
transaksi telah dicatat atau dimasukan kedalam jurnal.
2) Untuk memastikan ketepatan artinya memastikan semua transaksi dan saldo telah
dijumlahkan dengan benar dan tepat juga memastikan tanggal transaksi sudah sesuai
atau belum.
Seorang audit atau auditor memiliki tanggung jawab yang sangat besar. Bila ada
kesalahan dalam laporan keuangan ataupun ecurangan dalam pembuatan laporan keuangan
makan akan mempengaruhi keputusan pengguna laporan keuangan.

61
PEMBIAYAAN PENDIDIKAN SEKOLAH

c) Jenis jenis Audit


1) Audit keuangan
adalah audit yang dilakukan pada laporan keuangan suatu lembaga atau organisasi yang
akan menghasilkan pendapat atau opini dari pihak ketiga mengenai akurasi dan kelengkapan
laporan tersbut
2) Audit operasional
adalah pengkajian atas setiap nagian organisasi terhadap prosedur operasi standar dan
metode yang diterapkan suatu organisasi dengan tujuan untuk mengevaluasi efisiensi,
efektivitas dan keekonoisan.
3) Audit ketaatan
adalah proses kerja yang menentukan audit sudah sesuai dengan standar juga aturan
yang ditetapkan oleh pihak yang berwenang
4) Audit Investigasi
adalah untuk menguji secara detail informasi dan fakta untuk mengungkap sebuah
kejadian dalam rangka pembuktian
d) Tahapan (Prosedur) dalam melaksanakan audit
1) Merencanakan dan merancang pendekatan audit
Auditor harus mengumpulkan bukti audit yang cukup kompeten untuk memenuhi
tanggungjawab auditor.
2) Melaksanakan uji pengendalian dn uji subtantif atas transaksi
Auditor harus melakukan evaluasi atas pencatatan berbagai transaksi yang dilakukan
oleh klien dengan memverifikasi nilai moneter dari berbagai transaksi.
3) Melaksanakan prosedur analitis dan uji rincian saldo
Analisis rincian saldo ditujukan untuk menguji akun dalam laporan keuangan
4) Melengkapi proses audit dan menerbitkan laporan audit
Menggabungkan semua informasi yang diperoleh saat proses audit, kemudian laporan
siap untuk dterbitkan.

62
IMALAILLA CHRISTINA MULIANA (7101418345) P AP A 2018
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG.

BAB VI MODEL PENGHITUNGAN BIAYA


OPERASIONAL SATUAN PENDIDIKAN (BOSP)
A. KONSEP BOSP
B. PROSES PERENCANAAN ANGGARAN
C. PROSES PENGORGANISASIAN ANGGARAN
D. PROSES PELAKSANAAN ANGGARAN

63
PEMBIAYAAN PENDIDIKAN SEKOLAH

A. KONSEP BIAYA OPERASIONAL SATUAN PENDIDIKAN (BOSP)


Di tingkat sekolah, biaya dapat diklasifikasikan ke dalam biaya operasional dan biaya
investasi. Biaya operasional adalah biaya yang ditimbulkan dari pengadaan barang dan jasa
yang diperlukan untuk penyelenggaraan pendidikan yang habis digunakan dalam waktu satu
tahun atau kurang per siswa per tahun. Biaya operasional dapat dipilah menjadi biaya
operasional personil dan biaya operasional bukan personil.
Biaya operasional personil meliputi seluruh pengeluaran sekolah yang digunakan untuk
kesejahteraan personil atau sumber daya manusia (SDM) dan pengembangan personil (SDM)
sekolah. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, biaya pengembangan personil
(SDM) termasuk biaya investasi/modal karena penggunaan atau pemanfaatan hasil
pengembangan SDM bukan hanya untuk satu tahun, melainkan lebih dari satu tahun. Namun,
karena biaya pengembangan SDM ada setiap tahun dalam nilai riil yang relatif sama maka
biaya pengembangan SDM ini dapat diklasifikasikan sebagai biaya operasional. Kesejahteraan
personil mencakup gaji, tunjangan, kesejahteraan, transportasi termasuk perjalanan dinas,
seragam, kelebihan jam mengajar atau kerja, tunjangan hari raya, dan sebagainya. Adapun
personil (SDM) sekolah adalah : kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru tetap pegawai
negeri sipil (PNS), guru honorer, guru diperbantukan, guru tetap yayasan, pegawai tata usaha
(TU), pesuruh sekolah, satpam, tenaga laboratorium atau bengkel, pegawai perpustakaan, dan
pengurus komite sekolah. Pengembangan personil (SDM) meliputi: lokakarya, seminar,
magang, pelatihan, penataran, dan pendidikan untuk personil.
Biaya operasional nonpersonalia meliputi seluruh pengeluaran sekolah selain yang
dimanfaatkan untuk keperluan kesejahteraan guru dan staf di sekolah. Komponen biaya ini
mencakup biaya-biaya sebagai berikut: biaya alat tulis sekolah (ATS), biaya bahan dan alat
habis pakai (BAHP), biaya pemeliharaan dan perbaikan ringan, biaya daya dan jasa, biaya
transportasi/perjalanan dinas, biaya konsumsi, biaya asuransi, biaya pembinaaan siswa/ekstra
kurikuler, biaya ujian kompetensi, biaya praktek kerja industri dan biaya pelaporan. Biaya alat
tulis sekolah adalah biaya untuk pengadaan alat tulis sekolah yang dibutuhkan untuk
pengelolaan sekolah dan proses belajar. Biaya alat dan bahan habis pakai adalah biaya untuk
pengadaan alat-alat dan bahan-bahan pratikum IPA, praktikum IPS, pratikum bahasa,
komputer, keterampilan, olah raga, kebersihan, kesehatan dan keselamatan, tinta stempel,
toner/tinta printer, dan lain-lain yang habis dipakai dalam waktu satu tahun atau kurang. Biaya
pemeliharaan dan perbaikan ringan adalah biaya untuk memelihara dan memperbaiki sarana
dan prasarana sekolah/madrasah untuk mempertahankan kualitas sarana dan prasarana
sekolah/madrasah agar layak digunakan sebagai tempat belajar dan mengajar. Biaya daya dan

64
PEMBIAYAAN PENDIDIKAN SEKOLAH

jasa merupakan biaya untuk membayar langganan daya dan jasa yang mendukung kegiatan
belajar mengajar di sekolah/madrasah seperti listrik, telepon, air dan lain-lain.
Biaya transpor/perjalanan dinas adalah biaya untuk berbagai keperluan perjalanan dinas
pendidik, tenaga kependidikan, dan peserta didik baik dalam di kota maupun ke luar kota.
Biaya konsumsi adalah biaya untuk penyediaan konsumsi dalam kegiatan sekolah/madrasah
yang layak disediakan konsumsi seperti rapat-rapat sekolah/madrasah, perlombaan di
sekolah/madrasah. Biaya asuransi adalah biaya membayar premi asuransi untuk keamanan dan
keselamatan sekolah/madrasah, pendidik, tenaga kependidikan, dan peserta didik seperti
asuransi kebakaran, asuransi bencana alam, asuransi kecelakaan praktek kerja di industri.
Biaya pembinaan siswa/ekstra kurikuler adalah biaya untuk menyelenggarakan kegiatan
pembinaan siswa melalui kegiatan ekstra kurikuler seperti pramuka, PMR, UKS, KIR,
olahraga, kesenian, lomba bidang akademik, perpisahan kelas terakhir, pembinaan kegiatan
keagamaan dan lain-lain (Depdiknas:2009:4-5).

B. PROSES PERENCANAAN ANGGARAN


Perencanaan biaya belum dilandasi oleh kegiatan identifikasi analisis kebutuhan dan
analisis lingkungan internal dan eksternal. Proses penyusunan RAPBS sudah melibatkan
stakeholder yang ada di sekolah, ini menunjukkan terlaksananya delegasi dan partisipasi semua
warga sekolah dalam perencanaan pembiayaan pendidikan di sekolah. Sumber biaya
pendidikan pada umumnya berasal dari sumbangan pemerintah pusat, sumbangan pemerintah
daerah, dan sumbangan masyarakat. Sumbangan pemerintah pusat berupa Bantuan Operasional
Sekolah (BOS) dan Blockgrant RSBI. Bantuan pemerintah daerah berupa gaji dan tunjangan
dan Subsidi Bantuan Sekolah (SBS) dari pemerintah kota sedang dari pemerintah propinsi
berupa blockgrant RSBI. Sumbangan masyarakat hanya berasal dari orang tua dan berupa uang,
sumbangan lain baik yang berupa uang dan barang dari pihak lain tidak kelihatan dalam
RAPBS. Penentuan pos-pos pengeluaran telah didasarkan pada skala prioritas dan kebutuhan
yang telah direncanakan dalam APBS. Desain RAPBS diperoleh dari Dinas Pendidikan setiap
kota. Penyusunan usulan program, kegiatan, dana anggaran berdasarkan prinsipprinsip
anggaran kinerja.

C. PROSES PENGORGANISASIAN ANGGARAN

RAPBS disusun oleh tim perumus yang terdiri atas kepala sekolah, wakil kepala
sekolah, bendahara sekolah, dan koordinator bidang pengembangan. Namun tim dalam

65
PEMBIAYAAN PENDIDIKAN SEKOLAH

menjalankan tugas dan kewajibannya tidak diberi surat tugas secara formal oleh Kepala
Sekolah (tidak diberikan surat keputusan dari pimpinan) hanya ditunjuk pimpinan.

D. PROSES PELAKSANAAN ANGGARAN


Sosialisasi program, kegiatan, dan anggaran, dilakukan dengan berbagai cara, yakni
melalui evaluasi program kegiatan tahun lalu dengan semua warga sekolah, penyusunan
rencana program, kegiatan dan anggaran tahun berikutnya didiskusikan dalam rapat kelompok
bidang pengembangan yang dipimpin koordinator bidang pengembangan, rencana program
masingmasing bidang pengembangan dipresentasikan kepada semua warga sekolah dan komite
sekolah, selanjutnya dimintakan legalitas ke Dinas Pendidikan, setelah mendapatkan legalitas
dari Dinas Pendidikan di rapat plenokan dengan orang tua siswa.
RAPBS yang telah disetujui disosialisaikan juga melalui papan pengumuman di
sekolah, ditayangkan di website.

66
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, M. I. (1990). Transformasi Biaya Pendidikan Dalam Layanan Pendidikan Pada


Perguruan Tinggi Negeri. Bandung: FPS IKIP Bandung.

Anwar, M. I. (1991). Biaya Pendidikan dan Metode Penetapan Biaya Pendidikan. Mimbar
Pendidikan No.1 .

Anwar, M. I. (2004). Administrasi Pendidikan dan Manajemen Biaya Pendidikan. Bandung:


Alfabeta.

Arikunto, S. d. (2008). Manajemen Pendidikan. Yogyakarta: Aditya Media.

Asmani, J. M. (2009). Sekolah Kerja, Sekolah Life Skill, Lulus Siap Kerja. Yogyakarta: Diva
Press.

Bastian, I. (2007). Akuntansi Pendidikan. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Becker, G. S. (1993). Human Capital.A Theorical and Empirical Analysis with Special
Reference to Education. Chicago: The University of Chicago Press.

Blaug, M. (1992). The Methodology of Economuc Explain . New York: Sage Publications.

Buton. (2010, Oktober 20). Diambil kembali dari Standar dan Aspek Pengembangan Sekolah
Dasar Bertaraf Internasional: http://asrivixel.blogspot.com/2009/02/standar-danaspek-
pengembangan-sekolah.html

Damanhuri. (2006, Oktober 22). SDM Indonesia dalam Persaingan Global. Diambil kembali
dari www.sinarharapan.co.id

Danim, S. (2003). Menjadi Komunitas Pembelajar: Kepemimpinan Transformasional dalam


Komunitas Organisasi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Deangelis, K. J., O, B. B., & Danielle., I. (2011). The Hidden Cost of School Security. Journal
of Education Finance Vol 36 Number 3 , 312-337.

Depdiknas. (2003). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang


Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas.

Domai, T. (2010). Manajemen Keuang Publik. Malang: Universitas Brawijaya Press.

Enoch, J. (1992). Dasar-dasar Perencanaan Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Fatah, N. (2006). Ekonomi & Pembiayaan Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

67
DAFTAR PUSTAKA

Gaffar, M. F. (1987). Perencanaan Pendidikan, Teori dan Metodeologi. Jakarta: PPLPTK,


Dirjen Dikti Depdikbud.

Gaffar, M. F. (1991). Konsep dan Filosofi Biaya Pendidikan. Mimbar Pendidikan No 1 Tahun
X 56-60.

Horngren, P. (1993). Pengantar Akuntansi Manajemen Edisi 6. Jakarta: Erlangga.

Indonesia, T. D. (2012). Manajemen Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Iskandar, U. (2011). Faktor yang mempengaruhi Biaya. Diambil kembali dari http://uray-
iskandar.blogspot.com/2011/04/faktor-yang-mempengaruhi-biaya.html.

Kadri, H. A. (2011). Artikel Pembiayaan Dalam Pendidikan.

Kurniady. (2004). Manajemen Pembiayaan Pendidikan dan Pengaruhnya Terhadap Kualitas


Pendidikan (Kajian Pada Sekolah Menengah Umum di Wilayah Dinas Kota Bandung).
Diambil kembali dari Thesis: http://digilib.upi.edu/pasca.com

Mulyadi. (2005). Akuntansi Biaya Edisi 5. Yogyakarta: Aditya Media.

Nasional, D. p. (2005). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005


tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta: Depdiknas.

Purwanto, N. (1993). Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Salim, A. (2004). Indonesia Belajarlah, Membangun Pendidikan Indonesia. Semarang:


Gerbang Madani Indonesia.

Supriyadi, D. (2006). Satuan Biaya Pendidikan Dasar dan Menengah. Bandung: Remaja
Rosdakarya.

Syaefudin, A. (t.thn.). Manajemen Pembiayaan Pendidikan dan Dampaknya terhadap


produktivitas sekolah. Diambil kembali dari Thesis: http://digilip.upi.edu/pasca.com

Warindrani, A. K. (2006). Akuntansi Manajemen. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Widodo, J. (2008). Bahan Kuliah Ekonomi Pendidikan. Semarang: PPS Unnes.

Yahya. (2008). Thesis. Diambil kembali dari Sistem Manajemen Pembiayaan Pendidikan
(Suatu studi tentang pembiayaan pendidikan Sekolah Dasar di provinsi Sumatera Barat:
http://digilib.upi.edu/pasca/available/etd0408105-092055/

68
DAFTAR PUSTAKA

Zyuhendi, A. (2013). Pembiayaan Pendidikan di Indonesia. Diambil kembali dari dari


http://andimpi.blogspot.nl/2013/06/pembiayaan-pendidikan-di-indonesia.html

69

Anda mungkin juga menyukai