Disusun Oleh :
1
BAB I
PENDAHULUAN
Adanya sekelompok orang di dalam organisasi tersebut pasti juga terdapat beberapa
pemikiran dan pendirian yang berbeda-beda. Pemikiran dan pendirian yang berbeda itu pada
akhirnya akan menghasilkan perbedaan individu yang dapat memicu timbulnya konflik. Konflik
tidak muncul seketika dan langsung menjadi besar. Konflik itu berkembang secara bertahap.
Jadi, jika konflik sudah teridentifikasi sejak awal, dicarikan langkah penyelesaian yang lebih
dini, maka relatif lebih mudah dalam penanganan konflik. Kebijakan-kebijakan dan cara anggota
Konflik merupakan realita hidup, mau tidak mau, suka atau tidak suka, cepat atau lambat
pada suatu saat dalam menjalani kehidupannya setiap orang pasti akan menghadapi. Dalam
kehidupan sehari-hari, konflik dapat timbul kapan saja dan dimana saja. Konflik juga bisa
dialami oleh siapa saja tidak pandang bulu, orang tua, remaja, anak-anak, pria, wanita, orang
terpelajar, orang awam, orang mtskin, jutawan atau siapapun yang hidup di tengah pergaulan
umum pasti akan menghadapi dan mengalami konflik. Ada beberapa jenis konflik yang umum
dan sering muncul dalam suatu organisasi/perusahaan antara lain: (1) konflik peranan yang
terjadi di dalam diri seseorang (person-role conflict), (2) konflik antar peranan (inter-role
conflict), (3) konflik yang timbul karena seseorang harus memenuhi harapan beberapa orang
(intersender conflict), (4) konflik yang timbul karena disampaikannya informasi yang saling
Konflik dalam organisasi sering dilihat sebagai sesuatu yang negatif. Oleh sebab itu,
penanganan yang dilakukan pun diarahkan kepada pernyelesaian konflik. Sebuah realita bahwa
konflik merupakan sesuatu yang sulit dihindari karena berkaitan erat dengan proses interaksi
manusia. Karenanya, yang dibutuhkan bukan meredam konflik, tapi bagaimana menanganinya
sehingga bisa membawa dampak yang tidak negatif bagi organisasi. Akan tetapi tidak semua
2
konflik merugikan, asalkan konflik tersebut ditata dengan baik maka dapat menguntungkan
organisasi. Dan semua anggota bisa menjadikan konflik dalam organisasi sebagai sebuah
pembelajaran dan bagian pertimbangan atas banyaknya pemikiran-pemikiran yang berbeda pada
Berdasarkan sumbernya, konflik dalam organisasi muncul karena beberapa sebab seperti:
(1) konflik individu, (2) konflik antar individu, (3) konflik kelompok, (4) konflik antar
kelompok, (5) konflik organisasi, dan (6) konflik kelompok dengan organisasi. Konflik dapat
bersifat negatif (merugikan) tetapi sekaligus dapat pula bersifat positif (menguntungkan),
tergantung bagaimana mengelolanya. Akibat positif konflik organisasi antara lain: (1) organisasi
menjadi lebih dinamis, (2) sebagai pengalaman berharga, (3) pimpinan lebih berhati-hati dalam
mengambil keputusan, (4) melahirkan pribadi yang kreatif, kritis, dan inovatif, (5)
menumbuhkan sikap toleransi. Secara negatif konflik dapat mengakibatkan: (1) komunikasi
organisasi terhambat, (2) kerjasama organisasi menjadi terhalang, (3) aktivitas produksi dan
distribusi terganggu, (4) memunculkan saling curiga, salah paham, dan intrik, (5) individu yang
berkonflik merasakan cemas, stres, apatis, dan frsutasi, (6) stres yang berkepanjangan
menyebabkan orang yang sedang berkonflik akan menarik din dari pergaulan dan mangkir dari
pekerjaan.
Konflik organisasi publik dalam manajemen pemberdayaan daerah dapat dilihat sebagai
contoh adalah Organisasi Perangkat Daerah atau biasa disingkat OPD. Konflik-konflik yang
terjadi dalam organisasi pemerintah daerah tidak terlepas dari apa yang dipapar diatas.
Tujuan terpenting dari penulisan makalah ini ialah sebagai salah satu alternatif solusi
konflik dalam organisasi perangkat daerah yang menyeluruh. Disisi lain agar pembaca dapat
3
Maksud dari penulisan ini yaitu meninjau lebih jauh konflik apa saja yang terjadi dalam
Organisasi Perangkat Daerah sebagai organisasi publik dalam manajemen pemberdayaan daerah.
Tujuan Penulisan ini diharapkan dapat menjadi saran atau pesan yang bisa diambil
manfaatnya dalam menghadapi sebuah konflik dalam organisasi publik sehingga organisasi yang
ada dapat tetap hidup dengan jati dirinya untuk mencapai tujuan teruma dalam pemberdayaan
Banyak sekali bahasan mengenai konflik dalam organisasi. Namun tentunya tidak semua
lingkup akan dibahas dalam makalah ini. Ada beberapa sub bab yang akan dijabarkan sebagai
salah satu topik konflik dalam organisasi publik, antara lain adalah : 1. Apa itu konflik?, 2. Apa
jenis dan sumber konflik dalam Organisasi Perangkat Daerah?, 3. Bagaimana strategi
4
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Konflik
Konflik berasal dari kata kerja configere yang artinya saling memukul. Dilihat dari sisi
sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga
kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan
menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya. Menurut Webster (1966) yang dikutip oleh
Dean G. Pruitt dan Feffrey Z. Rubin, istilah “conflict” dalam bahasa aslinya berarti suatu
“perkelahian, peperangan, atau perjuangan” yaitu berupa konfrontasi fisik antara beberapa pihak.
Arti kata itu kemudian berkembang menjadi “ketidaksepakatan yang tajam atau oposisi atas
berbagai kepentingan”. Sedangkan konflik yang terjadi dalam organisasi, mengacu pada
pandangan Robbin (1996: 431), disebut sebagai the conflict paradoks. Pendapat tersebut
mengatakan bahwa di satu sisi konflik dianggap buruk untuk organisasi, tetapi di sisi lain konflik
dianggap mampu meningkatkan kinerja organisasi. Pandangan ini dibagi menjadi tiga bagian.
1. Pandangan tradisional (the traditional view) adalah pandangan bahwa konflik itu hal
yang buruk, sesuatu yang negatif, merugikan, dan harus dihindari. Konflik
disfungsional yang terjadi dari beberapa faktor antara lain: komunikasi yang buruk,
2. Pandangan hubungan manusia (the human relation view) adalah pandangan yang
menyatakan bahwa konflik dianggap sebagai suatu peristiwa yang wajar terjadi di
dalam kelompok atau organisasi karena di dalam kelompok atau organisasi pasti terjadi
perbedaan pandangan atau pendapat antar anggota. Dalam pandangan ini konflik harus
dijadikan sebagai suatu hal yang bermanfaat guna mendorong peningkatan kinerja
organisasi. Dengan kata lain, konflik harus dijadikan sebagai motivasi untuk
5
3. Pandangan interaksionis (the interactionist view) adalah pandangan yang cenderung
organisasi yang kooperatif, tenang, damai, dan serasi cenderung menjadi statis, apatis,
Berdasarkan pandangan ini, konflik perlu dipertahankan pada tingkat minimum secara
berkelanjutan sehingga tiap anggota di dalam kelompok tersebut tetap semangat, kritis, dan
kreatif.
Konflik dilatar belakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu. Hal itu lalu
menimbulkan perbedaan yang menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat,
keyakinan, dan lain sebagainya. Karena ciri-ciri individu dibawa dalam hal interaksi sosial,
konflik merupakan hal yang wajar. Dalam kehidupan sehari-hari tidak satu masyarakat pun yang
tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya,
konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri. Definisi konflik
Nardjana (1994), konflik adalah akibat situasi dimana keinginan atau kehendak yang
berbeda atau berlawanan antara satu dengan yang lain, sehingga salah satu atau keduanya saling
terganggu.
Killman dan Thomas (1978), konflik adalah kondisi terjadinya ketidakcocokan antar nilai
atau tujuan-tujuan yang ingin dicapai, baik yang ada dalam diri individu maupun dalam
hubungannya dengan orang lain. Kondisi yang telah dikemukakan tersebut dapat mengganggu
bahkan menghambat tercapainya emosi atau stres yang mempengaruhi efisiensi dan
produktivitas kerja.
Wood, Walace, Zeffane, Schermerhorn, Hunt, dan Osborn (1998), yang dimaksud dengan
konflik (dalam ruang lingkup organisasi) yaitu : Conflict is a situation which two or more people
disagree over issues of organisational substance and/or experience some emotional antagonism
with one another. Yang artinya, konflik adalah suatu situasi dimana dua atau banyak orang
saling tidak setuju terhadap suatu permasalahan yang menyangkut kepentingan organisasi
6
Stoner, konflik organisasi ialah mencakup ketidaksepakatan soal alokasi sumberdaya yang
langka atau peselisihan soal tujuan, status, nilai, persepsi, atau kepribadian.
Robbins, merumuskan konflik sebagai sebuah proses dimana sebuah upaya sengaja
dilakukan oleh seseorang untuk menghalangi usaha yang dilakukan oleh orang lain dalam
berbagai bentuk hambatan yang menjadikan orang lain tersebut merasa frustasi dalam usahanya
mancapai tujuan yang diinginkan atau merealisasi minatnya. Lebih jauh Robbins menulis bahwa
sebuah konflik harus dianggap ada oleh pihak-pihak yang terlibat dalam konflik. Dengan
demikian apakah konflik itu ada atau tidak ada, adalah masalah persepsi dan bila tidak ada
seorangpun yang menyadari bahwa ada konflik, maka dapat dianggap bahwa konflik tersebut
memang tidak ada. Tentu saja ada konflik yang hanya dibayangkan ada sebagai sebuah persepsi
ternyata tidak riil. Sebaliknya dapat terjadi bahwa ada situasi-situasi yang sebenarnya dapat
dianggap sebagai bernuansa konflik ternyata tidak dianggap sebagai konflik karena anggota-
Selanjutnya, setiap konflik dalam organisasi konflik selalu diasosiasikan dengan antara
lain, oposisi (lawan), kelangkaan, dan blokade. Di asumsikan pula bahwa ada dua pihak atau
lebih yang tujuan atau kepentingannya tidak saling menunjang. Kita semua mengetahui pula
bahwa sumber daya dana, daya reputasi, kekuasaan, dan lain-lain, dalam kehidupan dan dalam
organisasi tersedianya terbatas. Setiap orang, setiap kelompok atau setiap unit dalam organisasi
akan berusaha memperoleh sumber daya tersebut secukupnya dan kelangkaan tersebut akan
mendorong perilaku yang bersifat menghalangi oleh setiap pihak yang punya kepentingan yang
sama. Pihak-pihak tersebut kemudian bertindak sebagai oposisi terhadap satu sama lain. Bila ini
terjadi, maka status dari situasi dapat disebut berada dalam kondisi konflik.
Cathy A Constantino dan Chistina Sickles Merchant, menyatakan bahwa konflik pada
dasarnya adalah sebuah proses mengekspresikan ketidak puasan, ketidak setujuan, atau harapan-
harapan yang tidak terealisasi. Kedua penulis tersebut sepakat dengan Robbins bahwa konflik
7
2.2 Sumber Konflik
Faktor komunikasi, misalnya pegawai lini memiliki wewenang dalam proses pengambilan
keputusan, sementara staf lebih pada memberikan rekomendasi atau saran. Sering pegawai lini
merasa lebih penting, sementara staf merasa lebih ahli. Ujung-ujungnya miss understanding di
kalangan pelaku organisasi karena informasi yang diterima kurang jelas atau bertentangan
Faktor struktur tugas maupun struktur organisasi, misalnya dalam hubungan kerja, bagian
pemasaran ingin agar produknya cepat laku. Kalau perlu dijual murah dan dengan cara kredit.
Sebaliknya, bagian keuangan menghendaki pembayaran harus tunai agar posisi keuangan
Faktor yang bersifat personal, misalnya di waktu yang sama, seseorang harus membuat
pilihan menerima promosi jabatan yang sudah lama didambakan atau pindah tempat tugas ke
Faktor lingkungan, misalnya seseorang yang harus menjual produk dengan harga tinggi,
padahal dia sadar bahwa calon konsumennya membutuhkan keuangan untuk ongkos sekolahnya.
Apapun perspektif konflik yang muncul, tetaplah memerlukan sebuah pengelolaan yang
tepat. Menurut Fisher dan kawan-kawan (2001), mengelola konflik meliputi beberapa tahapan,
yaitu:
damai;
baru dan yang bisa tahan lama di antara kelompok-kelompok yang bermusuhan;
8
5. Transformasi konflik, mengatasi sumber-sumber konflik sosial dan politik yang lebih luas
dan berusaha mengubah kekuatan negatif dari peperangan menjadi kekuatan sosial dan
Tahapan-tahapan di atas merupakan satu kesatuan yang harus dilakukan dalam mengelola
Konsep pengelolaan konflik ini apabila diterapkan ke dalam organisasi sektor publik dapat
dipertontonkan secara demonstratif kepada publik. Dalam upaya pencegahan konflik, dapat
dilakukan hal-hal yang sifatnya koordinatif dan tentunya instruksi yang tegas dari pucuk
1. Kompetisi
mengorbankan yang lain. Penyelesaian bentuk kompetisi dikenal dengan istilah win-
lose orientation.
2. Akomodasi
3. Sharing
lain untuk berdamai. Satu pihak memberi dan yang lain menerima sesuatu. Kedua
kelompok berpikiran positif, dengan alasan yang tidak lengkap, tetapi memuaskan.
9
4. Kolaborasi
Bentuk usaha penyelesaian konflik yang memuaskan kedua belah pihak. Usaha ini
5. Penghindaran
1. Bersikap proaktif
Setiap anggota tim harus turut aktif dalam menyelesaian konflik secara proaktif.
2. Komunikasi
Komunikasi yang lancar dapat menghindari diri dari kesalahpahaman sehingga lebih
3. Keterbukaan
Setiap anggota harus terbuka supaya konflik tidak berlarut-larut dan dapat
diselesaikan dengan baik. Dengan keterbukaan konflik yang terjadi dapat ditangani
Secara sederhana, organisasi adalah suatu kerjasama sekelompok orang untuk mencapai
tujuan bersama yang diinginkan dan mau terlibat dengan peraturan yang ada. Organisasi bisa
disebut juga sebagai wadah atau tempat untuk melakukan kegiatan bersama, agar dapat mencapai
tujuan yang telah ditetapkan bersama. Adapun ciri-ciri dari organisasi adalah :
- Adanya tujuan
10
- Adanya sasaran
Menurut Berelson dan Steiner (1964:55) sebuah organisasi memiliki ciri-ciri sebagai
berikut :
1. Formalitas, merupakan ciri organisasi sosial yang menunjuk kepada adanya perumusan
2. Hierarkhi, merupakan ciri organisasi yang menunjuk pada adanya suatu pola kekuasaan
dan wewenang yang berbentuk piramida, artinya ada orang-orang tertentu yang memiliki
kedudukan dan kekuasaan serta wewenang yang lebih tinggi daripada anggota biasa pada
organisasi tersebut.
3. Besarnya dan Kompleksnya, dalam hal ini pada umumnya organisasi sosial memiliki
banyak anggota sehingga hubungan sosial antar anggota adalah tidak langsung
Lamanya (duration), menunjuk pada diri bahwa eksistensi suatu organisasi lebih lama
daripada keanggotaan orang-orang dalam organisasi itu. Ada juga yang menyatakan bahwa
organisasi sosial, memiliki beberapa ciri lain yang behubungan dengan keberadaan organisasi
yang telah disepakati bersama. Dalam hal ini, kegiatan operasional sebuah organisasi
2. Memiliki identitas yang jelas. Organisasi akan cepat diakui oleh masyarakat
sekelilingnya apabila memiliki identitas yang jelas. Identitas berkaitan dengan informasi
11
mengenai organisasi, tujuan pembentukan organisasi, maupun tempat organisasi itu
3. Keanggotaan formal, status dan peran. Pada setiap anggotanya memiliki peran serta tugas
Jadi, dari beberapa ciri organisasi yang telah dikemukakan kita akan mudah membedakan
yang mana dapat dikatakan organisasi dan yang mana tidak dapat dikatakan sebagai sebuah
Organisasi adalah suatu tempat dimana sekelompok orang bersama mencapai suatu
tujuan yang ditetapkan, misalnya organisasi buruh bertujuan untuk kepentingan buruh,
organisasi wanita bertujuan untuk hak wanita, organisasi mahasiswa bertujuan untuk
Selain tempat kerja sama suatu organisasi merupakan proses kerja sama, proses tersebut
sedikitnya melibatkan antar dua orang, makin banyak orang yang melakukan kerjasama,
maka proses organisasi tersebut harus disusun lebih baik dan teroganisir lagi.
Supaya tidak bentrok atau terjadi kesalahpahaman, setiap anggota organisasi sudah ada
tugasnya masing-masing, tugas tersebut disesuaikan dengan keahlian dari setiap anggota,
Suatu perencanaan manager yang baik akan membuat organisasinya menghasilkan hasil
1. Man, adalah unsur utama pembentuk organisasi yang disebut sebagai personil atau
anggota yang menurut fungsi dan tingkatannya terdiri atas unsur pimpinan
12
tertentu suatu kerja sesuai fungsinya dan para pekerja (workers). Setiap hal tersebut
2. Kerja Sama, adalah unsur organisasi dimana setiap anggota atau personil melakukan
3. Tujuan Bersama, adalah Sasaran yang ingin dicapai/ diharapkan baik dari prosedur,
4. Peralatan (Equipment), adalah sarana dan prasarana yang berupa kelengkapan dari
organisasi tersebut baik itu berupa bangunan (gedung, kantor), materi, uang, dan
kelengkapan lainnya.
5. Lingkungan (Environment), adalah unsur organisasi yang juga memiliki pengaruh. Faktor
tersebut adalah ekonomi, sosial budaya, strategi, kebijaksanaan. anggaran, dan peraturan
6. Kekayaan Alam, yang termasuk dengan kekayaan alam adalah air, cuaca, keadaan iklim,
7. Kerangka/Kontruksi Mental Organisasi, adalah landasan dari organisasi yang berada pada
Teori organisasi adalah teori yang mempelajari kinerja dalam sebuah organisasi, Salah satu
menjalankan fungsi dan mengaktualisasikan visi dan misi organisasi tersebut. Selain itu,
dipelajari bagaimana sebuah organisasi mempengaruhi dan dipengaruhi oleh orang didalamnya
Menurut Lubis dah Husein (1987) bahwa teori organisasi itu adalah sekumpulan ilmu
pengetahuan yang membecarakan mekanisme kerjasama dua orang atau lebih secara sistematis
untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Teori organisasi merupakan sebuah teori untuk
yang pernah ada dan berlaku beserta sejarah dan perkembangannya hingga sekarang. Yaitu
meliputi teori organisasi klasik, teori organisasi neoklasik dan teori organisasi modern.
13
2.6.1 Teori Organisasi Klasik
Teori klasik (classical theory) kadang-kadang disebut juga teori tradisional, yang berisi
konsep-konsep tentang organisasi mulai dari tahun seribu delapan ratusan (abad 19) yang
peranan-peranan, kegiatan-kegiatan, komunikasi dan faktor-faktor lain yang terjadi bila orang-
Dalam teori ini, organisasi secara umum digambarkan oleh para teoritisi klasik sebagai
structural yang kaku tidak mengandung kreativitas. Teori ini juga berkembang dalam tiga aliran
yang dibangun atas dasar anggapan-anggapan yang sama dan mempunyai efek yang sama, yaitu:
1. Teori birokrasi, dikemukakan oleh Max Weber dalam bukunya “The Protestant Ethic and
Spirit of Capitalism.
2. Teori administrasi, dikembangkan atas dasar sumbangan Henry Fayol dan Lyndall
3. Manajemen ilmiah, dikembangkan mulai tahun 1900 oleh Frederick Winslow Taylor.
Teori neoklasik secara sederhana dikenal sebagai teori/aliran hubungan manusiawi (The
human relation movement). Teori neoklasik dikembangkan atas dasar teori klasik. Anggapan
dasar teori ini adalah menekankan pentingnya aspek psikologis dan social karyawan sebagai
individu maupun sebagai bagian kelompok kerjanya, atas dasar anggapan ini maka teori
neoklasik mendefinisikan “suatu organisasi” sebagai sekelompok orang dengan tujuan bersama.
Dalam hal pembagian kerja, teori neklasik telah mengemukaan perlunya hal-hal sebagai
berikut:
14
2. Perluasan kerja (job enlargement) sebagai kebalikan dari pola spesialisasi.
3. Manajemen bottom-up yang akan memberikan kesempatan kepada para yunior untuk
Teori modern ditandai dengan ahirnya gerakan contingency yang dipelopori Herbert
Simon, yang menyatakan bahwa teori organisasi perlu melebihi prinsip-prinsip yang dangkal
dan terlalu disederhanakan bagi suatu kajian mengenai kondisi yang dibawahnya dapat
diterapkan prinsip yang saling bersaing. Kemudian Katz dan Robert Kahn dalam bukunya “the
untuk menelaah hubungan yang penting dari sebuah organisasi dengan lingkungannya, dan
perlunya organisasi menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang berubah jika organisasi ingin
tetap bertahan.
Teori modern yang kadang – kadang disebut juga sebagai analisa system pada organisasi
merupakan aliran besar ketiga dalam teori organisasi dan manajemen. Teori modern melihat
bahwa semua unsur organisasi sebagai satu kesatuan an saling ketergantungan, yang di dalamnya
mengemukakan bahwa organisasi bukanlah suatu system tertutup yang berkaitan dengan
Pendapat tentang organisasi yang baik bisa di kemukakan dengan mengetahui ciri-cirinya
sebagai berikut :
Dalam suatu organisasi, seperti yang kita ketahui, memiliki anggota (minimal dua orang)
yang bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan tertentu dan tentunya dengan cara-cara
tertentu. Suatu organisasi yang baik, pasti memiliki jumlah anggota yang jelas dan
identitas yang jelas. Misalnya dalam suatu perekrutan, telah terpilih anggota sebanyak 50
15
orang, dan masing-masing anggota ditandai dengan suatu surat keputusan atau pun kartu
tanda anggota. Serta mempunyai aturan dalam perekrutan anggota yang jelas.
Suatu organisasi yang baik memiliki identitas yang jelas, seperti namanya, latar belakang
berdirinya, anggaran dasar/anggaran rumah tangga, bergerak di suatu bidang tertentu, dan
Di dalam organisasi yang baik, terdapat suatu struktur yang memiliki pembagian dan
tugas yang jelas. Paling tidak terdapat ketua, sekretaris, dan masing-masing divisi.
Action –> aksi, pelaksanaan dari sesuatu yang telah direncanakan sebelumnya
pada tahap pelaksanaan, serta ditemukannya solusi agar ke depannya dapat semakin
baik dan berkembang. Tiga hal tersebut lah yang digunakan dalam setiap pelaksanaan
Organisasi yang baik tidak hanya memberikan keuntungan dan manfaat bagi anggota-
anggotanya, tapi juga manfaat yang positif bagi lingkungan. Dalam arti suatu organsasi
tidak hanya baik dari segi internnya, tapi juga ekstern dari organisasi tersebut. Misalnya,
masyarakat awam. Sehingga Organisasi tersebut dapat diterima dan diakui oleh
masyarakat disekitarnya.
16
2.7 Teori Motivasi
Motivasi adalah proses yang menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan seorang individu
untuk mencapai tujuannya. Tiga elemen utama dalam definisi ini adalah intensitas, arah, dan
ketekunan. Dalam hubungan antara motivasi dan intensitas, intensitas terkait dengan seberapa
giat seseorang berusaha, tetapi intensitas tinggi tidak menghasilkan prestasi kerja yang
memuaskan kecuali upaya tersebut dikaitkan dengan arah yang menguntungkan organisasi.
Sebaliknya elemen yang terakhir, ketekunan, merupakan ukuran mengenai berapa lama
seseorang dapat mempertahankan usahanya. Berikut ini adalah 5 teori motivasi menurut para ahli
Teori Motivasi oleh Douglas Mc Gregor (Teori X dan Y), Douglas Mc Gregor menemukan
teori X dan Y setelah mengkaji cara para manager berhubungan dengan para karyawan. Ada
empat asumsi negatif yang dimiliki oleh manager dalam teori X, yaitu karyawan pada dasarnya
tidak menyukai pekerjaan dan sebisa mungkin berusaha untuk menghindarinya. Karena
karyawan tidak menyukai pekerjaan, mereka harus dikendalikan atau diancam dengan hukuman
untuk mencapai tujuan. Karyawan akan menghindari tanggung jawab dan mencari perintah
formal (asumsi ketiga). Sebagian karyawan menempatkan keamanan di atas semua faktor lain
ada empat asumsi positif yang disebutkan dalam teori Y, yaitu karyawan menganggap kerja
sebagai hal yang menyenangkan seperti halnya istirahat atau bermain. Karyawan akan berlatih
mengendalikan diri dan emosi untuk mencapai berbagai tujuan. Karyawan bersedia belajar untuk
menerima, mencari dan bertanggung jawab. Karyawan mampu membuat berbagai keputusan
inovatif yang diedarkan ke seluruh populasi dan bukan hanya bagi mereka yang menduduki
posisi manajemen.
Teori Motivasi oleh Abraham Maslow (Teori Hierarki Kebutuhan), teori motivasi yang
paling terkenal adalah teori Hirarki Kebutuhan oleh Abraham Maslow. Ia membuat hipotesis
bahwa dalam setiap diri manusia terdapat hierarki dari lima kebutuhan, yaitu fisiologis (rasa
lapar, haus, seksual, dan kebutuhan fisik lainnya), rasa aman (rasa ingin dilindungi dari bahaya
fisik dan emosional), sosial (rasa kasih sayang, kepemilikan, penerimaan, dan persahabatan),
17
penghargaan (faktor penghargaan internal dan eksternal), dan aktualisasi diri (pertumbuhan,
rasa aman dideskripsikan sebagai kebutuhan tingkat bawah sedangkan kebutuhan sosial,
penghargaan, dan aktualisasi diri sebagai kebutuhan tingkat atas. Perbedaan antara kedua tingkat
tersebut adalah dasar pemikiran bahwa kebutuhan tingkat atas dipenuhi secara internal sementara
kebutuhan tingkat rendah secara dominan dipenuhi secara eksternal. Teori kebutuhan Maslow
telah menerima pengakuan luas di antara manajer pelaksana karena teori ini logis secara intuitif.
Namun, penelitian tidak memperkuat teori ini dan Maslow tidak memberikan bukti empiris dan
beberapa penelitian yang berusaha mengesahkan, teori ini tidak menemukan pendukung yang
kuat.
Teori Motivasi oleh David Mc Clelland (Teori Motivasi Kontemporer), teori motivasi
kontemporer bukan teori yang dikembangkan baru-baru ini, melainkan teori yang
menggambarkan kondisi pemikiran saat ini dalam menjelaskan motivasi karyawan. Teori
kebutuhan McClelland berfokus pada tiga kebutuhan yang didefinisikan sebagai berikut:
untuk berhasil.
Teori Motivasi oleh Herzberg (Teori Dua Faktor), Herzberg memandang bahwa kepuasan
kerja berasal dari keberadaan motivator intrinsik dan bahwa ketidakpuasan kerja berasal dari
(1) Upah, (2) Kondisi kerja, (3) Keamanan kerja, (4) Status, (5) Prosedur perusahaan, (6) Mutu
penyelesaian, (7) Mutu hubungan interpersonal antar sesama rekan kerja, atasan, dan bawahan.
Keberadaan kondisi-kondisi ini terhadap kepuasan karyawan tidak selalu memotivasi mereka.
18
Tetapi ketidakberadaannya menyebabkan ketidakpuasan bagi karyawan, karena mereka perlu
mempertahankan setidaknya suatu tingkat “tidak ada kepuasan”, kondisi ekstrinsik disebut
Faktor Intrinsik meliputi: (1) Pencapaian prestasi, (2) Pengakuan, (3) Tanggung jawab, (4)
Kemajuan, (5) Pekerjaan itu sendiri, (6) Kemungkinan berkembang. Tidak adanya kondisi-
kondisi ini bukan berarti membuktikan kondisi sangat tidak puas. Tetapi jika ada, akan
membentuk motivasi yang kuat yang menghasilkan prestasi kerja yang baik. Oleh karena itu,
Teori dua faktor Herzberg mengasumsikan bahwa hanya beberapa ciri pekerjaan dan
karakteristik dapat menghasilkan motivasi. Beberapa karakteristik yang menjadi fokus manajer
akan bisa menghasilkan kondisi kerja yang nyaman, tetapi tidak memotivasi karyawan. Motivasi
ini diukur dengan cara mewawancarai karyawan untuk menguraikan kejadian pekerjaan yang
kritis.
19
BAB III
PEMBAHASAN
Sebuah Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang merupakan salah satu organisasi publik
akan mengalami gesekan-gesekan di dalam tubuh organisasi tersebut. Merupakan hal yang wajar
bila kondisi tersebut terjadi karena bukanlah sesuatu yang berjalan konstan dari waktu ke waktu
Badan Pengelola Perbatasan Daerah (BPPD), merupakan salah satu Organisasi Perangkat
Daerah (OPD) yang dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Sintang Nomor 1 Tahun
2019 tentang Pembentukan Badan Pengelola Perbatasan Daerah Kabupaten Sintang yang
mempunyai tugas pokok dan fungsi BPPD merupakan unsur pendukung Pemerintah Daerah
yang dibentuk dalam rangka melaksanakan tugas dan fungsi pengelolaan perbatasan, berada di
bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah. BPPD merupakan
Lembaga Fungsi Penunjang Lainnya yang menjadi bagian dari perangkat daerah, dibentuk dalam
rangka melaksanakan tugas dan fungsi pengelolaan perbatasan. BPPD mempunyai tugas
Konflik ini terjadi yang disebabkan oleh adanya miss communication antar atasan dengan
bawahan. Adanya surat undangan atau permintaan data dari Kementerian/Badan Nasional
Pengelola Perbatasan atau dari BPPD Provinsi Kalbar yang mendadak dan perlu cepat, Pimpinan
belum memberitahukan atau mendisposisikan perintah tersebut secara resmi ke Kepala Bidang
namun perintah tersebut langsung ditujukan kepada Kepala Subbidang dan staf yang menanggani
pekerjaan tersebut, sehingga Kepala Bidang merasa dilangkahi dan tidak sesuai dengan hirarki
jabatan merasa diperlakukan semena-mena oleh Pimpinan yaitu Kepala Badan. Kepala Bidang
memprotes perintah tersebut dalam rapat staf yang biasa dilaksanakan sebulan sekali. .
20
OPD manapun pasti pernah mengalami konflik internal. Mulai dari tingkat individu,
kelompok, sampai unit. .Mulai dari derajat dan lingkup konflik yang kecil sampai yang besar.
Yang relatif kecil seperti masalah adu mulut tentang pribadi antarkaryawan, sampai yang relatif
Biasanya masalah timbul karena lingkungan yang kurang kondusif di suatu OPD.
Misalnya, kondisi cahaya yang kurang, atau sirkulasi yang kurang baik, dan temperature ruangan
yang tinggi sangat mungkin untuk meningkatkan emosi seseorang, jadi kondisi dari lingkungan
Konflik dalam OPD juga sering terjadi antar staf, hal ini biasanya terjadi karena masalah
diluar urusan pekerjaan, misalnya tersinggung karena ejekan, masalah ide yang dicuri, dan
senioritas. OPD yang baik harus bisa menghilangkan masalah senioritas dalam intansi tersebut.
Hal ini dapat meminimalisir masalah yang akan timbul, kerena dengan suasanya yang harmonis
Seharusnya pimpinan harus bisa membaca pikiran atau keinginan para stafnya, atasan juga
harus sering berkomunikasi langsung dengan para stafnya sehingga tidak terjadi miss
communication, dengan begitu atasan dapat mengetahui bagaimana sifat dan keinginan para
stafnya tersebut. Dalam memberi perintah mendadak dan langsung ditujukan kepada bawahan
yang melaksanakan pekerjaan tersebut walaupun tidak resmi melalui perintah/disposisi dapat
dikomunikasi melalui media elektronik yaitu WhatsApp Grup yang dibuat khusus untuk seluruh
staf dan pimpinan dilingkungan tersebut atau Grup WhatsApp khusus pimpinan sehingga
komunikasi tetap terjalin walaupun yang bersangkutan tidak ada ditempat dikarenakan tugas
luar. Organisasi Perangkat Daerah hampir pasti pernah mengalami dan menyelesaikan konflik-
konfliknya, seperti jenis-jenis konflik yang dijabarkan oleh Sukanto, (1996:232), masing-masing
sebagai berikut:
Dimana peraturan yang berlaku tak dapat diterima oleh seseorang sehingga orang tersebut
memilih untuk tidak melaksanakan sesuatu sesuai dengan peraturan yang berlaku
tersebut.
21
2. Konflik antar peranan (inter-role conflict)
Dimana orang menghadapi persoalan karena dia menjabat dua atau lebih fungsi yang
saling bertentangan seperti seseorang yang menjadi Pejabat Pembuat Komitmen dalam
3. Konflik yang timbul karena seseorang harus memenuhi harapan beberapa orang
(intersender conflict)
Misalnya seorang Kepala Dinas yang harus memenuhi permintaan dari Kepala-Kepala
Bidang yang berlainan dan harus mengakomodir semua kepentingan/kebutuhan yang juga
sangat bermacam-macam.
(intrasender conflict).
Berdasarkan hasil kesimpulan beberapa definisi tentang konflik dalam sebuah organisi
perangkat daerah, konflik sebagai sebuah situasi timbul karena adanya sebab yang
menimbulkan konflik. Informasi yang lengkap dan jelas tetapi tidak disampaikan tepat
waktu juga dapat menimbulkan konflik. Dari sisi penerima informasi/pesan, semua pesan
telah diterima secara komplit/utuh, jelas, tepat waktu, tetapi salah dalam memahami dan
2. Perbedaan tujuan kerja karena perbedaan nilai hidup yang dianut. Orang yang bekerja
karena ingin mendapatkan upah/gaji demi menghidupi ekonomi keluarga akan sangat
berbeda motivasi/semangat dan cara kerjanya jika dibandingkan dengan orang yang
bekerja hanya karena ingin mengabdikan dirinya sebagai panggilan hidup. Orang-orang
yang secara materi sudah berkecukupan, bekerja kadangkala hanya digunakan untuk
memperoleh status sosial saja, sehingga kondisi semacam ini memunculkan disorientasi
22
3. Perebutan dan persaingan dalam hal fasilitas kerja dan suatu jabatan yang terbatas.
Konflik dapat muncul dalam situasi di mana orang-orang yang berkeinginan untuk
menduduki jabatan eselon IV, eselon III, sampai jabatan eselon II sangat banyak
sementara pospos jabatan yang ingin dituju sangatlah terbatas. Perebutan/persaingan pos-
Keterbatasan fasilitas kendaraan dinas, alat kerja seperti komputer, mesin ketik,
kalkulator, dan tempat parkir juga bisa menjadi perebutan dan saling menguasai satu
sama lain.
tanggungjawab atas pekerjaan tertentu. Dalam organisasi perangkat daerah yang besar
dengan kompleksitas pekerjaan dan masalah yang besar, batas-batas wewenang dan
tanggungjawab antar lini atau bagian walaupun sudah jelas dan terstandar tetapi
5. Penafsiran yang berbeda atas suatu hal, perkara, dan peristiwa yang sama. Organisasi
pendidikan, jenis kelamin, dan usia memiliki tingkat heteroginitas yang sangat tinggi.
Karena anggota organisasi yang berbeda latar belakang, sudah barang tentu keinginan,
harapan, sudut pandang, ide, gagasan, dan tujuan setiap orang juga berbeda-beda pula.
identik dengan birokrasi, aturan, dan tata tertib memaksa tiap individu mematuhi dan
menepati aturan-aturan tersebut. Dalam menjalankan aturan dan tata tertib seorang
pegawai/karyawan ada yang tidak sama antar pegawai yang satu dengan yang lain, hal ini
diakibatkan oleh perbedaan penafsiran, sudut pandang, dan interpretasi atas peraturan
yang ada.
6. Kurangnya kerja sama antar pegawai, antara pegawai dengan pimpinan, dan antara
pimpinan dengan pimpinan dapat menyebabkan hasil kerja tidak optimal. Penyebab hasil
23
kerja yang tidak optimal tersebut seringkali dicarikan kambing hitam (scape goat), saling
menyalahkan, saling mencari pembenaran sendiri, bahkan saling mencaci yang akhirnya
7. Tidak menaati tata tertib yang berlaku bagi semua anggota oraganisasi. Jika pada kasus
nomor 5 di atas orang melanggar tata tertib (tidak sengaja) karena perbedaan penafsiran,
dalam kasus pegawai yang tidak menaati tata tertib lebih disebabkan karena sikap
pegawai yang tidak disiplin. Sikap tidak disiplin yang ditunjukkan oleh seorang pegawai
8. Ada usaha untuk menguasai dan merugikan. Pada dasarnya setiap orang tidak ada yang
mau dikuasi, dijajah, disepelekan, dan di tindas harga diri dan eksistensinya dalam
untuk menguasai kelompok lain dengan tujuan mencari keuntungan di satu sisi dan
merugikan di sisi yang lain dapat memunculkan situasi/gejolak terutama kelompok yang
merasa dirugikan. Gejolak yang muncul inilah yang dapat membulkan konflik organisasi
9. Pelecehan pribadi dan kedudukan. Orang yang pribadi dan kedudukannya dilecehkan
merasa harga dirinya di injak dan dan direndahkan. Apalagi orang yang melecehkan
tersebut secara hirarki tidak setara kedudukannya dibandingkan dengan orang yang
dilecehkan. Seorang yang pribadi dan kedudukannya diremehkan dan dihina orang lain
10. Perubahan dalam sasaran dan prosedur kerja. Pada dasarnya orang yang sudah berada
24
status quo alias tetap. Bagi orang yang berada dalam wilayah nyaman, perubahan
dianggap sebagai ancaman yang harus dilawan. Perubahan hanya akan merugikan
dirinya, baik dari sisi karir, kedudukan, kewenangan, pestise, pengaruh maupun secara
ekonomi.
Selain itu, jika dipandang dari sumbernya konflik juga bisa timbul karena adanya
1. Konflik individu, timbul ketika seorang individu sedang menghadapi pekerjaan yang
tidak disukainya di satu sisi tetapi harus dilakukannya pada sisi yang lain sebagai bentuk
konsekuensi dari status dan jenjang kepangkatan yang melekat pada dirinya. Selain itu
pada situasi tertentu seseorang akan mengalami konflik individu ketika target pekerjaan
yang harus diselesaikannya tidak didukung oleh kemampuan teknis yang dimilikinya
2. Konflik antar individu, timbul dalam suatu organisasi akibat perbedaan latar belakang,
etnis, suku, agama, tujuan, dan kepribadian antar individu. Konflik semacam ini juga bisa
muncul karena antar individu dibedakan oleh peranan masing-masing dalam organisasi
seperti direktur dengan manajer, manajer dengan mandor, dan mandor dengan para buruh
atau sebaliknya. Perbedaan peran tentunya memunculkan perbedaan tujuan, orientasi, dan
kepentingan masing-masing.
3. Konflik antara individu dengan kelompok, hal ini terjadi karena individu tertentu
seabagai bagian dari kelompok dalam suatu organisasi tidak/kurang bisa memberikan
manfaat baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga dikucilkan dari pergaulan
individu yang lain menimbulkan konflik individu yang dapat mengganggu integritas dan
keseluruhan.
4. Konflik antar kelompok, konflik ini terjadi karena perbedaan kepentingan dan tujuan
yang satu sama lain tidak ada yang mau mengalah. Biasanya konflik antar kelompok ini
25
muncul karena ingin saling menguasai, yang mayoritas merasa lebih berhak menjadi
berasumsi bahwa dalam kelompok tidak bolah ada superior dan inferior, semua memiliki
hak dan kewajiban yang sama, berhak atas perlakuan dan keadilan yang sama.
5. Konflik antara kelompok dengan organisasi, konflik ini timbul ketika organisasi
menuntut target produktivitas terlalu tinggi sedangkan para individu anggota organisasi
hanya bisa memberikan terlalu rendah. Seorang direktur ingin perusahaannya maju
dengan tingkat produksi yang optimal agar dicapai laba perusahaan secara optimal pula,
keluarganya.
6. Konflik antar organisasi, timbul sebagai akibat persaingan bisnis, persaingan memperoleh
Konflik pada dasarnya bisa muncul pada aktivitas diri seseorang (sebagai konflik
internal) maupun pada aktivitas sosial yang cakupannya lebih luas. Konflik yang timbul dari
internal individu/organisasi cara menanggulanginya akan jauh lebih mudah dibandingkan dengan
konflik yang timbulnya dari kelompok dengan kelompok dan kelompok dengan organisasi atau
antar organisasi. Kecepatan meredam, memanaj, dan menyelesaikan berbagai jenis konflik yang
muncul sangat dipengaruhi oleh tingkat respon dan ketepatan dalam memilah/memilih strategi
penyelesaian konflik tersebut. Konflik dengan skala cakupan sempit yang berasal dari individu
dengan individu akan menjadi konflik besar jika dalam merespon dan menanganinya tidak bisa
tuntas serta memuaskan dua individu yang berkonflik. Hal ini sangat mungkin terjadi karena
konflik antar individu kemungkinan berasal dari dua kelompok yang berbeda sehingga. Dalam
situasi seperti ini pihak pimpinan organisasi harus cepat merespon dan meminimalisir konflik
yang ada, karena jika konflik antar individu yang berasal dari dua kelompok yang berbeda
tersebut terus dibiarkan berlarut-larut bukan tidak mungkin konflik akan berubah menjadi
konflik antar kelompok. Berbagai konflik yang timbul di dalam aktivitas organisasi, baik konflik
26
individu, antar individu, kelompok, antar kelompok, individu/kelompok dengan organisasi,
maupun antar organisasi seringkali hanya disebabkan oleh hal-hal yang sepele. Komunikasi yang
tidak lancar dan pebedaan persepsi tentang suatu informasi sering menjadi pemicu/penyebab
timbulnya konflik. Selain itu interaksi yang terjadi antar individu dan antar kelompok ada
Untuk menganalisa bentuk interaksi antara individu dengan individu lain, dapat
menggunakan jendela Johari (Joseph Lutf dan Harry Ingham) dalam Sukanto, (1996:240)
sebagai berikut:
1. Pribadi terbuka (open self), pola interaksi ini menunjukkan pribadi yang mengenal
dirinya sendiri dan juga mengenal pribadi orang lain. Pribadi lebih terbuka sehingga bisa
2. Pribadi tersembunyi (hidden self), pola interaksi ini pribadi cenderung hanya mengenal
dirinya sendiri dan tidak mengenal pribadi orang lain. Akibat dari kondisi ini adalah
pribadi tersebut menjadi lebih tertutup kepada orang lain, karena takut dalam
mengungkapkan sesuatu bisa menimbulkan reaksi (negatif) bagi orang lain. Akumulasi
dari pola-pola interaksi pribadi yang demikian sangat potensial memunculkan konflik
3. Pribadi buta (blind self), pada situasi ini orang mengenal pribadi orang lain tetapi justru
tidak mengenal dirinya sendiri. Orang dengan pribadi seperti ini sangat menjengkelkan
tetapi orang lain segan menegur/memberi tahu. Kejengkelan dan kekecewaan demi
27
kekecewaan orang lain akibat perilaku yang ditunjukkan pribadi buta dapat menimbulkan
4. Pribadi tak dikenal (undiscovered self), pada situasi ini orang sama sekali tidak mengenal
dirinya sendiri apalagi orang lain. Dalam praktek interaksi sosial sehari-hari pribadi tipe
ini seringkali mengalami konflik antar pribadi dalam setiap bersosialisasi dengan
siapapun. 2 Pribadi tersembunyi 1 Pribadi terbuka 4 Pribadi tak dikenal 3 Pribadi buta.
Akibat-akibat Konflik Konflik yang muncul dan terjadi dalam suatu organisasi yang
disebabkan oleh faktor apapun, memiliki konsekuensi atau akibat bagi seluruh elemen
oraganisasi tersebut. Sebagai sebuah sebab, maka konflik juga dapat membawa akibat positif dan
negatif.
1. Akibat Positif
a. Organisasi memiliki dinamika dan jalinan yang akrab satu sama lain karena
adanya interaksi yang intensif antar sesama anggota organisasi baik yang
terlibat langsung dengan konflik maupun yang lain. Konflik antar individu atau
antar kelompok yang diselesaikan dengan damai dan adil akan membawa
diakibatkan oleh konflik yang dilakukan, sehingga pengalaman masa lalu dapat
dijadikan sebagai pelajaran berharga dalam bekerja. Jika harus terjadi konflik
serupa, maka satu sama lain akan saling berusaha memahami dan
d. Konflik yang timbul tetapi bisa diredam dan dikelola secara baik dapat
28
kebaikan organisasi secara keseluruhan baik jangka pendek maupun jangka
panjang.
e. Anggota organisasi yang tidak terlibat secara langsung dalam suatu konflik,
2. Akibat Negatif
b. Kerjasama yang sudah dan akan terjalin antar individu dalam organisasi
menjadi terhalang/terhambat.
waktu tertentu.
atau hal lain yang memancing kedua belah pihak untuk berkonflik lagi.
e. Bekerja dalam situasi yang sedang ada konflik menyebabkan orang yang tidak
ikut berkonflikpun ikut merasakan dampaknya seperti situasi kerja yang tidak
f. Individu yang sedang berkonflik merasa cemas, stres, apatis, dan frsutasi
terhadap situasi yang sedang dihadapi. Bekerja dalam situasi dan kindisi
luas.
pergaulan dan mangkir dari pekerjaan. Akibat akumulasi dari kondisi ini
29
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Organisasi perangkat daerah merupakan salah satu organisasi publik dalam lingkup
otonomi daerah merupakan salah satu pemberdayaan daerah adalah suatu tempat di mana
banyak orang berkumpul dan saling berinteraksi satu sama lain. Tetapi seiring berjalannya
waktu, di dalam organisasi pasti pernah mengalami konflik. Konflik tidak muncul seketika dan
langsung menjadi besar. Konflik itu berkembang secara bertahap. Yang dibutuhkan bukan
meredam konflik, tapi bagaimana menanganinya sehingga bisa membawa dampak yang tidak
negatif bagi organisasi. Dan semua anggota bisa menjadikan konflik dalam organisasi sebagai
berbeda pada setiap anggota organisasi. Konflik dilator belakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang
dibawa individu. Hal itu lalu menimbulkan perbedaan yang menyangkut ciri fisik, kepandaian,
Dari pembahasan yang telah disampaikan, maka dapat disimpulkan bahwa kehadiran
konflik dalam suatu organisasi tidak dapat dihindarkan tetapi hanya dapat diminimalisir. Konflik
dalam organisasi dapat terjadi antara individu dengan individu, baik individu pimpinan maupun
individu karyawan, konflik individu dengan kelompok maupun konflik antara kelompok tertentu
dengan kelompok yang lain. Tidak semua konflik merugikan organisasi. Konflik yang ditata dan
dikendalikan dengan baik dapat berujung pada keuntungan organisasi sebagai suatu kesatuan,
sebaliknya apabila konflik tidak ditangani dapat merugikan kepentingan organisasi. Yang
terpenting adalah mengembangkan pengetahuan yang cukup dan sikap yang positif terhadap
konflik, karena peran konflik yang tidak selalu negatif terhadap organisasi. Dengan
pengembalian yang cukup senang, pimpinan dapat cepat mengenal, mengidentifikasi dan
mengukur besarnya konflik serta akibatnya dengan sikap positif dan kemampuan
kepemimpinannya, seorang pimpinan akan dapat mengendalikan konflik yang akan selalu ada,
dan bila mungkin menggunakannya untuk keterbukaan organisasi dan anggota organisasi yang
30
dipimpinnya. Tentu manfaatnya pun dapat dirasakan oleh dirinya sendiri. Penyeselaian dari
konflik adalah dengan cara menimbulkan sikap dalam diri masing-masing, yaitu rasa saling
menghormati, menghargai dan rasa toleransi yang bisa menghindarkan kita dari permasalahan
3.2 Saran
1. Menanggapi konflik dengan kepala dingin, jangan emosi agar konflik dapat di selesaikan
dengan baik.
2. Meminimalisir ego pada sifat alami diri sendiri saat sedang ada dalam kelompok.
4. Motivasi rekan atau bawahan dengan apresiasi secara benar karena dukungan sangat
10. Keterbukaan pada setiap anggota kelompok harus ada agar dapat menyelesaikan konflik
31