Nim : 1607115732
Kelas : S1 B
Salam sejahtera, puji serta syukur penulis ucapkan kepada Tuhan yang maha
esa, atas berkat dan ridho-Nya yang telah memudahkan jalan bagi penulis dalam
menyelesaikan makalah yang berjudul, Sintaksis : Frasa dan Parafrasa.
Selesainya makalah ini, tidak lepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak
yang sangat membantu penulis, baik sercara moril dan materil. Untuk itu, penulis
ingin menucapkan terima kasih kepada pihak yang telah ikut serta membantu penulis
dalam menyelesaikan tulisan ini.
Ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada:
Daftar Isi
BAB I.............................................................................................................................. 6
PENDAHULUAN .......................................................................................................... 6
C. Tujuan .................................................................................................................... 8
Bab II .............................................................................................................................. 9
Pembahasan .................................................................................................................... 9
1. Struktur Sintaksis................................................................................................. 10
3. Frasa ..................................................................................................................... 11
A. Pengertian Frasa................................................................................................... 11
C. Konsep frasa........................................................................................................ 11
D. Jenis-jenis Frasa ....................................................................................................... 13
pembentuknya. .......................................................................................................... 17
a. Frasa biasa................................................................................................ 18
3. Hubungan apositif............................................................................................ 19
4. Parafrasa ................................................................................................................. 19
PENUTUP .................................................................................................................... 23
Daftar Pustaka…………………………………………………………………24
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa dan masyarakat merupakan dua unsur yang tidak dapat dipisahkan.
Masyarakat merupakan faktor utama yang mendukung terjadinya suatu bahasa.
Masyarakat adalah kumpulan individu yang saling berhubungan dan bekerja sama.
Hubungan kerja sama tersebut hanya akan terjadi apabila ada alat penghubungnya,
dalam hal ini adalah bahasa.
Kita dapat berinteraksi antara sesama manusia dalam melakukan hubungan
kerja, melayani masyarakat, menyampaikan ilmu pengetahuan, bertukar pendapat,
membahas suatu persoalan yang dihadapi, dan menyampaikan pesan selalu dengan
menggunakan bahasa sebagai alat perantara baik secara lisan maupun tulisan. Dengan
kata lain, bahasa merupakan sarana komunikasi yang paling penting dalam menjalin
hubungan antara anggota masyarakat untuk melakukan segala kegiatan yang ada.
Masih banyak orang yang belum mengetahui dan belum paham tentang makna
dan hakikat sinaksis. Padahal, penggunaannya begitu dekat dengan masyarakat
Indonesia, yang berikhtisar tentang kalimat bahasa yang digunakan sebagai alat
komunikasi sehati-hari.
Sebenarnya apa yang dimaksud sintaksis itu? Sintaksis adalalah salah satu
tataran (level) dalam gramatika (tata bahasa) yang mempersoalkan hubungan antara
kata dengan satuan-satuan yang lebih besar, membentuk suatu konstruksi yang
disebut kalimat. Sintaksis dapat dideskripsikan atas konstruksi satuan-satuannya.
Dengan perkataan lain, satuan sintaksis itu disusun oleh satuan-satuan yang lebih
kecil.
Unsur bahasa yang termasuk di dalam lingkup sintaksis adalah frase,klausa dan
kalimat. Dan salah satunya yang akan dibahas dalam makalah ini adalah frase. Ketika
kita mempelajari bahasa Indonesia di SMP dan SMA, kita pasti pernah mempelajari
frase menurut Oscar (Keraf dalam Oscar, 1993:5), yaitu bagian-bagian dari kata
bahasa yang mempelajari dasar-dasar dan proses-proses pembentukan kaliamt dalam
suatu bahasa. Frase dalam bahasa Indonesia dibedakan menjadi dua, yaitu frase
endosentris dan frase eksosentris. Frasa endosentris merupakan frase yang
mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya, baik semua unsur-unsurnya
maupun salah satu unsurnya (Ramlan, 1986:146), sedangkan frasa eksosentris ialah
frasa yang tidak mempunyai distribusi yang sama dengan semua unsurnya (Ramlan,
1986:146).
Dalam makalah ini, saya selaku penulis akan menyajikan pengertaian frase,
jenis-jenis frase, serta berbagai contoh frase dari berbagai buku dan sumber
elektronik sebagai sumber tambahan.
Selain itu saya juga akan menjelaskan pengertian parafrasa, jenis-jenis
parafrasa, dan contoh-contoh parafrasa, cara membuat parafrasa.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, perlu kiranya penulis untuk menelasskan
secara rinci mengenai:
C. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini sesuai dengan latar belakang dan
rumusan masalah penulisan yang tealah disampaikan diatas, ada beberapa tujuan yang
ingin dicapai adalah sebagai berikut:
A. Pengertian Sintaksis
Sintaksis secara etiomologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu ‘sun’ artinya
dengan dan ‘tattein’ artinya menempatkan. Jadi, secara etimologis sintaksis berarti
menempatkan bersama-sama kata menjadi kelompok kata atau kalimat. Sintaksis
yang berasal dari bahasa Belanda yaitu syntaxsis. Sedangkan dalam bahasa Inggris
adalah syntax.
Secara defenisi pengertian sintaksis adalah:
Sintaksis adalah cabang tata bahasa mengenai studi perhimpunan kata-
kata dalam kalimat-kalimat dan alat sebagai mana hubungan itu terlihat,
misalnya tertib kata atau infleksi.
Sintaksis berkenaan dengan penemuan jenis-jenis kalimat dasar dengan
pemberian penggantian yang muncul dari setiap unsur dari jenis unsure
itu.
Sintaksis adalah studi dan aturan-aturan dari hubungan kata-kata satu
sama lainnya sebagai penyatuan gagasan dan sebagai bagian-bagian dari
struktur-struktur kalimat, studi dan ilmu bangun kalimat.
Sintaksis menurut Ramlan (1981:1) mengatakan” sintaksis ialah bagian
atau cabang dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk wacana,
kalimat, klausa, dan frase.
Ringkasnya sintaksis adalah studi penghimpunan dan tautan timbale
balik antara kata-kata, frase-frase, klausa-klausa dalam kalimat.
Unsur bahasa yang termasuk di dalam sintaksis adlah frase, klausa, dan kalimat.
Tuturan dalam hal ini menyangkut apa yang dituturkan orang dalam bentuk kalimat.
1. Struktur Sintaksis
Secara umum struktur sintaksis itu terdiri dari susunan subjek (S), predikat (P),
objek (O), dan keterangan. Menurut Verhar (1978) fungsi-fungsi sintaksis itu yang
terdiri dari unsur-unsur S, P, O, dan K itu merupakan “kotak-kotak kosong” atau
“tempat-tempat kosong” yang tidak mempunyai arti apa-apa karena kekosongannya.
Tempat-tempat kosong itu akan diisi oleh sesuatu yang berupa kategori dan memiliki
peranan tertentu.
Contoh kalimat: Nenek melirik kakek tadi pagi.
Tempat kosong yang bernama subjek disi oleh kata nenek yang berkategori nomina,
tempat kosong yang bernama predikat diisi oleh kata melirik yang berkategori verba,
tempat kosong yang bernama objek diisi oleh kata kakek yang berkategori nomina,
dan tempat kosong yang bernama keterangan diisi oleh frasa tadi pagi yang
berkategori nomina.
3. Frasa
A. Pengertian Frasa
Frasa atau frase adalah sebuah makna linguistik. Lebih tepatnya, frasa
merupakan satuan linguistik yang lebih besar dari kata dan lebih kecil dari klausa dan
kalimat. Frasa adalah kumpulan kata nonpredikatif. Artinya frasa tidak memiliki
predikat dalam strukturnya. Itu yang membedakan frasa dari klausa dan kalimat.
Contoh: Kakekku
Di pohon
B. Ciri-ciri Frasa
Frasa memilliki beberapa ciri-ciri yang dapat diketahui, yaitu:
1. Terbentuk atas dua kata ataulebih dalam pembentukannya.
2. Menduduki fungsi gramatikal dalam kalimat.
3. Mengandung satu kesatuan makna gramatikal.
4. Bersifat non-perdikatif
C. Konsep frasa.
Frasa tidak di batasi oleh jumlah kata atau panjang-pendeknya satuan. Frasa
bias terdiri dari dua kata, tiga kata, empat kata, lima kata, dan seterusnya. Jadi,
ukurannya bukanlah ukuran kuantitatif kata, melainkan ukuran radional subjek dan
predikat. Berapapun panjang satian ataupun jumlah kata dalam satuan itu, jika di
pecahkan tidak menghasilkan subjek maupun predikat, maka satuan itu merupakan
frasa.
Contoh :
• Beberapa mahasiswa.
• Beberapa mahasiswa baru.
• Beberapa maha siswa baru Unversitas Riau.
• Di kamar.
• Di sebuah kamar.
• Di sebuah kamar gelap.
Dan seterusnya.
Frasa dapat menggantikan kata sebagai unsur yang membentuk kalimat, seperti
frasa benda dapat menemati unsure subjek atau objek. Frasa kerja menempati unsur
predikat. Frasa dapat menempati unsur predikat. Dan frasa proposisi serta frasa
keterangan menempati unsure keterangan.
Oleh karena itu :
Kata-kata yang menjadi unsur sebuah frasa tidak boleh dipisahkan dari
kesatuannya. Jika urur-urutan unsur kalimat dipertukarkan di tempatnya,
maka kata-kata itu harus dipindahkan secara keseluruhan dalam kesatuan
frasanya.
Perhatikan contoh : - Kakek Ricky / tidak akan datang / malam ini.
- Tidak akan datang / kakek Ricky / ke kota / malam ini.
- Malam ini / kakek Ricky ? tidak akan datang /ke kota.
Kata atau frasa yang menjadi unsur perluasan dari frasa lain yang harus
selalu terletak dekat dengan frasa yang diperluas.
Perhatikan contoh :
Kenakalan remaja banyak menjadi bahan pembicaraan di dalam masyarakat
terutama tentang penyalahgunaan narkotika.
Kata-kata terutama tentang penyalahgunaan narkotika merupakan unsur
perluasan dari kenakalan remaja. Oleh karena itu, letaknya harus didekatkan
dengan frasa kenakalan remaja itu, sehingga kalimat itu menjadi :
Kenakalan remaja terutama tentang penyalahgunaan narkotika banyak
menjadi bahan pembicaraan di dalam masyarakat.
Didepan subjek tidak boleh ada kata depan atau preposisi, karena subjek
tersebut haruslah sebuah kata atau frasa benda. Perhatikan contoh :
Kepada para penumpang diminta agar membayas dengan uang pas.
Kata depan kepada harus di buang, karena yang menempati posisi subjek
adalah para penumpang. Maka kalimat tersebut akan menjadi :
Para penumpang diminta untuk membayar gengan uang pas.
D. Jenis-jenis Frasa
a. Frasa biasa
yaitu frasa yang hasil pembentukannya memiliki makna yang sebenarnya
(denotasi).
contoh kalimat : a) Ayah membeli kambing hitam.
b) Meja hijau itu milik ibu.
b. Frasa idiomatik
yaitu frasa yang hasil pembentukannya menimbulkan/memiliki makna baru
atau makna yang bukan sebenarnya (konotasi).
contoh kalimat : Orang tua Lintang baru kembali dari Jakarta
1. Hubungan koordinatif
Hubungan koordinatif adalah hubungan yang menyatakan bahwa konstituen-
konstituen (unsur-unsur) pembentuk satuan yang lebih besar memiliki kedudukan
yang setara. Hubungan koordinatif yang lazim ditemukan dalam kontruksi frasa
adalah hubungan yang bersifat penambahan dan pemilihan.
- Ibu dan bapak
- Membaca dan menulis
- Suami dan istri
- Dia atau aku
- Makan atau minum
2. Hubungan atributif
Berbeda dengan frasa yang sifatnya koordinatif, frasa golongan ini terdiri atas
unsur-unsur yang tidak setara. Karena itu, unsur-unsurnya tidak mungkin
dihubungkan dengan kata penghubung dan atau atau.
- Pembangunan lima tahun
- Sekolah inpres
- Buku baru
kata-kata yang dicetak tebal dalam frasa-frasa tersebut, yaitu pembangunan, sekolah,
dan buku merupakan unsur pusat, yaitu unsur yang secara distribusional sama dengan
seluruh frasa dan secara semantik merupakan unsur terpenting, sedangkan unsur
lainnya merupakan atribut.
3. Hubungan apositif
Hubungan apositif adalah hubungan yang menjelaskan sekaligus dapat berperan
sebagai pengganti bagian yang dijelaskan.
Perhatikan contoh berikut:
- Yogya, kota pelajar
- Indonesia, tanah air.
- Budi, teman akrabku.
4. Parafrasa
A. Pengertian Parafrasa
Berdasarkan kamus bahasa indonesia parafrasa adalah
1. Pengungkapan kembali suatu tuturan dari sebuah tingkatan atau macam bahasa
menjadi macam yang lain tanpa mengubah pengertiannya
2. Penguraian kembali sebuah teks dalam bentuk yang lain, dengan maksud untuk
dapat menjelaskan makna yang tersembunyi.
Parafrasa mengandung arti pengungkapan kembali suatu tuturan atau karangan
menjadi bentuk lain namun tidak mengubah pengertian awal. Langkah membuat
parafrasa dengan cara meringkasnya terlebih dahulu. namun, hasus diingat parafrasa
disusun dengan bahasa sendiri bukan dengan bahsa asli penulis.
Ciri Parafrasa:
1. bentuk tuturan berbeda
2. makna tuturan sama
3. subtansi tidak berubah
4. bahasa/cara penyampaian berbeda
D. Jenis-jenis Parafrasa
Jenis parafrasa ada 2 yaitu:
1. Parafrasa terikat
adalah mengubah puisi menjadi prosa dengan cara menambahkan atau
menyisipkan sejumlah kata pada puisi sehingga kalimat-kalimat puisi
mudah dipahami seluruh kata dalam puisi masih tetap digunakan dalam
parafrasa tersebut.
2. Parafrasa bebas
adalah mengubah puisi menjadi prosa dengan kata-kata sendiri. Kata-kata
yang terdapat dalam puisi dapat digunakan, dapat pula tidak digunakan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Kata sintaksis berasaldari kata Yunani (sun = ‘dengan’ + tattein
‘menempatkan’). Jadi kata sintaksis secara etimologis berarti menempatkan bersama-
sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat. Sintaksis adalah tata bahasa
yang membahas hubungan antarkata dalam tuturan. Sama halnya dengan morfologi,
akan tetapi morfologi menyangkut struktur gramatikal di dalam kata. Unsur bahasa
yang termasuk di dalam sintaksis adalah frasa, kalusa, dan kalimat. Tuturan dalam hal
ini menyangkut apa yang dituturkan orang dalam bentuk kalimat.
Frasa adalah suatu kelompok kata fungsional yang memiliki gramatikal tertentu
( S,P,O, dan K ) yang tidak berbentuk arti atau satuan gramatikal yang secara
potensial berupa gabungan kata yang terdiri daru dua kata atau lebih yang tidak
melampaui batas dan mempunyai sifat nonpredikatif.
Dari isi makalah ini kita dapat menarik simpulan yaitu, dalam pembuatan
parafrase kita harus memperhatikan teknik-teknik dalam pembuatan parafrasa.
Dalm pembuatan parafrase diperlukan kecermatan dalam membaca, mencatat,
mengembangkan, dan menguraikan kalimat-kalimat yang telah kita baca.
3.2 Saran
Dengan disusunnya makalah sintaksis tentang frasa dan parafrasa ini, penulis
mengharapkan pembaca dapat mengetahui kajian sintaksis dan pembaca dapat
mengetahui bahwa sintaksis itu hubungannya erat dengan bahasa yang kita gunakan
sehari-hari.
Untuk mengetahui lebuh jauh, lebih banyak, dan lebih lengkap tentang
pembahasan sintaksis, pembaca dapat membaca dan mempelajari buku-buku dari
berbagai pengarang, karena penulis hanya membahas garis besar saja tentang
sintaksis dan hanya membahas lebih dalam tentang frasa dan parafrasa.
Daftar pustaka
http://www.diaryapipah.com/2012/05/pengertian-sintaksis-frase-dan-klausa.html
arifsunarya.wordpress.com/2012/11/17/sintaksis-dalam-tataran-linguistik/
https://arifsunarya.wordpress.com/2012/11/17/sintaksis-dalam-tataran-linguistik/
http://prince-mienu.blogspot.co.id/2010/01/tataran-linguistik-3-sintaksis.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Kalimat