LAPORAN MAGANG
Oleh :
Deni Harveni
NIM : 1903043
TAHUN 2021
TINJAUAN PELAKSANAAN PENGAWASAN PANGAN INDUSTRI
RUMAH TANGGA (P-IRT) OLEH DINAS KESEHATAN
DI KOTA SUNGAI PENUH TAHUN 2020
Oleh :
Deni Harveni
NIM : 1903043
Padang, 2021
i
TINJAUAN PELAKSANAAN PENGAWASAN PANGAN INDUSTRI
RUMAH TANGGA (P-IRT) OLEH DINAS KESEHATAN
DI KOTA SUNGAI PENUH TAHUN 2020
Oleh :
Deni Harveni
NIM : 1903043
Laporan Magang ini telah diseminarkan di depan Tim Penguji Seminar Magang
Padang, 2021
Menyetujui
Penguji I Penguji II
NIP. NIP.
Mengetahui
ii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, penulis panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis
dapat menyelesaikan Laporan Magang ini dengan judul “Tinjauan
Pelaksanaan Pengawasan Pangan Industri Rumah Tangga (P-IRT) Oleh
Dinas Kesehatan Di Kota Sungai Penuh Tahun 2020”.
iii
mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan di masa yang akan datang,
sehingga tujuan laporang magang ini akan tercapai. Semoga laporang magang
ini bermanfaat dan dapat digunakan sebagai tambahan informasi dan
pengetahuan bagi semua pihak yang membutuhkan.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Deni Harveni
iv
DAFTAR ISI
v
C. Fungsi Manajemen ...................................................................14
1. Perencanaan ........................................................................14
2. Pengorganisasian ................................................................16
3. Pelaksanaan ........................................................................17
4. Monitoring dan Evaluasi ....................................................19
BAB IV PEMBAHASAN
A. Perencanaan ..............................................................................35
B. Pengorganisasian ......................................................................36
C. Pelaksanaan ..............................................................................37
D. Monitoring dan Evaluasi ..........................................................38
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ..............................................................................40
B. Saran .........................................................................................40
vi
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................42
LAMPIRAN ......................................................................................................44
vii
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
DAFTAR GRAFIK
Tabel 3.1 Jumlah Penduduk Kota Sungai Penuh Tahun 2016 s/d 2020 .....22
x
DAFTAR LAMPIRAN
xi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada era globalisasi dan modern seperti saat ini banyak industri
makanan dan minuman yang tumbuh berkembang. Salah satu industri yang
bergerak dalam bidang makanan dan minuman adalah Pangan Industri
Rumah Tangga (P-RTP). Pangan Industri Rumah Tangga (P-IRT) makanan
dan minuman merupakan salah satu industri yang sangat potensial dan
memiliki prospek yang baik untuk ditumbuh kembangkan. Hal ini
dibuktikan dengan banyaknya Pangan Industri Rumah Tangga (P-IRT) yang
tersebar secara luas di seluruh pelosok tanah air meski dalam jenis skala
usaha yang berbeda-beda. Berbagai inovasi yang diciptakan dengan
membuat berbagai bentuk kreasi hasil Home Industri salah satunya yang
paling marak adalah usaha di sektor makanan (Sukiman, 2014).
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 Tentang
Pangan dijelaskan bahwa pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang
paling utama dan pemenuhannya merupakan bagian dari hak asasi manusia
yang dijamin di dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 sebagai komponen dasar untuk mewujudkan sumber daya
manusia yang berkualitas dan bahwa negara juga berkewajiban mewujudkan
ketersediaan, keterjangkauan, dan pemenuhan konsumsi pangan yang
cukup, aman, bermutu, dan bergizi seimbang, baik ditingkat nasional
maupun daerah hingga perseorangan secara merata di seluruh Wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia sepanjang waktu dengan
memanfaatkan sumber daya, kelembagaan, dan budaya lokal.
Pangan Industri Rumah Tangga, yang selanjutnya disebut P-IRT
adalah perusahaan pangan yang memiliki tempat usaha di tempat tinggal
dengan peralatan pengolahan pangan manual hingga semi otomatis yang
memproduksi pangan olahan hasil industri rumah tangga pangan yang
diedarkan dalam kemasan eceran dan berlabel (BPOM, 2021). Pangan yang
1
aman, bermutu dan bergizi sangat penting peranannya bagi pertumbuhan,
pemeliharaan dan peningkatan derajat kesehatan serta peningkatan
kecerdasan masyarakat, oleh karena itu pengawasan keamanan pangan
merupakan hak bagi masyarakat. Masyarakat perlu dilindungi dari pangan
yang dapat merugikan dan/atau membahayakan kesehatan, pemerintah
daerah berkewajiban dan berwenang untuk menyelenggarakan pengawasan
makanan tersebut.
Berdasarkan pertimbangan pengawasan keamanan pangan untuk
masyarakat tersebut maka ditetapkan Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun
2017 Tentang Keamanan Pangan, salah satu upaya dari peraturan daerah
tersebut yaitu pemberian sertifikasi pangan, setiap industri rumah tangga
pangan wajib memiliki sertifikat produksi pangan industri rumah tangga.
Berdasarkan Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor :
41/M-IND/PER/6/2008 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin
Usaha Industri, Izin Perluasan dan Tanda Daftar Industri setiap industri
yang beroperasi atau melakukan kegiatan produksi komersial secara nyata
wajib memiliki Tanda Daftar Industri (TDI) (Kemenperin, 2008).
Industri rumah tangga Pangan (IRTP) memiliki peranan penting
dalam sistem keamanan pangan di Indonesia. Hal tersebut dibuktikan
dengan data pada tahun 2016, dugaan pangan penyebab KLB Keracunan
Pangan 50 % berasal dari masakan rumah tangga, 21 % jajanan atau pangan
siap saji, dan % sisanya berasal dari pangan olahan dan jasa boga. Lebih
dari 200 penyakit dihantarkan melalui konsumsi pangan yang tidak aman.
Diare merupakan penyakit yang paling banyak terjadi. Sekitar 10
juta hingga 22 juta kasus penyakit diare yang disebabkan
pangan tercemar diperkirakan terjadi di Indonesia. Disamping itu juga,
pada umumnya IRTP merupakan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
(UMKM) dengan jumlah yang cukup besar yang tersebar di seluruh pelosok
Indonesia. Maka pemerintah perlu memberikan perhatian prioritas terhadap
pengembangan, pembinaan dan pengawasan pada IRTP tersebut, baik dalam
aspek managemen usaha, peningkatan kompetensi SDM, peningkatan
2
kapasitas produksi, keamanan dan mutu produk yang dihasilkan sampai
dengan pemasaran/penetrasi pasar. Hal tersebut dilakukan agar produk
Pangan Industri Rumah Tangga (P-IRT) dapat bersaing di pasar modern
baik pasar domestik maupun internasional, sehingga sejalan dengan
Nawacita ke 6 Presiden Jokowi tahun 2014-2019 yaitu meningkatkan
produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional (Dinkes Kota
Sungai Penuh, 2020).
Di Kota Sungai Penuh, Provinsi Jambi, terdapat sekitar 200 unit
lebih Industri Rumah Tangga Pangan yang sangat diperlukan pegawasan
dan pembinaannya. Oleh karena itu, adanya dana yang mendukung hal
tersebut akan sangat dirasakan manfaatnya baik kepada
pemilik/penanggungjawab Industri Rumah Tangga pangan, maupun kepada
Pemerintahan di wilayah Kota Sungai Penuh (Dinkes Kota Sungai Penuh,
2020).
Dengan diterbitkannya Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 41
tahun 2018 tentang peningkatan Koordinasi Pembinaan dan Pengawasan
Obat dan Makanan, menjadi acuan untuk mendorong Pemerintah Daerah
Kota Sungai Penuh untuk dapat melakukan pengawasan IRTP sesuai dengan
kebijakan, regulasi, standar, pedoman cara produksi pangan yang baik yang
telah ditetapkan BPOM dan melaporkan hasil pengawasan melalui sistem
database yang dikembangkan oleh BPOM (Smart BPOM).
3
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui dan memahami tinjauan pelaksanaan pengawasan
pangan industri rumah tangga oleh Dinas Kesehatan di Kota Sungai
Penuh meliputi aspek perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan,
monitoring dan evaluasi.
2. Tujuan Khusus
a) Diketahui perencanaan pengawasan pangan industri rumah tangga
oleh Dinas Kesehatan di Kota Sungai Penuh tahun 2020.
b) Diketahui pengorganisasian pengawasan pangan industri rumah
tangga oleh Dinas Kesehatan di Kota Sungai Penuh tahun 2020.
c) Diketahui pelaksanaan pengawasan pangan industri rumah tangga
oleh Dinas Kesehatan di Kota Sungai Penuh tahun 2020.
d) Diketahui monitoring pengawasan pangan industri rumah tangga
oleh Dinas Kesehatan di Kota Sungai Penuh tahun 2020.
C. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
a. Memperoleh wawasan tentang ruang lingkup dan pengalaman kerja
yang diperlukan oleh Sarjana Kesehatan Masyarakat, khususnya
bidang Administrasi dan Kebijakan Kesehatan.
b. Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam menganalisa suatu
permasalahan perencanaan program kegiatan kesehatan.
c. Memperoleh informasi menegenai tugas pokok dan fungsi sub
bagian Pelayanan Kesehatan dan SDMK.
d. Melatih mental dan cara berfikir di duni kerja.
e. Memperoleh pemahaman dalam rangka peningkatan kapasitas dan
sikap kerja profesional sesuai dengan spesifikasi bida ilmu kesehatan
masyarakat khususnya bidang Pelayanan Kesehatan dan SDMK.
4
2. Bagi Sub Bagian Pelayanan Kesehatan dan SDMK
a. Memperoleh informasi terkait standar kompetensi dari mahasiswa
Kesehatan Masyarakat.
b. Sebagai jembatan penghubung antara instansi magang dengan
lembaga pendidikan.
c. Mahasiswa dapat membantu pelaksanaan pekerjaan di sub bagian
sub bagian Pelayanan Kesehatan dan SDMK serta dapat menjadi
bahan elaborasi terkait upaya pemecahan masalah kesehatan
masyarakat antara teori dengan praktik lapangan.
d. Dapat menjadi bahan masukan (input) dalam pemanfaatan dan
seleksi rekruitmen calon tenaga ahli kesehatan masyarakat dalam
memenuhi SDM di instansi kerja.
D. Ruang Lingkup
Magang dilaksanakan dari tanggal 18 September – 23 Oktober 2021
di Dinas Kesehatan Kota Sungai Penuh. Ruang Lingkup dari kegiatan
magang ini adalah melihat gambaran pengawasan pangan industri rumah
tangga oleh Dinas Kesehatan di Kota Sungai Penuh tahun 2020 dengan
melihat dari unsur manajemen (Perencanaan, Pengorganisasian,
Pelaksanaan, Monitoring dan Evaluasi).
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
2. Pelaku Usaha Pangan Industri Rumah Tangga (P-IRT)
Undang-undang republik indonesia nomor 7 tahun 2014 tentang
perdagangan pada pasal 1 angka (14) pelaku usaha adalah setiap orang
perseorangan warga negara indonesia atau badan usaha yang berbentuk
badan hukum atau bukan badan hukum yang didirikan dan
berkedudukan dalam wilayah hukum negara kesatuan republik
indonesia yang melakukan kegiatan usaha di bidang perdagangan.
Pada umumnya, pelaku kegiatan ekonomi yang berbasis di rumah
adalah keluarga itu sendiri dengan mengajak orang di sekitarnya sebagai
karyawan. Meskipun dalam skala kecil, namun kegiatan ekonomi ini
secara tidak langsung membuka lapangan pekerjaan untuk sanak saudara
ataupun tetangganya. Dengan begitu, perusahaan kecil ini membantu
program pemerintah dalam mengurangi pengangguran, otomatis jumlah
penduduk miskinpun akan berangsur menurun.
Usaha kecil menurut Sumodiningrat (2007), mempunyai ciri
utama :
a) Tidak memisahkan kedudukan pemilik dengan manajerial
b) Menggunakan tenaga kerja sendiri
c) Un-bankable mengandalkan modal sendiri
d) Sebagian tidak berbadan hukum, memiliki tingkat kewirausahaan
relative rendah.
Kriteria lain menurut bank indonesia adalah (Saifudding, 2013) :
a) Kepemilikan oleh individu atau keluarga
b) Memanfaatkan teknologi sederhana dan padat karya
c) Rata-rata tingkatpendidikandan keterampilan tergolong rendah
d) Sebagian tidak terdaftar secara resmi dan atau belum berbadan
hukum
e) Tidak membayar pajak
7
3. Jenis-Jenis Usaha Pangan Industri Rumah Tangga (P-IRT)
Sejak dulu hingga sekarang, setiap manusia berusaha mencukupi
kebutuhan hidupnya dengan berbagai macam cara. Cara-cara yang
ditempuh akan mendatangkan hasil untuk mencukupi kebutuhan dalam
hidupnya. Untuk memenuhi kebutuhan hidup dalam masyarakat, ada
beberapa kegiatan dan jenis usaha yang dapat menghasilkan barang dan
jasa sebagai berikut (Sri, 2009) :
a) Pertanian
b) Industri
c) Perdagangan
d) Jasa
8
a) Hasil olahan daging kering
b) Hasil olahan ikan kering
c) Hasil olahan unggas kering
d) Sayur asin dan sayur kering
e) Hasil olahan kelapa
f) Tepung dan hasil olahannya
g) Minyak dan lemak
h) Selai, jeli dan sejenisya
i) Gula, kembang gula dan madu
j) Kopi, teh, coklat kering atau campurannya
k) Bumbu, rempah-rempah
l) Minuman ringan, minuman serbuk
m) Hasil olahan buah
n) Hasil olahan biji-bijian dan umbi
o) lain-lain es
9
industri rumah tangga (Musa, 2009).
Pemeriksaan sarana P-IRT yang baik diawali dengan pemeriksaan
awal dan diikuti pemeriksaan lanjutan yang sekaligus berfungsi untuk
memverifikasi tindakan perbaikan oleh IRTP. Pemeriksaan tersebut
dilakukan oleh pegawai negeri sipil yang berkompetensi di bidang
pangan dan berkualifikasi DFI (District Food Inspector) dan disebut
sebagai pengawas pangan pada tingkat kabupaten maupun kota. Pada
saat pemeriksaan berlangsung, tenaga pengawas pangan harus
didampingi oleh penanggung jawab pihak IRTP yang diperisa.
Pemeriksaan awal seharusnya dilakukan secara menyeluruh, karena
selain sebagai data awal untuk pemeriksaan lanjutan, pemeriksaan awal
juga bertujuan untuk syaratpemberian sertifikat produksi pangan industri
rumah tangga (SPP-IRT) (Ratnasari, 2017).
Pengawasan atau pemeriksaan terhadap industri rumah tangga
dikategorikan menjadi dua bagian yaitu pemeriksaan Pre-Market dan
Pos- Market. Pemeriksaan pre-market dilakukan untuk mengevaluasi
penerapan CPPB-IRT untuk persyaratan penerbitan SPP-IRT.
Pengawasan dilakukan oleh tenaga pengawas (DFI) dengan mengacu
kepada format hasil pemeriksaan baku yang diatur didalam Peraturan
Kepala BPOM tentang Tata Cara Pemeriksaan Sarana Produksi Pangan
Ind ustri Rumah Tangga (BPOM, 2018).
Hasil dari pemeriksaan menunjukkan rincian tentang
ketidaksesuaian dengan CPPB-IRT dan perbaikan yang harus dilakukan
oleh penanggung jawab industri rumah tangga yang akan dituangkan
didalam berita acara pemeriksaan (BAP). Apabila perbaikan dari pihak
IRT telah dilaporkan dan diverifikasi oleh DFI yang memeriksa maka
industri rumah tangga yang bersangkutan dapat dinyatakan telah
memenuhi syarat untuk diberikan SPP-IRT (BPOM, 2018).
Pengawasan post market dilakukan untuk memonitoring terhadap
SPP-IRT yang telah diberikan kepada industri rumah tangga, selain itu
pemeriksaan dapat dilakukan apabila industri rumah tangga terkait
10
dengan kasus KLB (kejadian luar biasa) misalnya keracunan. Apabila
IRT diduga terkait dengan masalah kemanana, maka tenaga pengawas
mengambil sampel produk dari sarana perdaran maupun sarana
produksi. Sampel tersebut kemudian akan diperiksa di labolatorium
yang telah ditunjuk secara resmi oleh lembaga terkait (Risya, 2017).
11
produksi dan tempat pembuangan sampah yang tertutup.
(f) Kesehatan dan Higiene Karyawan
Karyawan dibagian produksi harus merawat kebersihan badan,
memakai pakaian kerja, mencuci tangan sesudah memproses bahan
pangan dan sesudah keluar toilet, tidak berperilaku yang dapat
mencemari produk dan ada penanggungjawab higiene karyawan.
(g) Pemeliharaan dan Program Higiene Sanitasi
Bahan kimia pencuci digunakan sesuai prosedur dan disimpan dalam
wadah berlabel. Program higieni dan sanitasi dilakukan oleh IRT
secara berkala. Hewan peliharaan tidak diperbolehkan berkeliaran
didalam ruang produksi pangan. Pembuangan sampah dilingkungan
dan ruang produksi harus segera dibuang.
(h) Penyimpanan
Bahan-bahan yang berkaitan dengan produk harus disimpan ditempat
yang bersih, tidak lembab, dan peletakannya tidak menempel dinding
dan lantai. Peralatan yang sudah dibersihkan disimpan ditempat yang
bersih.
(i) Pengendalian Proses
IRT pangan tidak boleh menggunakan bahan baku yang sudah rusak,
bahan berbahaya, dan penggunaan bahan tambahan pangan yang
tidak sesuai dengan persyaratan. Harus mempunyai dan mengikuti
bagan alirproduksi pangan. Penggunaan bahan kemasan harus khusus
bahan yang diperuntukkan produk pangan.
(j) Perlabean Pangan
Label produk pangan harus mencantumkan nama produk, bahan yang
digunakan, berat bersih, nama dan alamat IRT, masa kadaluarsa,
kode produksi dan nomor P-IRT. Label juga harus mencantumkan
klaim kesehatan atau klaim gizi.
(k) Pengawasan oleh Penanggungjawab
Penanggung jawab IRTP harus memiliki sertifikat penyuluhan
keamanan pangan (PKP) dan melaksanakan pengawasan internal
12
secararutin.
(l) Penarikan Produk
Pemilik usaha harus melakukan penarikan produk pangan yang
dianggap tidak aman.
(m) Pencatatan dan Dokumentasi
IRT harus memiliki dokumen produksi mutakhir dan akurat dan
disimpan selama 2 (dua) kali umur simpan produk pangan yang
diproduksi.
(n) Pelatihan Karyawan
Program pelatihan pangan untuk karyawan harus dimiliki dan
diperhatikan oleh P-IRT.
13
d) Ketertelusuran produk, yaitu pangan yang diproduksi dapat
ditelusuri asal bahan dan dilacak peredarannya agar pangan yang
tidak aman dapat diketahui penyebabnya, yang sudah diproduksi
dapat dicegah peredarannya dan yang sudah beredar dapat ditarik
dari peredaran.
e) Harmonisasi standar, yaitu dalam mengembangkan pengaturan
Keamanan Pangan diupayakan untuk mengacu atau mengadopsi
standar, pedoman, code of practice dan rekomendasi yang diakui
secara internasional, terutama yang dipublikasi oleh Codex
limentarius Commission.
f) Pertanggungjawaban, yaitu peran dan tanggung jawab dari Setiap
Orang atau Pelaku Usaha Pangan yang bergerak pada setiap tahap
dalam mata rantai pangan untuk menjamin keamanan dari produk
pangannya.
g) Keterpaduan antar otoritas kompeten, yaitu penanganan Keamanan
Pangan dilaksanakan melalui kerjasama dan koordinasi terpadu di
antara kementerian dan lembaga terkait sesuai dengan
kewenangannya masing-masing.
C. Fungsi Manajemen
Manajemen berasal dari bahasa Inggris “management” dengan kata
kerja to manage yang secara umum berarti mengurusi. Dalam arti khusus
manajemen dipakai bagi pimpinan dan kepemimpinan, yaitu orang-orang
yang melakukan kegiatan memimpin, disebut “manajer”. Menurut Stoner,
manajemen merupakan suatu proses perencanaan, pengorganisasian,
memimpin dan mengawasi usaha-usaha dari anggota organisasi dan sumber-
sumber organisasi lainnya untuk mancapai tujuan organisasi yang telah
ditetapkan.
1. Perencanaan
Perencanaan merupakan inti kegiatan manajemen, karena semua
kegiatan manajemen diatur dan diarahkan oleh perencanaan. Fungsi
14
perencanaan merupakan landasan dasar dari fungsi manajemen secara
keseluruhan. Tanpa ada fungsi perencanaan, tidak mungkin manajemen
lainnya akan dapat dilaksanakan dengan baik. Perencanaan manajerial
akan memberikan pola pandang secara menyeluruh terhadap semua
pekerjaan yang akan dijalankan, siapa yang akan melakukan dan kapan
akan dilakukan. Perencanaan merupakan tuntutan terhadap proses
pencapai tujuan secara efisien dan efektif (Muninjaya, 2014).
Ada Ada tiga aspek pokok yang harus di perhatikan dalam
perencanaan.Ketiga aspek tersebut yaitu (Azwar, 2010) :
a) Perangkat Perencanaan
Perangkat prencanaan adalah suatu organisasi yang di tugaskan atau
yang bertanggung jawab menyelenggarakan pekerjaan
perencanaan.Unsur dari perencanaan meliputi 4 M yaitu man,
money, method, material.
b) Proses Perencanaan
Proeses perencanaan adalah langkah langkah yang harus
dilaksanakan pada pekerjaan perencanaan. Berbeda hal nya dengan
hasil dan perangkat,proses perencanaan ini pada dasar nya adalah
sama untuk berbagai pekerjaan perencanaan. Untuk dapat
menghasilkan suatu perencanaan yang baik, seyogyanya langkah
langkah yang di tempuh adalah sama.Dalam perumusan sebuah
tujuan operasional program kesehatan harus bersifat SMART yaitu :
(1) Spesific (Jelas sasarannya, mudah di pahami oleh staf
pelaksanaan).
(2) Measurable (Dapat di ukur kemajuannya).
(3) Achievable (Tujuan yang ditetapkan dalam program harus bisa
dicapai).
(4) Realistic (Dapat dilaksanakan sesuai dengan fasilitas dan
kapasitas organisasi yang tersedia).
15
(5) Time Bound (Sumber daya dapat di alokasikan dan kegiatan
dapat direncanakan untuk mencapai tujuan program sesuai
dengan target waktu yang telah di tetapkan).
2. Pengorganisasian
Organizing berasal dari kata organize yang berarti menciptakan
struktur dengan bagian-bagian yang diintegrasikan sedemikian rupa,
sehingga hubungannya satu sama lain terikat oleh hubungannya terhadap
keseluruhan. Pengorganisasian adalah pengelompokkan berbagai
kegiatan yang diperlukan untuk melaksanakan suatu rencana sedemikian
rupa sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai dengan
memuaskan (Hasibuan, 20011).
Unsur-unsur pokok dalam pengorganisasian ada tiga macam, yaitu:
a) Hal yang diorganisasikan
Hal-hal yang perlu diorganisasikan dari suatu rencana ada dua
macam, yaitu :
(1) Kegiatan
Pengorganisasian kegiatan yang dimaksud di sini yaitu
pengaturan berbagai kegiatan yang ada dalam rencana
sedemikian rupa sehingga terbentuk satu kesatuan yang terpadu,
yang secara keseluruhan diarahkan untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan.
(2) Tenaga Pelaksana
Pengorganisasian tenaga pelaksana yang dimaksud mencakup
pengaturan struktur organisasi, susunan personalia serta hak dan
16
wewenang dari setiap tenaga pelaksana, sedemikian rupa
sehingga setiap kegiatan ada penanggung jawabnya.
b) Proses Pengorganisasian
Proses pengorganisasian yang dimaksud di sini adalah yang
menyangkut pelaksanaan langkah langkah yang harus di lakukan
sedemikian rupa sehingga semua kegiatan yang akan dilaksanakan
serta tenaga pelaksana yang dibutuhkan, mendapatkan pengaturan
yang sebaik-baiknya, serta setiap kegiatan yang akan dilaksanakan
tersebut memiliki penanggung jawab pelaksana (Azwar,2010).
c) Hasil Pengorganisasian
Hasil yang dimaksud di sini adalah terbentuklah suatu wadah yang
pada dasarnya merupakan perpaduan antara kegiatan yang akan
dilaksanakan serta tenaga pelaksana yang dibutuhkan untuk
melaksanakan kegiatan tersebut (Muninjaya G, 2004).
Manfaat yang dapat diketahui dari pengorganisasian yaitu :
(1) Pembagian tugas perorangan dan kelompok. Tugas pokok staf
dan prosedur kerja merupakan dokumen dari fungsi
pengorganisasian, digunakan sebagai panduan kinerja staf.
(2) Hubungan organisatoris antar manusia yang menjadi anggota
atau staf sebuah organisasi. Hubungan ini akan terlihat pada
struktur organisasi.
(3) Pendelegasian wewenang.
(4) Pemanfaatan staf dan fasilitas fisik yang diiliki organisasi.
3. Pelaksanaan
Actuating (pelaksanaan) merupakan usaha untuk menciptakan
iklim kerjasama diantara staf pelaksana program sehingga tujuan
organisasi dapat tercapai secara efektif dan efisien. Aktuasi lebih
17
memusatkan perhatian pada pengelolaan sumber daya manusia
(Muninjaya G, 20014)
Actuating lebih menekankan pada kegiatan yang berhubungan
langsung dengan orang-orang dalam organisasi. Perencanaan dan
pengorganisasian yang baik kurang berarti bila tidak diikuti dengan
penggerakkan seluruh potensi sumber daya manusia. (Effendi U, 2011)
Tujuan dari fungsi aktuasi ini adalah :
(1) Menciptakan kerjasama yang lebih efisien
(2) Mengembangkan kemampuan dan keterampilan staf
(3) Menumbuhkan rasa memiliki dan menyukai pekerjaan
(4) Mengusahakan suasana lingkungan kerja yang meningkatkan
motivasi dan prestasi kerja staf
(5) Membuat organisasi berkembang secara dinamis.
18
(5) Memperbaiki pengetahuan dan sikap-sikap bawahan agar mereka
terampil dalam usaha mencapai tujuan yang ditetapkan.
19
(2) Mengidentifikasi masalah yang timbul agar langsung dapat
diatasi.
(3) Melakukan penilaian apakah pola kerja dan manajemen yang
digunakan sudah tepat untuk mencapai tujuan program.
(4) Mengetahui kaitan antara kegiatan dengan tujuan untuk
memperoleh ukuran kemajuan.
(5) Menyesuaikan kegiatan dengan lingkungan yang berubah, tanpa
menyimpang dari tujuan.
b) Evaluasi
Evaluasi adalah prosedur penilaian pelaksanaan/hasil kerja
secara sistematik, dengan membandingkannya dengan standar dan
dengan mengikuti kriteria/metode/tujuan tertentu guna menilai
apakah yang telah atau sedang dikerjakan adalah baik/efisien/efektif
dan hasil evaluasi tersebut akan dipakai untuk melakukan
penyempurnaan dalam pengambilan keputusan selanjutnya (Azwar,
2010).
Tujuan evaluasi adalah untuk mendapatkan informasi dan
menarik pelajaran dari pengalaman mengenai pengelolaan program,
keluaran, manfaat dan dampak dari program kesehatan yang baru
selesai dilaksanakan, maupun yang sudah berfungsi, sebagai umpan
balik bagi keputusan dalam rangka perencanaan, pelaksanaan,
pemantauan dan pengendalian program selanjutnya (Azwar, 2010).
Secara keseluruhan monitoring dan evaluasi bertujuan untuk
mengamati dan mengendalikan jalannya program agar sesuai dengan
rencana awal, melakukan tindakan koreksi dan penilaian pencapaian
program. Menganalisis laporan merupakan cara monitoring dan
evaluasi. Laporan dapat berupa lisan, seperti diskusi dan wawancara
dan tertulis berupa uraian dan data statistik. Keduanya dapat
dipadukan untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. (R.Tery G,
2005)
20
BAB III
HASIL KEGIATAN
2. Letak Geografis
Kota Sungai Penuh terletak anatara 101, 14, 32 derajat Bujur
Timur sampai 101, 27, 31 derajat dan 02, 01, 40 derajat Lintang Selatan
sampai dengan 02, 14, 54 “ Lintang Selatan. Terletak didaerah datar dan
berbukitan, dengan ketinggian 1500 diatas permukaan laut, dengan suhu
udara 23 sd 29 derajat Celsius.
21
3. Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk
Tabel 3.1
Luas wilayah dan jumlah penduduk per kecamatan Kota Sungai
Penuh
Luas Luas
Luas Jumlah
No Kecamatan Wilayah TNKS
Budidaya Penduduk
(KM2) (ha )
22
Grafik 3.1
Jumlah penduduk kota Sungai Penuh Tahun 2016 s/d 2020
105.000
100.934 101.075
98.172
100.000
95.000
87.973 88.918
90.000
85.000
80.000
2016 2017 2018 2019 2020
4. Sarana Kesehatan
Tabel 3.2
No Sarana Jumlah
1 Rumah Sakit -
2 Puskesmas 11 buah
4 Poskesdes 9 buah
6 Posyandu 79 buah
8 LABKESDA 1 buah
23
5. Arah Pembangunan Kesehatan
Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan, kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar
peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya
dapat terwujud, Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan
berdasarkan pada perikemanusiaan, pemberdayaan dan kemandirian, adil
dan merata serta pengutamaan dan manfaat dengan perhatian khusus
pada penduduk rentan, antara lain Ibu, bayi, anak, lanjut usia (lansia),
dan keluarga miskin.
Upaya Pembangunan kesehatan tersebut dilakukan dengan
memperhatikan dinamika kependudukan, epidemiologi penyakit,
perubahan ekologi dan lingkungan, gaya hidup dan
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), serta globalisasi dan
demokratisasi dengan semangat kemitraan dan kerjasama lintas
sektoral. Penekanan diberikan kepada peningkatan perilaku dan
kemandirian masyarakat serta upaya promotif dan preventif.
Pembangunan nasional harus berwawasan kesehatan yaitu setiap
kebijakan publik selalu memperhatikan dampaknya terhadap kesehatan.
a) Visi
‘’ Sungai Penuh Kota Sehat dan Mandiri ‘’
Makna dari visi yang akan dicapai adalah kota Sehat yaitu
Kota Sehat dalah suatu kota yang secara terus menerus berupaya
meningkatkan kualitas lingkungan fisik dan sosial melalui
pemberdayaan potensi masyarakat dengan memaksimalkan seluruh
potensi kehidupan baik secara bersama-sama maupun individu,
sehingga dapat mewujudkan masyarakat yang berprilaku sehat, hidup
dilingkungan yang aman, nyaman sehat yang mewakili dari
terwujudnya Keluarga Sehat, Desa Sehat dan Kecamatan Sehat.
Mandiri adalah masyarakat yang berupaya berperan serta
sevara aktif dalam mencegah, melindungi dan mememlihara dirinya,
24
keluarga, masyarakat dan lingkungannya agar terhindar dari resiko
gangguan kesehatan.
b) Misi
Misi mencerminkan peran, fungsi dan kewenangan seluruh
jajaran organisasi kesehatan di seluruh wilayah Kota Sungai Penuh,
yang bertanggung jawab secara teknis terhadap pencapaian tujuan
dan sasaran pembangunan kesehatan Kota sungai Penuh. Untuk
mewujudkan visi tersebut ada lima misi yang diemban oleh seluruh
jajaran petugas kesehatan di masing-masing jenjang administrasi
pemerintahan, yaitu :
1. Menggerakkan Membangunan berwawasan kesehatan.
2. Mendorong terwujudnya kemandirian masyarakat untuk hidup
sehat.
3. Mewujudkan, memelihara dan meningkatkan pelayanan
kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau.
4. Meningkatkan upaya pengendalian penyakit dan penanggulangan
masalah kesehatan.
5. Meningkatkan dan mendayagunakan sumber daya kesehatan.
c) Strategi
Untuk mencapai dan mewujudkan Visi Dinas Kesehatan Kota
Sungai penuh sesuai dengan Misi yang telah ditetapkan, maka dalam
periode 2016 -2021 akan dilaksanakan strategi sebagai berikut :
1. Mengembangkan dan meningkatkan kemitraan dengan
masyarakat, lintas sektor, institusi swasta, organisasi profesi dan
dunia usaha dalam rangka sinergisme, koordinasi diantara pelaku
pembangunan guna mendorong pembangunan berwawasan
kesehatan.
2. Mewujudkan komitmen pembangunan kesehatan, melalui
peningkatan advokasi kesehatan kepada stake holder.
25
3. Mendorong pemerataan, jangkauan dam mutu pelayanan
kesehatan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan
sesuai standar pelayanan minimal.
4. Memantapkan kebijakan dan manajemen pembangunan kesehatan
disemua jenjang administrasi melalui pengembangan kebijakan,
sistim informasi, keterpaduan dalam perencanaan,
penetalaksanaan dan evaluasi serta memanfaatkan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi dalam menanggulangi masalah
kesehatan.
5. Mengoptimalkan sumber daya kesehatan yang ada melalui
peningkatan kompetensi dan profesionalisme SDM kesehatan
d) Struktur Organisasi
Didalam sebuah instansi, manajemen sangatlah penting untuk
mempermudah melakukan pekerjaan. Dinas Kesehatan Kota Sungai
Penuh memiliki struktur organisasi, dimana dengan bentuk struktur
organisasi tersebut akan jelas fungsi, tugas dan wewenang dari
masing-masing jabatan. Struktur organisasi Dinas Kesehatan Kota
Sungai Penuh dapat dilihat pada Gambar dibawah ini.
26
Gambar 3.2 Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Kota Sungai Penuh
KEPALA DINAS
KELOMPOK
JAB FUNGSIONAL SEKRETARIS
SUBBAG SUBBAG
Perencanaan dan Umum dan Kepegawaian
Keuangan
KEPALA UPTD
27
B. Gambaran Umum Sub Bidang Pengawasan Pangan
Industri rumah tangga Pangan (IRTP) memiliki peranan penting
dalam sistem keamanan pangan di Indonesia. Hal tersebut dibuktikan
dengan data pada tahun 2016, dugaan pangan penyebab KLB Keracunan
Pangan 50 % berasal dari masakan rumah tangga, 21 % jajanan atau pangan
siap saji, dan % sisanya berasal dari pangan olahan dan jasa boga. Lebih
dari 200 penyakit dihantarkan melalui konsumsi pangan yang tidak
aman.Diare merupakan penyakit yang paling banyak terjadi. Sekitar 10 juta
hingga 22 juta kasus penyakit diare yang disebabkan
pangan tercemar diperkirakan terjadi di Indonesia.
Disamping itu juga, pada umumnya IRTP merupakan Usaha Mikro,
Kecil dan Menengah (UMKM) dengan jumlah yang cukup besar yang
tersebar di seluruh pelosok Indonesia. Maka pemerintah perlu memberikan
perhatian prioritas terhadap pengembangan, pembinaan dan pengawasan
pada IRTP tersebut, baik dalam aspek managemen usaha, peningkatan
kompetensi SDM, peningkatan kapasitas produksi, keamanan dan mutu
produk yang dihasilkan sampai dengan pemasaran/penetrasi pasar. Hal
tersebut dilakukan agar produk Pangan Industri Rumah Tangga (P-IRT)
dapat bersaing di pasar modern baik pasar domestik maupun internasional,
sehingga sejalan dengan Nawacita ke 6 Presiden Jokowi tahun 2014-2019
yaitu meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar
internasional.
1. Tujuan
Meningkatkan efektivitas sistem pengawasan IRTP yang dilakukan
oleh Pemerintah Daerah Kota Sungai Penuh sesuai dengan
pedoman.
Meningkatkan keamanan dan mutu produk PIRT yang beredar
Meningkatkan kompetensi SDM pengawas makanan sesuai standar
yang telah ditetapkan.
28
2. Keluaran dan Indikator Keluaran
(a) Keluaran
Terlaksananya pengawasan pre dan post market produk makanan
minuman industri rumah tangga pangan di Kota Sungai Penuh.
(b) Indikator Keluaran
Pelaku usaha yang telah mengikuti bimbingan teknis keamanan
pangan di Kota Sungai Penuh.
Terlaksananya kegiatan pengkajian ulang sertifikasi pangan
industri rumah tangga di Kota Sungai Penuh.
Terlaksananya kegiatan inventarisasi sarana industri rumah
tangga pangan di Kota Sungai Penuh.
Persentase meningkatnya Industri rumah tangga pangan yang
memenuhi ketentuan di Kota Sungai Penuh.
Persentase meningkatnya Pangan Industri rumah tangga yang
memenuhi syarat di Kota Sungai Penuh.
Terlaksananya kegiatan monitoring tindak lanjut hasil
pengawasan sarana industri rumah tangga pangan di Kota
Sungai Penuh.
Lebih dari 100 masyarakat mengikuti KIE Keamanan Pangan di
Kota Sungai Penuh.
3. Lingkup Kegiatan
(a) Input Kegiatan
Kegiatan ini merupakan kegiatan untuk meningkatkan koordinasi
pembinaan dan pengawasan Obat dan Makanan sesuai dengan
Permendagri Nomor 41 Tahun 2018.
(b) Penanggung Jawab
Dinas Kesehatan Kota Sungai Penuh
(c) Penerima Manfaat Kegiatan
Pemerintah Daerah Kota Sungai Penuh
29
Pelaku usaha Indutri RumahTangga Pangan (PIRT) di Kota
Sungai Penuh
Masyarakat, dalam hal jaminan keamanan dan mutu produk P-
IRT di Kota Sungai Penuh
C. Fokus Magang
Adapun fokus magang penulis mengarah ke program pelaksaan
pengawasan pangan industri rumah tangga (P-IRT) yang dilaksanakan oleh
Dinas Kesehatan Kota Sungai penuh meliputi perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, serta monitoring dan evaluasi.
1. Perencanaan
Dalam perncanaan dapat dilihat dari :
(a) Man (Sumber Daya Manusia)
Dilihat dari unsur man yang terlibat dalam pelaksaan pengawasan
pangan industri rumah tangga (P-IRT) adalah tenaga Pengawas
Pangan Tingkat Kota atau DFI (District Food Inspector), Badan
POM, Kasi Alkes dan Kefarmasian sub bagian pangawasan pangan
beserta staf dan pemilik usaha pangan industri rumah tangga (P-
IRT).
(b) Money (Dana)
Dari unsur money untuk melaksanakan pengawasan pangan industri
rumah tangga (P-IRT) di Kota Sungai Penuh kegiatan ini di danai
oleh DAK, anggaran dana berdasarkan rencana pelaksanaan
program (RPP).
(c) Material (Sarana)
Material merupakan suatu sarana yang digunakan untuk mencapai
tujuan suatu kegiatan. Sarana dan prasana yang digunakan dalam
pengawasan P-IRT diantaranya :
Surat Tugas / Dokumen
Berita acara pemeriksaan
Formulir pemeriksaan sarana produksi industri rumah tangga
30
Formulir laporan tindakan koreksi dan status
Peralatan atau bahan yang digunakan dalam proses pembuatan
produk pangan (P-IRT)
(d) Method (Metode)
Dilihat dari unsur method sistem yang digunakan untuk
melaksanakan pengawasan pangan industri rumah tangga (P-IRT)
adalah dengan melakukan bimbingan dan pertemuan dengan tenaga
Pengawas Pangan Tingkat Kota atau DFI (District Food Inspector)
dan Badan POM yang ada di wilayah kerja kota sungai penuh
dengan memberikan penjelasan mengenai pangan industri rumah
tangga (P-IRT).
2. Pengorganisasian
Struktur organisasi sub bagian pelayanan kesehatan dan SDMK
dapat dilihat di bawah ini :
Struktur Organisasi
Sub Bagian Pelayanan dan SDMK
KEPALA BIDANG
SUBBAG Pelayanan dan
SDMK
Staf PNS Pelayanan Staf PNS SDMK Staf PNS Alkes dan
Kesehatan Kefarmasian
Staf TKS Pelayanan Staf TKS SDMK Staf TKS Alkes dan
Kesehatan 31 Kefarmasian
Gambar 3.3 Struktur Organisasi Sub Bagian Pelayanan dan SDMK
32
3. Pelaksanaan
Tidak semua kegiatan dalam program khususnya pengawasan
pangan industri rumah tangga (P-IRT) ini bisa dilaksanakan dengan baik
sehingga sebagian dari kegiatan tidak mencapai sasaran. Sebagai
langkah awal dilakukan identifikasi terhadap kondisi pengawasan pre
market dan post market di Kota Sungai Penuh dalam melakukan
pengawasan IRTP. Identifikasi yang dilakukan meliputi :
Jumlah Sarana Industri Rumah Tangga di Kota Sungai Penuh
Jumlah Sertifikat Produksi Pangan Industtri Rumah Tangga di Kota
Sungai Penuh
Jumlah Tenaga Penyuluh Keamanan Pangan di Kota Sungai Penuh
33
4. Monitoring dan Evaluasi
Menurut Suchman (1961, dalam Anderson 1975) memandang
evaluasi sebagai sebuah proses menentukan hasil yang telah dicapai
beberapa kegiatan yang direncakan untuk mendukung tercapainya
tujuan.
Untuk mengetahui tingkat keberhasilan pelaksanaan pengawasan
pangan industri rumah tangga (P-IRT) maka dilakukan monitoring dan
evaluasi oleh Kepala Bidang atau Kasi Alkes dan Kefarmasian sub
bagian Bidang Pengawasan Pangan. Kegiatan monitoring dilakukan
secara berkala pada awal kegiatan, pelaksanaan, dan akhir kegiatan.
Jadwal kegiatan monitoring tidak menentu, tergantung dari keputusan
Kasi Alkes dan Kefarmasian sub bagian Bidang Pengawasan Pangan.
Kegiatan monitoring dilakukan dengan cara melihat langsung keadaan
dilapangan dan wawancara kepada pemilik usaha pangan industri rumah
tangga (P-IRT).
Evaluasi yang dilakukan adalah meriview apakah program
pengawasan pangan industri rumah tangga (P-IRT) sudah dilakukan
secara menyeluruh dan juga pelaksanaan masing-masing komponennya
serta mengidentifikasi apakah semua P-IRT yang terdaftar sudah
memiliki sertifikat SPP-IRT. Evaluasi dilakukan tidak menyeluruh
kepada semua program, hanya beberapa program yang dilakukan
kegiatan evaluasi. Evaluasi hanya dilakukan sekali dalam setahun yaitu
di akhir tahun. Hasil evaluasi didapatkan dalam bentuk laporan dan akan
langsung ditinjau ulang serta dilakukan modifikasi yang dianggap perlu.
34
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Perencanaan
Perencanaan menurut merupakan usaha dasar dan pengambilan
keputusan yang telah direncanakan secara matang tentang berbagai hal yang
akan di kerjakan dimasa depan oleh suatu organisasi dalam rangka
pencapaian tujuan yang telah ditentukan sebelumnya (George R.Terry
dalam Fathoni, 2010).
Perencanaan yang baik merupakan perencanaan yang memiliki sifat
memilih kegiatan yang tepat untuk di lakukan, memperhatikan sumber daya,
memiliki tujuan dan waktu nya jelas atau bersifat SMART yang di tetapkan
dalam pelaksanaan kegiatan. Namun dari kegiatan yang sudah ada sudah
memnuhi unsur Spesific, Measurable, Achievable, Realiscic, dan Time-
bound.
35
4. Realistic (Memperhatikan Sumber Daya)
Realistic maksudnya adalah setiap program yang di buat bisa
dilakukan sesuai dengan sumber daya yang dimiliki. Dalam
melaksanakan program pengawasan pangan industri rumah tangga (P-
IRT) ini memanfaatkan sumber daya yang ada. Sumber daya disini
mencangkup sumber daya sumber daya manusia seperti staf yang
terlibat dalam penyelenggaraan kegiatan dan sumber daya keuangan
seperti anggaran yang digunakan dalam penyelenggaraan kegiatan
tersebut.
5. Time Bound (Waktu yang tersedia)
Time Bound yaitu ada batas waktu yang jelas dalam
pelaksanaannya, sehingga mudah dinilai dan di evaluasi. Di
perencanaan sudah dilaksanakan dengan capaian dapat dilihat per bulan
dan per tahun, pelaksanaan kegiatan sudah jelas dimana dalam
perencanaan telah disusun sesuai dengan kegiatan program satu tahun
anggaran kegiatan dalam rangka pencapaian target yang telah
ditetapkan.
B. Pengorganisasian
Pengorganisasian adalah pengelompokan berbagai kegiatan yang di
perlukan untuk melaksanakan suatu rencana sehingga tujuan yang telah di
tetapkan dapat di capai dengan memuaskan (Azwar, 2010).
Menurut Terry dalam fhatoni (2010) pengorganisasian adalah
keseluruhan proses pengelompokan orang, alat-alat, tugas serta wewenang
dan tanggung jawab yang dilakukan sedemikian rupa sehingga tercipta suatu
organisasi yang dapat digerakkan sebagai suatu kesatuan yang utuh dan
bulat dalam pencapaian tujuan yang telah di tentukan sebelumnya. Disisi
lain pengorganisasian adalah proses mengatur dan mengalokasikan
pekerjaan, wewenang dan sumber daya anggota organisasi, sehingga mereka
dapat mencapai sasaran organisasi.
36
Bentuk organisasi yang ada di Seksi Alkes dan Kefarmasian subbag
Bidang Pengawasan Pangan Dinas Kesehatan Kota Sungai Penuh adalah
organisasi lini dan staf, yaitu staf dan anggota tidak hanya sebagai
pelaksana, namun staf juga berperan sebagai pembantu pemimpin atau
kepala seksi (kasi). Kepala Bidang Pelayanan dan SDMK bertanggung
jawab penuh terhadap jalannya kegiatan.
Proses pengorganisasian di Seksi Alkes dan Kefarmasian subbag
Bidang Pengawasan Pangan Dinas Kesehatan Kota Sungai Penuh belum
dijalankan dengan benar, dapat dilihat dari pelaksanaan tugas ganda atau
lebih dari masing-masing anggota, serta pembagian tugas yang tidak sesuai
dengan kemampuan dan keterampilan yang dimilikinya. Begitupun dengan
pembagian tugas dalam pengaturan berbagai kegiatan yang ada dalam
rencana telah diatur sedemikian rupan sehingga terbentuk satu kesatuan
yang terpadu yang secara keseluruhan di arahkan untuk mencapai tujuan
yang telah di tetapkan, adanya pengaturan struktur organisasi, beserta tugas
dan tanggung jawab masing- masing, setiap kegiatan ada penanggung
jawabnya dengan memanfaatkan sumber daya yang ada termasuk SDM
dengan baik.
C. Pelaksanaan
Menurut Terry pelaksanaan adalah merupakan keseluruhan usaha,
cara, teknik, dan metode untuk mendorong para anggota organisasi agar
bersedia dan ikhlas bekerja dengan sebaik mungkin dan tercapainya tujuan
organisasi yang efektif efisien dan ekonomis. Agar pergerakkan/pelaksanaan
berjalan dengan baik dan lancar maka diperlukan beberapa hal yang dapat
menggerakkan seseorang untuk melakukan tindakan atau pekerjaan, yaitu
adanya kepemimpinan, komunikasi, motivasi dan fasilitas (Fhatoni, 2010).
Berdasarkan pengamatan dan wawancara yang saya lakukan,
pelaksanaan pengawasan pangan industri rumah tangga (P-IRT) belum
dilaksanakan secara maksimal, karena masih adanya kegiatan perencanaan
yang belum terlaksana seperti pelatihan, penyuluhan serta Dinas Kesehatan
37
tidak dapat sepenuhnya memantau pangan industri rumah tangga (P-IRT)
yang dimiliki oleh IRT.
Pemeriksaan/pengawasan sarana produksi P-IRT menggunakan
dasar formulir pemeriksaan sarana produksi pangan industri rumah tangga
yang terlampir didalam peraturan Kepala BPOM tahun 2012 tentang tata
cara pemeriksaan sarana produksi pangan industri rumah tangga.
38
produksi merupakan segala sesuatu yang digunakan dengan tujuan
menciptakan suatu produk, sedangkan sarana distibusi adalah segala sesuatu
yang berhubungan dengan penyaluran barang terhadap konsumen (BPOM,
2018).
Evaluasi adalah proses periodik dan sistematis untuk menilai seluruh
fungsi organisasi dengan menilai hasil yang telah dicapai dibandingkan
dengan tujuan atau harapan ataupun target, melihat hasil dari seluruh proses
kegiatan (Terry, 2007). Evaluasi yang dilakukan belum dilaksanakan secara
maksimal karena hanya melakukan evaluasi pada beberapa kegiatan saja,
untuk kegiatan pengawasan P-IRT oleh petugas sub bidang pengawasan
pangan tidak dilakukan evaluasi sehingga menyebabkan kegiatan tersebut
jalan ditempat.
39
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Perencanaan program pengawasan pangan industri rumah tangga (P-
IRT) Dinas Kesehatan Kota Sungai Penuh sudah berjalan dengan baik.
2. Bentuk organisasi yang ada di Seksi Alkes dan Kefarmasian subbag
Bidang Pengawasan Pangan Dinas Kesehatan Kota Sungai Penuh
adalah organisasi lini dan staf yang mana di dalam pengorganisasiannya
tersebut terdapat tugas ganda atau lebih dari masing-masing anggota
serta penempatan SDM yang tidak sesuai dengan kemampuannya.
3. Pelaksanaan pengawasan pangan industri rumah tangga (P-IRT) belum
dilaksanakan secara maksimal, karena masih adanya kegiatan
perencanaan yang belum terlaksana seperti pelatihan, penyuluhan serta
Dinas Kesehatan tidak dapat sepenuhnya memantau pangan industri
rumah tangga (P-IRT) yang dimiliki oleh IRT.
4. Monitoring dan valuasi yang dilakukan belum dilaksanakan secara
maksimal sehingga pelaksanaan program ini belum terlaksana secara
maksimal.
B. Saran
1. Dinas Kesehatan Kota Sungai Penuh perlu mengadakan program
penyuluhan pengawasan keamanan pangan berkala melalui puskesmas-
puskesmas kecamatan. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran
pemilik atau penanggung jawab industri rumah tangga terhadap
pentignya keamanan pangan.
2. Didalam membuat pengorganisasian diharapkan tidak adanya
pelaksanaan tugas ganda atau lebih kepada masing-masing anggota
serta penempatan SDM harus sesuai dengan keahlian dan
kemampuannya masing-masing.
40
3. Diharapkan Kasi Alkes dan Kefarmasian subbag Bidang Pengawasan
Pangan Dinas Kesehatan Kota Sungai Penuh untuk memaksimalkan
pelaksanaan kegiatan program pengawasan (P-IRT) seperti mengadakan
penyuluhan dan lain sebaginya.
41
DAFTAR PUSTAKA
Dinas Kesehatan. 2020. Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Kota Sungai Penuh.
George T. Doran. 1981. There’s a SMART Way to Write Management Goals and
Objectives
Peraturan Daerah Kota Sungai Penuh Nomor 2 Tahun 2017 Tentang Keamanan
Pangan.
Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 22 Tahun 2018 Tentang
Pedoman Pemberian Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah
Tangga.
42
Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor : 41/M-
IND/PER/6/2008 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin
Usaha Industri.
Sukiman Said dalam Bambang Hermanu. 2014. Studi Implementasi Izin Edar
Produk Pangan Industri Rumah Tangga (Pirt) Dalam Mewujudkan
Keamanan Pangan Yang Optimal Di Kota Semarang, Jurnal Hukum Dan
Dinamika Masyarakat Vol. 1 NO. 2014, hal. 151
43
LAMPIRAN
Lampiran 1. Daftar Hadir
NIM : 1903043
Pembimbing Lapangan :
Tanda Tangan
HARI
No Pembimbing
Minggu
No . Hari- Hari- Hari- Hari- Hari- Hari-
Ke
BP 1 2 3 4 5 6 Lapangan Akademik
P S P S P S P S P S P S
1 Minggu 1
2 Minggu 2
3 Minggu 3
4 Minggu 4
Keterangan : Diketahui,
P = Pagi Kepala Dinas Kesehatan Kota
Sungai Penuh
S = Siang
44
Lampiran 2
Tanggal :
Instansi : Dinas Kesehatan Sungai Penuh
Kab/Kota : Sungai Penuh
No KEGIATAN I II III IV V VI
1 Pembekalan Magang
2 Identifikasi Masalah
3 Pengumpulan Data
4 Intervensi
5 Pembuatan Laporan
6 Ujian/Presentasi
7 Seminar
45
Lampiran 3. Dokumentasi
46