Anda di halaman 1dari 5

Nama : Laras Gita Lestari

NPM : 210110060078
Kelas : HUMAS C
Mata Kuliah : Human Relations

KONFLIK

Konflik dalam suatu organisasi atau hubungan antar kelompok adalah sesuatu
yang tidak dapat kita hindarkan. Malah dalam batas-batas tertentu justru akan sangat
bermanfaat bagi penciptaan prilaku organisasi yang efektif. Konfil dalam pengertian yang
sangat luas dapat dikatakan sebagai segala macam bentuk hubungan antar manusia yang
bersifat berlawanan (antagonistic). Ia dapat terlihat secara jelas dan dapat pula
tersembunyi.

SEBAB TERJADINYA KONFLIK


Konflik pada dasranya tidak selalu merugikan. Dalam praktek kehidupan
organisasi sehari-hari, konflik sering diperlukan dan diciptakan atau malah diakui
eksistensinya.
Ada 4 unsur konflik yang dikutip oleh Hamner dan Organ, Boulding, yaitu :
1. The Parties
Pihak-pihak yang sedang berada dalam suatu konflik pada umumnya paling tidak
ada dua. Misalnya seorang “lawan” seorang.
2. Field of conflict atau bidang konflik
Dalam rumusan Boulding dikatakan sebagai berikut: “the whole set of relevant
possible state of social system. (Any state of the social system which either of the
parties to a conflict considers relevant is, of couse a relevant state).”
3. The dynamict of the situation
Suatu situasi sedalam mana masing-masing kelompok mendekati pihak ketiga
yang dianggap mempunyai kedudukan setingkat atau lebih tinggi dari pihak yang
menjadi lawan.
4. Management, control, or resolution of conflict
Konflik bukanlah sesuatu yang dapat berdiri dan tidak dapat secara jelas
dibedakan kapan mulainya dan kapan pula berakhirnya.

BENTUK KONFLIK
Secara umum ada tiga bentuk konflik yaitu :
1. Konflik dalam kelompok (within group conflict)
Konflik yang terjadi antara dua atau lebih anggota kelompok merupakan suatu
hal yang paling umum terjadi dalam suatu organisasi. Kelompok yang
dimaksudkan adalah dapat dalam arti umum ataupun dalam suatu kesatuan unit
organisasi.
 Konflik peranan (role conflict)
Adalah konflik yang terjadi bila seseorang melakukan berbagai macam
peranan. Konflik peranan dapat pula terjadi karena tekanan yang datang
dari luar diri seseorang. Selain itu dapat pula terjadi akibat functional
conflict (konflik fungsional), hierarchical conflict (konflik hierarkis) dan
similarity of function conflict.
Terjadinya konflik fungsional, terutama akibat adanya berbagai macam
sub-sistem dalam suatu organisasi. Setiap sub-sistem yang mempunyai
fungsi tertentu dalam suatu organisasi cenderung melahirkan norma
kelompok dan membentuk sistem nilai tertentu.
 Konflik dalam pemecahan persoalan (issue conflict)
Konflik ini sangat umum timbul dalam suatu kelompok atau organisasi
kerja. Konflik ini biasanya terjadi bila beberapa orang mempunyai
pandangan berbeda tentang bagaimana cara memecahkan suatu persoalan.
 Konflik interaksi (interaction conflict)
Konflik yang dapat terjadi karena suatu perbedaan. Sangat bergantung
kepada pengertian mereka mengenai hakekat perbedaan danm konflik itu
sendiri.
2. Konflik antar kelompok (conflict between group in a particular organization)
Efektifitas organisasi atau persoalan intern organisasi banyak sekali
bergantung pada lingkungan sekitarnya. Tidak dapat dipungkiri bahwa pengaruh
faktor politik, ekonomi dan sosial budaya sangat mempengaruhi kehidupan
organisasi.

3. Konflik antar organisasi (conflict between organization)


Konflik yang terjadi di antara dua atau lebig suatu organisasi yang
tingkatannya lebih tinggi dari pada kelompok.

BEBERAPA STRATEGI PENANGGULANGAN KONFLIK


1. Pemecahan persoalan
Dalam strategi pemecahan persoalan, diambil asumsi dasar bahwa semua
pihak mempunyai keinginan menanggulangi konflik yang terjadi dan karenanya
perlu dicarikan ukuran-ukuran yang dapat memuaskan pihak-pihak yang terlibat
dalam konflik. Atas daras asumsi tersebut maka dalam strategi pemecahan
persoalan harus selalu dilalui dua tahap penting, yaitu proses penemuan gagasan
dan proses pematangannya.
Karena maksud pemecahan persoalan adalah untuk membahas berbagai
macam kemungkinan, maka justru perlu diciptakan kemungkinan berbeda
pendapat, bukan menghilangkannya.
2. Musyawarah
Dalam strategi ini terlebih dahulu harus ditentukan secara jelas apa
sebenarnya yang menjadi persoalan. Berdasarkan jelasnya persoalan itulah
kemudian kedua belah pihak yang sedang dalam pertikaian mengadakan
pembahasan untuk mendapatkan titik pertemuan.
Pada waktu perundingan atau musyawarah tersebut dilakukan, dapat pula
dikembangkan suatu konsensus bahwa setelah terjadi kesepakatan, masing-
masing pihak harus berusaha mencegah timbulnya konflik lagi.
3. Subordinasi kepentingan dan pihak-pihak yang sedang konflik kepada
kepentingan dan tujuan yang lebih tinggi
Strategi ini sering disebut pula persuasi. Dalam strategi ini usaha
penanggulangan konflik dilakukan dengan menemukan kepentingan dan tujuan
yang lebih tinggi dari kepentingan dan tujuan pihak-pihak yang sedang bertikai.
Berhasil tidaknya persuasi ini bergantung pada kemampuan semua pihak dalam
berkomunikasi.
4. Mencari lawan yang sama
Pada strategi ini semua diajak untuk lebih bersatu, karena harus
menghadapi pihak ketiga sebagai pihak yang dianggap merupakan lawan dari
kedua belah pihak yang bertikai.
5. Meminta bantuan pihak ketiga
Tidak jarang terjadi suatu konflik tidak dapat dipecahkan hanya oleh
pihak-pihak yang terlibat dalm konflik itu. Dalam keadaan demikian, bantuan dari
pihak ketiga sangat diharapkan. Strategi penanganan seperti ini sudah cukup
banyak dilakukan dalam kehidupan sehari-hari.
6. Peningkatan interaksi dan komunikasi
Strategi ini dilakukan apabila pihak-pihak yang berkonflik dapat
meningkatkan interaksi dan komunikasi mereka, pada suatu saat mereka akan
lebih mengerti dan menghargai dasar pemikiran dan prilaku pihak lain. Pengertian
dan penghargaan seperti ini penting, karena dapat mengurangi pandangan buruk
terhadap kelompok lain.
7. Latihan kepekaan
Strategi ini umumnya digunakan untuk menanggapi konflik yang terjadi
dalam suatu kelompok ataupun antar-kelompok. Tetapi ini tidak berarti bahwa
strategi ini tidak dapat digunakan terhadap konflik antar-organisasi. Dalam
strategi ini, pihak-pihak yang berkonflik diajak masuk dalam satu kelompok.
Dalam kesempatan ini masing-masing pihak diberi kesempatan menyatakan
pendapatnya, termasuk pendapat negative mengenai pihak lainnya.
Penggunaan strategi ini belum tentu akan berhasil, tetapi adanya
kesempatan mengungkapkan kandungan perasaan, diharapkan dapat
dikembangkan keadaan untuk lebih saling mengerti dan dapat lebih memperbaiki
hubungan kerja antara kedua belah pihak.
8. Koordinasi
Koordinasi bukan hanya merupakan penentuan dan pelaksanaan aturan
permainan yang sudah ditetapkan secara formal, tetapi juga merupakan sesuatu
yang dapat menimbulkan konflik dan untuk menangani suatu konflik. Suatu usaha
koordinasi, atau “the effective direction of individual and group interactions
toward some desirable goal”, dapat menjadi salah satu sumber konflik, karena
melalui koordinasi seseorang diharapkan berperan sebagai koordinator dan yang
lainnya berperan sebagai yang dikoordinasikan.
Koordinasi juga merupakan salah satu strategi yang baik untuk menangani
konflik. Hal ini dapat terjadi bila semua pihak yang terlibat berperan sebagaimana
yang dikehendaki dan hal itu tidak dapat dicapai hanya berdasarkan penentuan
aturan formal, tetapi harus dilatihkan dan dididikan. Hal ini dapat berarti juga
diperlukannya pendekatan prilaku.

Anda mungkin juga menyukai