Dosen Pengampu : Dra. Nina Oktarina, M.Pd IMALAILLA CHRISTINA MULIANA (7101418345) P AP A 2018
PRA KATA
Buku ajar ini diperuntukkan bagi mahasiswa pendidikan yang menempuh mata kuliah
pembiayaan pendidikan. Buku pembiayaan pendidikan sekolah ini terdiri dari enam bab.
Harapan penulis semoga buku ini dapat bermanfaat untuk menunjang proses perkuliahan
pembiayaan pendidikan serta dapat diterapkan di lingkungan sekitar.
Buku ini membahas mengenai konsep dasar sampai model penghitungan biaya
operasional sekolah apa saja yang harus dilakukan dalam penerapan pembiayaan pendidikan
sekolah yang baik serta benar. Terselesaikannya penulisan buku ini juga tidak terlepas dari
bantuan beberapa pihak. Karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada kedua orang
tua yang telah memberi semangat, serta dosen pengampu yang selalu memberikan kami
masukan serta materi yang bermanfaat juga teman-teman yang selalu mendoakan kami.
Penulis menyadari bahwa buku ini masih jauh dari kata sempurna baik dalam
pembahasan maupun penyajiannya. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun dari
pembaca sangat penulis harapkan. Mudah – mudahan karya yang sederhana ini ada manfaatnya
yang dapat diambil oleh semua orang serta dapat diterapkan dilingkungan sekitar.
Penulis
ii
PEMBIAYAAN PENDIDIKAN SEKOLAH
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL.......................................................................................................... i
iii
PEMBIAYAAN PENDIDIKAN SEKOLAH
iv
IMALAILLA CHRISTINA MULIANA (7101418345) P AP A 2018
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG.
1
PEMBIAYAAN PENDIDIKAN SEKOLAH
2
PEMBIAYAAN PENDIDIKAN SEKOLAH
Sebenarnya konsep biaya tidak selalu identik dengan uang. Biaya juga dapat diartikan
sebagai pengorbanan yang diberikan untuk setiap kegiatan dalam rangka untuk mencapai
tujuan. Namun demikian untuk memberikan penilaian yang tepat maka besarnya pengorbanan
tersebut pada akhirnya harus dapat dihargai dengan sejumlah uang. Jadi biaya memiliki
cakupan yang luas, yakni semua jenis pengeluaran yang berkenaan dengan penyelenggaraan
pendidikan, baik dalam bentuk uang maupun barang dan tenaga (yang dapat dihargakan dengan
uang) (Supriyadi, 2006:3).
Berdasarkan beberapa penjelasan di atas, dapat dikemukakan bahwa biaya sebagai
pengorbanan sumber ekonomi guna mencapai tujuan pendidikan merupakan unsur yang sangat
menentukan dalam mekanisme pendidikan. Penentuan dan penghitungan biaya akan
mempengaruhi tingkat efisien, efektivitas, tansparansi kegiatan pendidikan. Biaya akan
memberikan daya dengan mana sistem pendidikan akan mendapat input baik fisik maupun
tenaga kerja yang diperlukan dan selanjutnya melaksanakan proses dalam rangka menghasilkan
keluaran.
3
PEMBIAYAAN PENDIDIKAN SEKOLAH
menunjang pelaksanaan program pengajaran seperti pembayaran gaji guru, tenaga pendukung,
tenaga administrasi, dan bahanbahan habis pakai. Indirect cost adalah biaya yang menunjang
siswa untuk dapat hadir di sekolah. Biaya tersebut meliputi biaya hidup, transportasi, seragam,
dan biaya lainnya. Biaya ini sulit dihitung karena tidak ada catatan resmi. Berdasarkan alasan
praktis biaya ini tidak turut dihitung dalam perencanaan pendidikan
4
PEMBIAYAAN PENDIDIKAN SEKOLAH
Kardoyo (2005:125) berpendapat bahwa private cost adalah biaya yang dikeluarkan oleh
keluarga untuk membiayai sekolah anaknya termasuk didalamnya forgone opportunity yaitu
kesempatan hilang yang dipergunakan untuk sekolah sehingga siswa tidak memperoleh
penghasilan. Social cost adalah biaya yang dikeluarkan oleh masyarakat secara langsung
maupun tidak langsung. Biaya langsung dalam bentuk uang kuliah, uang sekolah, buku, dan
biaya lainnya. Biaya tidak langsung seperti pajak dan restribusi yang disetor oleh masyarakat
kepada negara.
Kardoyo (2005:125) mengemukakan bahwa monetory cost adalah biaya yang dikeluarkan
masyarakat atau perseorangan baik langsung maupun tidak langsung yang berwujud uang. Non-
monetory cost adalah biaya yang tidak diwujudkan dengan pengeluaran uang seperti
pengorbanan seseorang yang tidak bekerja atau bersenang-senang tetapi kesempatan tersebut
dipergunakan untuk membaca buku atau belajar.
5
PEMBIAYAAN PENDIDIKAN SEKOLAH
Berkaitan dengan dua jenis biaya tersebut, perlu diperhatihan tingkat harga yang berlaku
oleh karena terjadinya tendensi kenaikan dan penurunan harga. Untuk kepentingan perencanaan
maka dapat digunakan indeks harga yang berpedoman pada current price (harga yang berlaku
sekarang) ataukah constan price (harga tetap).
Fixed cost merupakan biaya yang harus dikeluarkan untuk pengadaan barang-barang
modal seperti tanah, gedung, perlengkapan sekolah dan sebagainya. Jumlah biaya ini
relatif tetap, tidak dipengaruhi oleh besar kecilnya output (lulusan) yang dihasilkan.
Variable cost merupakan biaya yang dikeluarkan untuk membiayai peralatan guna
operasional pendidikan, seperti: peralatan belajar, buku pelajaran, alat tulis kantor dan
sebagainya. Karena sifatnya yang operasional maka biaya variabel dipengaruhi oleh
jumlah lulusan yang dihasilkan. Sedangkan total cost adalah keseluruhan biaya yang
dikeluarkan selama proses pendidikan. Biaya total ini merupakan pemjumlahan dari
fixed cost dan variable cost.
Avarage cost merupakan rata-rata biaya pendidikan yang dihitung dari total cost dibagi
dengan jumlah peserta didik yang ada.
Marginal cost merupakan pertambahan biaya yang harus ditanggung oleh
penyelenggara pendidikan apabila dilakukan penambahan jumlah peserta didik.
Biaya pendidikan juga dapat diklasifikasikan berdasarkan: (1) jenis input, (2) sifat
penggunaan, (3) jenis penggunaan, dan (4) pihak yang menanggung, serta (5) sifat
keberadaannya.
6
PEMBIAYAAN PENDIDIKAN SEKOLAH
7
PEMBIAYAAN PENDIDIKAN SEKOLAH
8
PEMBIAYAAN PENDIDIKAN SEKOLAH
Biaya satuan pendidikan faktual adalah biaya-biaya yang senyatanya dikeluarkan dalam
penyelenggaraan pendidikan.
Biaya satuan pendidikan ideal adalah biaya-biaya satuan pendidikan yang semestinya
dikeluarkan agar penyelenggaraan pendidikan dapata menghasilkan mutu pendidikan
yang diinginkan.
9
PEMBIAYAAN PENDIDIKAN SEKOLAH
10
PEMBIAYAAN PENDIDIKAN SEKOLAH
h. Kegiatan Keagamaan
i. Peringatan PHBK/PHBN
j. UKS
k. Bimbingan dan Penyuluhan/Bimbingan Karier/Bursa Kerja Khusus
l. Olah Raga
m. Kesenian
n. PMR (Palang Merah Remaja)
(6)Biaya Hubungan Industri (HI)
a. Sinkronisasi Kurikulum
b. Koordinasi Hubungan Industri
c. Pelaksanaan Praktek Kerja Industri
d. Uji Kompetensi
(7) Biaya Pembinaan, Pengawasan, Pemantauan dan Pelaporan
(8) Biaya Rapat
a. Pendukung perlengkapan rapat
b. Konsumsi
(9) Biaya Operasional Komite Sekolah.
Biaya Investasi
Biaya investasi menurut BSNP meliputi biaya penyediaan sarana prasarana,
pengembangan sumberdaya manusia, dan modal kerja tetap.
12
PEMBIAYAAN PENDIDIKAN SEKOLAH
(1) penentuan kondisi sekolah yang meliputi jumlah rombongan belajar (rombel), jumlah
siswa per rombel, jumlah pendidik dan tenaga kependidikan, jumlah mata pelajaran, nilai gaji
dan tunjangan;
(2) penentuan komponen biaya;
(3) penentuan volume penggunaan atau pemakaian, dan
(4) penentuan harga setiap komponen biaya.
BSNP dalam menetapkan asumsi dasar berdasarkan standar-standar atau peraturan yang
ada, tetapi asumsi dasar juga bisa ditetapkan berdasarkan rata-rata kondisi nyata di daerah yaitu
penentuan asumsi dasar yang dilakukan berdasarkan data di lapangan dengan ketentuan jumlah
rombongan belajar (rombel) untuk SD/MI diambil kelipatan enam 6, sedangkan untuk
SMP/MTs dan SMA/MA diambil kelipatan tiga 3.
13
PEMBIAYAAN PENDIDIKAN SEKOLAH
14
PEMBIAYAAN PENDIDIKAN SEKOLAH
Jika tidak ada alasan yang benar-benar kuat, dianjurkan untuk mengikuti asumsi yang
dipergunakan oleh BSNP. Rincian pengeluaran paling tidak harus mencantumkan informasi
tentang: (1) Frekuensi per tahun, bagian ini menunjukkan seberapa sering
penggunaan/pemakaian/pembayaran untuk komponen pengeluaran tertentu dalam satu (1)
tahun. Misalnya, untuk gaji, frekuensi per tahun adalah 12 atau 13, karena guru dan tenaga
kependidikan dibayar 12 atau 13 kali setiap bulannya dalam satu tahun; (2) Jumlah
siswa/kelompok siswa/rombongan belajar. Jika komponen pengeluaran tertentu dipergunakan
untuk keperluan siswa, maka harus ada penjelasan tentang berapa siswa atau berapa kelompok
siswa atau berapa rombongan belajar (rombel) yang dihitung biayanya; (3) Jumlah pemakaian
per satuan waktu; (4) Satuan untuk komponen biaya.
Penentuan Harga
Penentuan harga dapat dilakukan dengan beberapa alternatif sebagai berikut: (1)
Menggunakan daftar standar harga yang dimiliki oleh masingmasing daerah. Setiap daerah
memiliki standar/patokan harga yang ditetapkan dengan peraturan atau keputusan kepala
daerah. Dalam hal ini perlu diperhatikan bahwa harga yang tercantum dalam standar atau
patokan harga tersebut biasanya merupakan harga maksimal. Selain itu, spesifikasi barang yang
ada dalam daftar atau patokan harga pemda juga belum tentu sama dengan spesifikasi barang
yang biasa dibeli oleh sekolah di daerah tersebut; (2) Menggunakan rata-rata harga pasar; (3)
Kombinasi antara standar atau patokan harga dengan harga pasar.
Penghitungan BOSP Berdasarkan Klasifikasi Sekolah
Seperti yang dikemukakan di sebelumnya, klasifikasi sekolah bisa dilakukan dan
dikelompokkan berdasarkan kriteria seperti: jumlah rombongan belajar (rombel), jumlah
kegiatan di sekolah, jarak sekolah dari pusat kegiatan, status sekolah, dan hasil akreditasi BAS.
Selain kriteria tersebut di atas, sebaiknya juga tidak melupakan unsur kepraktisan dan
kemudahan dalam melakukan penilaian. Berdasarkan berbagai pertimbangan tersebut di atas,
klasifikasi yang memperhatikan jumlah kegiatan di sekolah dapat menjadikan kegiatankegiatan
berikut sebagai patokan dalam penghitungan BOSP, yaitu:
1. Pramuka
2. Dokter kecil atau kegiatan sejenisnya
3. Karya ilmiah atau kegiatan sejenisnya
4. Kursus Bahasa Inggris atau Bahasa Asing lainnya di sekolah
5. Kursus komputer di sekolah
6. Penggunaan laboratorium bahasa
15
PEMBIAYAAN PENDIDIKAN SEKOLAH
16
PEMBIAYAAN PENDIDIKAN SEKOLAH
Ketiga, tidak didukung dengan proses analisis yang tepat terhadap berbagai komponen,
kekuatan, kelemahan, tantangan dan peluang yang ada.
Setiap organisasi harus menempatkan dimensi kualitas sebagai dasar orientasi dari setiap
aktifitas yang hendak dilakukan. Bagi organisasi pendidikan yang memproduksi jasa, maka
harus memenuhi lima karakteristik kualitas jasa, yang menurut Tjiptono (2001:27-28) terdiri
atas: (1) Bukti langsung (tangibles), meliputi fasilitas fisik, perlengkapan, pegawai, dan sarana
komunikasi; (2) Kehandalan (reliability), merupakan kemampuan memberikan pelayanan yang
dijanjikan dengan segera dan memuaskan; (3) Daya tanggap (responsiveness), merupakan
keinginan para staf untuk membantu para pelanggan dan memberikan pelayanan dengan
tanggap; (4) Jaminan (assurance), mencakup kemampuan, kesopanan dan sifat dapat dipercaya
yang dimiliki para staf, bebas dari bahaya resiko dan keragu-raguan; (5) Empati, meliputi
kemudahan dalam melakukan hubungan, komunikasi yang baik, dan memahmai kebutuhan
para pelanggan.
Untuk menjamin tercapainya kualitas maka kejelasan akan misi, visi, dan strategi mutlak
diperlukan. Hal ini mengharuskan agar keberadaan misi, dan visi mendasari perumusan sasaran
dan strategi organisasi. Kemudian dari sasaran dan strategi inilah akan dikembangkan berbagai
program kegiatan yang relevan dengan tujuan organisasi. Misi menjawab pertanyaan “mengapa
suatu organisasi itu ada?”. Keberadaannya menjadi sangat sentral sebelum organisasi tersebut
melakukan aktifitasnya, karena peran misi akan sangat menentukan dalam hal: (1) kesepakatan
maksud organisasi, (2) alokasi sumber daya, (3) iklim atau nuansa maksud organisasi, (4)
identifikasi individu dengan organisasi, (5) penerjemahan tujuan ke dalam struktur kerja, dan
(6) penjelasan mengenai hierarkhi maksud, tujuan, parameter ketercapaian dan indikator
keberhasilan. Melihat begitu pentingnya peran misi dalam suatu organisasi, maka misi
dipandang sebagai rasionalisasi dari eksistensi suatu organisasi untuk memperjelas keberadaan
organisasi yang bersangkutan.
Visi menjawab pertanyaan “apa yang sebaiknya dihasilkan organisasi” terhadap macam-
macam kebutuhan yang dihadapi. Terdapat tiga hal yang senantiasa melekat pada pengertian
visi yaitu: (1) visi berhubungan dengan waktu artinya ingin menjadi seperti apa dalam kurun
waktu tertentu, (2) visi berhadapan dengan perubahan yang dihadapi artinya harapan/keinginan
dari pihak-pihak yang berkepentingan yang setiap saat mengalami perkembangan, dan (3) visi
memerlukan perumusan yang tegas berdasarkan hasil analisis misi organisasi atas
kecenderungan perubahan makro (Syafaruddin, 2002:59-60).
Strategi adalah hasil dari proses penetapan tujuan organisasi, penetapan mengenai
perubahan dalam tujuan itu, penetapan kebijaksanaan yang akan menguasai perolehan,
17
PEMBIAYAAN PENDIDIKAN SEKOLAH
penggunaan, dan pengaturan sumber daya (Koontz, dkk, 1995:126). Definisi ini
menggarisbawahi bahwa strategi senantiasa berkaitan dengan konsep perubahan yang terus
menerus sebagai dampak dari perkembangan jaman. Di samping itu strategi digunakan sebagai
pedoman untuk mampu menembus perubahan yang terjadi. Dalam implementasinya strategi
akan (1) membimbing pemikiran dan tindakan organisasi, (2) memperlihatkan suatu arah yang
terpadu dalam penyebaran sumber daya, (3) mewarnai berbagai keputusan pelaksanaan, dan (4)
mempertajam analisis tujuan.
Definisi lain dikemukakan oleh Stoner dkk. (1995, 302-304). Mereka mengatakan bahwa
konsep strategi sekurang-kurangnya terdiri atas dua perspektif yang berbeda: (1) dari perspektif
mengenai apa yang hendak dilakukan oleh sebuah organisasi, dan (2) dari apa yang
sesungguhnya dilakukan oleh sebuah organisasi, apakah tindakannya sesuai dengan rencana
yang direncanakan atau tidak. Dari perspektif yang pertama strategi dipandang sebagai program
yang luas untuk menentukan dan mencapai tujuan organisasi dan melaksanakan misinya,
sedangkan perspektif yang kedua strategi dipandang sebagai pola tanggapan organisasi yang
sekali-kali dilakukan terhadap lingkungan.
Kemudian, selanjutnya berdasarkan dua perspektif tersebut dalam implementasinya maka
perumusan strategi dalam sebuah organisasi disebutnya sebagai perencanaan strategik atau
management strategi. Persyaratan yang harus dipenuhi dalam menyusun strategi antara lain: (1)
menilai diri sendiri yaitu berkenaan dengan upaya untuk menjawab pertanyaan apa tujuan dan
usaha organisasi, (2) pengkajian lingkungan masa depan dan kemungkinan perencanaan, (3)
adanya struktur organisasi yang dapat menjamin perencanaan yang efektif, (4) menjaga
konsistensi strategi yaitu kesesuaian antara strategi satu dengan strategi lainnya, dan (5)
perlunya strategi kontingensi yaitu kesesuaian antara strategi kemarin, sekarang dan yang akan
datang (Kootz, dkk. 1995: 182-184).
Stoner dkk. (1995:301) mengemukakan ada empat kriteria yang harus diperhatikan dalam
menyusun strategi yaitu: (1) strategi dan komponennya harus mempunyai tujuan, sasaran dan
kebijaksanaan yang konsisten, (2) strategi harus memusatkan sumber daya dan upaya pada hal-
hal penting yang diidentifikasi dalam proses perumusan strategi dan memisahkannya dari hal-
hal yang penting, (3) strategi harus menangani sub masalah yang dapat dipecahkan dengan
memperhatikan sumber daya dan keterampilan organisasi, (4) strategi harus mampu
memproduksi hasil yang diharapkan, yaitu menunjukkan janji yang betul-betul ditepati.
Menurut Sumarno (1996:13) perumusan strategi pendidikan pada tingkat mikro antara
lain: (1) Growth yang meliputi pencurahan dana, pengurangan dana, promosi, pengembangan
18
PEMBIAYAAN PENDIDIKAN SEKOLAH
produk baru, pemaduan, penyerangan pesaing, perluasan pasar dan pengintesifan pasar, (2)
Stabilization yang meliputi peningkatan efisiensi dan manajemen resiko, (3) Retrenchment yang
meliputi pengurangan keuntungan, meningkatkan penjualan dan keuntungan, reorganisasi,
likuidasi, dan pendanaan unit usaha lain.
Kaitannya dengan biaya pendidikan, maka keberadaan visi, misi, dan strategi pendidikan
dapat dijelaskan sebagai berikut. Sebelum tahap perencanaan dimulai, langkah yang paling
penting harus dilakukan adalah penetapan visi atau penetapan misi. Visi dan misi saling
berkaitan. Visi merupakan gambaran lembaga pendidikan di masa jauh ke depan. Misi
ditetapkan dengan mempertimbangkan rumusan penugasan yang merupakan tuntutan eksternal
dan keinginan internal yang antara lain berkaitan dengan visi ke masa depan dan situasi yang
dihadapi saat ini. Kemudian atas dasar misi inilah dirumuskan tujuan lembaga.
Setelah visi, misi dan tujuan ditetapkan, kemudian daftar isu utama dikaji ulang,
selanjutnya mencermati isu mana yang paling penting untuk segera dijawab. Langkah
berikutnya menyusun strategi pengembangan yang dirumuskan berdasarkan misi yang diemban
dalam rangka menghadapi isu utama. Pada langkah ini akan dihasilkan penetapan prioritas dan
tujuan penanganannya. Penetapan prioritas membimbing perencana pendidikan untuk
menentukan kebijakan, program kegiatan dan sasaran yang hendak dicapai. Di samping itu
kapan dan berapa banyak sasaran kegiatan tersebut dapat dicapai merupakan tugas dari langkah
ini untuk menetapkan tahapan pencapaian sasaran.
Berdasarkan hasil penetapan tentang program dan tahap pencapaiannya itulah kemudian
disusun anggaran yang pasti guna membiayai programprogram yang ada. Dalam pembiayaan
ini dua hal yang harus diperhatikan yaitu:
(1) sumber daya apa saja dan berapa jumlahnya yang dibutuhkan untuk mengerjakan
program kegiatan tersebut,
(2) berapa kali tahapan waktu yang dibutuhkan untuk mencapai sasaran secara
keseluruhan.
19
IMALAILLA CHRISTINA MULIANA (7101418345) P AP A 2018
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG.
20
PEMBIAYAAN PENDIDIKAN SEKOLAH
21
PEMBIAYAAN PENDIDIKAN SEKOLAH
sering kali mengalami kesulitan dalam mendapatkan referensi tentang komponen pemb iayaan
pendidikan. Kebutuhan tersebut dirasakan semakin mendesak sejak dimulainya pelaksanaan
otonomi daerah yang juga meliputi bidang pendidikan. Biaya pendidikan adalah nilai ekonomi
dari Input atau sumber-sumber pendidikan tertentu yang digwakan untuk pembelajaran guna
menghasilkan output pendidikan dari suatu program pendidikan tingkat tertentu.
Pada tataran konsep pembiayaan secara urnum, biaya dapat berupa pengeluaran sejumlah
uang tertentu atau pengorbanan tertentu yang bukan berbentuk uang narnun dapat dinilai
dengan uang. Biaya pendidikan juga merupakan dasar empiris untuk memberikan gambaran
karakteristik keuangan sekolah. Analisis efisiensi keuangan sekolah dalam pemanfaatan
sumber-sumber keuangan sekolah dan out put sekolah dapat dilakukan dengan cara
menganalisis biaya satuan (unit cost) per siswa. Biaya satuan per siswa adalah biaya rata-rata
per siswa yang dihitung dari total pengeluaran sekolah dibagi seluruh siswa yang ada di sekolah
(enrollment) dalam kurun waktu tertentu. Dengan mengetahui besarnya biaya satuan per siswa
menurut jenjang dan jenis pendidikan berguna untuk menilai berbagai alternatif kebijakan
dalam upaya peningkatan mutu pendidikan. (Kadri, 2011).
22
PEMBIAYAAN PENDIDIKAN SEKOLAH
kepada pemkab/pemkot.Aliran dana dari pusat ke daerah dilakukan melalui mekanisme dana
perimbangan, khususnya melalui Dana Alokasi Umum (DAU).
Menurut, (“UU No.25 tahun 1999 tentang perimbangan keuangan antara pusat dan daerah,”
n.d.) selain DAU, dana perimbangan yang diterima pemerintah daerah adalah dana bagi hasil
dan Dana Alokasi Khusus (DAK). Sumber penerimaan daerah lainnya adalah Pendapatan Asli
Daerah (PAD), dan pinjaman daerah. Semua penerimaan dan pengeluaran dalam rangka
desentralisasi dicatat dan dikelola dalam APBD.
Pembiayaan Pendidikan dari Pemerintah Kabupaten/Kota: Biaya pendidikan dari
pemerintah kabupaten/kota yang diterima digunakan untuk belanja administrasi umum yang
terdiri dari: belanja pegawai, belanja barang dan jasa, dan pemeliharaan. Biaya dari
pemkab/pemkot lainnya adalah dana beasiswa untuk siswa dan dana subsidi untuk
penyelenggaraan ujian sekolah dan ujian nasional. Pada dasarnya, pembiayaan pendidikan
dapat dibedakan menjadi beberapa jenis antara lain:
1. Biaya Langsung (direct cost) Menurut Anwar (1993:30) Biaya langsung merupakan
pengeluaran uang secara langsung yang membiayai jalannya proses penyelenggaraan
pendidikan, pengajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat, termasuk biaya yang
secara langsung menyentuh aspek dan proses pendidikan. Biaya pendidikan juga dapat
dikatakan sebagai biaya yang secara langsung menyentuh aspek dan proes pendidikan Biaya
rutin (recurrent cost). Biaya rutin merupakan biaya yang digunakan untuk membiayai kegiatan
operasional pendidikan selama satu tahun anggaran. Biaya ini digunakan untuk menunjang
pelaksanan program pengajaran, pembayaran gaji guru, personil sekolah, administrasi kantor,
pemeliharaan dan perawatan sarana dan prasarana sekolah. 2. Biaya tidak langsung (indirect
cost) Biaya tidak langsung merupakan biaya yang pada umumnya, baiaya pengeluaran yang
tidak secaralangsung menunjang proses pendidikan yang terjadi di sekolah. Biaya tidak
langsung memiliki beberapa jenis antara lain:
a. Biaya Pribadi (private cost), adalah biaya yang dikeluarkan keluarga untuk membiayai
sekolah anaknya.
b. Biaya masyarakat (social cost), adalah biaya yang dikeluarkan oleh masyarakat untuk
membiayai sekolah (di dalamnya termasuk biaya pribadi).
3. Semua bentuk pengeluaran dalam bentuk uang, baik langsung maupun tidak langsung
yang dikeluarkan untuk biaya pendidikan
23
PEMBIAYAAN PENDIDIKAN SEKOLAH
4. Semua bentuk pengeluaran yang tidak dalam bentuk uang, meskipun didalamnya
terdapat nilai dalam bentuk uang, baik langsung maupun tidak langsung yang dikeluarkan
unutk kegiatan pendidikan.
24
PEMBIAYAAN PENDIDIKAN SEKOLAH
keuangan sekolah sedikitnya mencakup dua kegiatan yakni penyusunan anggaran dan
pengembangan rencana anggaran belanja sekolah. Penganggaran merupakan proses kegiatan
atau proses penyusunan anggaran (budget).
25
PEMBIAYAAN PENDIDIKAN SEKOLAH
yang tidak mengikat; bantuan pihak asing yang tidak mengikat; dan/atau sumber lain
yang sah.
2. Kemudian dalam pasal 6, sumber biaya pendidikan pada satuan pendidikan dasar yang
diselenggarakan oleh masyarakat adalah bantuan dari penyelenggara atau satuan
pendidikan yang bersangkutan; pungutan, dan/atau sumbangan dari peserta didik atau
orang tua/walinya; bantuan dari masyarakat di luar peserta didik atau orang
tua/walinya; bantuan Pemerintah; bantuan pemerintah daerah; bantuan pihak asing
yang tidak mengikat; bantuan lembaga lain yang tidak mengikat; hasil usaha
penyelenggara atau satuan pendidikan; dan/atau sumber lain yang sah.
Sumber-sumber pembiayan pendidikan di sekolah menurut (Amirin, 2013 : 92)
dikategorikan menjadi lima yaitu :
Anggaran rutin dan APBN (anggaran pembangunan)
Dana penunjang pendidikan (DPP)
Bantuang/sumbangan dari BP3
Sumbangan dari pemerintah daerah setempat (kalau ada)
Bantuan lain-lain
27
IMALAILLA CHRISTINA MULIANA (7101418345) P AP A 2018
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG.
A. PENGERTIAN MANAJEMEN
PENDIDIKAN
B. PROSES MANAJEMEN PENDIDIKAN
C. PENGELOLAAN BIAYA
D. PROSES MANAJEMEN KEUANGAN
SEKOLAH
E. KEDUDUKAN BIAYA DALAM
MANAJEMEN KEUANGAN SEKOLAH
28
PEMBIAYAAN PENDIDIKAN SEKOLAH
29
PEMBIAYAAN PENDIDIKAN SEKOLAH
(d) Efektif dan Efisien, pelayanan sebagai inti dari kegiatan manajemen senantiasa
mengusahakan agar sumber-sumber (dana dan daya) yang ada dapat digunakan secara
maksimal.
Secara khusus Arikunto (2008:3) memberikan pengertian manajemen pendidikan sebagai
“keseluruhan proses kerjasama dengan memanfaatkan semua sumber personil dan materiil
yang tersedia dan sesuai untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan secara efektif
dan efisien”. Secara esensial dapat ditarik simpulan tentang pengertian manajemen pendidikan
adalah (1) manajemen pendidikan merupakan suatu kegiatan; (2) manajemen pendidikan
memanfaatkan berbagai sumber daya; dan (3) manajemen pendidikan berupaya untuk
mencapai tujuan tertentu.
Widodo (2008:2), menyumbangkan konsep manajemen pendidikan berkaitan dengan
nilai, eksistensi organisasi, dan sifat kegiatan manajemen. Ketiga hal tersebut menjadi “Basic
Principle” dari manajemen. Di samping ketiga unsur pokok dalam manajemen pendidikan
yaitu:
(1) efisiensi dan efektivitas layanan pendidikan,
(2) kegiatan-kegiatan manajemen yang harus dilakukan,
(3) sistem sosial organisasi yang mampu memenuhi kebutuhan pendidikan, juga
terjadinya hubungan yang saling menentukan diantara ketiga unsur tersebut.
Secara sederhana kandungan maknanya menunjukkan bahwa manajemen pendidikan
merupakan sekumpulan dari fungsi-fungsi organisasi yang memiliki tujuan utama untuk
menjalin efisiensi dan keefektifan pelayanan pendidikan sebagaimana pelaksanaan
kebijaksanaan legislatif melalui perencanaan, pengambilan keputusan, perilaku kepemimpinan
untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan, penyiapan alokasi sumber stimulus
dan koordinasi profesional dari orang-orang untuk menghasilkan sistem sosial dan iklim
organisasional yang diinginkan, serta menentukan perubahan esensial fasilitas untuk memenuhi
kebutuhan peserta didik dan masyarakat di masa mendatang.
Pendapat lainnya dikemukakan oleh Engkoswara (1987:1) yang menyatakan bahwa
“Manajemen pendidikan dalam arti seluas-luasnya adalah suatu ilmu yang mempelajari
penataan sumber daya untuk mencapai tujuan pendidikan secara produktif”. Lebih lanjut
dijelaskan bahwa, penataan dalam arti mengatur, manajemen, memimpin, mengelola atau
memanajemenkan dan mengawasi atau membina. Sumber daya meliputi sumber daya manusia,
sumber belajar atau kurikulum, dan fasilitas. Sumber daya manusia terdiri atas peserta didik,
pendidik, para pemakai jasa pendidikan. Sumber belajar atau lebih khusus disebut kurikulum
yaitu segala sesuatu yang disediakan oleh suatu lembaga pendidikan untuk mencapai tujuan
30
PEMBIAYAAN PENDIDIKAN SEKOLAH
pendidikan. Sedangkan fasilitas bisa berupa peralatan, barang dan keuangan yang menunjang
kemungkinan terjadinya pendidikan. Tujuan pendidikan yang produktif berupa prestasi yang
efektif dan suasana atau proses pendidikan yang efisien.
Tujuan pendidikan yang produktif ditinjau dari sudut manajemen dapat dikaji dari
perbandingan antara sumber-sumber pendidikan yang digunakan dengan hasil layanan
pendidikan yang diberikan. Seberapa jauh signifikansi penggunaan sumber-sumber pendidikan
yang telah dibiayai (dibeli dengan uang) dengan proses layanan pendidikannya
(Kardoyo,2005:118). Hal tersebut menunjukkan betapa pentingnya menata sumber daya
pendidikan yang tepat sehingga mampu menghasilkan layanan pendidikan yang memadai.
Menurut pendapat yang dikemukakan oleh para ahli di atas maka dapat ditarik beberapa
persamaan kandungan makna yang termuat di dalamnya, adanya: (1) tujuan pendidikan
sebagai sasaran utama, (2) kerjasama dan saling mendukung dari berbagai sumber daya, (3)
kegiatannya sebagai suatu proses yang sistematis, (4) pendayagunaan sumber daya, (5) efisiensi
dan keefektifan. Akhirnya penulis dapat menarik kesimpulan bahwa manajemen pendidikan
adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang bagaimana sekelompok manusia melakukan
kerjasama dalam menjalankan serangkaian proses kegiatan sistematis untuk mengelola
sumber-sumber daya pendidikan sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai secara efektif dan
efisien.
31
PEMBIAYAAN PENDIDIKAN SEKOLAH
(5) mencapai tujuan organisasi sebagai keuntungan material dan spiritual bagi
organisasi.
Dari berbagai pendapat, penulis hanya akan mencoba menjelaskan fungsi manajemen
sebagaimana dikemukakan oleh Arikunto (2008:7), sebagai berikut:
Planning adalah suatu proses mempersiapkan serangkaian pengambilan keputusan untuk
dilakukannya tindakan dalam mencapai tujuan organisasi, dengan dan tanpa menggunakan
sumber-sumber yang ada. Aspek yang harus tercakup dalam perencanaan antara lain apa
yang akan dilakukan, siapa yang harus melakukan, kapan dilakukan, dimana akan dilakukan,
bagaimana melakukannya, dan apa saja yang diperlukan agar tecapai tujuan secara optimal.
Handoko (1995:5) mengemukakan bahwa: “Perencanaan adalah pemilihan atau penetapan
tujuan organisasi dan penentuan strategi, kebijaksanaan, proyek, program, prosedur, metode,
sistem, anggaran dan standar yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan. Jadi dalam
perencanaan ada fungsi penganggaran (budgeting). Budgeting adalah semua urusan yang
berkaitan dengan masalah dana baik itu pembiayaan yang berkaitan dengan jalannya
organisasi maupun pembiayaan yang berhubungan dengan operasi atau kegiatan yang
dilaksanakan oleh organisasi. Pembuatan keputusan banyak terlibat dalam fungsi ini. Arti
penting perencanaan terutama adalah memberikan kejelasan arah bagi setiap kegiatan,
sehingga setiap kegiatan dapat diusahakan dan dilaksanakan seefisien dan seefektif
mungkin. Lebih lanjut dijelaskan bahwa ada sembilan manfaat perencanaan yaitu:
32
PEMBIAYAAN PENDIDIKAN SEKOLAH
(7) membuat tujuan lebih khusus, terperinci dan lebih mudah dipahami;
33
PEMBIAYAAN PENDIDIKAN SEKOLAH
Tiga langkah dalam proses pengorganisasian yaitu: (a) pemerincian seluruh pekerjaan
yang harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan organisasi; (b) pembagian beban pekerjaan
total menjadi kegiatan-kegiatan yang logis dapat dilaksanakan oleh satu orang; (c) pengadaan
dan pengembangan suatu mekanisme untuk mengkoordinasikan pekerjaan para anggota
menjadi kesatuan yang terpadu dan harmonis. Jadi dalam pengorganisasian ada fungsi staffing.
Staffing adalah aktivitas menempatkan orang-orang yang tergabung dalam organisasi ke
bidang-bidang (unit-unit) yang ada sehingga setiap bidang dimungkinkan akan dapat dikerjakan
oleh orang yang sesuai.
a. Actuating (pelaksanaan), merupakan fungsi manajemen yang paling utama.
Fungsi perencanaan dan pengorganisasian lebih banyak berhubungan dengan aspek-aspek
abstrak proses manajemen, sedangkan fungsi actuating justru lebih menekankan pada kegiatan
yang berhubungan langsung dengan orang-orang dalam organisasi. Arikunto (2008:11)
mengemukakan bahwa actuating merupakan usaha menggerakkan anggota-anggota kelompok
sedemikian rupa hingga mereka berkeinginan dan berusaha untuk mencapai sasaran perusahaan
dan sasaran anggota-anggota perusahaan tersebut oleh karena para anggota itu juga ingin
34
PEMBIAYAAN PENDIDIKAN SEKOLAH
mencapai sasaran-sasaran tersebut. Jadi dalam actuating ada fungsi directing dan coordinating.
Directing adalah suatu usaha untuk memberikan penjelasan, petunjuk serta pertimbangan dan
bimbingan terhadap para petugas yang terlibat, baik secara struktural maupun fungsional agar
pelaksanaan tugas dapat berjalan dengan lancar. Coordinating adalah suatu usaha untuk
memandu, menyatukan, menserasikan, mengintregasikan semua kegiatan yang ada dalam suatu
organisasi agar pencapaian tujuan bersama dapat berjalan dengan serasi dan seimbang.
Berdasarkan penjelasan di atas, pelaksanaan (actuating) tidak lain merupakan upaya untuk
menjadikan perencanaan menjadi kenyataan, dengan melalui berbagai pengarahan,
pengkoordinasian, pemotivasian agar setiap karyawan dapat melaksanakan kegiatan secara
optimal sesuai dengan peran, tugas dan tanggung jawabnya.
b. Pengawasan (controlling) merupakan fungsi manajemen yang tidak kalah
pentingnya dalam suatu organisasi. Semua fungsi terdahulu, tidak akan efektif tanpa disertai
dengan pengawasan. Handoko (1995:25) mengemukakan definisi pengawasan adalah:
“suatu usaha sistematik untuk menetapkan standar pelaksanaan dengan tujuan-tujuan
perencanaan, merancang sistem informasi umpan balik, membandingkan kegiatan nyata dengan
standar yang telah ditetapkan sebelumnya, menentukan dan mengukur penyimpangan-
penyimpangan serta mengambil tindakan koreksi yang diperlukan untuk menjamin bahwa
semua sumber daya perusahaan dipergunakan dengan cara paling efektif dan efisien dalam
pencapaian tujuan-tujuan perusahaan”.
Dalam pengawasan ada fungsi reporting. Reporting adalah suatu kegiatan yang
dilakukan oleh bawahan untuk menyampaikan hal-hal yang berhubungan dengan hasil
pekerjaan yang telah dilakukan selama satu periode tertentu dalam media tertentu. Berdasarkan
definisi tersebut maka dapat dijelaskan bahwa proses pengawasan memiliki lima tahapan, yaitu:
(a) penetapan standar pelaksanaan; (b) penentuan pengukuran pelaksanaan kegiatan; (c)
pengukuran pelaksanaan kegiatan nyata; (d) pembandingan pelaksanaan kegiatan dengan
standar dan penganalisaan penyimpangan-penyimpangan; dan (e) pengambilan tindakan
koreksi, bila diperlukan.
Sementara itu evaluasi dijelaskan oleh Rotwell (2000:45) sebagai proses menentukan
nilai (value). Nilai menunjukkan derajat sesuatu yang dievaluasi dengan kategori baik atau
buruk, penting atau tidak penting, bermanfat atau tidak bermanfaat. Nilai dapat mencerminkan
sejauhmana tingkatan keterampilan, pengetahuan dan sikap yang diperoleh peserta pelatihan
selama dan atau sesudah mengikuti pelatihan. Dengan demikian pengawasan dan evaluasi pada
35
PEMBIAYAAN PENDIDIKAN SEKOLAH
suatu pelatihan adalah proses menentukan nilai tentang perilaku peserta pelatihan pada sebelum
mengikuti pelatihan, saat mengikuti dan atau sesudah mengikuti pelatihan.
Sudjana (2007:32) menjelaskan tiga tahapan evaluasi pembelajaran pada suatu pelatihan
: (a) pengukuran sejauhmana keluaran (output) pelatihan berupa perubahan perilaku peserta
pelatihan dalam ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik atau skills tertentu sesuai tujuan
pelatihan; (b) pemantauan (observasi) terhadap penampilan para peserta atau lulusan pelatihan
setelah mereka kembali ke masyarakat, Pemantauan ini kelanjutan dari evaluasi tahap pertama,
dapat mengetahui sejauhmana para lulusan dapat memanfaatkan hasil pelatihan dalam
lingkungan kehidupan dan pekerjaannya; (c) pengukuran tentang pengaruh (outcome) pelatihan
pada lembaga dan masyarakat.
Fungsi-fungsi manajemen ini berjalan saling berinteraksi dan saling kait-mengkait
antara satu dengan lainnya, sehingga menghasilkan apa yang disebut dengan proses
manajemen. Dengan demikian, proses manajemen sebenarnya merupakan proses interaksi
antara berbagai fungsi manajemen.
Walaupun terdapat perbedaan dalam menyusun kegiatan proses manajemen, namun
pada prinsipnya terdapat kecenderungan yang menuju pada tiga kegiatan inti dari manajemen
yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan/evaluasi. Dengan demikian proses
manajemen pendidikanpun dapat disarikan menjadi tiga yaitu perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi.
C. PENGELOLAAN BIAYA
Kedudukan biaya dalam bidang pendidikan sangat strategis. Hal ini dapat dilihat dari
fungsinya, yaitu : Pertama, sebagai alat untuk menganalisis berbagai aspek finansial pendidikan
(diagnosis); Kedua, sebagai parameter untuk memproyeksikan gejala sistem pendidikan
(prognosis) dan pendekatan yang digunakan sesuai dengan tujuan pendidikan (Hallak, 1985:9).
Begitu strategisnya kedudukan biaya, maka tidaklah mengherankan apabila masalah biaya
menjadi salah satu bidang garapan dari manajemen pendidikan.
Sebagaimana dikemukakan oleh Nawawi (1996:15) bahwa terdapat dua bidang
pengelolaan kegiatan pendidikan, yaitu: (1) bidang manajemen administrasi (management of
administrative function), dan (2) bidang manajemen operatif (management of operative
function). Bidang pertama memfokuskan pada kegiatan: perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, pengkoordinasian, pengawasan, penilaian dan pembuatan laporan. Bidang kedua,
memfokuskan pada kegiatan ketatausahaan, perbekalan, kepegawaian, keuangan, dan
hubungan masyarakat. Hal ini “keuangan” dapat disamakan dengan “biaya” oleh karena
36
PEMBIAYAAN PENDIDIKAN SEKOLAH
makna biaya dapat dikemukakan dalam bentuk uang atau bentuk moneter lainnya
(Hallak,1985:1).
Senada dengan itu Mulyasa (2002:40-52), Arikunto (2008:6) menjelaskan bahwa garapan
manajemen pendidikan terdiri dari bidang manajemen kurikulum dan program pengajaran,
manajemen tenaga kependidikan, manajemen kesiswaan, manajemen sarana dan prasarana,
manajemen keuangan dan pembiayaan atau anggaran, manajemen hubungan sekolah dan
masyarakat, dan manajemen layanan khusus. Untuk menjamin optimalisasi pendayagunaan
sumber daya pendidikan seperti halnya disebutkan sebagai aspek-aspek manajemen ataupun
bidang garapan manajemen pendidikan diperlukan proses pengelolaan yang terdiri dari
perencanaan, pelaksanaan, dan pembinaan (Engkoswara, 1987:48).
Kemudian secara lebih khusus pengelolaan biaya pada satu satuan pendidikan sering
disebutkan sebagai manajemen pembiayaan. Hal ini mengandung makna bahwa masalah
pengelolaan biaya harus benar-benar memperoleh perhatian yang serius, bukan saja karena
merupakan bagian dari garapan manajemen pendidikan, tetapi lebih dari itu dalam prakteknya
membutuhkan serangkaian kegiatan pemanajemenan yang sistematis. Melalui sub sistem
manajemen pembiayaan inilah diharapkan mampu meningkatkan keberhasilan dalam
operasionalisasi manajemen pendidikan secara keseluruhan.
Berangkat dari penjelasan di atas, penulis dapat menarik simpulan tentang kedudukan
pengelolaan biaya dalam manajemen pendidikan, sebagai berikut : Pertama, pengelolaan biaya
merupakan bagian integral dari keseluruhan bidang garapan manajemen pendidikan. Kedua,
pengelolaan biaya menempati posisi strategis dalam keseluruhan praktek manajemen
pendidikan. Oleh karena itu pengelolaan biaya yang tepat akan menentukan keberhasilan
tercapainya tujuan pendidikan melalui upaya pembiayaan yang dilakukan terhadap semua
penyediaan fasilitas lainnya dan kegiatan pendidikan. Ketiga, pengelolaan biaya sebagai suatu
proses memerlukan tahapan kegiatan agar mampu memenuhi kebutuhan dana bagi
masingmasing aspek manajemen pendidikan lainnya.
37
PEMBIAYAAN PENDIDIKAN SEKOLAH
Menurut bidang pendidikan, fungsi keuangan memiliki dua dimensi yaitu dimensi sumber
dana dan dimensi pengalokasian dana. Kedua dimensi tersebut merupakan satu kesatuan
selama proses manajemen berlangsung. Blocher (2000:3-4) menjelaskan:
“As with any enterprise, the financing of education consists of two dimensions : (1) the
resource dimension, the sources of funds to support the enterprise; and (2) the allocation
dimension, the ways in which funds are distribuded among the various units of the
enterprise”.
Orientasi dari kedua dimensi tersebut menurut Bittel (1998:388) adalah kemampuan
mencapai keuntungan sebesar-besarnya (to maximise the profitability) dengan tingkat resiko
yang seminimal mungkin. Orientasi di atas dapat terwujud apabila bidang keuangan dikelola
secara efektif dan efisien melalui proses manajemen yang baik. Kegiatan mengatur penerimaan,
mengalokasikan, dan mengevaluasi keuangan untuk menunjang program pendidikan di sekolah
merupakan kegiatan manajemen keuangan sekolah. Jones (1985:3) mengemukakan “The task
of school business administration is to organize and direct the flow of money to achieve the
desired policy objectives”. Jones (1985:22) berpendapat ada tiga tahapan/fungsi manajemen
keuangan yaitu: (1) financial planning; (2) implementation involves accounting; dan (3)
evaluation involves auditing.
Financial planning disebut pula sebagai “budgeting” (penganggaran). Budgeting
merupakan fungsi yang paling mendasar karena berisi berbagai keputusan untuk
mengkoordinir sumber-sumber yang ada secara sistematis (menurut siklus tertentu) guna
mencapai sasaran yang diharapkan. Implementasi merupakan pelaksanaan anggaran melalui
berbagai kegiatan sesuai dengan yang direncanakan. Sedangkan evaluasi merupakan proses
penilaian terhadap pencapaian sasaran yang telah ditetapkan. Brimley (2009:294) A budget is
a financial plan that involves at least four element: (1) planning, (2) receiving funds, (3)
spending funds, and (4) evaluating results-all performed within the limits of a predetermined
time. Husnan (2002:4) manajemen keuangan menyangkut kegiatan perencanaan, analisis dan
pengendalian kegiatan keuangan.
Nafarin (2009:4) mengemukakan bahwa fungsi manajemen ada empat yaitu
perencanaaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan. Perencanaan meliputi
pengorganisasian dan penganggaran. Perencanaan merupakan proses menyusun rencana
sehingga rencana merupakan hasil perencanaan. Proses perencanaan meliputi perumusan
strategi, perencanaan strategi, penyusunan program, dan penganggaran), jadi penganggaran
merupakan tahap keempat dalam sistem manajemen strategis. Pengorganisasian merupakan
38
PEMBIAYAAN PENDIDIKAN SEKOLAH
Berdasarkan rencana jangka panjang, maka perlu diadakan estimasi terhadap kebutuhan-
kebutuhan jangka pendek yang tentu saja akan berhubungan dengan rencana jangka panjang,
dan bahkan termasuk di dalamnya penggunaan-penggunaan dana jangka pendek. Rencana-
rencana tersebut disusun pada suatu formulir yang disebut budget atau anggaran.
Budget (anggaran) adalah jumlah-jumlah yang direncanakan dan harus dicapai di masa
yang akan datang sehingga budget merupakan hasil akhir dari rencana keuangan suatu
organisasi (Gitosudarmo, 1992:226-227). Pengertian tersebut menegaskan bahwa pada
prinsipnya budget bukanlah suatu tujuan, melainkan sebagai alat penjabaran suatu rencana ke
dalam bentuk biaya untuk setiap kegiatan guna mencapai tujuan organisasi. Kemampuan
menganalisis keefektifan biaya dalam suatu program akan membantu tercapainya sasaran yang
telah ditetapkan. Fattah (2002:47) mengemukakan:
“penganggaran merupakan kegiatan atau proses penyusunan anggaran (budget). Budget
merupakan rencana operasional yang dinyatakan secara kuantitatif dalam bentuk satuan uang
yang digunakan sebagai pedoman dalam melaksanakan kegiatankegiatan lembaga dalam kurun
waktu tertentu. Oleh karena itu, dalam anggaran tergambar kegiatan-kegiatan yang akan
dilaksanakan oleh suatu lembaga. Penyusunan anggaran merupakan langkah-langkah positif
untuk merealisasikan rencana yang telah disusun. Kegiatan ini melibatkan pimpinan tiap-tiap
39
PEMBIAYAAN PENDIDIKAN SEKOLAH
40
PEMBIAYAAN PENDIDIKAN SEKOLAH
Pelaksanaan Anggaran
Tahapan pelaksanaan anggaran meliputi penerimaan dan penggunaan keuangan sekolah.
Baik transaksi penerimaan maupun transaksi penggunaan harus dicatat, dikelompokkan secara
benar melalui accounting system yang baik Menurut sisi penerimaan maka dana yang
terkumpul merupakan sumber biaya potensial untuk membiayai setiap kegiatan dan
pengembangan pendidikan di sekolah.
Menurut Panduan Pelaksanaan Pembinaan SMP RSBI (2009:69) dan Rencana Kerja dan
Anggaran Sekolah SMP RSBI (2009:81) sumber penerimaam dana pendidikan berasal dari: (1)
pemerintah pusat (dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah); (2) pemerintah pusat
(blockgrant); (3) pemerintah propinsi; (4) pemerintah kota; (5) iuran komite sekolah
(sumbangan masyarakat). Sedangkan pembiayaan pendidikan di SMP RSBI terdiri dari: (1)
gaji guru dan karyawan; (2) belanja barang; (3) kegiatan pelajar; (4) kegiatan komite sekolah;
(5) belanja pemeliharaan; (6) pengadaan pengembangan sekolah; (7) pengembangan sekolah
sebagai RSBI meliputi: pencapaian akreditasi sekolah, kurikulum berstandar internasional,
standar proses pembelajaran, pemenuhan standar penilaian, pemenuhan standar pengelolaan,
pemenuhan standar sarana dan prasarana, pemenuhan standar pendidik dan tenaga
kependidikan, standar pembiayaan, pengembangan budaya dan lingkungan sekolah.
Evaluasi Anggaran
Tahap evaluasi anggaran dimaksudkan untuk melihat efektivitas anggaran dalam
membiayai berbagai kegiatan dan aktiva yang ada. Evaluasi tidak dimaksudkan untuk
menemukan gagasan baru atau mekanisme keuangan, tetapi untuk menganalisis hasil dan
41
PEMBIAYAAN PENDIDIKAN SEKOLAH
melakukan perbaikan anggaran pada periode berikutnya. Utamanya yang berhubungan dengan
siswa, program pengajaran dan personalia (Jones, 1985:13).
Pengawasan termasuk dalam tahapan evaluasi anggaran. Menurut Fattah (2002:65)
pengawasan anggaran bertujuan untuk mengukur, membandingkan, menilai alokasi biaya dan
tingkat penggunaannya. Pengawasan anggaran diharapkan dapat mengetahui sampai dimana
tingkat efektivitas dan efisiensi dari penggunaan sumber-sumber dana yang tersedia.
Pengawasan anggaran dilaksanakan untuk mengetahui tingkat kesesuaian antara biaya yang
dialokasikan untuk setiap komponen dalam anggaran dengan realisasi anggaran. Lebih lanjut
Fattah (2002) menjelaskan sistem pengawasan berorientasi pada hal-hal berikut:
“(1) Sistem pengawasan fungsional yang dimulai sejak perencanaan yang menyangkut
aspek penilaian kehematan, efisiensi, efektivitas yang mencakup seluruh aktivitas
program di setiap bidang organisasi;
(2) hasil temuan pengawasan harus ditindaklanjuti dengan koordinasi antara aparat
pengawasan dengan aparat penegak hukum serta instansi terkait turut menyamakan
persepsi, mencari pemecahan bersama atas masalah yang dihadapi;
(3) kegiatan pengawasan hendaknya lebih diarahkan pada bidang-bidang yang strategis
dan memperhatikan aspek manajemen;
(5) kegiatan pengawasan dilakukan orang-orang yang memiliki kompetensi teknis, sikap,
dedikasi, dan integritas pribadi yang baik;
(6) akurat, artinya informasi tentang kinerja yang diawasi memiliki ketepatan
data/informasi yang sangat tinggi;
(7) tepat waktu, artinya kata yang dihasilkan dapat digunakan sesuai dengan saat untuk
melakukan perbaikan;
42
PEMBIAYAAN PENDIDIKAN SEKOLAH
(11) kegiatan pengawasan harus mampu mengoreksi dan menilai pelaksanaan pekerjaan
sesuai dengan rencana semula.
43
PEMBIAYAAN PENDIDIKAN SEKOLAH
44
PEMBIAYAAN PENDIDIKAN SEKOLAH
(2) penggunaan biaya menempati posisi strategis oleh karena sangat menentukan
ketepatan alokasi dana kepada berbagai kegiatan yang mendukung tercapainya tujuan
pendidikan di sekolah;
(3) penggunaan biaya membutuhkan dukungan dari fungsi-fungsi manajemen yang lain
yaitu fungsi perencanaan dan evaluasi secara baik.
45
IMALAILLA CHRISTINA MULIANA (7101418345) P AP A 2018
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG.
46
PEMBIAYAAN PENDIDIKAN SEKOLAH
47
PEMBIAYAAN PENDIDIKAN SEKOLAH
dari hasil studi, yang dilakukan oleh Fattah (1999) bahwa mutu pendidikan di daerah perkotaan
lebih tinggi daripada di daerah pedesaan yang keadaan sosial ekonominya kurang. Sekolah-
sekolah yang memiliki orang tua murid dengan lingkungan keluarga mampu mempunyai
fasilitas yang bermutu, guru lebih berkemampuan menciptakan pengelolaan belajar baik, yang
memungkinkan siswa belajar lebih baik dan pada akhirnya prestasi muridnya jauh lebih baik.
Menurut Fattah (2006) melihat perkembangannya, anggaran mempunyai manfaat yang
dapat digolongkan dalam tiga jenis, yaitu: 1) sebagai alat penaksir; 2) sebagai alat otorisasi
pengeluaran dana, dan; 3) sebagai alat efisiensi. Anggaran sebagai alat efisiensi merupakan
fungsi yang paling esensial dalam pengendalian. Dari segi pengendalian jumlah anggaran yang
didasarkan atas angka-angka yang standar dibandingkan dengan realisasi biaya yang melebihi
atau kurang, dapat dianalisis ada tidaknya pemborosan atau penghematan.
Peranan anggaran dalam pengelolaan pembelajaran yang berkaitan dengan layanan
belajar dan manajemen sekolah serta manajemen sekolah secara keseluruhan tentu sangatlah
penting untuk mencapai tujuan. Anggaran pendidikan merupakan pola organisasi yang dirinci
menjadi elemen-elemen dari rencana terpadu ke dalam komponen bagian atau departemen yang
memudahkan biaya estimasi. Efisiensi pendidikan menggambarkan hubungan antara input dan
output atau antara masukan dan keluaran. Suatu sistem yang efisien ditunjukkan oleh keluaran
yang lebih untuk sumber masukan, efisiensi pendidikan mempunyai kaitan antara
pendayagunaan sumber-sumber pendidikan yang terbatas sehingga mencapai optimalisasi yang
tinggi.
Penyusunan anggaran merupakan salah satu langkah positif untuk merealisasikan
rencana yang telah ditetapkan. Dalam penyusunan anggaran dapat menggunakan sistem
kombinasi yang merupakan sistem yang lebih baik, karena sistem penganggaran ini telah
melalui proses pemilihan kebutuhan yang menjadi prioritas dengan anggaran yang telah
ditentukan berdasarkan perkiraan. Metoda penetapan biaya dengan memperkirakan
pengeluaran berdasarkan laporan lembaga-lembaga pendidikan, menggunakan SP4 (Sistem
Perencanaan Penyusunan Program dan Pengajaran).
Dalam penggunaan anggaran harus memenuhi kriteria sebagai berikut: 1) harus ada
laporan dari biaya; 2) laporan harus dibuat secara uniform, yaitu dengan standar fungsional
yang sama; dan 3) laporan harus memperlihatkan keseluruhan biaya operasi lembaga itu. Biaya
yang harus dikeluarkan dalam penyelenggaraan pendidikan meliputi biaya langsung (direct
cost) dan biaya tidak langsung (indirect cost) perhitungan biaya pendidikan ditentukan oleh
kegiatan dan biaya satuan, meliputi gaji guru, sarana prasarana pembelajaran dan dukungan
pembiayaan mencakup pengadaan dan pemeliharaan.
48
PEMBIAYAAN PENDIDIKAN SEKOLAH
Pembiayaan pendidikan yang efektif dan efisien merupakan tanggung jawab bersama,
baik Pemerintah maupun masyarakat. Perlu dibangun rasa saling percaya, baik internal
Pemerintah maupun antara Pemerintah dengan masyarakat dan masyarakat dengan masyarakat
itu sendiri dapat ditumbuhkan. Keterbukaan, partisipasi, akuntabilitas dalam penyelenggaraan
pendidikan mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan menjadi kata kunci untuk
mewujudkan efektivitas pembiayaan pendidikan. Biaya pendidikan di Indonesia saat ini tidak
murah lagi jika dilihat dari penghasilan rakyat Indonesia setiap harinya. Masalah mahalnya
biaya pendidikan tidak hanya pendidikan di perguruan tinggi, melainkan juga biaya pendidikan
di sekolah dasar sampai sekolah menengah ke atas walaupun sekarang ini sekolah sudah
mendapat bantuan operasional sekolah (BOS). Namun semuanya masih belum mencukupi
biaya pendidikan bagi masyarakat yang kurang mampu.
Pembiayaan pendidikan terdiri atas biaya investasi, biaya operasi, dan biaya personal.
Biaya investasi satuan pendidikan meliputi biaya penyediaan sarana dan prasarana,
pengembangan sumber daya manusia, dan modal kerja tetap. Biaya personal meliputi biaya
pendidikan yang harus dikeluarkan oleh peserta didik untuk bisa mengikuti proses
pembelajaran. Biaya operasi satuan pendidikan meliputi gaji pendidik dan tenaga kependidikan
serta segala tunjangan yang melekat pada gaji, bahan atau peralatan pendidikan habis pakai
dan biaya operasi pendidikan tak langsung berupa daya, air, jasa telekomunikasi, pemeliharaan
sarana dan prasarana, uang lembur, transportasi, konsumsi, pajak, asuransi, dan lain
sebagainya.
Kompleksitas biaya yang timbul berdasarkan uraian di atas merupakan suatu proses
yang secara bersamasama harus ditelaah, diselesaikan, dan diharapkan dapat menghasilkan
suatu model pembiayaan pendidikan yang terbaik sebagai upaya dalam mewujudkan cita-cita
pendidikan nasional menuju masyarakat yang adil dan makmur.
49
PEMBIAYAAN PENDIDIKAN SEKOLAH
Di antara masukan (input) yang penting dalam sistem bidang pendidikan ruang,
peralatan, buku, material, dan waktu para guru dan karyawan lain. Output menjadi hasil
tambahan yang diakibatkan oleh suatu kenaikan biaya pendidikan yang diterima di sekolah,
sepanjang masukan (input) menjadi bagian dari biaya kenaikan. Suatu unsur biaya tambahan,
yang ada dalam fungsi produksi yang terdahulu, menjadi biaya kesempatan dari peserta didik
(Iskandar, 2011).
Analisis mengenai biaya produksi pendidikan pada dasarnya menggunakan model teori
“inputproses-output” di mana sekolah dipandang sebagai suatu sistem industri jasa. Menurut
Blaug (1992) dan (Idochi dan Anwar, 2004), kita menghadapi suatu kelemahan yang merembes
pada fungsi produksi pendidikan, bahwa hubungan antara input sekolah di satu pihak, dan
output sekolah di lain pihak secara konvensional diukur melalui skors-skors achievement.”
Dari berbagai pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi pembiayaan pendidikan sekolah dipengaruhi oleh:
1) kenaikan harga (rising prices);
2) perubahan relatif dalam gaji guru (teacher’s sallaries);
3) perubahan dalam populasi dan kenaikannya prosentasi anak di sekolah negeri;
4) meningkatnya standar pendidikan (educational standards);
5) meningkatnya usia anak yang meninggalkan sekolah;
6) meningkatnya tuntutan terhadap pendidikan lebih tinggi (higher education).
50
PEMBIAYAAN PENDIDIKAN SEKOLAH
biaya tetapi juga waktu, dan lebih amat penting lagi menghindari dan menseleksi penggunaan
dana operasional, pemeliharaan, dan biaya lain yang mengarah pada pemborosan.
Bobbit (1992) dalam Fatah (2009) berpendapat bahwa sekolah secara mandiri dan
berkewenangan penuh mengelola anggaran biaya secara efisien. Sebagai contoh efektivitas dan
efisiensi dalam penyelenggaraan pendidikan yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Jembrana-
Bali. Kabupaten tersebut sejak tahun 2001 mampu memberikan pendidikan gratis 12 tahun bagi
warga asli daerah tersebut. Pemerataan pendidikan, manajemen pendidikan yang efektif, dan
peningkatan partisipasi masyarakat merupakan pijakan dalam melancarkan program
pendidikan di Kabupaten Jembrana.
Contoh lain, implementasi konsep manajemen berbasis sekolah (MBS) pada hakikatnya
menampilkan konsep pengelolaan anggaran pendidikan dengan tujuan untuk menjawab
persoalan bagaimana mendayagunakan sumbersumber pembiayaan secara efektif dan efisien?
serta bagaimana mengembangkan sumbersumber baru pembiayaan bagi pembangunan
pendidikan? agar tujuan pendidikan dapat tercapai secara optimal.
Dalam kondisi dana yang sangat terbatas dan sekolah dihadapkan pada kebutuhan yang
beragam, maka sekolah harus mampu membuat keputusan dengan tetap berpedoman pada
peningkatan mutu. Manakala sekolah memiliki rencana untuk mengadakan perbaikan fasilitas
seperti pagar sekolah atau merencanakan pengadaan alat laboratorium, maka sekolah perlu
mempertimbangkan prioritas mana yang diasumsikan memiliki pengaruh yang dominan
terhadap peningkatan mutu proses belajarmengajar. Apabila melalui berbagai pertimbangan
dan atas dasar musyawarah dan mufakat dengan para pemangku kepentingan, pengadaan alat
peraga laboratorium lebih memiliki dampak yang kuat, maka keputusan yang paling efisien
mengadakan alat peraga laboratorium.
Efisiensi pendanaan pendidikan ditentukan oleh ketepatan dalam mendayagunakan
anggaran pendidikan dengan memberikan prioritas pada faktor-faktor input pendidikan yang
dapat memacu prestasi belajar peserta didik. Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja
Sekolah (RAPBS) merupakan suatu rancangan pembiayaan pendidikan di sekolah dalam
rangka mengatur dan mengalokasikan dana pendidikan yang sumbernya sudah terkalkulasi
jumlah dan besarannya, baik merupakan dana rutin bantuan dari Pemerintah berupa dana
bantuan operasional atau dana lain yang berasal dari sumbangan masyarakat atau orang tua
peserta didik.
Dalam merancang dan menyususun RAPBS ada beberapa hal yang harus diperhatikan,
di antaranya masalah efektivitas pembiayaan sebagai salah satu alat ukur efisiensi. Efektivitas
pembiayaan merupakan faktor penting yang senantiasa diperhitungkan bersamaan dengan
51
PEMBIAYAAN PENDIDIKAN SEKOLAH
efisiensi. Artinya, suatu program kegiatan tidak hanya menghitung waktu yang singkat, tetapi
tidak memperhatikan anggaran yang harus dikeluarkan seperti biaya operasional dan dana
pemeliharaan sarana yang mengarah pada pemborosan. Kepala Sekolah bersama-sama guru
dan Komite Sekolah dalam menentukan anggaran pembelajaran harus berdasarkan kebutuhan
yang riil dan benar-benar sangat dibutuhkan untuk keperluan dalam rangka menunjang
penyelenggaraan proses pembelajaran yang bermutu.
Lebih lanjut, analisis biaya dalam pendidikan mencakup keefektifan biaya (cost
affectiveness), keuntungan biaya (cost benefit), kemanfaatan biaya (cost-utility), dan
kefisibilitasan biaya (costfeasibility). Selanjutnya, secara rinci masingmasing analisis biaya
diuraikan sebagai berikut:
1) Analisis keefektifan biaya. Suatu pekerjaan disebut efektif kalau pekerjaan itu
dikerjakan dengan tepat dan mencapai tujuan yang diinginkan. Biaya pendidikan digunakan
secara efektif berarti biaya itu diarahkan hanya untuk mencapai tujuan pendidikan yang
ternyata sesudah selesai pekerjaan mendidik itu tujuan yang direncanakan semula benar-benar
tercapai;
2) Analisis keuntungan biaya. Analisis ini menghubungkan antara besar biaya yang
dikeluarkan dengan besar pendapatan setelah menjalani pendidikan atau latihan;
3) Analisis kemanfaatan biaya adalah analisis yang berusaha membandingkan biaya
yang digunakan oleh suatu alternatif dengan estimasi manfaatnya atau nilai outcomenya;
4) Analisis kefisibilitas biaya. Analisis ini tidak dapat diukur secara kuantitatif seperti
analisis sebelumnya, analisis ini hanya melihat apakah biaya yang dipakai oleh alternatif itu
cukup atau tidak, bila dihubungkan dengan dana yang tersedia. Bila biaya alternatif melebihi
dana dan sumber-sumber pendidikan lainnya, maka rencana itu tidak dapat dilaksanakan, atau
alternatif tersebut tidak fisibel.
52
IMALAILLA CHRISTINA MULIANA (7101418345) P AP A 2018
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG.
53
PEMBIAYAAN PENDIDIKAN SEKOLAH
54
PEMBIAYAAN PENDIDIKAN SEKOLAH
Dana tetap tiap bulan sebagai uang kontribusi yang harus dibayar oleh orang tua setiap
bulan selama anaknya menjadi siswa di sekolah
Dana insidental yang dibebankan kepada siswa baru yang biasanya hanya satu kali
selama tiga tahun menjadi siswa (pembayarannya dapat diangsur).
Dana sukarela yang biasanya ditawarkan kepada orang tua siswa terterntu yang
dermawan dan bersedia memberikan sumbangannya secara sukarela tanpa suatu ikatan
apapun.
c) Dana dari Masyarakat
Dana ini biasanya merupakan sumbangan sukarela yang tidak mengikat dari anggota-
anggota masyarakat sekolah yang menaruh perhatian terhadap kegiatan pendidikan di suatu
sekolah. Sumbangan sukarela yang diberikan tersebut merupakan wujud dari kepeduliannya
karena merasa terpanggil untuk turut membantu kemajuan pendidikan. Dana ini ada yang
diterima dari perorangan, dari suatu organisasi, dari yayasan ataupun dari badan usaha baik
milik pemerintah maupun milik swasta.
d) Dana dari Alumni
Dana ini merupakan bantuan dari para Alumni untuk membantu peningkatan mutu sekolah
yang tidak selalu dalam bentuk uang (misalnya buku-buku, alat dan perlengkapan belajar).
Namun dana yang dihimpun oleh sekolah dari para alumni merupakan sumbangan sukarela
yang tidak mengikat dari mereka yang merasa terpanggil untuk turut mendukung kelancaran
kegiatankegiatan demi kemajuan dan pengembangan sekolah. Dana ini ada yang diterima
langsung dari alumni, tetapi ada juga yang dihimpun melalui acara reuni atau lustrum sekolah.
e) Dana dari Peserta Kegiatan
Dana ini dipungut dari siswa sendiri atau anggota masyarakat yang menikmati pelayanan
kegiatan pendidikan tambahan atau ekstrakurikuler, seperti pelatihan komputer, kursus bahasa
Inggris atau keterampilan lainnya.
f) Dana dari Kegiatan Wirausaha Sekolah
Ada beberapa sekolah yang mengadakan kegiatan usaha untuk mendapatkan dana. Dana ini
merupakan kumpulan hasil berbagai kegiatan wirausaha sekolah yang pengelolaannya dapatj
dilakukan oleh staf sekolah atau para siswa misalnya koperasi, kantin sekolah, bazar tahunan,
wartel, usaha fotokopi, dll.
2) Anggaran Belanja (Pengeluaran)
Secara garis besar, pengeluaran dari suatu sekolah/madrasah dapat dibagi menjadi dua,
yaitu:
55
PEMBIAYAAN PENDIDIKAN SEKOLAH
a) Pembiayaan rutin
Pembiayaan rutin adalah biaya (anggaran) yang harus dikeluarkan secara rutin dan pasti dari
tahun ke tahun, seperti gaji pegawai (guru dan non-guru), biaya operasional, biaya
pemeliharaan gedung, fasilitas dan alat pengajaran.
b) Pembiayaan pembangunan
Pembiayaan pembangunan misalnya biaya pembelian atau pengembangan tanah,
pembangunan gedung, perbaikan gedung, penambahan furnitur, dll.
Selain penggunaan dua macam dana di atas, ada satu lagi yang harus dialokasikan, yaitu
anggaran untuk kebutuhan atau kepentingan sosial, baik bantuan sosial ke dalam maupun ke
luar. Bantuan ke dalam dapat berupa dana untuk warga sekolah sendiri. Sementara itu, bantuan
sosial ke luar seperti untuk bencana alam, perayaan HUT RI, permohonan sumbangan dari luar,
dan sebagainya.
56
PEMBIAYAAN PENDIDIKAN SEKOLAH
D. KONSEP PENGANGGARAN
1. Anggaran (Budgeting)
a) Pengertian
Istilah Penganggaran (Budgeting), menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah:
1) Proses mengikhtisarkan rancangan pengeluaran dan penerimaan keuangan selama
jangka (waktu) tertentu.
2) Kegiatan mengalokasi sumber daya untuk mencapai sasaran usaha dalam jangka
(waktu) tertentu. Penyusunan anggaran pendidikan itu dikenal dengan istilah
penganggaran pendidikan.
Menurut (Fatah, 1999) penyusunan anggaran (budget) merupakan rencana operasional
yang dinyatakan secara kuantitatif dalam bentuk satuan uang yang digunakan sebagai pedoman
dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan lembaga dalam kurun waktu tertentu. Oleh karena itu
dalam anggaran tergambar kegiatan yang akan dilaksanakan suatu institusi atau lembaga.
Pemerintah pusat memiliki anggaran yang diatur dalam Undang-undang Nomor 8
Tahun 2016 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Pasal 1 ayat (39)
mendefinisikan Anggaran Pendidikan adalah alokasi anggaran pada fungsi pendidikan yang
dianggarkan melalui kementerian negara/lembaga, alokasi anggaran pendidikan melalui
transfer ke daerah dan dana desa, dan alokasi anggaran pendidikan melalui pengeluaran
pembiayaan, termasuk gaji pendidik, tetapi tidak termasuk anggaran pendidikan kedinasan,
untuk membiayai penyelenggaraan pendidikan yang menjadi tanggung jawab Pemerintah.
Sedangkan di tingkat Provinsi, kabupaten dan kota masing-masing juga memiliki
sumber anggaran, yang dikenal dengan anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD).
Dalam APBN dan APBD dialokasikan anggaran untuk sektor pendidikan, yang dikenal dengan
anggaran pendidikan dan turunannya Dari berbagai uraian di atas kita bisa memahami bahwa
anggaran pendidikan merupakan sejumlah uang yang dialokasikan untuk menyelenggarakan
layanan pendidikan. Baik bagi sekolah-sekolah negeri, pemerintah (pusat dan daerah) adalah
pihak yang berwenang atas penggunaan anggaran sebagaimana ditetapkan oleh undang-
undang. Pada tingkat nasional, Kemendikbud dan Kemenristek Dikti adalah pihak yang
berwenang menetapkan anggaran pendidikan, sumber dan tujuan penggunaannya.
Pada tingkat daerah, masing-masing pemerintah daerah Provinsi, Kabupaten dan Kota
melalui satuan kerja (Satker) Dinas Pendidikan akan merencanakan dan memantau penggunaan
anggaran pendidikan dalam yurisdiksi dan diskresi masing-masing. Sedangkan di tingkat
sekolah anggarannya direncanakan dan dilaksanakan oleh kepala sekolah beserta warga
57
PEMBIAYAAN PENDIDIKAN SEKOLAH
sekolah mulai dari perencanaan dan implementasi program sekolah yang sudah disepakti untuk
dibiayai (Nur Jannah, 2016).
b) Fungsi Anggaran
Anggaran pendidikan memiliki banyak fungsi, antara lain sebagai alat untuk
perencanaan, pengendalian dan juga alat bantu bagi manajemen dalam mengarahkan suatu
lembaga pendidikan dalam posisi yang kuat atau lemah (Nanang Fattah, 2002;49). Di samping
anggaran pendidikan berfungsi sebagai:
1) Perencanaan, fungsi ini bisa membantu unit kerja mengetahui arah kebijakan yang akan
dilaksanakan ke depannya sesuai dengan ketersediaan anggaran
2) Pengendalian, fungsi dapat menghindari pengeluaran yang berlebihan (pemborosan)
serta dapat menghindari penggunaan anggaran yang tidak proporsional, yakni tidak
tepat guna, tidak efisien dan tidak efektif sebagaimana mestinya dapat merugikan
proses layanan pendidikan
3) Alat koordinasi dan komunikasi, dokumen anggaran yang komprehensif bisa
mendeteksi dan mengkoordinir tugas apa saja yang harus dijalankan oleh unit-unit kerja
atau bagian-bagian lainnya. Sehingga tidak ada tupoksi yang ganda atau tidak ada
urusan yang tidak terdistribusi dengan baik ke semua lini dalam organisasi
4) Alat penilaian kinerja, bisa dijadikan barometer setiap unit apakah sudah bekerja sesuai
target dan sasaran kerja atau tidak. Hal ini disebabkan dalam penyusunan rencana kerja
telah disesuaikan dengan anggaran yang dibutuhkan, sehingga efektif atau tidaknya
pelaksanaan program terlihat dari penyerapan atau belanja anggaran atau pemanfaatan
anggaran dalam menuntaskan kegiatan/program.
5) Alat efisien atau motivasi, anggaran pendidikan dapat menantang hal- hal yang realistis
(masuk akal) untuk dikerjakan secara efisien. Suatu anggaran hendaknya tidak terlalu
tinggi sehingga sulit untuk dibiayai atau dibelanjakan, akan tetapi juga jangan terlalu
rendah sehingga sulit dilaksanakan. Dengan demikian ketepatan anggaran bisa menjadi
motivasi bagi pegawai untuk bekerja karena didukung dengan anggaran yang memadai
(proporsional).
6) Alat otorisasi Dengan berbagai fungsi anggaran pendidikan yang disebutkan di atas,
maka pengelola pendidikan bisa mengestimasi anggaran yang dibutuhkan secara ideal,
sehingga mudah untuk membelanjakan dan mempertanggungjawabkan. Nanti di
kemudian hari tentu tidak aka nada aspek hukum yang menantinya. Karena
ketidakjelian pengelola dalam menyusun anggaran pendidikan bisa menjadi pintu
masuk pihak berwajib memberikan label ada unsur kesengajaan atau terencana untuk
58
PEMBIAYAAN PENDIDIKAN SEKOLAH
59
PEMBIAYAAN PENDIDIKAN SEKOLAH
1) Anggaran butir per-butir, merupakan bentuk anggaran pendidikan yang paling simpel
dan banyak digunakan para perencana anggaran pendidikan. Dalam bentuk ini, setiap
pengeluaran dikelompokkan berdasarkan kategori- kategori, misalnya gaji, upah, honor
menjadi satu kategori satu nomor atau satu butir.
2) Anggaran program merupakan bentuk anggaran yang dirancang untuk mengidentifikasi
biaya setiap program layanan pendidikan. Pada anggaran biaya butir per-butir dihitung
berdasarkan jenis butir item yang akan dibeli atau layanan yang dikerjakan, sedangkan
pada anggaran program biaya dihitung berdasarkan jenis program. Misalnya, jika dalam
anggaran butir-per butir disebut gaji guru (item 01), sedangkan dalam anggaran laporan
disebut gaji untuk perencanaan pengajaran IPA hanyalah satu komponen.
3) Anggaran berdasarkan hasil merupakan bentuk anggaran yang dirancang sesuai dengan
namanya, bentuk anggaran ini menekankan hasil (performance) kerja, layanan, atau
fisik yang dibuat dan bukan pada keterperincian dari suatu alokasi anggaran.
2. Akuntansi (Accounting)
a) Pengertian Accounting
Accounting atau pembukuan adalah pencatatan transaksi keuangan yang meliputi
pengeluaran dan pemasukan dalam bentuk laporan keuangan. Tujuannya untuk membantu
pimpinan dalam mengambil keputusan. Pembukuan dalam pengelolaan keuangan berarti
penggunaan uang sekolah yang dapat di pertanggungjawbkan sesuai dengan perencanaan yang
telah ditetapkan.
b) Fungsi Akuntansi
Fungsi akuntansi dalam dunia pendidikan adalah menyediakan informasi kuantitatif
terutama yang bersifat keuangan agar beguna dalam pengambilan sebuah keputusan ekonomi.
c) Komponen Sistem Akuntansi
1) Bagan Perkiraan (Akun)
Dalam pencatatatannya dibagi menjadi 5 kategori,yaitu :
(a) Akitva
(b) Utang
(c) Aktiva Bersih
(d) Pendapatan
(e) Belanja
60
PEMBIAYAAN PENDIDIKAN SEKOLAH
2) Buku Besar
Buku besar mengklasifikasi informasi pencatatan,dimana bagan perkiraan yang
bertindak sebagai daftar isi buku besar. Dalam sistem manual,ringkasan total dari seluruh jurnal
dimasukkan ke dalam buku besar setia bulannya dimana hal ini dilakukan selama satu tahun
dan dilaporkan pada tanggal neraca.
3) Jurnal
Jurnal digunakan untuk mencatatan semua transaksi akuntansi,sebelum
diklasifikasikan ke buku besar. Jurnal mengatur informasi secara kronologis dan sesuai dengan
jenis transaksi,contoh :
(a) Jurnal untuk mencatatan transaksi pengeluaran kas
(b) Jurnal untuk mencatatan transaksi pemasukan kas
(c) Jurnal untuk mencatat transaksi gaji
(d) Jurnal untuk mencatat piutang kas
3. Pengawasan (Auditing)
a) Pengertian Auditing
Auditing adalah semua kegiatan yang menyangkut pertanggungjawaban penerimaan,
penyimpanan, dan pembayaran atau penyerahan uang yang dilakukan bendahara kepada pihak
pidak yang berwenang (Diding,N.,2019;200-201). Atau bisa disebut juga Auditing adalah
proses pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti tentang informasi yang dapat diukur
mengenai suatu entitas ekonomi yang dilakuan seorang yang kompeten dan independent untuk
dapat menentukan dan melaporkan kesesuaian informasi yang dimaksud dengan kriteria-
kriteria yang telah ditetapkan.
b) Tujuan Auditing.
Tujuan Auditing atau biasa disebut pengawasan sendiri adalah
1) Memastikan kelengkapan artinya audit dilakukan untukmemastikan bahwa semua
transaksi telah dicatat atau dimasukan kedalam jurnal.
2) Untuk memastikan ketepatan artinya memastikan semua transaksi dan saldo telah
dijumlahkan dengan benar dan tepat juga memastikan tanggal transaksi sudah sesuai
atau belum.
Seorang audit atau auditor memiliki tanggung jawab yang sangat besar. Bila ada
kesalahan dalam laporan keuangan ataupun ecurangan dalam pembuatan laporan keuangan
makan akan mempengaruhi keputusan pengguna laporan keuangan.
61
PEMBIAYAAN PENDIDIKAN SEKOLAH
62
IMALAILLA CHRISTINA MULIANA (7101418345) P AP A 2018
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG.
63
PEMBIAYAAN PENDIDIKAN SEKOLAH
64
PEMBIAYAAN PENDIDIKAN SEKOLAH
jasa merupakan biaya untuk membayar langganan daya dan jasa yang mendukung kegiatan
belajar mengajar di sekolah/madrasah seperti listrik, telepon, air dan lain-lain.
Biaya transpor/perjalanan dinas adalah biaya untuk berbagai keperluan perjalanan dinas
pendidik, tenaga kependidikan, dan peserta didik baik dalam di kota maupun ke luar kota.
Biaya konsumsi adalah biaya untuk penyediaan konsumsi dalam kegiatan sekolah/madrasah
yang layak disediakan konsumsi seperti rapat-rapat sekolah/madrasah, perlombaan di
sekolah/madrasah. Biaya asuransi adalah biaya membayar premi asuransi untuk keamanan dan
keselamatan sekolah/madrasah, pendidik, tenaga kependidikan, dan peserta didik seperti
asuransi kebakaran, asuransi bencana alam, asuransi kecelakaan praktek kerja di industri.
Biaya pembinaan siswa/ekstra kurikuler adalah biaya untuk menyelenggarakan kegiatan
pembinaan siswa melalui kegiatan ekstra kurikuler seperti pramuka, PMR, UKS, KIR,
olahraga, kesenian, lomba bidang akademik, perpisahan kelas terakhir, pembinaan kegiatan
keagamaan dan lain-lain (Depdiknas:2009:4-5).
RAPBS disusun oleh tim perumus yang terdiri atas kepala sekolah, wakil kepala
sekolah, bendahara sekolah, dan koordinator bidang pengembangan. Namun tim dalam
65
PEMBIAYAAN PENDIDIKAN SEKOLAH
menjalankan tugas dan kewajibannya tidak diberi surat tugas secara formal oleh Kepala
Sekolah (tidak diberikan surat keputusan dari pimpinan) hanya ditunjuk pimpinan.
66
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, M. I. (1991). Biaya Pendidikan dan Metode Penetapan Biaya Pendidikan. Mimbar
Pendidikan No.1 .
Asmani, J. M. (2009). Sekolah Kerja, Sekolah Life Skill, Lulus Siap Kerja. Yogyakarta: Diva
Press.
Becker, G. S. (1993). Human Capital.A Theorical and Empirical Analysis with Special
Reference to Education. Chicago: The University of Chicago Press.
Blaug, M. (1992). The Methodology of Economuc Explain . New York: Sage Publications.
Buton. (2010, Oktober 20). Diambil kembali dari Standar dan Aspek Pengembangan Sekolah
Dasar Bertaraf Internasional: http://asrivixel.blogspot.com/2009/02/standar-danaspek-
pengembangan-sekolah.html
Damanhuri. (2006, Oktober 22). SDM Indonesia dalam Persaingan Global. Diambil kembali
dari www.sinarharapan.co.id
Deangelis, K. J., O, B. B., & Danielle., I. (2011). The Hidden Cost of School Security. Journal
of Education Finance Vol 36 Number 3 , 312-337.
Fatah, N. (2006). Ekonomi & Pembiayaan Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
67
DAFTAR PUSTAKA
Gaffar, M. F. (1991). Konsep dan Filosofi Biaya Pendidikan. Mimbar Pendidikan No 1 Tahun
X 56-60.
Iskandar, U. (2011). Faktor yang mempengaruhi Biaya. Diambil kembali dari http://uray-
iskandar.blogspot.com/2011/04/faktor-yang-mempengaruhi-biaya.html.
Supriyadi, D. (2006). Satuan Biaya Pendidikan Dasar dan Menengah. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Yahya. (2008). Thesis. Diambil kembali dari Sistem Manajemen Pembiayaan Pendidikan
(Suatu studi tentang pembiayaan pendidikan Sekolah Dasar di provinsi Sumatera Barat:
http://digilib.upi.edu/pasca/available/etd0408105-092055/
68
DAFTAR PUSTAKA
69