Anda di halaman 1dari 23

makalah idiomatik

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 latar Belakang Masalah


Dewasa ini kita sering menjumpai terdapat kata-kata yang kurang tepat, yang tidak
sesuai dengan situasi, konteks, dan kurang cocok dengan kalimat, yang sering terdapat pada
artikel, koran, piusi, karangan-karangan, dan dalam percakapan sehari-hari. Selain itu tidak
sedikit ditemukan kalimat tidak gramatikal yang disebabkan oleh penggunaan kata/pemilihan
kata secara tidak tepat. Di dalam penyusunan kalimat diperlukan kecermatan dalam memilih
kata supaya kalimat yang dihasilkan memenuhi syarat sebagai kalimat yang benar. Jadi,
kesalahan ini meliputi kesalahan kalimat yang disebabkan oleh kesalahan penggunaan kata.
Untuk itu pemilihan kata merupakan suatu unsur yang sangat pentig, baik dalam dunia
karang mengarang maupun dalam dunia tutur setiap hari. Selain itu memilih kata pun harus
tepat untuk menyatakan suatu maksud. Kata yang tepat akan membantu seseorang untuk
mengungkapkan dengan tepat apa yang ingin disampaikannya, baik lisan maupun tulisan,
selain itu pemilihan kata pun harus sesuai dengan situasi dan tempat penggunaan kata-kata itu.

1.2 Tujuan
Tujuan penulis menulis makalah ini yakni untuk membantu menjelaskan kepada
pembaca khususnya mahasiswa mengenai diksi dan ungkapan idiomatik. Dan tak hanya itu,
penulis menulis makalah ini dengan tujuan untuk menuntaskan tugas demi meningkatkan nilai
tugas pekuliahan bagi penulis.

BAB 2
ISI
2.1 Diksi
2.1.1 Pengertian Diksi
Diksi adalah ketepatan atau kesesuaian pilihan kata pada suatu paragraf atau
wacana. Dalam memilih kata yang tepat untu menyatakan maksud, kita tidak dapat lari dari
kamus. Kamus memberikan ketepatan kepada kita tentang pemakian kata-kata.
Kata yang tepat akan membantu seseorang mengungkapkan dengan tepat apa yang
ingin disampaikannya, baik lisan maupun tulisan.
Hal-hal yang perlu kita amati dalam diksi atau pemilihan kata adalah :
1. Kemampuan memilih kata
2. Kemampuan membedakan secara tepat kata -kata yang memiliki nuansaserumpun.
3. Kemampuan untuk memilih kata-kata yang tepat untuk situasi atau
konteks tertentu

2.2 Fungsi dan Syarat Diksi


2.2.1 Fungsi Diksi
Fungsi Pilihan kata atau Diksi adalah sebagai berikut :
1. Melambangkan gagasan yang diekspresikan secara verbal.
2. Membentuk gaya ekspresi gagasan yang tepat (sangat resmi, resmi, tidak resmi) sehingga
menyenangkan pendengar atau pembaca.
3. Menciptakan komunikasi yang baik dan benar.
4. Menciptakan suasana yang tepat.
5. Mencegah perbedaan penafsiran.
6. Mencegah salah pemahaman.
7. Mengefektifkan pencapaian target komunikasi.

2.2.2 Syarat dalam Pemilihan Kata ( Diksi )


Syarat dalam ketetapan pemilihan kata ( diksi ) antara lain :
1. Makna Denotatif dan Konotatif
Makna denotatif adalah makna yang sesuai dengan apa adanya.sering juga makna denotative
disebut makna konseptual, makna yang bersifat umum. Contoh : makan artinya memasukan sesuatu
kedalam mulut, dikunyah, dan ditelan.
Makna konotatif adalah makna kiasan atau bukan arti yang sebenarnya. Makna-makna
konotatif sifatnya lebih profesianal dan oprasional. Contoh : makan artinya untung atau pukul.
Makna denotatif dan makna konotatif selalu berhuungan erat dengan kebutuhan pemakaian
bahasa.
2. Sinonim
Sinonim adalah dua kata atau lebih yang asasnya mempunyai makna yang sama, tetapi
bentuknya berlainan. Kesinonimam kata tidaklah mutlak, hanya ada kesamaan atau kemiripan.
Bentuk-bentuk kata yang bersinonim akan menghidupkan bahasa seseorang dan
mengkongkretkan sehingga kejelasan komunukasi akan terwujud.
3. Kata Konkret dan Abstrak
Kata konkret adalah kata-kata yang mudah diserap oleh panca indra. Kata abstrak adalah kata-
kata yang tidak mudah diserap oleh panca indra.
Kata abstrak dapat digunakan untuk mengungkapkan gagasan runit. Kata abstrak mampu
membedakan secara hakus gagasan yang bersifat teknis dan khusus. Akan tetapi, jika kata abstrak
terlalu dihambur-hamburkan dalam suatu karangan, karangan itu akan menjadi samar dan tidak
cermat.
4. Kata Umum dan Khusus
Kata umum adalah kata yang acuannya lebih luas. Contoh : ikan. Kata khusus
adalah kata yang acuannya lebih khusu. Contoh : mujair. Kata umum disebut superordinat, kata
khusus disebut hiponim. Pasangan kata umum dan kata khusus harus dibedakan dalam
pengacuan yang generic ( umum ) dan spesifik ( khusus ).
5. Kata-Kata yang Hampir Mirip Ejaannya
Kata yang hamper mirip ejaannya, contoh : intensif dengan insentif

6. Kata Hubung yang Berpasangan secara Tepat


Kata hubung yang berpasangan secara tepat, contoh : antara..dan.

2.3 Ungkapan Idiomatik


2.3.1 Pengertian Ungkapan Idiomatik
Idiom adalah sebuah ungkapan yang artinya tidak secara langsung dapat dijabarkan.
Ungkapan idiomatic adalah konstruksi yang khas pada suatu bahasa yang salh satu
unsurnya tidak dapat diganti atau dihilangkan.ungkapan idiomatic adalah kata-kata yang
mempunyai sifat idiom yang tidak terkena kaidah ekonomi bahasa.
Ungkapan idiomatic merupakan ungkapan yang terdiri atas dua atau tiga kata yang
dapat memperkuat diksi di dalam tulisan.

2.3.2 Ciri-Ciri Ungkapan Idiomatik


Ungkapan idiomatic mempunyai cirri-ciri sebagai berikut :
1. Merupakan satuan bahasa
2. Memiliki arti atau makna yang khusus atau khas
3. Unsure-unsurnya tidak dapat diganti atau dihilangkan
4. Menyimpang dari makna leksikal atau makna gramatikal

2.4 Majas
2.4.1 Pengertian Majas
Majas dapat didefinisan sebagai cara melukiskan sesuatu dengan jalan menyamakannya
dengan sesuatu yang lain. Namun secara umum majas dapat pula diartikan sebagai gaya bahasa
atau carayang digunakan oleh penulis untuk menimbulkan efek tertentu pada pembaca.

2.4. Macam-Macam Majas


Majas dalam bahasa indonesia dibagi menjadi empat jenis, yaitu:
1. Majas Perbandingan
Merupakan majas yang digunakan untuk mengungkapkan sesuatu dengan
membandingkannya dengan sesuatu yang lain. Ada beberapa macam majas yang termasuk
dalam majas perbandingan, yaitu:
a. Majas Personifikasi yaitu majas yang digunakan untuk memperjelas maksud dengan
menjadikan benda-benda yang digambarkan dapat berlaku seperti manusia. Contoh: nyiur
kelapa itu melambai-lambai bagaikan tangan manusia
b. Majas Hiperbola yaitu majas yang menyatakan sesuatu dengan berlebih-
lebihan. Contoh: suaranya membelah angkasa
c. Majas Asosiasi yaitu majas yang membandingkan suatu dengan keadaan lain yang sesuai
dengan keadaan yang dilukiskannya (memiliki persamaan sifat).Contoh: wajah mereka sangat
mirip bagaikan pinang dibelah dua
d. Majas Metafora, yaitu majas yang melukiskan sesuatu dengan membandingkanya
dengan sesuatu yang lain yang sesuatu tersebut sudah diketahui benar baik wujud ataupun
sifatnya oleh pendengar/ pembacanya.Contoh: Kapan Saudara berjumpa dengan lintah darat
itu?
e. Majas Litotes, yaitu majas untuk mengemukakan sesuatu dengan merendahkan diri
karena sesuatu atau hal yang dinyatakan tidak sesuai keadaan sebenarnya. Contoh : Terimalah
barang yang tak berharga ini sebagai tanda mata.
f. Majas Metonimia, yaitu majas untuk mengemukakan sesuatu dengan menggantikan
dengan sifat, atau nama, atau sesuatu yang merupakan ciri khas dari benda-benda tersebut.
g. Majas Eufemisme, yaitu majas untuk mengemukakan pikiran atau perasaan dengan
menggunakan kata-kata dengan arti yang baik dengan maksud agar tidak menyinggung
perasaan orang. Eufemisme dapat pula berupa ungkapan-ungkapan penghalus untuk
menggantikan kata-kata yang dirasakan kurang sopan. Contoh: kemampuan Andi dalam
memahami pelajaran agak lambat
h. Majas Sinekdokhe, yaitu majas untuk menyatakan sesuatu dengan menyebutkan bagian-
bagianya saja, atau sebaliknya. Sinekdokhe dibedakan menjadi dua, yaitu tutom pro parte
(menyatakan sebagian untuk keseluruhan) dan pars pro toto (menyebutkan keseluruhan tapi
yang dimaksudkan sebagian saja). Contoh: Perang Dunia II berakhir pada tahun 1942 (totum
pro parte) sudah lama saya tak melihat batang hidungnya (pars pro toto)
2. Majas Pertentangan
Majas pertentangan yaitu majas yang mengungkapkan sesuatu maksud tetapi dengan
pernyataan yang bertentangan. Majas yang termasuk dalam jenis majas pertentangan yaitu:
a. Majas Paradoks, yaitu majas yang mengemukakan hal yang seolah-olah bertentangan,
namun sebenarnya tidak karena objek yang dikemukakan berbeda.Contoh: Di tempat ramai
begini, hatiku terasa sepi.
b. Majas Antithesis, yaitu pengungkapan dengan kata-kata yang saling
bertentangan. Contoh: Tua muda, besar kecil.
c. Majas Kontradiksi Interminis, yaitu gaya bahasa yang memperlihatkan sesuatu yang
bertentangan dengan apa yang telah dikemukakan sebelumnya.Contoh: Andi mengundang
semua temannya, kecuali Dono
3. Majs Sindiran
yaitu majas atau gaya bahasa yang digunakan untuk menyindir seseorang atau sesuatu. Ada
beberapa majas yang termasuk dalam jenis majas sindiran, yaitu:
a. Majas Ironi, yaitu suatu cara menyindir dengan mengatakan hal yang
sebaliknya. Contoh: manis benar minuman ini, gula mahal ya, sekaranag?
b. Majas Sinisme, yaitu majas yang menyatakan sindiran secara langsung. Contoh:
perbuatanmu sungguh memalukan!
c. Majas Sarkasme, yaitu majas yang berupa suatu ejekan atau sindiran dengan kata-kata
yang kasar. Contoh: Dasar gelandangan kerjaannya cuma minta-minta!

4. Majas Penegasan
Majas penegasan yaitu majas atau pernyataan yang digunakan untuk mempertegas
pernyataan yang dinyatakan. Ada beberapa majas jenis ini, yaitu:
a. Majas Klimaks, yaitu majas atau cara mengemukakan suatu ide atau keadaan dengan
mengurutkan dari tingkat yang lebih rendah ke tingkat yang lebih tinggi. Contoh: Jangankan
satu orang, sepuluh orang, atau pun 100 orang akan saya hadapi tanpa rasa takut asalkan saya
benar.
b. Majas Antiklimaks, yaitu suatu pernyataan yang disusun secara berurutan dari yang
paling tinggi, makin menurun, dan makin menurun sampai kepada yang paling rendah. Contoh
: Jangankan seratus ribu, sepuluh ribu, seribu, bahkan seratus rupiah pun aku tak sudi
mengeluarkan uang untuk membeli barang haram.
c. Majas Pleonasme, yaitu suatu cara memperjelas maksud dengan cara menggunakan kata
berlebih. Contoh : Kita harus dan wajib untuk saling menghormati.
d. Majas Repetisi atau pengulangan yaitu suatu cara memperkuat makna atau maksud
dengan mengulang kata atau bagian kalimat yang hendak diperkuat maksudnya
tersebut. Contoh : Untuk mencapai cita-citamu itu, satu hal yang harus kau ingat adalah belajar,
belajar, dan sekali lagi belajar.

BAB 3
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Diksi adalah ketepatan atau kesesuaian pilihan kata pada suatu paragraf atau wacana.
Makna denotatif adalah makna yang sesuai dengan apa adanya.sering juga makna
denotatif disebut makna konseptual, makna yang bersifat umum.
Makna konotatif adalah makna kiasan atau bukan arti yang sebenarnya. Makna-makna
konotatif sifatnya lebih profesianal dan oprasional.
Sinonim adalah dua kata atau lebih yang asasnya mempunyai makna yang sama, tetapi
bentuknya berlainan. Kesinonimam kata tidaklah mutlak, hanya ada kesamaan atau kemiripan.
Kata konkret adalah kata-kata yang mudah diserap oleh panca indra.Kata abstrak adalah
kata-kata yang tidak mudah diserap oleh panca indra.
Kata umum adalah kata yang acuannya lebih luas.Kata khusus adalah kata yang
acuannya lebih khusu.
Idiom adalah sebuah ungkapan yang artinya tidak secara langsung dapat dijabarkan.
Ungkapan idiomatic adalah konstruksi yang khas pada suatu bahasa yang salah satu
unsurnya tidak dapat diganti atau dihilangkan.
Majas dapat didefinisan sebagai cara melukiskan sesuatu dengan jalan menyamakannya
dengan sesuatu yang lain.
Majas dalam bahasa indonesia dibagi menjadi empat jenis, yaitu: majas perbandingan,
majas pertentangan, majas sindiran, majas penegasan.

3.2 SARAN
Diksi merupakan pilihan kata. Pilihan kata tersebut harus sesuai dan tepat. Ketepatan
dan kesesuaian kata tersebut sangat penting dalam suatu karya sastra agar pesan yang
disampaikan penulis dapat dimengerti oleh pembaca. Jadi, diksi sangat penting untuk dipelajari
agar kita menjadi seorang Intelek yang profesional dan mampu membuat karya sastra yang
bagus.
Daftar Pustaka
Arifin, Zaenal E. 2010. Cermat Berbahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi.Jakrta.
Akademika Persindo.
Hs, Widiono. 2005. Bahasa Indonesia (Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian Di
Peruruan Tinggi). : PT. Gramedia Widiasarana.
http://www. Geogle.com/pengertian diksi dan idiomatik
http://www. Geogle.com/macam-macam majas dan contohnya
AIN LIHER
Nikmati Masa Muda Anda Dengan Penuh Kebahagiaan Yang Tak
Terhingga ..!!!
Home
About
Categories
O CATEGORY 1
O CATEGORY 2
SUB CATEGORY 1
SUB CATEGORY 2
O CATEGORY 3
O CATEGORY 4
O CATEGORY 5
SUB CATEGORY 1
SUB CATEGORY 2
Subscribe
Contact

You Are Reading

Gaya bahasa , Idom Dan Ungkapan


Idiomatik
Ainul YakinTuesday, 24 November 2015

MAKALAH
DIKSI
(GAYA BAHASA, IDIOM DAN UNGKAPAN IDIOMATIK)
Di Susun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Bahasa Indonesia

DOSEN : MAHFUDOH, M.Pd


Di susun oleh :

Ainul Yakin

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN BANTEN


2015/2016
KATA PENGANTAR

Pertama-tama penulis mengucapkan syukur khadirat Allah SWT yang telah memberi
rahmat dan hidayah nya berupa kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang
ber judul DIKSI (Gaya Bahasa, Idiom dan Ungkapan Idiomatik) .
Maksud dari penulis menyusun makalah ini untuk membantu agar pembaca mengetahui
apa saja tentang DIKSI (Gaya Bahasa, Idiom dan Ungkapan Idiomatik) dan bertujuan untuk
meningkat kan pembaca dalam wawasan pengetahuan yang lebih dalam.
Penulis mengucap kan banyak terimakasi kepada ke dua orang tua yang telah
memberikan dana dalam penyusunan makalah ini, dan kepada teman-teman yang telah
memberikan motivasi dan pengetahuan nya.
Penulis menyadari bahwa di dalam makalah ini banyak kekurangan dan kesalahan,
maka dari itu penulis mengharap kan keritik dan saran dari pembaca.

Serang, 22 oktober 2015

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................
DAFTAR ISI....................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................

B. Rumusan Masalah...........................................................................

C. Tujuan Penulis.................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A. GAYA BAHASA...............................................................................
B. IDIOM...............................................................................................
C. UNGKAPAN IDIOMATIK.................................................................

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.....................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Gaya Bahasa atau Majas adalah bahasa indah yang dipergunakan untuk meningkatkan
kesan dengan jalan memperkenalkan serta memperbandingkan suatu benda dengan benda lain
atau hal lain yang lebih umum.
Banyak cara yang dapat di pakai untuk mengungkapkan, yaitu :
1. Majas perbandingan

2. Majas pertentangan
3. Majas pertautan
4. Majas perulangan

Semua itu pada perinsip nya merupakan corak seni berbahasa atau retorika atau untuk
menimbulkan kesan tertentu bagi mitra komunikasi kita (pembaca/pendengar).
Idiom adalah ungkapan bahasa yang artinya tidak secara langsung di jabarkan. Setiap
kata yang membentuk idiom berarati di dalam nya sudah ada kesatuan bentuk dan makna.
ungkapan idiomatik adalah pasangan kata yang selalu muncul bersama sebagaifrasa.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang di maksud Gaya Bahasa ?

2. Apa fungsi dari gaya bahasa ?


3. Apa yang di maksud idiom ?
4. Apa perbedaan idiom dan ungkapan idiomatik ?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Menambah pengetahuan pembaca tentang gaya bahasa.

2. Mengetahui macam-macam majas.


3. Mengetahui tentang pengertian idiom.

4. Mengetahui perbedaan idiom dan ungkapan idiomatik.


BAB II

PEMBAHASAN
A. Gaya Bahasa
Gaya Bahasa atau Majasadalah bahasa indah yang dipergunakan untuk meningkatkan
kesan dengan jalan memperkenalkan serta memperbandingkan suatu benda dengan benda lain
atau hal lain yang lebih umum.

Macam-Macam majas sebagai berikut


1. Majas perbandingan

2. Majas pertentangan
3. Majas pertautan

4. Majas perulangan

1. Majas Perbandingan

Majas perbandingan terdiri dari 3 jenis, yaitu:

a. Majas Perumpamaan

Perumpamaan adalah perbandingan dua hal yang pada hakikatnya berkaitan dan yang sengaja
dianggap sama.
Contoh:
o Bak mencari kutu dalam ijuk. (Melakukan sesuatu yang mustahil)
o Bagai kambing dihalau ke air. (Hal orang yang enggan disuruh atau diajak mengerjakan
sesuatu)
o Semanis madu.
o Sedalam laut.
o Secantik bidadari.
o Sesegar udara pagi.

Perumpamaan secara eksplisit dinyatakan dengan kata seperti, bak, bagai, ibarat, penaka,
sepantun, laksana, umpama.
b. Majas Metafora
Metafora adalah perbandingan yang implisit. Jadi, tanpa kata pembanding di antara dua hal yang
berbeda. Dengan kata lain, metafora yaitu majas yang berupa kiasan persamaan antara benda
yang diganti namanya dengan benda yang menggantinya.

Contoh:

o Siti Mutmainah adalah kembang desa di sini.


o Kelaparan masih tetap menghantui rakyat Etiopia.
o Nina tangkai hati ibu.

c. Majas Personifikasi

Personifikasi adalah majas perbandingan yang menuliskan benda-benda mati menjadi seolah-
olah hidup, dapat berbuat, atau bergerak.
Contoh:
o Peluru mengoyak-ngoyak dada musuh.
o Banjir besar telah menelan seluruh harta penduduk.
o Kabut tebal menyelimuti desa kami.

2. Majas Pertentangan
Majas pertentangan terbagi menjadi 7 macam, yaitu:
a. Hiperbola
b. Litotes

c. Ironi

d. Antonomasia
e. Oksimoron

f. Paradoks

g. Kontradiksio

a. Hiperbola

Hiperbola adalah majas yang menyatakan sesuatu dengan berlebih-lebihan.


Contoh:
o Keringatnya menganak sungai.
o Suaranya menggelegar membelah angkasa.

b. Litotes

Litotes adalah majas yang menyatakan kebalikan daripada hiperbola, yaitu menyatakan sesuatu
dengan memperkecil atau memperhalus keadaan. Majas litotes disebut juga hiperbola negatif.

Contoh:
o Tapi, maaf kami tak dapat menyediakan apa-apa. Sekadar air untuk membasahi tenggorokan
saja yang ada.
o Tentu saja karangan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, semua kritik dan saran
akan saya terima dengan senang hati.
c. Ironi

Ironi adalah majas yang menyatakan makna yang berlawanan atau bertentangan, dengan
maksud menyindir. Ironi disebut juga majas sindiran.

Contoh:
o Bagus benar ucapanmu itu, sehingga menyakitkan hati.
o Kau memang pandai, mengerjakan soal itu tak satupun ada yang betul.
d. Antonomasia

Antonomasia adalah penyebutan terhadap seseorang berdasarkan ciri khusus yang dimilikinya.
Contoh:
o Sssssttt, lihat! Si cerewet datang. Kalian tidak perlu bertanya.
o Macam-macam! Biar si gendut saja nanti yang menghadapinya.
o Kemarin saya lihat si Kacamata hitam keluar bersama-sama dengan si Kribo. Benar tidak?
e. Oksimoron
Oksimoron adalah pengungkapan yang mengandung pendirian/pendapat terhadap sesuatu yang
mengandung hal-hal yang bertentangan.

Contoh:
o Memang benar musyawarah itu merupakan wadah untuk mencari kesepakatan. Namun tidak
jarang menjadi wadah pertentangan para pesertanya.
o Siaran radio dapat dipakai untuk sarana persatuan dan kesatuan, tetapi dapat juga sebagai
alat untuk memecah belah suatu kelompok masyarakat atau bangsa.
o Olahraga mendaki bukit memang menarik, tetapi juga sangat berbahaya.
f. Paradoks

Paradoks adalah pengungkapan terhadap suatu kenyataan yang seolah-olah bertentangan, tetapi
mengandung kebenaran.
Contoh:

o Memang hidupnya mewah, mempunyai mobil, rumahnya besar, tetapi mereka tidak
berbahagia. Tidak tahu mengapa, mungkin karena belum mempunyai anak.
o Walaupun ia tinggal di kota besar, kota metropolitan, hiburan ada di mana-mana, ia bercerita
padaku katanya kesepian.

g. Kontradiksio
Kontradiksio adalah pengungkapan yang memperlihatkan pertentangan dengan yang sudah
dikatakan lebih dulu sebagai pengecualian.
Contoh:
o Sebenarnya semua saudaranya, yang dulu-dulu pandai, hanya dia sendiri yang bodoh.
Mungkin saja karena malasnya.
o Malam itu gelap gulita, tanpa kerlip kunang-kunang yang sebentar tampak dan sebentar
hilang.
3. Majas Pertautan
Majas pertautan dibedakan menjadi:
a. Metonimia

2. Sinekdok, terdiri atas:


o Pars pro toto
o Totem pro parte
3. Alusio
4. Eufemisme
a. Metonimia
Metonimia adalah majas yang memakai nama ciri atau nama hal yang ditautkan dengan orang,
barang atau hal, sesuai penggantinya.
Contoh:
o Ayah suka mengisap gudang garam. (Maksudnya rokok)
o Si Jangkung dipakai sebagai sebagai pengganti orang yang mempunyai ciri jangkung.
b. Sinekdok

Sinekdok adalah majas yang menyebutkan nama bagian sebagai pengganti nama keseluruhan
atau sebaliknya.
Contoh:
o Sudah seminggu ini Iwan tidak tampak batang hidungnya. (Padahal yang dimaksud bukan
hanya batang hidung)
o Indonesia berhasil memboyong kembali piala Thomas. (Padahal yang berhasil hanya satu
regu bulu tangkis)
Pars pro toto adalah penyebutan sebagian untuk maksud keseluruhan.

Contoh:

o Jauh-jauh telah kelihatan berpuluh-puluh layar di sekitar pelabuhan itu.

o Selama ini kemana saja kau? Sudah lama tak nampak batang hidungmu. Nenek selalu
menanyakan kau.
o Ia harus bekerja keras sejak pagi hingga sore karena banyak mulut yang harus disuapi.

o Kita akan mengadakan selamatan sebagai rasa syukur karena kita naik kelas semua. Untuk itu
biaya kita tanggung bersama tiap kepala dikenakan iuran sebesar Rp 1.500,00
b) Totem pro parte adalah majas penyebutan keseluruhan untuk maksud sebagian saja. Contoh:
o Dalam musim kompetisi yang lalu, kita belum apa-apa. Tetapi dalam tahun ini, sekolah kita harus
tampil sebagai juara satu.
o Dalam pertandingan musim lalu, Indonesia dapat meraih medali emas.

c. Alusio

Alusio adalah majas yang menunjuk secara tidak langsung ke suatu peristiwa atau hal dengan
menggunakan peribahasa yang sudah umum ataupun mempergunakan sampiran pantun yang
isinya sudah dimaklumi. Majas ini disebut juga majas kilatan.
Contoh:
o Menggantang asap saja kerjamu sejak tadi. (Membual/beromong-omong)
o Ah, kau ni memang tua-tua keladi. (Maksudnya makin tua makin menjadi)
d. Eufemisme
Eufemisme adalah majas kiasan halus sebagai pengganti ungkapan yang terasa kasar dan tidak
menyenangkan. Eufemisme digunakan untuk menghindarkan diri dari sesuatu yang dianggap tabu
atau menggantikan kata lain dengan maksud bersopan santun.

Contoh:
o Orang itu memang bertukar akal. (Pengganti gila)
o Kalau dalam hutan jangan menyebut-nyebut nenek. (Pengganti harimau)
o Pemerintah telah mengadakan penyesuaian harga BBM. (Pengganti menaikkan)
4. Majas Perulangan

Ada beberapa majas perulangan yaitu :

a. Majas Aliterasi

Aliterasi adalah sejenis gaya bahasa yang memanfaatkan purwakanti atau pemakaian kata-kata
yang permulaannya sama bunyinya.

Contoh:

Dara damba daku

Datang dari danau

Duga dua duka

b. Majas Tautotes

Tautotes adalah gaya bahasa perulangan atau repetisi atas sebuah kata berulang-ulang

dalam sebuah konstruksi.

Contoh:
Kakanda mencintai adinda, adinda mencintai kakanda, kakanda dan adinda saling
mencintai, adinda dan kakanda menjadi satu.

Aku menuduh kamu, kamu menuduh aku, aku dan kamu saling
menuduh, kamudan aku berseteru.

Aku adalah kau, kau adalah aku, kau dan aku sama saja.

c. Majas Simploke

Simploke adalah sejenis gaya bahasa repitisi yang berupa perulangan pada awal dan akhir
beberapa baris atau kalimat berturut-turut.

Contoh:

Kau katakan aku wanita pelacur. Aku katakan biarlah.

Kau katakan aku wanita mesum. Aku katakan biarlah.

Ada selusin gelas ditumpuk ke atas. Tak pecah.

Ada selusin piring ditumpuk ke atas. Tak pecah.

Kau bilang aku ini egois, aku bilang terserah aku

Kau bilang aku ini judes, aku bilang terserah aku

d. Majas Enomerasia

Adalah beberapa peristiwa yang membentuk satu kesatuan, dilukiskan satu persatu agar tiap
peristiwa dalam keseluruhannya tanpak dengan jelas.

Contoh :

Laut tenang. Di atas permadani biru itu tanpak satu-satunya perahu nelayan meluncur perlahan-
lahan. Angin berhempus sepoi-sepoi. Bulan bersinar dengan terangnya. Disana-sini bintang-
bintang gemerlapan. Semuanya berpadu membentuk suatu lukisan yang haromonis. Itulah
keindahan sejati.

Bunga yang cantik, kelopaknya indah, tangkainya indah, durinya pun cantik.

e. Majas Anonansi
Asonansi adalah sejenis gaya bahasa repetisi yang berwujud perulangan vokal yang sama.
Biasanya dipakai dalam karya puisi ataupun dalam prosa untuk memperoleh efek penekanan atau
menyelamatkan.

Contoh:

Tiada siaga tiada biasa

Jaga harga tahan raga

Mati api didalam hati.

f. Majas Anafora

Anafora ialah majas yang berupa pengulangan kata atau frase pada awal kalimat atau penggalan
kalimat yang disusun secara berurutan.

Contoh :

Dengan giatbelajar, kalian dapat mengambil jurusan yang diinginkan. Dengan giatbelajar, nilai-
nilai kalian akan memusakan.

Dengan giatbelajar, kalian dapat mencapai cita-cita yang diinginkan.

Berdosakah dia menyenangi dan mencintaimu?

Berdosakah dia selalu memimpikan dan merindukanmu?

Berdosakah dia ingin selalu berdampingan denganmu?

Berdosakah dia ingin sehidup semati denganmu?

Kucari kau dalam toko-toko

Kucari kau karena cemas karena sayang

Kucari kau karena sayang karena bimbang.

g. Majas Mesodiplosis

Mesodilopsis adalah sejenis gaya bahasa repitisi yang berwujud perulangan kata atau frase di
tengah-tengah baris atau beberapa kalimat berurutan.

Contoh:

Anak merindukan orang tua.

Orang tua merindukan anak.

Pendidik harus meningkatkan kecerdasan bangsa.


Para dokter harus meningkatkan kesehatan masyarakat.

Di hati dan lidahmu kami berharap

Suara kami tolong dengar lalu sampaikan.

h. Majas Tropen

Tropen adalah gaya bahasa yang menggunakan kiasan dengan kata atau istilah lain terhadap
pekerjaan yang dilakukan seseorang.

Contoh :

Seharian dia berkubur dalam kamarnya.

Bapak Presiden terbang ke Denpasar tadi pagi.

Tiap malam ia menjual suara dari satu panggung ke panggung lainnya.

i. Majas Kiasmus

Kiasmus adalah gaya bahasa yang berisikan perulangan dan sekaligus pula merupakan inversi
hubungan antara dua kata dalam satu kalimat.

Contoh:

Yang kaya merasa dirinya miskin, sedangkan yang miskin justru merasa dirinya kaya.

b. Sudah biasa dalam kehidupan ini banyak orang Pintar yang mengaku bodoh, dan
orangbodoh banyak yang merada dirinya pintar.

c.Ia menyalahkan yang benar dan membenarkan yang salah.

j. Majas Episfora

Epistrofa adalah semacam gaya bahasa repitisi yang berupa perulangan kata atau frase pada
akhir atau kalimat berurutan.

Contoh:

Bahasa resmi adalah bahasa Indonesia

Bahasa persatuan adalah bahasa Indonesia


Bahasa nasional adalah bahasa Indonesia

Bahasa kebanggaan adalah bahasa Indonesia.

Ibumu sedang memasak di dapur ketika kau sedang tidur.

Aku mencercah daging ketika kau tidur.

Bumi yang kau diami, laut yang kau layari adalah puisi,

Udara yang kau hirupi, ari yang kau teguki adalah puisi

k. Majas Anadiplosis

Anadiplosis adalah sejenis gaya bahasa repitisi dimana kata atau frase terakhir dari klausa atau
kalimat menjadi kata atau frase pertama dari klausa atau kalimat berikutnya.

Contoh:

Dalam raga ada darah

Dalam darah ada tenaga

Dalam tenaga ada daya

Dalam daya ada segalanya

Dalam baju ada aku,

Dalam aku ada hati,

Dalam hati : ah tak apa jua yang ada

B. Idiom

Idiom adalah ungkapan bahasa yang artinya tidak secara langsung di jabarkan. Setiap
kata yang membentuk idiom berarati di dalam nya sudah ada kesatuan bentuk dan makna.
Meski dengan perinsip ekonomi bahasa pun, salah satu unsurnya tidak boleh di hilang
kan. Setiap idiom sudah terpatri sedemikian rupa sehingga para pemakai bahasa mau tidak mau
harus tunduk pada aturan pemakainnya. Sebagian besar idiom yang berupa kelompok kata,
misalnya gulung tikar, adu domba dan muka tembok. Kelompok kata tersebut tidak boleh
dipertukarkan susunan nya menjadi : tikar gulung, domba adu, dan tembok muka. Karena ketiga
kelompok kata yang terahir itu bukan idiom.
Contoh lain :
Banting tulang : kerja keras

Gulung tikar : bangkrut


Angkat kaki : pergi
Naik pitam : marah
Buah bibir : topik pembicaraan

Contoh dengan kalimat :


o Mereka sudah banyak makan garam dalam hal itu. (banyak pengalaman)
o Hati-hati terhadapnya, ia terkenal si panjang tangan. (suka mencuri)
o Jeng Sri memang tinggi hati.(sombong)
o Karena ucapan orang itu, Waluyo naik darah.(marah)

C. Ungkapan Idiomatik

Di bawah tingkatan idiom ada pasangan kata yang selalu muncul bersama sebagaifrasa.
Misalnya Kelompok kata bertemudengan dan dibacakan oleh, kelompok kata ini bukan lah idiom
tetapi berprilaku idiom. Pasangan kelompok kata seperti ini disebut ungkapan idiomatik.
Kedua contoh kata di awah ini belum beraroma idiomatis karna tidak berisi ungkapan
idiomatik.
1. Polisi bertemu maling

2. Berita selengkapnya dibacakan Budi

Dengan alasan contoh 1 dan 2 tetap salah karna terasa timpang. Pembetulan nya tidak lain adalah
dengan cara menepatkan pasangan serasi , bagi kata bertemu yaitu dengan dan bagi kata
dibacakanyaitu oleh. Sehingga menjadi kata :
1. Polisi bertemu dengan maling
2. Berita selengkapnya dibacakan oleh Budi

Jadi, dalam pemakaian bahasa adakalanya kita perlu memperhatikan frasa tertentu, dalam
hal ini kata yang berpasangan tetap karna kedua kata itu secara bersama dalam menciptakan
idiomatik.

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN

Gaya bahasa atau majas adalah cara menutur atau mengungkapkan. Gaya
bahasa dipergunakan untuk meningkatkan kesan dengan jalan memperkenalkan serta
memperbandingkan suatu benda dengan benda lain atau hal lain yang lebih umum.
Idiom adalah ungkapan bahasa yang artinya tidak secara langsung di jabarkan. Setiap kata
yang membentuk idiom berarati di dalam nya sudah ada kesatuan bentuk dan makna.Meski
dengan perinsip ekonomi bahasa pun, salah satu unsurnya tidak boleh di hilang kan.karena para
pemakai bahasa mau tidak mau harus tunduk pada aturan pemakainnya.
Ungkapan idiomatik adalah pasangan kata yang selalu muncul bersama sebagaifrasa.

DAFTAR PUSTAKA

http://mulanovich.blogspot.co.id/2013/01/kumpulan-majas-gaya-bahasa-beserta.html
http://www.peribahasaindonesia.com/pengertian-gaya-bahasa/
http://www.peribahasaindonesia.com/pengertian-idiom/
http://arial001.blogspot.co.id/2014/04/makalah-majas-perulangan-beserta.html

Anda mungkin juga menyukai