DISUSUN OLEH :
JOKO BIMO ANGGORO
NIM. E2072211028
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Konflik bisa terjadi karena perbedaan dalam pemaknaan yang disebabkan karena
perbedaan pengalaman. Perbedaan pengalaman dapat dilihat dari perbedaan latar belakang
dengan pola-pola pemikiran dan pendirian kelompoknya. Pemikiran dan pendirian yang
berbeda itu pada akhirnya akan menghasilkan perbedaan karakter individu yang dapat memicu
konflik.
dibuat sebagai salah satu strategi para pemimpin untuk melakukan perubahan. Perubahan
tersebut dapat dilakukan dengan menciptakan sebuah konflik. Akan tetapi, konflik juga dapat
terjadi secara alami karena adanya kondisi obyektif yang dapat menimbulkan terjadinya
konflik. Seperti yang dikemukakan oleh Hocker dan Wilmot (Wirawan, 2010:8), konflik terjadi
karena pihak-pihak yang terlibat konflik memiliki tujuan yang berbeda. Konflik bisa juga
terjadi karena tujuan pihak yang terlibat konflik sama tapi cara untuk mencapainya berbeda.
Konflik merupakan masalah hubungan dalam komunikasi antar pribadi. Jika hubungan
dalam komunikasi antar pribadi sudah tidak berjalan dengan baik, maka kemungkinan besar
hubungan komunikasi dalam skala yang lebih besar tidak akan berjalan baik pula. Dalam
komunikasi antar pribadi komunikan dan 2 komunikator harus dapat memahami maksud atau
pesan yang disampaikan supaya pesan yang diterima sama dengan pesan yang disampaikan.
Perbedaan pesan yang diterima dengan pesan yang disampaikan inilah yang menjadi penyebab
Ketika dua orang sepakat mengenai interpretasi satu sama lain, mereka dikatakan telah
mencapai makna interpersonal. Makna interpersonal saling diciptakan oleh para partisipan
terjadi antar dua orang. Dalam komunikasi terjadi pertukaran pesan yang memiliki makna
interpersonal. Makna interpersonal adalah makna yang terbentuk oleh pribadi-pribadi dengan
pengalaman hidupnya yang berbeda-beda. Pesan yang disampaikan oleh komunikan kepada
komunikator dapat memiliki makna yang berbeda, oleh karena itu dapat menimbulkan sebuah
permasalahan baru.
Setelah komunikasi interpersonal, ada level yang lebih luas yaitu komunikasi kelompok
kecil. Kelompok kecil terdiri dari beberapa orang yang ingin mencapai tujuan bersama.
Kelompok kecil biasanya terdiri dari tiga sampai tujuh orang, apabila jumlah anggota
bertambah, maka akan terdapat sedikit kesempatan bagi hubungan personal untuk berkembang.
Hal ini mempengaruhi kelompok untuk tetap berfokus pada tujuan mereka dan tetap merasa
puas dengan pengalaman mereka (West dan Turner, 2009:37). Beberapa kelompok kecil sangat
kohesif artinya memiliki tingkat kebersamaan yang tinggi dan ikatan yang kuat. Sifat kohesif
ini mempengaruhi apakah kelompok ini dapat befungsi dengan efektif dan efisien. Dalam
konteks kelompok kecil, para anggotanya diberi 3 kesempatan untuk mendapatkan berbagai
perspektif terhadap satu persoalan. Dalam konteks kelompok kecil ini, banyak orang memiliki
Manfaat yang didapat dari kelompok kecil adalah pertukaran sudut pandang yang
disebut sebagai sinergi dan hal ini menjelaskan alasan kelompok kecil dapat menjadi lebih
efektif dibandingkan dengan seseorang individu dalam mencapai tujuan. Misalnya dalam hal
penyelesaian masalah, kelompok kecil dapat menyelesaikan masalah secara efektif karena
dilihat dari sudut pandang beberapa orang. Penyelesaian masalah antar pribadi apabila sudah
tidak dapat diselesaikan antar pribadi yang terlibat masalah maka bisa diselesaikan oleh
kelompok kecil, apabila melalui kelompok kecil masih belum dapat terselesaikan maka akan
diserahkan ke organisasi.
lingkungan yang besar dan luas. Jenis komunikasi ini sangat bervariasi karena komunikasi
kelompok kecil dan komunikasi dengan menggunakan media (West dan Turner, 2009:38).
Organisasi yang terdiri dari berbagai kelompok kecil diarahkan kepada tujuan yang sama.
Pengalaman hidup yang berbeda itu juga dipengaruhi oleh latar belakang budaya yang
berbeda. Tiap manusia berperilaku sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakatnya.
Jenis kelamin, ras, kelas dan identitas agama memiliki keterkaitan terhadap nilai-nilai budaya.
Seperti yang kita ketahui bahwa setiap budaya pasti memiliki unsur nilai yang
terkandung dalam budaya masing-masing. Beda budaya pasti beda pula unsur nilai yang ada di
dalamnya, begitu pula dengan organisasi, budaya organisasi satu berbeda dengan budaya
organisasi yang lainnya. Selain perbedaan nilai-nilai yang terkandung, visi dan misi
organisasinya pun berbeda. Budaya organisasi didefinisikan sebagai suatu nilai yang
memedomani sumber daya manusia dalam menghadapi permasalahan eksternal dan upaya
memahami nilai-nilai yang ada serta mengerti bagaimana mereka harus bertingkah laku
organisasinya, karena pemahaman ini sangat berkaitan dengan setiap langkah ataupun kegiatan
yang dilakukan berdasarkan budaya organisasi. Perilaku individu dalam organisasi juga sangat
berpengaruh pada berjalannya sebuah organisasi. Individu yang sesuai dengan budaya
organisasi akan cenderung memiliki kepuasan kerja dan komitmen yang tinggi pada
organisasinya. Sebaliknya, individu yang tidak sesuai dengan budaya organisasinya akan
cenderung tidak memiliki kepuasan kerja dan komitmen yang rendah pada budaya
organisasinya.
dengan manusia, maka budaya organisasi merupakan kepribadian organisasi. Akan tetapi,
budaya yang membentuk perilaku organisasi anggotanya, bahkan tidak jarang membentuk pula
Konflik selalu mewarnai kehidupan, dari konflik sangat kecil sampai konflik sangat besar.
Konflik terjadi akibat perbedaan perepsi, berlainan pendapat dan karena ketidaksamaan
kepentingan. Konflik ada yang bisa diselesaikan secara tuntas, ada yang setengah tuntas, ada juga
Konflik akan terjadi apabila ada perbedaan pemahaman antara dua orang atau lebih
terhadap berbagai perselisihan, ketegangan, kesulitankesulitan diantara para pihak yang tidak
sepaham. Konflik juga bisa memicu adanya sikap berseberangan (oposisi) antara kedua belah
pihak dimana masingmasing pihak memandang satu sama lainnya sebagai lawan/penghalang dan
diyakini akan mengganggu upaya tercapainya tujuan dan tercukupinya kebutuhan masing-masing.
Terlepas dari banyaknya penyebab terjadinya konflik, perbedaan latar belakang kedua
belah pihak hingga terjadi konflik, perbedaan kepentingan diantara individu dalam kelompok/
masyarakat yang kesemuanya saling terkait dalam realita sosial yang kompleks. Konflik bukanlah
sesuatu yang harus dihindari, dianggap momok yang menakutkan dalam kehidupan berorganisasi
melalakukan kasus, dipandang sebagai dinamisator dalam setiap aktifitas organisasi itu sendiri,
tanpa konflik organisasi akan mati dan dengan adanya konflik organisasi akan hidup dan
berkembang.
bijaksana, adil dan efisien dengan tiga bentuk metode pengelolaan konflik stimulasi konflik,
keterampilan seperti berkomunikasi yang efektif, pemecahan masalah, dan (fungsional) yang dapat
mendorong meningkatkan produktivita apabila konflik tersebut dapat dikelola dengan baik.
Namun konflik biasanya sebagai sesuatu yang salah (dysfunctional) yang dapat merusak dan
menjelaskan bahwa terdapat banyak definisi konflik. Meskipun makna yang diperoleh definisi itu
berbeda-beda, beberapa tema umum mendasari sebagian besar dari konflik tersebut. Konflik harus
disarankan oleh pihak-pihak yang terlibat, apakah konflik itu ada atau tidak ada merupakan
persoalan persepsi. Jika tidak ada yang menyadari akan adanya konflik, secara umum lalu
disepakati konflik tidak ada. Kesamaan lain dari definisi-definisi tersebut adalah pertentangan atau
ketidakselarasan dan bentuk-bentuk interakis. Beberapa faktor ini menjadi kondisi yang
ketika suatu pihak memiliki persepsi bahwa pihak lain telah mempengaruhi secara negative,
sessuatu yang menjadi kondisi yang merupakan titik awal proses konflik. Jadi, kita dapat
mendefinisikan konflik (conflict) sebagai sebuah proses yang dimulai ketika suatu pihak memiliki
persepsi bahwa pihak lain telah mempengaruhi secara negative, sesuatu yang menjadi kepedulian
Kita ketahui bersama bahwa dalam melakukan pekerjaan di bidang Pemerintahan sudah
diatur sedemikian rupa mengenai Tata Naskah Dinas sehingga segala dokumen yang dikeluarkan
akan rapi, seragam dan sesuai dengan kaidah pengaturan dan mudah dipahami antar organisasi
baik di level pusat, provinsi dan kabupaten. Pemerintah baik tingkat Provinsi maupun Kabupaten
berada dibawah naungan Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia, berarti segala sesuatu
Saat ini Kemendagri belum menerapkan kebijakan penggunaan Tata Naskah Dinas
berbasis elektronik di era yang serba paperless, namun dari Lembaga Negara Arsip Nasional
Republik Indonesia telah melakukan launching penggunaan Surat berbasis Elektronik yang disebut
dengan Srikandi dan mewajibkan seluruh Pemerintah Daerah untuk menggunakan aplikasi
tersebut. Ini menjadi polemic di tingakat Provinsi dan Kabupaten karena dari Keendagri sendiri
belum ada arahan atau surat yang bersifat wajib untuk menggunakan Srikandi itu sendiri.
B. RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang diatas, dapat dirumuskan sebuah masalah yaitu Apakah Pemerintah
Daerah Wajib Menggunakan Aplikasi Srikandi Walaupun Belum Ada Arahan Dari Kementerian
Dengan adanya makalah ini, semoga dapat dicarikan solusi bagi Pemerintah Daerah untuk
mengambil langkah kedepan seperti apa agar Pemerintahan di Daerah dapat berjalan lebih baik
lagi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. KONFLIK ORGANISASI
Menurut Nurdjana (1994) mendefinisikan konflik sebagai akibat situasi dimana keinginan
atau kehendak yang berbeda atau berlawanan antara satu dengan yang lain, sehingga salah satu
ketidakcocokan antar nilai atau tujuan-tujuan yang ingin dicapai, baik yang ada dalam diri individu
maupun dalam hubungannya dengan orang lain. Kondisi yang telah dikemukakan tersebut dapat
mengganggu bahkan menghambat tercapainya emosi atau stres yang mempengaruhi efisiensi dan
Menurut Wood, Walace, Zeffane, Schermerhom, Hunt dan Osbon (1998:580) yang
dimaksud dengan konflik (dalam ruang lingkup organisasi) adalah: “Conflict is a situation which
two or more people disagree over issue of organizational susbstance and/or experience some
emotional antagonism with one other “. Yang kurang lebih memiliki arti bahwa konflik adalah
suatu ituais dimana dua atau banyak orang saling tidak setuju terhadap suatu permasalahan yang
menyangkut kepentingan organisasi dan/ atau dengan timbulnya perasaan permusuhan satu dengan
yang lainnya.
Menurut Stoner konflik organisasi adalah mencakup ketidaksepakatan soal alokasi sumber
daya yang langka atau perselisihan soal tujuan, status, nilai, persepsi, atau kepribadian. (Wahyudi,
2006: 17).
Sementara itu Daniel Webster mendefinisikan konflik sebagai:
1. Persaingan atau pertentangan antara pihak-pihak yang tidak cocok satu sama lain.
1 Setidak-tidaknya ada dua pihak secara perorangan maupun kelompok yang terlibat
2 Paling tidak timbul pertentangan antara dua pihak secara perorangan maupun
kelompok dalam mencapai tujuan, memainkan peran dan ambigius atau adanya nilai-
direncanakan untuk saling meniadakan, mengurangi dan menekan terhadap pihak lain
pihak yang terkait dengan kedudukan, status sosial, pangkat, golongan, kewibawaan,
1. Konflik masih tersembunyi (laten) Berbagai macam kondisi emosional yang dirasakan
sebagai hal yang biasa dan tidak dipersoalkan sebagai hal yang mengganggu dirinya.
2. Konflik yang mendahului (antecedent condition) Tahap perubahan dari apa yang
organisasi secara keseluruhan, seperti timbulnya tujuan dan nilai yang berbeda,
4. Konflik terlihat secara terwujud dalam perilaku (manifest behavior) Upaya untuk
melalui perilaku.
5. Penyelesaian atau tekanan konflik Pada tahap ini, ada dua tindakan yang perlu diambil
terhadap suatu konflik, yaitu penyelesaian konflik dengan berbagai strategi atau
6. Akibat penyelesaian konflik Jika konflik diselesaikan dengan efektif dengan strategi
yang tepat maka dapat memberikan kepuasan dan dampak positif bagi semua pihak.
Sebaliknya bila tidak, maka bisa berdampak negative terhadap kedua belah pihak
Approach conflict, dimana orang didorong untuk melakukan pendekatan positif terhadap dua
persoalan atau lebih, tetapi tujuan-tujuan yang dicapai saling terpisah satu sama lain. 2) Approach-
Avoidance Conflict, dimana orang didorong untuk melakukan pendekatan terhadap persoalan-
persoalan tersebut dan tujuannya dapat mengandung nilai positif dan negative bagi orang yang
menghindari dua atau lebih hal yang negative tetapi tujuantujuan yang dicapai saling terpisah satu
sama lain. Dalam hal ini, approach-approach conflict merupakan jenis konflik yang mempunyai
resiko paling kecil dan mudah diatasi, serta akibatnya tidak begitu fatal.
1) Sumber Daya Yang Terbatas Sumber daya dapat meliputi uang, persediaan, orang atau
informasi. Seringkali, unit organisasi berada dalam persaingan untuk sumber daya yang terbatas
atau menurun. Hal ini menciptakan situasi dimana konflik tidak bisa dihindari.
2) Yurisdiksi Ambigius Individu mungkin tidak setuju tentang siapa yang memiliki
3) Bentrokan Kepribadian Konflik kepribadian muncul ketika dua orang tidak akur atau
tidak melihat hal-hal yang sama. Ketegangan kepribadian disebabkan oleh perbedaan dalam
4) Perbedaan Status dan Kekuasaan Orang-orang mungkin terlibat dalam konflik untuk
5) Perbedaan Tujuan Konflik dapat terjadi karena orang mencapai tujuan yang berbeda.
Konflik tujuan di unit kerja masingmaisng adalah bagian alami dari setiap organisasi.
6) Masalah Komunikasi Masalah komunikasi biasanya berasal dari perbedaan gaya
berbicara, gaya penulisan, dan gaya komunikasi nonverbal. Perbedaan gaya ini sering mendistorsi
proses komunikasi.
Komunikasi rusak menyebabkan salah satu persepsi dan kesalahpahaman yang dapat
menyebabkan terjadinya konflik. Hambatan tambahan untuk komunikasi dapat muncul dari
perbedaan lintas jender dan lintas budaya peserta. Perbedaan mendasar tersebut dapat
mempengaruhi baik cara-cara dimana para pihak mengekspresikan diri mereka dan bagaimana
mereka akan menafsirkan komunikasi yang mereka terima. Distorsi, pada gilirannya sering
1. Konflik didalam Individu Konflik ini timbul apabila individu merasa bimbang terhadap
pekerjaan mana yang harus dilakukan, bila berbagai permintaan pekerjaan saling
2. Konflik antar individu dalam organisasi yang sama Konflik ini timbul akibat tekanan
Kepribadian.
3. Konflik antara individu dan kelompok Konflik ini berhubungan dengan cara individu
4. Konflik antar kelompok dalam organisasi yang sama Adanya pertentangan kepentingan
antar kelompok.
5. Konflik antar organisasi Akibat adanya bentuk persaingan ekonomi dalam sistem
1. Faktor Manusia
• Timbul karena ciri-ciri kepribadian individual, antara lain sikap egoistis, temperamental, sikap
2. Faktor Organisasi
material atau sarana lainnya terbatas atau dibatasi, maka dapat timbul persaingan dalam
suatu organisasi.
b. Perbedaan tujuan antar unit-unit organisasi Tiap-tiap unit dalam organisasi mempunyai
pesialisai dalam fungsi, tugas dan bidangnya. Perbedaan ini sering mengarah pada konflik
minat antar unit terebut. Misalnya, unit penjualan menginginkan harga yang relative rendah
dengan tujuan untuk lebih menarik konsumen, sementara unit produksi menginginkan
c. Interdependensi Tugas Konflik terjadi karena adanya saling ketergantungan antara satu
kelompok dengan kelompok lainnya. Kelompok yang satu tidak dapat bekerja karena
karena merasa mendapat perlakukan yang tidak “adil”. Para manajer yang relative muda
memiliki persepsi bahwa mereka mendapat tugas-tugas yang cukup berat, rutin dan rumit,
sedangkan para manajer senior mendapat tugas yang ringan dan sederhana.
e. Kekaburan yurisdiksional. Konflik terjadi karena batas-bata aturan yang tidak jelas yaitu
f. Masalah status. Konflik dapat terjadi karena suatu unit/departemen mencoba memperbaiki
dan meningkatkan status, sedangkan unit/ departemen yang lain menganggap sebagai
Konflik dapat berakibat negative maupun positif tergantung pada cara mengelola konflik
a. Menghambat komunikasi
3. Melakukan adaptasi, sehingga dapat terjadi perubahan dan perbaikan dalam sistem
Konflik terkadang tidak hanya harus diterima dengan baik, akan tetapi juga harus dikelola
agar konflik dapat meningkatkan perubahan, perkembangan organisasi dan meningkatkan kinerja.
Kepala sekolah dalam menangani suatu konflik yang terjadi di sekolah, perlu memperhatikan cara
atau metode dalam manajemen (mengelola) konflik. Untuk menangani konflik, ada beberapa
Daft dan Noe mengemukakan alternative dalam penyelesaian konflik antara lain: (1)
avoiding (menghindar), (2) accomodating, (3) comrpomising, (4) competing, dan (5)
collaborating. Hal yang sama dikemukakan Moerhad dan Griffin bahwa alternative dalam
menangani konflik adalah (1) avoidance (2) accomodation (3) competion (4) collaboration, dan
(5) compromise. Kedua pendapat ini mengemukakan hal yang sama, dimana untuk menangani
berikut (1) perencanaan analisis konflik, (2) penilaian konflik, dan (3) pemecahan konflik.20
Thomas yang dikutip Mulyasa mengemukakan lima kecenderungan proses alamiah dalam
penyelesaian konflik, yaitu penghindaran diri, kompetisi, penyesuaian diri, kompromi dan
kolaborasi.
Selanjutnya Robbins menyatakan manajemen konflik berarti memelihara tingkat konflik pada titik
optimum.23 Hal ini dapat dilakukan dengan cara: (1) memahami gaya sendiri dalam menangani
konflik, (2) selektif dalam memilih konflik yang akan ditangani, (3) menilai para pelaku yang
terlibat konflik, (4) mencari dan menilai sumber konflik, (5) mengetahui opsi yang tepat dalam
menangi konflik tersebut, (6) mengubah budaya organisasi, (7) menggunakan komunikasi, (8)
mengundang pihak luar, (9) merestrukturisasi organisasi, dan (10) menunjuk orang yang memiliki
karyawan, karena karyawan pasif yang disebabkan oleh situasi dimana konflik terlalu
persaingan
oleh konflik, dengan mengelola tingkat konflik melalui “pendinginan suasana” akan
tetapi tidak berurusan dengan masalah yang pada awalnya menimbulkan konflik itu.
3. Metode Penyelesaian Konflik Metode ini dipusatkan pada tindakan para manajer yang
dapat secara langsung mempengaruhi pihak-pihak yang bertentangan. Ada tiga metode
b. Kompromi Manajer mencari jalan keluar yang dapat diterima oleh pihak-pihak
kompromi meliputi:
• Arbitrasi (perwasitan) dimana pihak yang berkonflik tunduk kepada pihak ketiga,
(resort to rules) dimana kemacetan dikembalikan pada ketentuan yang tertulis yang
- Diagnosis Inilah langkah yang terpenting. Metode yang benar dan telah diuji
sempurna. Pusatkan perhatian pada masalah utama dan bukan pada hal-hal
sepele.
penyelesaian yang tidak dapat diterapkan atau tidak praktis. Jangan sekali-kali
menyelesaikan dengan cara yang tidak terlalu baik. Carilah yang terbaik.
arah kelompok.
Stevenin (1993: 139-141) juga memaparkan bahwa ketika mengalami konflik, ada hal-hal
masyarakat yang tidak dapat dipungkiri, bunyinya: bila wewenang bertambah maka kekuasaan
2. Jangan terlalu terpisah dari konflik. Dinamika dan hasil konflik dapat ditangani secara
3. Jangan biarkan visi dibangun oleh konflik yang ada. Jagalah cara pandang dengan
berkonentrasi pada masalahmasalah penting. Masalah yang paling mendesak belum tentu
Mengendalikan konflik berarti menjaga tingkat konflik yang kondusif bagi perkembangan
organisasi sehingga dapat berfungsi untuk menjamin efektivitas dan dinamika organisasi. Konflik
yang ssudah terlalu besar dan disfungsional perlu diturunkan kadar intensitasnya diantaranya
• Mengurangi ketergantungan antara satu dengan yang lain terkait upaya pencapaian tujuan
• Menghindari eksklusivisme antar unit kerja dengan cara menjalin kerjasama yang
• Memperbesar potensis organisasi dalam upaya mencukupi kebutuhan semua unit kerja.
intensitas interaksi antar unit kerja perlu dilakukan sehingga dengan demikian semakin sering
menguntungkan.
Disamping pencapaian tujuan atau sasaran, organisasi juga diharapkan dapat terus tumbuh
dan berkembang; untuk itu diperlukan adanya kinerja yang baik dari anggota organisasi tersebut.
Karena didalam organisasi tersebut ada dua orang atau lebih yang saling berinteraksi maka ada
dua kemungkinan yang dapat terjadi, yaitu: Mereka akan dapat saling berinteraksi secara
maupun individu. Mereka tidak dapat saling berinteraksi dengan baik, sehingga timbul gesekan-
Tidak setiap konflik akan berakibat negative bagi organisasi. Tinggal bagaimana pimpinan
dapat mengelola konflik yang ada agar bisa memberikan pengaruh yang positif bagi organisasinya.
Menjadi seorang pemimpin dalam sebuah organisasi haruslah adil dan tidak memihak
siapapun. Meskipun seorang karyawan yang terlibat konflik ini menempati posisi yang tinggi
seperti manajer sekalipun, pimpinan tidak boleh langsung beranggapan bahwa manajer/pimpinan
yang paling benar dan orang yang terlibat konflik di bawahnya yang salah.
2. Menjadi Mediator yang Bijaksana
Dalam mengatasi sebuah masalah, seorang pimpinan akan ditempatkan sebagai seorang
mediator yang dapat menengahi konflik yang terjadi di antara karyawan. Tugas seorang mediator
adalah mendengarkan permasalahan yang terjadi dari dua belah pihak, lalu memproses informasi
tersebut dan menyimpulkan secara objektif. Secara objektif artinya, Anda harus dapat memproses
permasalahan yang terjadi sesuai fakta dan bukan opini yang dapat merugikan sebelah pihak.
Setelah mengetahui akar permasalahan yang terjadi, maka ini saatnya untuk dapat duduk
miskomunikasi dan juga mengambil jalan keluar yang tepat bersama-sama. Dengan cara ini, maka
diharapkan karyawan yang terlibat di dalam konflik dapat menepati janji yang dibuat dalam
4. Melakukan Evaluasi
Langkah terakhir yang dapat Anda lakukan untuk mengatasi konflik dalam organisasi
adalah melakukan evaluasi. Buatlah sebuah rencana untuk mencegah konflik yang serupa terjadi
di masa depan. Dengan demikian, perusahaan yang dibangun dapat berkembang dengan baik dan
stabil, serta karyawan-karyawan akan merasa aman dan nyaman ketika bekerja di bawah seorang
Terjadinya suatu konflik itu adalah melalui suatu proses yang dimulai dari adanya
“anggapan” dari seseorang kepada orang lain, yang kemudian menjadi masalah. Pada dasarnya
tidak selalu konflik itu akan membawa pengaruh negative bagi kinerja perusahaan atau organisasi,
Konflik fungsional justru dapat meningkatkan kinerja perusahaan/organisasi. Sebaliknya konflik
Pemerintah Daerah sampai saat ini berada dibawah naungan Kementerian Dalam Negeri
Republik Indonesia. Artinya segala kebijakan dan kewenangan Pemerintah Daerah diatur dan
diawasi serta dievaluasi oleh Kementerian Dalam Negeri. Berikut adalah fungsi dari
daerah, serta kependudukan dan pencatatan sipil, sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
dalam negeri;
5. Pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan kementerian dalam
negeri di daerah;
undangan;
7. Pelaksanaan penelitian dan pengembangan di bidang pemerintahan dalam negeri;
10. Pelaksanaan dukungan yang bersifat substantif kepada seluruh unsur organisasi di
secara makro.
- Kewenangan lain yang melekat dan telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
bidang kearsipan dan Penyelamatan serta pelestarian arsip dan pemanfaatan naskah
sumber arsip.
Dari pengertian diatas dapat kita lihat bersama bahwa telah terjadi pemutusan hubungan
antara Pemerintah Daerah dan Kemendagri berkaitan dengan Tata Naskah Dinas. Lembaga Negara
ANRI telah mewajibkan penggunaan aplikasi Srikandi di tingkat Pemerintah Daerah tanpa
bekerjasama dengan Kemendagri yang notabene bisa disebut sebagai Orang Tua dari Pemerintah
di Daerah.
sehingga informasi yang diterima di level Pemerintah Daerah tidak terputus. ANRI mewajibkan
Pemerintah Daerah tanpa melakukan koordinasi dengan Kemendagri yang akan berakibat terjadi
miss komunikasi antara Kemendagri dan Pemerintah Daerah jika tidak menggunakan Aplikasi
Solusi yang dapat diambil menurut penulis adalah Pemerintah Daerah tetap melaksanakan
sosialisasi berkaitan dengan Aplikasi Srikandi sembari dari ANRI melakukan koordinasi kepada
Kemendagri. Dengan demikian terjadi sebuah kesinambungan informasi yang baik dan bagus
KESIMPULAN
Mengatasi dan menyelesaikan suatu konflik bukanlah suatu yang sederhana. Cepat
tidaknya suatu konflik dapat diatasi tergantung pada kesediaan dan keterbukaan pihak-pihak yang
bersengketa untuk menyelesaikan konflik, berat ringannya bobot atau tingkat konflik tersebut serta
kemampuan campur tangan (intervensi) pihak ketiga yang turut berusaha mengatasi konflik yang
muncul.
Solusi pemecahan:
• Rujuk: Merupakan suatu usaha pendekatan dan hasrat untuk kerjasama dan menjalani
• Perusasi: Usaha mengubah posisi pihak lain, dengan menunjukkan kerugian yang mungkin
timbul, dengan bukti factual serta dengan menunjukkan bahwa usul kita menguntungkan dan
• Tawar menawar: suatu penyelesaian yang dapat diterima kedua pihak, dengan saling
mempertukarkan konsesi yang dapat diterima. Dalam cara ini dapat digunakan komunikasi
kedua pihak. Proses pertukaran informasi, fakta, perasaan, dan kebutuhan berlangsung
secara terbuka dan jujur. Menimbulkan rasa saling percaya dengan merumuskan alternative
pemecahan secara bersama dengan keuntungan yang berimbang bagi kedua pihak.
• Penarikan diri: Suatu penyelesaian masalah, yaitu salah satu atau kedua pihak menarik diri
dari hubungan. Cara ini efektif apabila dalam tugas kedua pihak tidak perlu berinteraksi dan
tidak efektif apabila tugas saling bergantung satu sama lain. • Pemaksaan dan penekanan:
Cara ini memaksa dan menekan pihak lain agar menyerah, akan lebih efektif bila salah satu
pihak mempunyai wewenang formal atas pihak lain. Apabila tidak terdapat perbedaan
wewenang, dapat dipergunakan ancaman atau bentukbentuk intimidasi lainnya. Cara ini
sering kurang efektif karena salah satu pihak harus mengalah dan menyerah secara terpaksa.
• Interveni (campur tangan) pihak ketiga: Apabila pihak yang bersengketa tidak bersedia
berunding atau usaha kedua pihak menemui jalan buntu, maka pihak ketiga dapat dilibatkan
Arbitrase (arbitration): pihak ketiga mendengarkan keluhan kedua pihak dan berfungsi
sebagai hakim yang mencari pemecahan mengikat. Cara ini mungkin tidak menguntungkan kedua
pihak secara sama, tetapi dianggap lebih baik daripada terjadi muncul perilaku saling agresi atau
tindakan destruktif.
sengketa. Mediator dapat membantu mengumpulkan fakta, menjalin komunikasi yang terputus,
menjernihkan dan memperjelas masalah serta melapangkan jalan untuk pemecahan masalah secara
terpadu. Efektivitas penegahan tergantung juga pada bakat dan ciri perilaku mediator. Konsultasi:
Tujuannya untuk memperbaiki hubungan antar kedua pihak serta mengembangkan kemampuan
mereka sendiri untuk menyelesaikan konflik. Konsultan tidak mempunyai wewenang untuk
memutuskan dan tidak berusaha untuk menengahi. Ia menggunakan berbagai teknik untuk
meningkatkan persepsi dan kesadaran bahwa tingkah laku kedua pihak terganggu dan tidak
berfungsi, sehingga menghambat proses penyelesaian masalah yang menjadi pokok sengketa.
DAFTAR PUSTAKA
Cox, T. H., and S.Blake. 1992. ”Managing Cultural Diversity” Academy of Management Journal
Geyelin, M. and E.Felsenthal. 1994. ”Irreconcilable Differences Force Shea & Gould Closure”,
Wall Street Journal,
Hoffman, R. L. 1961. ”Homogenneity of Member Personality and Its Effect on Group Problem
Solving”, Journal of Abnormal and Social Psychology.
Kaushal R, Kwantes C. T. 2006. The role of culture and personality in choice of conflict
management strategy. International Journal of Intercultural Relations, 30(5): 579-603.
Lambert EG, Pasupileti S, Cluse-Tolar T, Jennings M, Baker D. 2006. The impact of work-family
conflict on social work and human service worker job satisfaction and organizational
commitment. An exploratory study. Administration in Social Work, 30(3): 55-74.
Prentl, N. J., Hall Stephen, P. Robbins. 2006. ”Perilaku Organisasi”, edisi 10 PT. Indeks,Jakarta.
Robbins S. P, Hunsaker P. L. 1996. Training in Interpersonal Skill: Tips for Managing People At
Work. Edisi 2. Jersey (US): Prentice Hall.
Thomas, K.W. 1992. ”Conflict and Negotiation Processes in Organization” Handbook of Industrial
and Organization Psychology Alto,CA.Consulting Psycologists Press.
Tjosvold D, Chun Hui, Ziyou Yu. 2002. Conflict management and task reflexivity for team in role
and extra role performance in China. Hong kong Institute of Business Studies Working
Paper Series. Paper 36.
West M. 2002. Sparkling fountains or stagnant ponds: An integrative model of creativity and
innovation implementation in work groups. Applied Psychology: An International Review,
51(3): 355-424.