Konflik dalam organisasi dibagi menjadi dua macam, yaitu konflik fungsional
dan konflik disfungsional. Konflik fungsional merupakan konflik yang
mendukung pencapaian dalam tujuan kelompok atau organisasi. Sedangkan
konflik disfungsional adalah konflik yang menghambat atau merintangi
pencapaian organisasi. Batas yang menentukan antara konflik fungsional dan
disfungsional sering dinilai tidak tegas atau kabur. Suatu konflik mungkin akan
dinilai fungsional bagi organisasi tertentu, namun dinilai tidak fungsional bagi
organisasi lain. Kriteria yang dapat digunakan dalam menilai suatu konflik adalah
dampaknya terhadap organisasi tersebut. Jika adanya suatu konflik mampu
meningkatkan kinerja organisasi maka konflik tersebut akan dinilai sebagai
konflik fungsional. Namun, jika konflik tersebut hanya bisa memuaskan satu
pihak atau individu dalam organisasi tersebut dan menurunkan kinerja dari
organisasi tersebut maka konflik tersebut dinilai sebagai konflik disfungsional.
1. Pendekatan birokratis
Konflik yang muncul karena adanya hubungan birokratis yang terjadi
secara vertikal, pemimpin akan cenderung memakai struktur hirarki dalam
hubungannya secara otokritas. Konflik biasanya terjadi karena pemimpin
berupaya mengontrol segala aktivitas pekerjanya. Oleh karena itu, strategi
pemecahan masalah ini biasanya digunakan sebagai pengganti dari aturan-
aturan birokratis untuk mengontrol pekerjanya. Pendekatan birokratis
dalam organisasi bertujuan untuk mengatisipasi adanya knflik secara
vertikal.
2. Pendekatan intervensi otoritatif dalam konflik lateral
Apabila terjadi konflik lateral, maka biasanya akan diselesaikan oleh
pihak-pihak yang terlibat oleh konflik. Kemudian apabila konflik tersebut
ternyata juga tidak dapat diselesaikan secara konstruktif, maka biasanya
pemimpin atau manajer akan melakukan intervensi secara otoratif kepada
kedua belah pihak.
3. Pendekatan sistem
Pendekatan sistem adalah pendekatan yang mengkoordinasikan masalah-
masalah konflik yang muncul. Model pendekatan ini biasanya
menekankan pada masalah-masalah yang bersifat kompetisi. Pendekatan
ini menenkankan pada hubungan lateral dan horizontal.
4. Reorganisasi structural
Cara pendekatan ini dapat melalui pengubahan sistem utnuk melihat
kemungkinan terjadinya reorganisasi struktiral, guna meluruskan
perbedaan kepentingan dan tujuan yang akan dicapai oleh kedua pihak.
Misalnya, kedua pihak membuat semacam wadah baru dalam organisasi
untuk mengatasi konflik yang berlarut-larut sebagai adanya akibat saling
ketergantungan tugas dalam mencapai kepentingan dan tujuan yang
berbeda sehingga fungsi organisasi menjadi kabur atau kurang jelas.
b. Negosiasi
Negosiasi merupakan suatu metode yang digunakan dalam menyelesaikan sebuah
konflik dalam organisasi (Edi Santoso, 2016). Menurut Ivanccvich (2009) negosiasi
adalah sebuah proses dimana kedua belah pihak atau lebih yang memiliki perbedaan
pendapat berusaha mencapai sebuah kesepakatan. Selain itu, menurut Robbins (2007)
negosiasi adalah sebauh proses dimana kedua belah pihak atau lebih melakukan
pertukaran barang atau jasa dan berupaya untuk menyepakati nilai-nilai tukarnya.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa negosiasi adalah sebuah proses dimana dua pihak
atau lebih mencari kesepakatan dari adanya perbedaan pendapat yang berbeda-beda.
Negosiasi dilakuka atas dasar tawar menawar, dimana tawar menawar memiliki dua jenis,
yaitu tawar-menawar distrubtif dan tawar menawar integrative.
Tawar-menawar distributif Tawar-menawar integratif
Tujuan Negosiasi yang berusaha membagi Negosiasi yang didasarkan pada
sesuatu atau sumber daya yang asumsi bahwa terdapat satu
jumlahnya tetap. penyelesaian atau lebih yang dapat
menciptakan keuntungan bagi
masing-masing pihak.
Motivasi Menang-kalah Menang-menang
Fokus Mengambil alih posisi Kepentingan bersama
Kepentingan berlawanan Selaras
Tingakat berbagi Rendah Tinggi
informasi Berbagi informasi hanya Berbagi informassi akan
akan membuat pihak lain sangat memungkinkan bagi
akan mengambil masing-masing pihak untuk
keuntungan dari salah satu menemukan cara yang akan
pihak. memuaskan kepentingan
kedua pihak.
Lama hubungan Jangka pendek Jangka Panjang
Konflik dalam diri individu merupakan konflik internal yang terjadi pada diri
seseorang (intrapersonal conflict). Konflik ini akan terjadi apabila individu
mengalami ketidakpastian tentang pekerjaan yang diharapkan atau individu
tersebut harus memilih tujuan yang saling bertentangan (Dina Amalia, 2016).
Terdapat tiga tipe konflik pada tingkat individu:
1. Approach-approach conflict (konflik mendekat-mendekat)
Konflik ini meliputi situasi yang mampu membuat seseorang harus memilih
antara dua macama alternatif positif yang masing-masing memiliki daya tarik
yang sama. Misalnya, pada seseorang yang harus memilih menerima sebuah
promosi yang cukup dihargai dalam organisasi atau menerima pekerjaan baru
yang sangat menarik dan ditawarkan oleh perusahaan lain.
2. Avoidance-avoidance conflict (konflik menghindari-menghindari)
Konflik ini menciptakan sebauh situasi yang mengharuskan seseorang untuk
memilih dua macam alternatif negative yang keduanya tidak memiliki daya
Tarik. Misalnya, Ketika seorang pekerja dihadapkan pada pilihan bahwa dia
akan dipindahkan ke kota lain yang lokasinya cukup jauh atau di-PHK oleh
tempat dia berkerja.
3. Approach -avoidance conflict (konflik pendekatan-menghindari)
Konflik ini meliputi sebuah situasi yang membuat seseorang harus mengambil
keputusan dengan konsekuensi yang postif atau negatif. Misalnya, pada
seorang pekerja yang diberi tawaran promosi yang bergaji besar, namun
mengandung tanggung jawab yang sangat besar.
Konflik antarindividu atau interpersonal conflict memiliki sifat subsatnsif,
emosional, atau bahkan keduanya. Konflik ini dapat terjadi apabila ketika ada
perbedaan tentang suatu isu, tindakan, kepribadian, atau tujuan dalam sebuah
oraganisasi. Dalam jenis konflik ini, kerja sama dalam organisasi atau hasil
bersama sangatlah memnetukan. Karena konflik ini mampu memberikan
dampak pada organisasi baik kecil atau besar.
Hapsari, I. M. (2016). KONFLIK ANTAR INDIVIDU DAN PENGARUHNYA PADA EFEKTIFITASNYA TIM. 14.