PUTARAN KRITIS
Oleh:
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan
akhir pratikum FENOMENA DASAR, khususnya ”PUTARAN KRITIS” sebagai
laporan akhir pratikum PUTARAN KRITIS ini tepat pada waktunya.
Pertama-tama penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Orang tua yang telah memberikan dorongan moril dan materildalam
proses pembuatan laporan akhir ini.
2. Bapak Mustafa Akbar,ST.,MT,selaku dosen pengampu praktikum
fenomena dasar khususnya dibidang kontruksi.
3. Asisten praktikum fenomena dasar khususnya di laboratorium
kontruksi dan perancangan yang telah membimbing dan memberikan
arahan dalam proses pembuatan laporan ini
4. Teman-teman yang telah membantu dalam pembuatan laporan
pratikum fenomena dasar,khususnya PUTARAN KRITIS.
Penulis telah berusaha menyusun laporan ini dengan sebaik-baiknya.
Namun, penulis menyadari akan keterbatasan kemampuan penulis, sehinggamasih
terdapatnya banyak kesalahan dan kekurangan yang luput dari perhatian penulis.
Penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca sangatlah diharapkan untuk
membangun kedepannya. atas perhatiannya penulis mengucapkan banyak terima
kasih.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR NOTASI
v
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari diadakannya praktikum ini yaitu, sebagai berikut:
1. Mengetahui karakteristik poros dan mengamati hubungan antara defleksi
yang terjadi dengan posisi rotor untuk berbagai tegangan.
2. Mengamati fenomena yang terjadi dengan berputarnya poros pada tegangan
yang telah ditentukan.
3. Menentukan putaran kritis yang terjadi dengan berputarnya poros pada variasi
tegangan.
1.3 Manfaat
Adapun manfaat yang diperoleh dari praktikum putaran kritis ini yaitu:
1. Mahasiswa mampu mengetahui karakteristik poros dan mengamati hubungan
antara defleksi yang terjadi dengan posisi rotor untuk berbagai tegangan.
1
2
3
4
2.1.2 Poros
Gandar (berputar atau diam) atau poros adalah untuk menopang bagian
mesin yang diam, berayun atau berputar, tetapi tidak menderita momen putar dan
dengan demikian tegangan utamanya adalah tekukan (bending). Gandar pendek
juga disebut sebagai baut.
5
Bagian yang berputar dalam bantalan dari gandar (dan poros) disebut tap.
Poros (keseluruhannya berputar) adalah untuk mendukung suatu momen putar
dan mendapat tegangan puntir dan tekuk. Menurut arah memanjangnya
(longitudinal) maka dibedakan poros yang bengkok (poros engkol) terhadap
poros lurus biasa, sebagai poros pejal atau poros berlubang, keseluruhannya rata
atau dibuat mengecil. Menurut penampang melintangnya disebutkan sebagai
poros bulat dan poros profil (contohnya dengan profil alur banyak dan profil –
K). Disamping itu dikenal juga poros engsel, poros teleskop, poros lentur, dan
lain-lain. Persyaratan khusus terhadap design dan pembuatan adalah sambunagn
dari poros dan naf serta poros dengan poros.
Pembuatan poros sampai diameter 150 mmadalah dari baja bulat (St 42,
St 50, St 70 dan baja campuran) yang diputar atau ditarik.Dari lebih tebal ditempa
menjadi jauh lebih kecil. Poros beralur diakhiri dengan penggosokan, dalam hal
dikehendaki bulatan yang tepat. Tempat bantalan dan peralihan menurut
persyaratan diputar halus digosok, dipoles, dicetak dan pada pengaretan tinggi
kemudian dikeraskan.
Pemilihan bahan poros selain diarahkan menurut beban yang dikenakan
dan kekakuan bentuk yang diperlukan juga menurut kondisi pemasangannya,
contohnya pada poros rituel yang bahannya dipilih setelah untuk roda giginya.
Pada bantalan luncur maka keausan dan sifat putaran darurat memegang
perangkat, tetapi pemuaian dan nilai pukulan takikan menurun (kepekaan takikan
lebih tinggi).
Design pada poros diarahkan menurut bagian tetap yang mana poros atau
gandar dihubungkan (bantalan, sil dan naf dari piringan atau roda yang dipasang).
Sebagai gambaran maka tempat sambungan yang dibuat dengan benar yang
peralihannya dibuatkan dengan baik, yaitu umumnya pada perlemahan dari
berbagai pengaruh takikan.
Yang perlu diperhatikan dalam perancangan poros ini diantaranya :
1. Gandar diam dapat ditahan jauh lebih ringan daripada poros yang berputar
yang diputar.
2. Poros dari baja kekuatan tinggi tidak sekaku seperti dari St.42 yang semacam
itu (modulus E sama), hanya kekuatan tekuk berubah-ubah atau kekuatan
6
torsi berubah-ubah yang lebih besar, kalau pengaruh takikan yang tajam
dihindarkan.
3. Poros berlubang denagn d1 = 0,5d beratnya hanya 75%, tetapi tahanan
momennya 94% dari poros pejal.
4. Poros berputar yang kencang berlubang kencang memerlukan kekuatan
yang baik, bantalan yang kaku dan pembentukan yang kaku.
5. Panjang konstruksi dari mesin seringkali sangat tergantung pada panjang
dari tap bantalan, naf dan sil.
1. Kekuatan poros
Pada poros transmisi misalnya dapat mengalami beban puntir atau
lentur atau gabungan antara puntir dan lentur. Juga ada poros
yangmendapatkan beban tarik atau tekan, seperti poros baling-baling
kapal atau turbin.
Kelelahan tumbukan atau pengaruh konsentrasi tegangan bila diameter
poros diperkecil (poros bertangga) atau bila poros mempunyai alur pasak
harus diperhatikan. Jadi, sebuah poros harus direncanakan cukup kuat
untuk menahan beban-beban yang terjadi.
2. Kekakuan poros
Walaupun sebuah poros mempunyai kekuatan yang cukup, tetapi jika
lenturan dan defleksi puntirannya terlalu besar, maka hal ini akan
mengakibatkan ketidaktelitian (pada mesin perkakas) atau getaran dan
suara (misalnya pada turbin dan kotak roda gigi).
3. Putaran kritis
Putaran kritis terjadi jika putaran mesin dinaikkan pada suatu harga
putaran tertentu sehingga dapat terjadi getaran yang terlalu besar. Hal ini
dapat mengakibatkan kerusakan pada poros dan bagian-bagian yang
lainnya. Untuk itu, maka poros harus direncanakan sedemikian rupa
sehingga putaran kerjanya lebih rendah dari putaran kritis.
4. Korosi
Bahan-bahan tahan korosi harus dipilih untuk poros propeller dan
pompa bila terjadi kontak dengan fluida yang korosif. Demikian pula
untuk poros-poros yang terancam kavitas dan poros mesin yang sering
berhenti lama.
5. Bahan poros
Bahan untuk poros mesin umum biasanya terbuat dari baja karbon
konstruksi mesin, sedangkan untuk pembuatan poros yang dipakai untuk
meneruskan putaran tinggi dan beban berat umumnya dibuat dari baja
paduan dengan pengerasan kulit yang sangat tahan terhadap keausan.
Beberapa diantaranya adalah baja khrom nikel, baja khrom, dan baja
khrom molybdenum.
8
2. Spindle
Poros tranmisi yang relatif pendek, seperti poros utama mesin perkakas,
dimana beban utamanya berupa puntiran, disebut spindle. Syarat yang
harus dipenuhi poros ini adalah deformasinya yang harus kecil, dan
bentuk serta ukuranya harus teliti.
3. Gandar
Gandar adalah poros yang tidak mendapatkan beban puntir,bahkan
kadang-kadang tidak boleh berputar. Contohnya seperti yang dipasang
diantara roda-roda kereta barang.
lama. Posisi bantalan harus kuat, hal ini agar elemen mesin dan poros bekerja
dengan baik.
Berdasarkan gerakan bantalan terhadap poros, maka bantalan dibedakan
menjadi dua hal berikut :
1. Bantalan luncur, dimana terjadi gerakan luncur antara poros dan bantalan
karena permukaan poros ditumpu oleh permukaan bantalan dengan
lapisan pelumas.
4. Bantalan Aksial
Bantalan aksial digunakan untuk menahan gaya aksial. Adapun
macamnya, yaitu bantalan telapak dan bantalan kerah.Pada bantalan
telapak, tekanan yang diberikan oleh bidang telapak poros kepada bidang
bantalan semakin besar untuk titik yang semakin dekat dengan pusat.
5. Bantalan Gelinding
Keuntungan dari bantalan ini mempunyai gesekan yang sangat kecil
dibandingkan dengan bantalan luncur. Macam – macam bantalan
gelinding diantaranya: Pertama. Bantalan bola radial alur dalam baris
tunggal.Kedua, Bantalan bola radial magneto.Ketiga.Bantalan bola
kontak sudut baris tunggal.Keempat.Bantalan bola mapan sendiribaris
ganda.
11
pada poros, atau suatu kombinasidari keduanya. Meskipun kedua peristiwa itu
berbeda, namun akan ditunjukkan bahwa masing – masing dapat ditangani
dengan cara – cara yang serupa dengan memperhatikan frequensi pribadi dari
isolasi. Karena poros – poros pada dasarnya elastik, dan menunjukkan
karakteristik – karakteristik pegas.
Poros ini mengalami suatu momen punter atau momen lentur .Jika pada
poros tersebut terdapat kombinasi antara momen lentur dan momen puntir maka
perancangan poros harus didasarkan pada kedua momen tersebut. Banyak teori
telah diterapkan untuk menghitung elastic failure dari material ketika dikenai
momen lentur dan momen puntir, misalnya :
1. Maximum shear stress theory atau Guest’s theory
Teori ini digunakan untuk material yang dapat diregangkan (ductile),
misalnya baja lunak (mild steel).
2. Maximum normal stress theory atau Rankine’s theory
Teori ini digunakan untuk material yang keras dan getas (brittle),
misalnya besi cor (cast iron).
Secara analitis getaran yang mengakibatkan tegangan pada poros dapat
dihitung secara terperinci. Misalnya, tegangan geser yang diizinkan untuk
pemakaian umum pada poros dapat diperoleh dari berbagai cara, salah satu cara
diantaranya dengan menggunakan perhitungan berdasarkan kelelahan puntir
yang besarnya diambil 40% dari batas kelelahan tarik yang besarnya kira-kira
45% dari kekuatan tarik. Jadi batas kelelahan puntir adalah 18% dari kekuatan
tarik, sesuai dengan standar ASME. Untuk harga 18% ini faktor keamanan
diambil sebesar . Harga 5,6 ini diambil untuk bahan SF dengan kekuatan yang
dijamin dan 6,0 untuk bahan S-C dengan pengaruh masa dan baja paduan. Faktor
ini dinyatakan dengan . Selanjutnya perlu ditinjau apakah poros tersebut akan
diberi alur pasak atau dibuat bertangga karena pengaruh konsentrasi tegangan
cukup besar. Pengaruh kekasaran permukaan juga harus diperhatikan. Untuk
memasukan pengaruh ini kedalam perhitungan perlu diambil faktor yang
dinyatakan dalam yang besarnya 1,3 sampai 3,0 (Sularso dan Kiyokatsu suga,
1994: 8).
13
Dimana:
g = gravitasi (9,81 m/𝑠 2 )
P = Gaya (N)
Defleksi (δ) merupakan keadaan dimana sebuah batang dengan panjang
L yang dikenai beban sebesar P maka akan mengalami pelendutan sejauh X
(mm). Besarnya defleksi untuk setiap material berbeda-beda bergantung pada
posisi pembebanan, modulus elastisitas bahan I, Inersia penampang (I), serta
panjang batang (L).Bentuk-bentuk defleksi yang diakibatkan oleh pemberian
beban pada batang dalam berbagai posisi dapat dilihat pada lampiran. Defleksi
dipengaruhi oleh Momen Inersia poros, dimana besarnya momen inersia poros
dapat ditentukan dengan persamaan berikut :
𝜋.𝑑4
𝐼= ............................................. (2.2)
64
Dimana :
I = momen inersia
d = diameter penampang poros (mm)
Sehingga besarnya putaran kritis dapat ditentukan dengan persamaan
berikut
60 𝑘
𝑁𝐶 = √ ............................. (2.3)
2𝜋 𝑚
Gambar 2.9 Gerak dan gaya poros berputar terhadap satu sumbu tetap
16
Pusat geometri dari piringan , O adalah sama dengan pusat poros pada
piringan. Ketika poros berputar, titik tinggi T akan berputar terhadap sumbu
bantalan S. Gaya inersia piringan diseimbangkan oleh apa yang dapat disebut
dengan gaya pegas dari poros ketika poros berputar. Gaya inersia, untuk sebuah
massa yang berpuatr terhadap satu pusat tetap, adalah :
𝑊
(𝑟 + 𝑒)𝜔2 .................................. (2.5)
𝑔
Gaya pegas dari poros dapat dinyatakan dengan Kr, dimana k adalah laju
pegas poros, yakni gaya yang diperlukan per cm lendutan poros pada piringan.
Dengan menyamakan jumlah gaya-gaya pada gambar dengan nol, dengan
termasuk gaya inersia, maka didapatkan
𝑊
(𝑟 + 𝑒)𝜔2 − 𝑘𝑟 2 = 0 ................... (2.6)
𝑔
𝑑2𝑦
Persamaan tersebut disubstitusi ke dalam persamaan 𝐸𝐼 ( ) = −𝑀
𝑑𝑥 2
persamaan garis elastis sehingga didapat
Sehingga
𝑑𝑦 −𝑃𝑏𝑥 2 𝑃(𝑥−𝑎)2
𝐸𝐼 (𝑑𝑥 ) = + + 𝐶1.................. (2.11)
2𝐿 2
Besarnya L – a = b
𝑃 6𝑃𝐿𝐸𝐼
𝑘= = ......................... (2.14)
𝑟 𝑎𝑏(𝐿2 −𝑎2 −𝑏2 )
Khusus untuk poros yang sedang dibahas ini, kecepatan kritis dapat
dinyatakan dengan
6𝑃𝐿𝐸𝐼 𝑔
𝜔 = √𝑎𝑏(𝐿2 −𝑎2 −𝑏2) 𝑟𝑎𝑑/𝑑𝑒𝑡 ................. (2.15)
𝑊
Sebuah metode alternative adalah dengan menulis laju pegas k dalam suku-
suku suatu beban spesifik dan lendutan spesifik, beban yang sama dengan berat
piringan, yaitu P=W. Lendutan resultane akan berupa lendutan static dari poros
horizontal, dibawah aksi beban piringan, lendutan static tersebut dinamakan xst-
Jadi,
𝑃 𝑊 𝑔 1/2
𝑘= , 𝜔 = (𝑘𝑔/𝑊)1/2 = [𝑥 ] = (𝑔/𝑥𝑠𝑡 ) 𝑟𝑎𝑑/𝑠 ....... (2.16)
𝑟 𝑠𝑡 𝑊
3.1 Peralatan
Adapun peralatan yang digunakan dalam praktikum fenomena dasar putaran
kritis ini adalah sebagai berikut:
1. Seperangkat alat uji putaran kritis
2. Beban (Rotor)
3. Tachometer
Tachometer digunakan sebagai alat ukur kecepatan putar dari poros.
21
22
4. Mistar
Mistar digunakan sebagai alat ukur jarak antara massa yang diberikan.
5. Kunci
Kunci berfungsi untuk membuka bantalan pada alat uji putaran kritis
2. Pasang semua peralatan seperti pengatur putaran rotor, motor, bantalan, dan
peralatan lain dalam keadaan baik.
23
3. Pasangkan poros dengan dua pembebanan dan atur posisi (besar nilai a dari
posisi beban tersebut).
4. Hidupkan motor dan atur tegangan dengan slide regulator (pada percobaan
menggunakan tegangan 100 V, 125 V dan 150 V).
9. Hidupkan motor dan atur tegangan dengan slide regulator (pada percobaan
menggunakan tegangan 100 V, 125 V dan 150 V).
L a b Nc m K
(mm)
V (mm) (mm) (rpm) (Kg)
P (N) I (m²) δ (m) (N/m)
Nc_T
100 1480
640 125 210 430 1486 4,5x10-5 3,5x105 4439,67
150 1489
100 1479
640 125 230 410 1488 1,62 15,925 7,7E-09 4,9x10-5 3,2x105 4251,35
150 1491
100 1485
640 125 250 390 1491 5,2x10-5 3x105 4111.82
150 1492
a Nc m
L (mm) V (mm) (rpm) (Kg)
P (N) I (mm²) δ (m) K (N/m) Nc_T
100 1480
2,3x10
640 125 210 1486 -5 1,38x105 6245,27
150 1489
100 1479
2.5x10
640 125 230 1488 3,2 31,85 7,857E-09 -5 5,3 x105 3701,45
150 1491
100 1485
2.7x10
640 125 250 1491 -5 7,3 x104 3550,86
150 1492
25
26
D4
I
64
𝜋.× (0,02)4
𝐼= = 7,85 × 10−9 𝑚4
64
Perhitungan gaya pada poros
P m g
60 k
Nc
2 m
60 3 × 10⁵
𝑁𝑐 = √ = 4111,82 𝑟𝑝𝑚
2𝜋 15,92
27
Contoh perhitungan untuk poros yang beri dua beban dengan tegangan 125
V:
Diketahui :
Diameter poros ( d ) = 20 mm
Massa 2 beban ( m ) = 3,2 kg
Modulus elasitas ( E ) = 1,9 × 1011 Pa
Gravitasi = 9.8 m/𝑠 2
Perhitungan untuk a = 0,25 m
Perhitungan inersia
D4
I
64
𝜋. (0,02𝑚)4
𝐼= = 7,85 × 10−9 𝑚𝑚4
64
Perhitungan gaya pada poros
P m g
Perhitungan defleksi
𝑃𝑎
𝛿𝑚𝑎𝑥 = (3𝐿2 − 4𝑎2 )
24 𝐸 𝐼
31,85𝑁. 0,25 𝑚
𝛿𝑚𝑎𝑥 = (3(0,64)2 − 4(0,02)2
24 . 1,9 × 1011 Pa 7,85 × 10−9 𝑚𝑚4 .
𝛿𝑚𝑎𝑥 = 2,7𝑥10−5 𝑚
Perhitungan konstanta kekakuan poros
P
k
31,85 𝑁
𝑘= = 7,3 × 10⁵ 𝑁/𝑚
2,7𝑥10−5 𝑚
Perhitungan putaran kritis
60 k
Nc
2 m
60 7,3 ×10⁵
𝑁𝑐 = √ = 3550,86 𝑟𝑝𝑚
2𝜋 15,92
28
100
80
60
40
20
0
1478 1480 1482 1484 1486 1488 1490 1492 1494
Nc_Percobaan
120
100
80
60
40
20
0
1470 1475 1480 1485 1490
Nc_Percobaan
tersebut menunjukkan bahwa poros akan menghasilkan getaran yang sangat hebat
seiring dengan naiknya putaran, maka dapat disimpulkan poros mulai mendekati
putaran kritis dan getaran kritis.
Pada putaran menggunakan 1 beban (rotor), dari data dan hasil pengamatan,
poros akan tereksentrisasi atau terdefleksi relative besar karena ketidakseimbangan
gaya yang dialami ileh poros. Sedangkan poros menggunakan 2 beban (rotor)
terdapat gaya-gaya penyeimbang diakarenakan jarak pada setiap (rotor) membuat
poros lebih seimbang sehingga mengurangi getaran dan eksentrisasi pada poros.
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Ada beberapa hal yang bisa disimpulkan dari praktikum putaran kritis,
yaitu:
1. Poros akan menghasilkan defleksi dan getaran yang relative besar jika posisi
rotor (beban) berada ditengah karena ketidakseimbangan gaya yang
dihasilkan pada saat poros berputar, sedangkan dengan 2 beban dengan jarak
yang sedemikan, putaran yang diahsilkan lebih stabil karena 2 beban tersebut
menyeimbangi poros saat berputar.
2. Fenomena yang terjadi adanya getaran yang besar dan suara seiring
ditambahkannya putaran pada poros.
3. Putaran kritis dapat ditentukan denagan persamaan-persamaan yang telah
turunkan dan dapat juga ditentukan dari penghilatan dan pendengaran pada
saat praktikum.
5.2 Saran
Adapun saran setelah dilaksankannya praktikum ini ialah:
1. Perhatikan dengan benar dan teliti pada saat alat ukur (tachometer) membaca
putaran.
2. Amati poros apabila terjadi putaran kritis, maka jangan membiarkan getaran
tersebut terlalu lama yang mana dapat merusak alat uji.
3. Tata alat sedemikan baik dan rapi sehingga tidak menganggu pada saat
praktikum.
30
DAFTAR PUSTAKA
Team Asisten LKM 2008. Panduan Praktikum Fenomena Dasar Mesin Bid.