Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Konflik akan terjadi apabila ada perbedaan pemahaman antara dua orang atau lebih
terhadap berbagai perselisihan, ketegangan, kesulitankesulitan diantara para pihak yang tidak
sepaham. Konflik juga bisa memicu adanya sikap berseberangan (oposisi) antara kedua belah
pihak dimana masing-masing pihak memandang satu sama lainnya sebagai lawan/penghalang
dan diyakini akan mengganggu upaya tercapainya tujuan dan tercukupinya kebutuhan masing-
masing.

Terlepas dari banyaknya penyebab terjadinya konflik, perbedaan latar belakang kedua
belah pihak hingga terjadi konflik, perbedaan kepentingan diantara individu dalam kelompok/
masyarakat yang kesemuanya saling terkait dalam realita sosial yang kompleks. Konflik
bukanlah sesuatu yang harus dihindari, dianggap fase yang menakutkan dalam kehidupan
berorganisasi melalakukan kaus, dipandang sebagai dinamisator dalam setiap aktifitas
organisasi itu sendiri, tanpa konflik organisasi akan mati dan dengan adanya konflik organisasi
akan hidup dan berkembang. (Stephen P. Robbins, 1997)

Konflik merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindarkan. Bahkan sepanjang


kehidupan, manusia senantiasa dihadapkan dan bergelut dengan konflik. Demikian halnya
dengan kehidupan organisasi. Anggota organissai senantiasa dihadapkan pada konflik..
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, terjadi banyak perubahan
sosial dan pertumbuhan kebudayaan yang tidak sama, sehingga munculnya disharmoni,
disintegrasi dan disorganisasi masyarakat, yang mengandung berbagai konflik terbuka.
Kondisi yang demikian dapat menggerus dan menghilangkan hubungan manusiawi yang
akrab dimana orang lebih cendrung menonjolkan egoisme. Kontak social menjadi
terpecahpecah dalam fraksi-fraksi yang akhirnya akan memudahkan timbulnya konflik.
Manajemen konflik sangat berpengaruh bagi anggota organisasi. Pemimpin organisasi dituntut
menguasai manajemen konflik agar konflik yang muncul dapat berdampak positif untuk
meningkatkan mutu organisasi.

Dalam fenomena interaksi dan interelasi sosial antar individu maupun antar kelompok,
terjadinya konflik sebenarnya merupakan hal yang wajar. Pada awalnya konflik dianggap
sebagai gejala atau fenomena yang tidak wajar dan berakibat negatif, tetapi sekarang konflik
dianggap sebagai gejala alamiah yang dapat berakibat negatif maupun positif tergantung

1
2

bagaimana cara mengelolanya. Oleh sebab itu, persoalan konflik tidak perlu dihilangkan tetapi
perlu dikembangkan karena merupakan sebagai bagian dari kodrat manusia yang menjadikan
seseorang lebih dinamis dalam menjalani kehidupan. Adanya konflik terjadi akibat komunikasi
yang tidak lancar, tidak adanya kepercayaan serta tidak adanya sifat keterbukaan dari pihak-
pihak yang saling berhubungan. Dalam realitas kehidupan keragaman telah meluas dalam
wujud perbedaan status, kondisi ekonomi, realitas sosial. Tanpa dilandasi sikap arif dalam
memandang perbedaan akan menuai konsekuensi panjang berupa konflik dan bahkan
kekerasan di tengah-tengah kita.

Konflik sangat erat kaitannya dengan perasaan manusia, termasuk perasaan diabaikan,
disepelekan, tidak dihargai, dan ditinggalkan, karena kelebihan beban kerja atau kondisi yang
tidak memungkinkan.Perasaan-perasaan tersebut sewaktu-waktu dapat memicu timbulnya
kemarahan Keadaan tersebut akan mempengaruhi seseorang dalam melaksanakan kegiatannya
secara langsung, dan dapat menurunkan produktivitas kerja secara tidak langsung dengan
melakukan banyak kesalahan yang disengaja maupun tidak disengaja. (T. Hani Handoko, 2011:
346)
3

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Konflik

Konflik dapat berupa perselisihan (disagreement), adanya ketegangan (the presence of


tension), atau munculnya kesulitan-kesulitan lain di antara dua pihak atau lebih. Konflik sering
menimbulkan sikap oposisi antara kedua belah pihak, sampai kepada tahap di mana pihak-
pihak yang terlibat memandang satu sama lain sebagai penghalang dan pengganggu
tercapainya kebutuhan dan tujuan masing-masing.

Robbins (1996: 1) dalam “Organization Behavior” menjelaskan bahwa konflik adalah


suatu proses interaksi yang terjadi akibat adanya ketidaksesuaian antara dua pendapat (sudut
pandang) yang berpengaruh atas pihak-pihak yang terlibat baik pengaruh positif maupun
pengaruh negatif. Menurut Luthans (1981: 5) konflik adalah kondisi yang ditimbulkan oleh
adanya kekuatan yang saling bertentangan. Kekuatan-kekuatan ini bersumber pada keinginan
manusia.Istilah konflik sendiri diterjemahkan dalam beberapa istilah yaitu perbedaan pendapat,
persaingan dan permusuhan.

Perbedaan pendapat tidak selalu berarti perbedaan keinginan. Oleh karena konflik
bersumber pada keinginan, maka perbedaan pendapat tidak selalu berarti konflik. Persaingan
sangat erat hubungannya denga konflik karena dalam persaingan beberapa pihak menginginkan
hal yang sama tetapi hanya satu yang mungkin mendapatkannya. Persaingan tidak sama dengan
konflik namun mudah menjurus ke arah konflik, terutuma bila ada persaingan yang
menggunakan cara-cara yang bertentangan dengan aturan yang disepakati. Konflik berasal dari
kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan
sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu
pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak
berdaya.

Konflik juga dapat diartikan sebagai hubungan antara dua pihak atau lebih (individu atau
kelompok) yang memiliki tujuan atau kepentingan yang berbeda. Konflik adalah suatu
pertentangan yang terjadi antara apa yang diharapkan oleh seseorang terhadap dirinya, orang
lain, organisasi dengan kenyataan apa yang diharapkannya. Menurut Gibson (1977:347)
hubungan selain dapat menciptakan kerjasama, hubungan saling tergantung dapat pula
4

melahirkan konflik. Hal ini terjadi jika masing-masing komponen organisasi memiliki
kepentingan atau tujuan sendiri–sendiri dan tidak bekerja sama satu sama lain.

Sedangkan menurut Husaini Usman, konflik adalah pertentangan antara dua


orang atau lebih terhadap satu hal atau lebih dengan sesama organisasi atau dengan
organisasi lain. Adapun konflik organisasi menurut T. Hani Handoko adalah ketidak
sesuaian antara dua orang atau lebih anggota-anggota atau kelompok-kelompok
organisasi yang timbul karena adanya kenyataan bahwa mereka harus membagi
sumber daya yang terbatas atau kegiatan kerja atau kenyataan bahwa mereka mempunyai
perbedaan status, tujuan, nilai atau persepsi.

Dari beberapa pendapat diatas, konflik diartikan situasi atau proses interaksi yang
terjadi akibat perbedaan pendapat atau pandangan antara dua orang atau lebih sesama
anggota organisasi yang satu dengan yang lainnya, yang bersumber dari perbedaan
latar belakang, tujuan keinginan serta kebutuhan, dan adanya berbagai macam
perkembangan dan perubahan dalam bidang manajemen.

2.2. Manajemen Konflik

Manajemen konflik merupakan serangkaian aksi antara pelaku maupun pihak luar dalam
suatu konflik. Manajemen konflik termasuk pada suatu pendekatan yang beroreantasi pada
proses yang mengarahkan pada bentuk komunikasi (termasuk tingkah laku) dari pelaku
maupun pihak luar dan bagaimana mereka mempengaruhi kepentingan (interests) dan
interpretasi.Bagi pihak luar (diluar yang berkonflik) sebagai pihak ketiga, yang diperlukannya
adalah informasi yang akurat tentang situasi konflik. (T. Hani Handoko, 2011: 346)

Manajemen konflik merupakan langkah-langkah yang diambil para pelaku atau pihak
ketiga dalam rangka mengarahkan perselisihan kearah hasil tertentu yang mungkin atau tidak
mungkin menghasilkan suatu akhir berupa penyelesaian konflik dan mungkin atau tidak
mungkin menghasilkan ketenangan, hal positif, kreatif, bermufakat, atau agresif. Manajemen
konflik dapat melibatkan bantuan diri sendiri kerjasama dalam memecahkan masalah (dengan
atau tanpa bantuan pihak ketiga) atau pengambilan keputusan bersama.

2.3. Ciri-ciri dan Faktor Konflik

Konflik merupakan situasi yang wajar dalam masyarakat bahkan dalam keluarga tanpa
disadari juga mengalami konflik. Konflik sering dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang
dibawa individu dalam suatu interaksi. Dalam berorganisasi, ini sangat mungkin untuk terjadi
5

adanya konflik baik individu ataupun kelompok. Ciri-ciri terjadinya konflik adalah sebagai
berikut:

1. Paling tidak ada dua pihak secara perorangan maupun kelompok terlibat dalam suatu
interaksi yang saling berlawanan.
2. Saling adanya pertentangan dalam mencapai tujuan.
3. Adanya tindakan yang saling berhadap-hadapan akibat pertentangan.
4. Akibat ketidak seimbangan.

Konflik di dalam organisasi dapat disebabkan oleh faktor-faktor sebagai berikut:

1. Faktor Manusia dan perilakunya


a. Ditimbulkan oleh atasan, terutama karena gaya kepemimpinannya.
b. Personil yang mempertahankan peraturan-peraturan secara kaku.
c. Timbul karena ciri-ciri kepribadian individual, antara lain sikap egoistis,
temperamental, sikap fanatik, dan sikap otoriter.
d. Semangat dan ambisi
e. Berbagai macam kepribadian

Konflik muncul karena adanya perbedaan yang sangat besar antar kepribadian setiap
orang, yang bahkan dapat berlanjut kepada perseteruan antar pribadi. Sering muncul kasus di
mana orang-orang yang memiliki kekuasaan dan prestasi yang tinggi cenderung untuk tidak
begitu suka bekerjasama dengan orang lain, karena mereka menganggap prestasi pribadi lebih
penting, sehingga hat ini tentu mempengaruhi pihak-pihak lain dalam organisasi tersebut.

2. Faktor Organisasi
a. Persaingan dalam menggunakan sumberdaya

Apabila sumberdaya baik berupa uang, material, atau sarana lainnya terbatas atau
dibatasi, maka dapat timbul persaingan dalam penggunaannya.Ini merupakan potensi
terjadinya konflik antar unit/departemen dalam suatu organisasi.

b. Perbedaan tujuan antar unit-unit organisasi.

Tiap-tiap unit dalam organisasi mempunyai spesialisasi dalam fungsi, tugas, dan
bidangnya. Perbedaan ini sering mengarah pada konflik minat antar unit tersebut. Misalnya,
unit penjualan menginginkan harga yang relatif rendah dengan tujuan untuk lebih menarik
6

konsumen, sementara unit produksi menginginkan harga yang tinggi dengan tujuan untuk
memajukan perusahaan.

c. Interdependensi tugas.

Konflik terjadi karena adanya saling ketergantungan antara satu kelompok dengan
kelompok lainnya. Kelompok yang satu tidak dapat bekerja karena menunggu hasil kerja dari
kelompok lainnya.5

d. Perbedaan nilai dan persepsi

Suatu kelompok tertentu mempunyai persepsi yang negatif, karena merasa mendapat
perlakuan yang tidak “adil”. Para manajer yang relatif muda memiliki presepsi bahwa mereka
mendapat tugas-tugas yang cukup berat, rutin dan rumit, sedangkan para manajer senior
mendapat tugas yang ringan dan sederhana.

e. Yurisdiksional Tidak Jelas.

Konflik terjadi karena batas-batas aturan tidak jelas, yaitu adanya tanggung jawab yang
tumpang tindih.

f. Masalah “status”.

Konflik dapat terjadi karena suatu unit/departemen mencoba memperbaiki dan


meningkatkan status, sedangkan unit/departemen yang lain menganggap sebagai sesuatu yang
mengancam posisinya dalam status hirarki organisasi.

g. Hambatan komunikasi.

Komunikasi sebagai media interaksi diantara orang-orang dapat dengan mudah menjadi
basis terjadinya konflik. Bisa dikatakan komunikasi seperti pedangbermata dua: tidak adanya
komunikasi dapat menyebabkan terjadinya konflik, tetapi disisi lain, komunikasi yang terjadi
itu sendiri dapat menjadi potensi terjadinya konflik. Sebagai contoh, informasi yang diterima
mengenai pihak lain akan menyebabkan orang dapat mengindentifikasi situasi perbedaan
dalam hal nilai dan kebutuhan. Hal ini dapat memulai konflik, sebenarnya dapat dihindari
dengan komunikasi yang lebih sedikit.
7

2.4. Dampak Konflik

Dampak konflik dalam kehidupan masyarakat adalah meningkatkan solidaritas sesama


anggota masyarakat yang mengalami konflik dengan masyarakat lainnya dan mungkin juga
membuat keretakan hubungan antar masyarakat yang bertikai. Konflik dapat berakibat
negatif maupun positif tergantung pada cara mengelola konflik tersebut.

1. Dampak negatif dari konflik


 Menghambat komunikasi.
 Mengganggu kohesi (keeratan hubungan).
 Mengganggu kerjasama atau “team work”.
 Mengganggu proses produksi, bahkan dapat menurunkan produksi.
 Menumbuhkan ketidakpuasan terhadap pekerjaan.
 Individu atau personil mengalami tekanan (stress), mengganggu konsentrasi,
menimbulkan kecemasan, mangkir, menarik diri, frustrasi, dan apatisme.
2. Akibat Positif dari konflik:
 Membuat organisasi tetap hidup dan harmonis.
 Berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungan.
 Melakukan adaptasi, sehingga dapat terjadi perubahan dan perbaikan dalam sistem
dan prosedur, mekanisme, program, bahkan tujuan organisasi.
 Memunculkan keputusan-keputusan yang bersifat inovatif.
 Memunculkan persepsi yang lebih kritis terhadap perbedaan pendapat.

2.5. Aspek-Aspek Manajemen Konflik

Secara garis besar aspek manajemen konflik terbagi dari dua macam:

1. Manajemen konflik destruktif yang meliputi conflict mengagement (menyerang dan


lepas control), withdrawal (menarik diri) dari situasi tertentu yang kadang-kadang sangat
menakutkan hingga menjauhkan diri ketika menghadapi konflik dengan cara menggunakan
mekanisme pertahan diri, dan compliance (menyerah dan tidak membela diri).

2. Manajemen konflik konstruktif yaitu positive problem solving yang terdiri dari
kompromi dan negosiasi. Kompromi adalah suatu bentuk akomodasi dimana pihak-pihak
yang terlibat mengurangi tuntutannya agar tercapai suatu penyelesaian terhadap
8

perselisihan yang ada. Sikap dasar untuk melaksanakan konpromi adalah bahwa salah satu
pihak bersedia untuk merasakan dan memahami keadaan pihak lainnya dan sebaliknya,
sedangkan negosiasi yaitu suatu cara untuk menetapkan keputusan yang dapat disepakati
dan diterima oleh dua pihak dan menyetujui apa dan bagaimana tindakan yang akan
dilakukan di masa mendatang.
9

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Pada dasarnya konflik akan selalu terjadi pada spektrum apapun, meski stigma konflik
adalah negatif seperti perpecahan, perkelahian, pengasingan dan lain-lain. Akan tetapi dengan
adanya konflik instrumen-instrumen di dalam ranah konflik terjadi dapat terlihat apa yang
menjadi kekurangannya, apa yang menjadi motifnya dan nilai apa yang didapatkan dari konflik
tersebut.

Mengingat organisasi adalah sekumpulan individu yang di organisir oleh pimpinan dan
memiliki tugas dan fungsi yang telah ditentukan dan disepakati. Maka konflik akan terjadi
dalam ruang lingkup organisasi meski secara motif beragam. Secara dominan faktor yang
memicu konflik ini hadir dalam ruang lingkup organisasi adalah perbedaan pendapat atas
keputusan yang dibuat pimpinan atau kebijakan pimpinan terhadap kinerja organisasi.

Industri yang kita kenal sebagai lumbung penghasilan bagi para karyawan, tentunya
memiliki atasan-atasan yang merancang konsep marketing dan memiliki kuasa dalam
memutuskan kebijakan-kebijakan yang harus dipatuhi oleh karyawan. Terkadang sikap dari
atasan menimbulkan konflik pada karyawannya, dan terkadang kebijakan atasan memangkas
kebutuhan karyawan. Jika physiology seseorang terkendala atau terhalangi dalam
pencapaiannya maka individu akan bertindak untuk mencapai tujuannya. Atas
ketidaksepakatan karyawan atas sikap dan kebijakan atasannya maka aktualisasi dalam
berbagai bentuk yang pada akhirnya menimbulkan kendala terhadap industri.

Konflik merupakan hal yang sudah mutlak akan terjadi dalam berbagai tatanan, maka dari
itu perlu adanya Manajemen konflik atas kontradiktif das sein dan das solen karena dampak
daripada konflik jika tidak di menej dengan baik maka konflik akan berkepanjangan dan tidak
ada nilai yang bisa diperoleh dari hal itu. Akan tetapi bila konflik bisa dipetakan dengan baik
dan common goal nya adalah kemaslahatan, maka dengan konflik akan membentuk integritas
dalam segala dimensi.

Anda mungkin juga menyukai