Anda di halaman 1dari 3

TUGAS PERTEMUAN 15

PERILAKU ORGANISASI

Nama : Imalailla Christina Muliana

NIM : 7101418345

Rombel : P AP A 2018

Dosen Pengampu : 1. Wisudani R, S.Pd., M.Pd. 2. Hana Netti Purasani, M.Pd

Jawablah pertanyaan dibawah ini !!!


1. Pandangan interaksionis tidak berpendapat bahwa seluruh konflik adalah baik, namun
membaginya menjadi konflik fungsional dan konflik disfungsional. Buatlah studi kasus
untuk memudahkan pemahaman konflik fungsional dan konflik disfungsional tersebut!
Jawab : konflik fungsional itu ada karena ada tujuan dari suatu kelompok pasti ingin mencapai
sesuatu hal yang sukses, nah konflik disini seperti halnya memberikan pendapat kepada kelompok
yang dimana antar satu per satu orang menyampaikan pendapatnya namun disini tujuan untuk
membangun kesuksesan pada kelompok tersebut. Sedangkan konflik disfungisonal itu lebih
menjatuhkan dari tujuan atau lebih ke ingin menjatuhkan seseorang didalam kelompok tersebut,
semisal nih ada organisasi didalam kumpulan ini ada beberapa orang yang tidak suka kepada
pemimpin nah dia itu mengajak beberapa orang untuk bekerja diorganisasi itu malas ataupun tidak
mengurusi organisasi itu agar pemimpin tidak mencapai tujuan dari kesuksesan organisasi tersebut.
2. Jelaskan proses konflik disertai studi kasus!
Jawab : Proses konflik itu ada 5 tahap yaitu sebagai berikut :
 Tahap 1 : Pertentangan yang berpotensial atau ketidaksesuaian, semisal satu orang
menyampaikan pendapat yang dimana dia berkomunikasinya secara tidak menghargai
pendapat orang lain atau dia lebih egois dengan pendapat dirinya sendiri. Nah, hal ini
menjadikan daya tanggap orang lain terhadap apa yang dia sampaikan menjadikan suatu
pertentangan yang berpotensial.
 Tahap 2 : Kesadaran dan personalisasi, proses ini dimana biasanya pemimpin disuatu
organisasi atau bisa sering disebut penengah biasanya mereka yang akan melakukan hal ini
agar pendapat antar satu orang dengan orang lain digabungkan jadi satu lalu menyamakan
kesesuaian pendapat dari mereka.
 Tahap 3 : Niat, biasanya keduanya disini diberikan persepsi atau penjelasan lebih detail
terhadap penyampaian sesuatu masalah yang dimana nanti akan menurunkan egonya. Jadi
penengah menyamakan persepsi untuk mempersatukan pendapat mereka.
 Tahap 4 : Perilaku, bagian ini biasanya setelah kita menyamakan pendapat serta
memberikan persepsi untuk bersatu nah bagian ini lebih kita melakukan tindak lanjut atau
pengimplementasian, jadi seperti penengah memberikan gambaran secara nyata yang
dimana nanti kita dapat mengetahui resikonya.
 Tahap 5 : Hasil, tahapan terakhir biasanya antar anggota, pemimpin dan orang yang ada
dalam pembahasan konflik biasanya mengambil kesamaan yang dimana mereka
merundingkan lalu mereka akan menyampaikan hasil bersama.

3. Terdapat dua pendekatan umum mengenai negosiasi yaitu perundingan distributif dan
perundingan integratif. Buatlah studi kasus untuk memudahkan pemahaman perundingan
distributif dan perundingan integratif tersebut!
Jawab :
 Perundingan distributif, saya menang anda kalah yang dimana dalam artian kalau di dunia
perundingan tenaga kerja manajemen mengenai gaji. Umumnya, wakil tenaga kerja datang
ke meja bernegosiasi dengan tekad memperoleh sebayak mungkin uang dari tangan
manajemen. Ketika bernegosiasi masing-masing pihak memperlakukan sebagai lawan yang
harus ditaklukkan.
 Perundingan integratif, lebih ke menang dan menang yang dalam artian seperti negosiasi
antara perusahaan dengan suppliernya. Di satu sisi, perusahaan menginginkan harga
termurah, namun di sisi lain supplier tentu saja menginginkan harga setinggi-tingginya.
Sementara itu, diantara mereka, setelah terjalin hubungan yang cukup lama. Secara tidak
sadar, muncul kondisi ketergantungan : perusahaan merasa bahwa supplier tersebut adalah
yang terbaik di bidangnya, produknya dapat diandalkan inovasi serta adanya kemudahan
klaim, disisi lain supplier merasa bahwa perusahaan tersebut merupakan pelanggan yang
sudah lama sekali membeli produknya, dengan jumlah pesanan yang terus meningkat. Selain
itu perusahaan tersebut selalu membayar tepat waktu. Sadar atas kondisi tersebut, kedua
belah pihak sepakat untuk berunding, saling membuka keinginannya masing-masing.
Sehingga satu sama lain saling mengerti keinginan masing-masing, baru setelah itu mereka
sepakat menuangkan dalam suatu perjanjian kerjasama, misalnya perusahaan menyanggupi
harga yang diinginkan supplier, namun supplier memberikan tenggang waktu pembayaran
yang lebih lama, sehingga perusahaan tidak terlalu banyak mengalokasikan working
capitalsnya dan berbagai macam kemungkinan yang lain. Mayoritas kerjasama ataupun
aliansi stratejik melalui proses integrative negotiations ini, hal ini memerlukan keterbukaan
extensive communications, learning, kepandaian dan pemecahan masalah bersama.

Anda mungkin juga menyukai