Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH BAHASA INDONESIA

GAYA BAHASA DALAM NOVEL “Kekuatan


Cinta Karya Sastri Bakry”

DOSEN PENGAMPU : YANTI SUMARSIH, M.Pd

DISUSUN OLEH :

RAIH REZKI GULTOM (1607115935)

KELAS : TEKNIK MESIN S1.B

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan begitu banyak berkat dan rahmatNYA hingga memudahkan jalan
bagi penulis dalam menyelesaikan makalah yang berjudul Gaya Bahasa dalam
Novel Kekuatan Cinta Karya Sastri Bakry.

Selesainya makalah ini, tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai
pihak yang sangat membantu penulis, baik berupa moril maupun materil. Untuk
itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah ikut serta
membantu kelancaran penulisan sehingga akhirnya tugas ini dapat terselesaikan.
Ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada:

1. Ibu Yanti Sumarsih, M,Pd selaku Dosen Pengampu matakuliah Bahasa


Indonesia, Universitas Riau.
2. Kedua orang tua yang senantiasa memberi dukungan dan doa.
3. Teman-teman yang mendukung, dan berbagai sumber.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan


makalah ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritikan dan saran yang
membangun agar makalah ini dapat menjadi makalah yang baik dan bermanfaat
nantinya.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak.

Pekanbaru, 10 Juni 2017

Raih Rezki Gultom,

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................... ii


DAFTAR ISI.................................................................................................................. iii
BAB I .............................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................................... 4
BAB II............................................................................................................................. 5
PEMBAHASAN ............................................................................................................. 5
2.1 Pengertian Gaya Bahasa .............................................................................. 5
2.2 Sendi Gaya Bahasa........................................................................................ 6
2.3 Jenis-Jenis Gaya Bahasa .............................................................................. 7
2.4 Gaya Bahasa dalam Novel “Kekuatan Cinta Karya Sastri Bakry” .......... 13
BAB III ......................................................................................................................... 16
PENUTUP .................................................................................................................... 16
3.1 Simpulan ...................................................................................................... 16
3.2 Saran ............................................................................................................ 16
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 17

iii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Berbicara tentang gaya bahasa, kita tidak pernah terlepas dari suatu usaha
memperbandingkan dua hal atau sesuatu yang berbeda. Dua hal yang kita
perbandingkan itu tentu saja merupakan hal-hal yang tidak jauh dari kehidupan
kita sehari-hari. Hal-hal yang dibicarakan itu sangat erat dengan kegiatan
berbahasa kita, karena hal-hal tersebut merupakan obyek kegiatan tingkah laku
berbahasa kita. Di dalam berbahasa, kita dengan tidak menyadarinya seringkali
mempergunakan gaya bahasa yang membuat sesuatu hal seakan-akan mempunyai
sifat seperti manusia.

Gaya atau khususnya Gaya Bahasa dikenal dalam retorika dengan istilah
style, kata style diturunkan dari kata latin stilus, yaitu semacam alat untuk menulis
pada lempengan lilin. Dalam keahlian menggunakan alat ini dapat mempengaruhi
jelas tidaknya tulisan pada lempengan lilin tersebut sehingga penekanan dititik
beratkan pada keahlian penulisan indah , sehingga style berubah menjadi
kemampuan dan keahlian untuk menulis atau mempengaruhi kata-kata secara
indah. Karena perkembangan itu, Gaya Bahasa atau style menjadi masalah atau
bagian dari diksi atau pilihan kata yang mempersoalkan cocok tidaknya
pemakaian kata, frasa, atau klausa tertentu untuk menghadapi situasi tertentu.

Dengan demikian, persoalan Gaya Bahasa meliputi semua hirarki


kebahasaan, misalnya pilihan kata secara individual, frasa, klausa, kalimat yang
mencakup sebuah wacana secara luas. Dengan begitu penyelidikan Gaya Bahasa
dapat mencakup tentang masalah perulangan bunyi, inversi atau pembalikan
susunan kata dan kalimat yang mempunyai fungsi estetis.

Majas sering dianggap sebagai sinonim dari gaya bahasa, namun


sebenarnya majas termasuk dalam gaya bahasa. Dalam tulisan ini pengertian gaya

1
bahasa adalah cara menggunakan bahasa dalam konteks tertentu, oleh orang
tertentu, untuk tujuan tertentu.

Sebenarnya, apakah fungsi penggunaan gaya bahasa? Pertama-tama, bila


dilihat dari fungsi bahasa, penggunaan gaya bahasa termasuk ke dalam fungsi
puitik yaitu menjadikan pesan lebih berbobot. Pemakaian gaya bahasa yang tepat
(sesuai dengan waktu dan penerima yang menjadisasaran) dapat menarik
perhatian penerima. Sebaliknya, bila penggunaannya tidak tepat,
maka penggunaan gaya bahasa akan sia-sia belaka, bahkan mengganggu pembaca.
Misalnya apabila dalam novel remaja masa kini terdapat banyak gaya bahasa dari
masa sebelum kemerdekaan, maka pesan tidak sampai dan novel remaja itu tidak
akan disukai pembacanya. Pemakaian gaya bahasa juga dapat menghidupkan apa
yang dikemukakan dalam teks, karena gaya bahasa dapat mengemukakan gagasan
yang penuh makna dengan singkat.

Pemakaian majas baik dalam pendidikan atau yang lainnya diharapkan


dapat membantu dalam tulisan. Apalagi bagi para pendidik, penulis. Baik novel
ataupun penulis puisi. Majas dapat dijadikan sebagai cara mengungkapkan pikiran
melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis
dengan pilihan kata, frase, klausa, dan kalimatnya.

Berkenaan dengan hal tersebut bagi peningkatan profesionalisme dan


karier pendidik, perlu disusun sebuah makalah yang mampu menjadi wahana para
pendidik untuk memperoleh wawasan, pengetahuan, dan konsep keilmuan
berkenaan tentang majas.

Majas atau gaya bahasa adalah pemanfaatan kekayaan bahasa, pemakaian


ragam tertentu untuk memperoleh efek-efek tertentu, keseluruhan ciri bahasa
sekelompok penulis sastra dan cara khas dalam menyampaikan pikiran dan perasaan, baik
secara lisan maupun tertulis. Majas adalah cara menampilkan diri dalam bahasa.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, gaya bahasa atau majas adalah
pemanfaatan kekayaan bahasa, pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh efek-
efek tertentu, keseluruhan ciri bahasa sekelompok penulis sastra dan cara khas

2
dalam menyampaikan pikiran dan perasaan, baik secara lisan maupun tertulis.
Dengan kata lain, gaya bahasa atau majas adalah cara khas dalam menyatakan
pikiran dan perasaan dalam bentuk tulisan atau lisan. Kekhasan dari gaya bahasa
ini terletak pada pemilihan kata-katanya yang tidak secara langsung menyatakan
makna yang sebenarnya. Sedangkan menurut Prof.Dr.H.G.Tarigan bahwa majas
adalah cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang
memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis.

Unsur kebahasaan antara lain : pilihan kata, frase, klausa, dan kalimat. Menurut Goris
Keraf, sebuah majas dikatakan baik bila mengandung tiga dasar, yaitu:
kejujuran,sopan santun, dan menarik.

Penelitian ini dilatar belakangi oleh bahasa sebagai alat untuk menciptakan
karya. Adapun masalah yang ditemukan adalah untuk melihat “Bagaimanakah
analisis gaya bahasa dalam novel Kekuatan Cinta karya Sastri Bakry yang
berkaitan dengan gaya bahasa yang berpusat pada kata dan kalimat?”. Penelitian
ini bertujuan untuk mendeskripsikan analisis gaya bahasa dalam novel Kekuatan
Cinta karya Sastri Bakryyang berkaitan dengan gaya bahasa yang berpusat pada
kata dan kalimat.Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif denganmetode
analisis isi. Data yang diperoleh dideskripsikan lalu dianalisis untuk memperoleh
gaya bahasa yang terdapat dalam novel Kekuatan Cinta karya Sastri Bakry. Hasil
penelitian dapat disimpulkan bahwa Kekuatan Cinta karya Sastri Bakry digunakan
beberapa gaya bahasa. Gaya bahasa tersebut yaitu: (1) gaya yang berpusat pada
kata yang menyangkut penggunaan kata dalam karya sastra, gaya bahasa tersebut
meliputi gaya bahasa tak resmi dan gaya bahasa percakapan. (2) gaya yang
berpusat pada kalimat meliputi klimaks, antiklimaks, paralelisme, antitesis dan
repetisi. Pada novel Kekuatan Cinta pengarang lebih dominan menggunakan gaya
bahasa percakapan untuk mengungkapkan pikiran atau gagasannya agar pembaca
memahami apa yang disampaikan oleh pengarang dan gaya bahasa tersebut juga
menjadi styletersendiri bagi Sastri Bakry.

3
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, perlu kiranya penulis untuk


menjelaskan secara rinci mengenai :

1. Apa hakikat gaya bahasa dalam novel Kekuatan Cinta?


2. Apa saja fungsi gaya bahasa dalam novel Kekuatan Cinta?
3. Apa saja jenis gaya bahasa dalam novel Kekuatan Cinta?

1.3 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mendeskripsikan hakikat gaya bahasa dalam novel Kekuatan Cinta.


2. Untuk mendeskripsikan fungsi gaya bahasa dalam novel Kekuatan Cinta.
3. Untuk mendeskripsikan jenis-jenis gaya bahasa dalam novel Kekuatan Cinta.

4
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Gaya Bahasa
Gaya atau khususnya gaya bahasa dikenal dalam retorika dengan istilah
style. Kata style diturunkan dari kata Latin stiliis, yaitu semacam alat untuk
menulis pada lempengan lilin. Keahlian menggunakan alat ini akan
mempengaruhi jelas tidaknya tulisan pada lempengan tadi. Kelak pada waktu
penekanan dititikberatkan pada keahlian untuk menulis indah, maka style lalu
berubah menjadi kemampuan dan keahlian untuk menulis atau mempergunakan
kata-kata secara indah. Walaupun kata style berasal dan bahasa Latin, orang
Yunani sudah mengembangkan sendiri teori-teori mengeenai style itu. Ada dua
aliran yang terkenal, yaitu:

2.3 Aliran Platonik: menganggap style sebagai kualitas suatu ungkapan;


menurut mereka ada ungkapan yang memiliki style, ada juga yang tidak
rnemliki style.
3.3 Aliran Aristoteles: menganggap bahwa gaya adalah suatu kualitas yang
inheren, yang ada dalam tiap ungkapan.

Dengan demikian, aliran Plato mengatakan bahwa ada karya yang


memiliki gaya dan ada karya yang sama sekali tidak memiliki gaya. Sebaliknya,
aliran Aristoteles mengatakan bahwa semua karya memiliki gaya, tetapi ada karya
yang memiliki gaya yang tinggi ada yang rendah, ada karya yang memiliki gaya
yang kuat ada yang lemah, ada yang memiliki gaya yang baik ada yang memiliki
gaya yang jelek. Bila kita melihat gaya secara umum, kita dapat mengatakan
bahwa gaya adalah cara mengungkapkan diri sendiri, entah melalui bahasa,
tingkah laku, berpakaian, dan sebagainya. Dengan menerima pengertian ini, maka
kita dapat mengatakan, “Cara berpakaiannya menarik perhatian orang banyak”,
“Caramenulisnya lain daripada kebanyakan orang”, “Cara jalannya lain dan
yanglain”, yang memang sama artinya dengan “gaya berpakaian”, “gaya
menulis”dan “gaya berjalan”.Dilihat dan segi bahasa, gaya bahasa adalah cara
menggunakan bahasa. Gaya bahasa memungkinkan kita dapat menilai

5
pribadi,watak, dan kemampuan seseorang yang mempergunakan bahasa itu.
Semakinbaik gaya bahasanya, semakin baik pula penilaian orang terhadapnya;
semakinburuk gaya bahasa seseorang, semakin buruk pula penilaian
diberikanpadanya.

2.2 Sendi Gaya Bahasa


Syarat-syarat manakah yang diperlukan untuk membedakan suatu gaya
bahasa yang baik dan gaya bahasa yang buruk? Sebuah gaya bahasa yang baik
harus mengandung tiga unsur berikut: kejujuran, sopan-santun, dan
menarik.Kejujuran dalam bahasa berarti: kita mengikuti aturan-aturan. kaidah-
kaidah yang baik dan benar dalam berbahasa. Pemakaian kata-kata yang kaburdan
tak terarah, serta penggunaan kalimat yang berbelit-belit, adalah jalanuntuk
mengundang ketidakjujuran. Pembicara atau penulis tidakmenyampaikan isi
pikirannya secara terus terang; ia seolah-olahmenyembunyikan pikirannya itu di
balik rangkaian kata-kata yang kabur danjaringan kalimat yang berbelit-belit tak
menentu. Iahanya mengelabuipendengar atau pembaca dengan mempergunakan
kata-kata yang kabur dan“hebat’: hanya agar bisa tampak lebih intelek atau lebih
dalampengetahuannya.

Yang dimaksud dengan sopan-santun adalah memberi penghargaan atau


menghormati orang yang diajak bicara, khususnya pendengar atau pembaca.Rasa
hormat di sini tidak berarti memberikan penghargaan atau
menciptakankenikmatan melalui kata-kata, atau mempergunakan kata-kata yang
manissesuai dengan hasa-basi dalam pergaulan masyarakat beradab. Rasa
hormatdalam gaya bahasa dimanifestasikan melalui kejelasan dan
kesingkatan.Menyampaikan sesuatu secara jelas berarti tidak membuat pembaca
atau pendengar memeras keringat untuk mencari tahu apa yang ditulis
ataudikatakan.

Di samping itu, pembaca atau pendengar tidak perlu membuang- buang


waktu untuk mendengar atau membaca sesuatu secara panjang lebar,kalau hal itu

6
bisa diungkapkan dalam beberapa rangkaian kata. Kejelasandengan demikian
akan diukur dalam heberapa butir kaidah berikut, yaitu:

1. kejelasan dalam struktur gramatikal kata dan kalimat;


2. kejelasan dalam korespondensi dengan fakta yang diungkapkan melalui
kata-kata atau kalimat tadi;
3. kejelasan dalam pengurutan ide secara logis;
4. kejelasan dalam penggunaan kiasan dan perbandingan.

Kejujuran, kejelasan serta kesingkatan harus merupakan langkah dasar dan


langkah awal. Bila seluruh gaya bahasa hanya mengandalkan kedua (atau ketiga)
kaidah tersebut di atas, maka bahasa yang digunakan masih terasa tawar, tidak
menarik. Sebab itu, sebuah gaya bahasa harus pula menarik. Sebuah gaya yang
menarik dapat diukur melalui beberapa komponen berikut: variasi, humor yang
sehat, pengertian yang baik, tenaga hidup (vitalitas), dan penuh daya khayal
(imajinasi).

2.3 Jenis-Jenis Gaya Bahasa


Terdapat beberapa jenis gaya bahasa, yaitu:
2.3.1 Segi Nonbahasa

Pengikut Aristoteles menerima style sebagai hasil dan bermacam-macam


unsur. Pada dasarnya style dapat dibagi atas tujuh pokok sebagai berikut:

1. Berdasarkan pengarang: gaya yang disebut sesuai dengan nama pengarang


dikenal berdasarkan ciri pengenal yang digunakan pengarang atau penulis
dalam karangannya. Pengarang yang kuat dapat mempengaruhi orang-
orang sejamannya, atau Pengikut-pengikutnya, sehingga dapat membentuk
sebuah aliran. Kita mengenal gaya Ehainil, gaya Takdir, dan sebagainya.
2. Berdasarkan Masa: gaya bahasa yang didasarkan pada masa dikenal
karena ciri-ciri tertentu yang berlangsung dalam suatu kurun
waktutertentu. Misalnya ada gaya lama, gaya klasik, gaya sastra modern,
dan sebagainya.

7
3. Berdasarkan Medium: yang dimaksud dengan medium adalah bahasa
dalam arti alat komunikasi. Tiap bahasa, karena struktur dan situasi sosial
pemakainya, dapat memiliki corak tersendiri. Sebuah karya yang ditulis
dalam bahasa jerman akan memiliki gaya yang berlainan, bila ditulis
dalam bahasa Indonesia, Prancis, atau Jepang. Dengan demikian kita
mengenal gaya Jerman, Inggris, Prancis, Indonesia, dan sebagainya.
4. Berdasarkan Subyek: subyek yang menjadi pokok pembicaraan dalam
sebuah karangan dapat mempengaruhi pula gaya bahasa sebuah karangan.
Berdasarkan hal ini kita mengenal gaya: filsafat, ilmiah (hukum, teknik,
sastra, dsh), populer, didaktik, dan sebagainya.
5. Berdasarkan Tempat: gaya ini mendapat namanya dari lokasi geografis,
karena ciri-ciri kedaerahan mempengaruhi ungkapan atau ekspresi
bahasanya. Ada gaya Jakarta, gaya Jogya, ada gaya Medan, Ujung
Pandang, dan sebagainya.
6. Berdasarkan Hadirin: seperti halnya dengan subyek, maka hadirin atau
jenis pembaca juga mempengaruhi gaya yang dipergunakan seorang
pengarang. Ada gaya populer atau gaya demagog yang cocok untuk rakyat
banyak. Ada gaya sopan yang cocok untuk lingkungan istana atau
Iingkungan yang terhormat. Ada pula gaya intim (familiar) yang cocok
untuk lingkungan keluarga atau untuk orang yang akrab.
7. Berdasarkan Tujuan: gaya berdasarkan tujuan memperoleh namanya dan
maksud yang ingin disampaikan oleh pengarang. di manapengarang ingin
mencurahkan gejolak emotifnya. Ada gaya sentimental, ada gaya
sarkastik, gaya diplomatis, gaya agung atau luhur, gaya teknis atau
informasional, dan ada gaya humor.
2.3.2 Segi Bahasa

Dilihat dan sudut bahasa atau unsur-unsur bahasa yang digunakan maka
gaya bahasa dapat dibedakan berdasarkan titik tolak unsur bahasa yang
dipergunakan, yaitu:

8
1. Gaya bahasa berdasarkan pilihan kata;
2. Gaya bahasa berdasarkan nada yang terkandung dalarn wacana
3. Gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat;
4. Gaya bahasa berdasarkari langsung tidaknya makna.
2.3.3 Gaya Bahasa Berdasarkan Pilihan Kata

Dalam bahasa standar (bahasa baku) dapatlah dibedakan: gaya bahasa


resmi (bukan bahasa resmi), gaja bahasa takresmi dan gaya bahasa percakapan.
Gaya bahasa dalam tingkatan bahasa nonstandar tidak akan dibicarakan di sini,
karena tidak akan berguna dalam tulisan tulisan ilmiah atau ilmiah populer.

1. Gaya Bahasa Resmi

Gaya bahasa resmi adalah gaya dalam bentuknya yang lengkap, gaya yang
dipergunakan dalam kesempatan-kesempatan resmi, gaya yang dipergunakan oleh
mereka yang diharapkan mempergunakannya dengan baik dan terpelihara.
Amanat kepresidenan, berita negara, khotbah-khotbah mimbar, tajuk rencana,
pidato-pidato yang penting, artikel-artikel yang serius atau esei yang memuat
subyek-subyek yang penting, semuanya dibawakan dengan gaya bahasa resmi.

2. Gaya Bahasa Tak Resmi

Gaya bahasa tak resmi juga merupakãn gaya bahasa yang dipergunakan
dalam bahasa standar, khususnya dalam kesempatan-kesempatan yang tidak
formal atau kurang formal. Bentuknya tidak terlalu konservatif. Gaya ini biasanya
dipergunakan dalam karya-karya tulis, buku-buku pegangan, artikel-artikel
mingguan atau bulanan yang baik, dalam perkuliahan, editorial, kolumnis, dan
sebagainya. Singkatnya gaya bahasa tak resmi adalah gaya bahasa yang umum
dan normal bagi kaum terpelajar.

3. Gaya Bahasa Percakapan

Sejalan dengan kata-kata percakapan, terdapat juga gaya bahasa


percakapan. Dalam gaya bahasa ini, pilihan katanya adalah kata-kata populer dan
kata-kata percakapan. Namun di sini harus ditambahkan segi-segi morfologis dan

9
sintaksis, yang secara bersama-sama membentuk gaya bahasa percakapan ini.
Biasanya segi-segi sintaksis tidak terlalu diperhatikan, demikian pula segi-segi
morfologis yangbiasa diabaikan sering dihilangkan. Kalau dibandingkan dengan
gaya bahasa resmi dan gaya bahasa tak resmi, maka gaya bahasa percakapan ini
dapat diumpamakan sebagai bahasa dalam pakaian sport. Itu berarti bahasanya
masih lengkap untuk suatu kesempatan, dan masih dibentuk menurut kebiasaan-
kebiasaan, tetapi kebiasaan ini agak longgar bila dibandirigkan dengan kebiasaan
pada gaya bahasa resmi dan tak resmi.

2.3.4 Gaya Bahasa Berdasarkan Nada

Gaya bahasa berdasarkan nada didasarkan pada sugesti yang dipancarkan


dan rangkaian kata-kata yang terdapat dalam sebuah wacana. Sering kali sugesti
ini akan lebih nyata kalau diikuti dengan sugesti suara dan pembicara, bila sajian
yang dihadapi adalah bahasa lisan. Dengan latar belakang ini gaya bahasa dilihat
dan sudut nada yang terkandung dalam sebuah wacana, dibagi atas: gaya yang
sederhana, gaya mulia dan bertenaga, serta gaya menengah.

1. Gaya Sederhana

Gaya ini biasanya cocok untuk memberi instruksi, perintah, pelajaran,


perkuliahan, dan sejenisnya. Sebab itu untuk mempergunakan gaya ini secara.

2. Gaya Mulia dan Bertenaga

Sesuai dengan namanya, gaya ini penuh dengan vitalitas dan energi, Ian
biasanya dipergunakan untuk menggerakkan sesuatu. Menggerakkan sesuatu tidak
saja dengan mempergunakan tenaga dan vitalitas pembicara, tetapi juga dapat
mempergunakan nada keagungan dan kemuliaan. Tampaknya hal ini mengandung
kontradiksi, tetapi kenyataannya memang demikian. Nada yang agung dan mulia
akan anggup pula menggerakkan emosi setiap pendengar. Dalam keagungan,
terselubung sebuah tenaga yang halus tetapi secara aktif ia meyakinkan bekerja
untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Khotbah tentang kemanusiaan dan
keagamaan, kesusilaan dan ketuhanan biasanya disampaikan dengan nada yang

10
agung dan mulia. Tetapi dibalik keagungan dan kemuliaan itu terdapat tenaga
penggerak yang luar biasa, tenaga yang benar-benar mampu menggetarkan emosi
para pendengar atau pembaca.

3. Gaya Menengah

Gaya menengah adalah gaya yang diarahkan kepada usaha untuk


menimbulkan suasana senang dan damai. Karena tujuannya adalah menciptakan
suasana senang dan damai, maka nadanya juga bersifat lemah-lembut, penuh
kasih sayang, dan mengandung humor yang sehat. Pada kesempatan-kesempatan
khusus seperti pesta, pertemuan, dan rekreasi, orang lebih menginginkan
ketenangan dan kedamaian.Akan ganjillah rasanya, atau akan timbul disharmoni,
kalau dalam suatu pesta pernikahan ada orang yang memberi sambutan berapi-api,
mengerahkan segala emosi dan tenaga untuk menyampaikan sepatah kata. Para
hadirin yang kurang waspada akan turut terombang-ambing dalam permainan
emosi semacam itu.

2.3.5 Gaya Bahasa Berdasarkan Struktur Kalimat

Berdasarkan struktur kalimat sebagai yang dikemukakan di atas, maka


dapat diperoleh gaya-gaya bahasa sebagai berikut:

1. Klimaks

Gaya bahasa klimaks diturunkan dan kalimat yang bersifat periodik. Klimaks
adalah semacam gaya bahasa yang mengandungurutan-urutan pikiran yang setiap
kali semakin meningkat kepentingannya dan gagasan-gagasan sebelumnya.
Klimaks disebut juga gradasi. Istilah ini dipakai sebagai istilah umum yang
sebenarnya merujuk kepada tingkat atau gagasan tertinggi. Bila klimaks itu
terbentuk dan beberapa gagasan yang berturut-turut semakin tinggi
kepentingannya, maka ia disebut anabasis.

11
2. Antiklimaks

Antiklimaks dihasilkan oleh kalimat yang berstruktur mengendur. Antiklimaks


sebagai gaya bahasa merupakan suatu acuan yang gagasan-gagasannya diurutkan
dan yang terpenting berturut-turut ke gagasan yang kurang penting. Antiklimaks
sering kurang efektif karena gagasan yang penting ditempatkan pada awal
kalimat, sehingga pembaca atau pendengar tidak lagi memberi perhatian pada
bagian- bagian berikutnya dalam kalimat itu.

3. Paralelisme

Paralelisme adalah semacam gaya bahasa yang berusaha mencapai kesejajaran


dalam pemakaian kata-kata atau frasa-frasa yang menduduki fungsi yang sama
dalam bentuk gramatikal yang sama. Kesejajaran tersebut dapat pula berbentuk
anak kalimat yang bergantung pada sebuah induk kalimat yang sama. Gaya ini
lahir dan struktur kalimat yang berimbang.

4. Antitesis

Antitesis adalah sebuah gaya bahasa yang mengandung gagasan- gagasan yang
bertentangan, dengan mempergunakan kata-kata atau kelompok kata yang
berlawanan. Gaya ini timbul dan kalimat berimbang.

5. Repetisi

Repetisi adalah perulangan bunyi, suku kata, kata atau bagiankalimat yang
dianggap penting untuk memberi tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai.
Dalam bagian in hanya akan dibicarakan repetisi yang berbentuk kata atau frasa
atau klausa. Karena nilainya dianggap tinggi, maka dalam oratori timbullah
bermacam-macam variasi repetisi. Repetisi, seperti halnya dengan paralelisme dan
antitesis, lahir dan kalimat yang berimbang. Karena nilainya dalam oratori
dianggap tinggi, maka para orator menciptakan bermacam-macam repetisi yang
pada prinsipnya didasarkan pada tempat kata yang diulang dalam baris, klausa,
atau kalimat.

12
2.4 Gaya Bahasa dalam Novel “Kekuatan Cinta Karya Sastri Bakry”
2.4.1 Gaya yang Berpusat pada Kata
3.1 Gaya Bahasa Tak Resmi

Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan terhadap gaya bahasa


dalam novel Kekuatan Cintakarya Sastri BakryditemukanGaya bahasa tak
resmi.Gaya bahasa tak resmi merupakan bahasa standar,yang dipergunakan
dalam kesempatan tidak formal atau kurang formal. Pada novel Kekuatan Cinta
karya Sastri Bakry ini,pengarang memanfaatkan kata-kata yang umum dan normal
bagi kaum terpelajar dan disampaikan dengan nada bahasa yang lebih santai serta
pilihan kata yang sederhana. Sesuai dengan teori Keraf (1984: 118), berdasarkan
sifat, gaya bahasa tak resmi memperlihatkan suatu jangka variasi, mulai dari
bentuk informal yang paling tinggi dan mendekati gaya resmi hingga gaya bahasa
tak resmi yang sudah bertumpang tindih dengan gaya bahasa percakapan.

3.2 Gaya Bahasa Percakapan

Gaya bahasa percakapan merupakan bahasa yang masih lengkap untuk


suatu kesempatan dan masih dibentuk menurut kebiasaan-kebiasaan tetapi
kebiasaan ini agak longgar dibandingkan dengan gaya bahasa resmi dan gaya
bahasa tak resmi. Gaya bahasa percakapan menggunakan kata-kata populer dan
kata percakapan serta dari segi sintaksis dan morfologis tidak terlalu diperhatikan
dalam gaya bahasa percakapan. Dalam novel Kekuatan Cintaterdapat gaya bahasa
percakapan yang biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Hal tersebut dapat
ditampilkan pengarang melalui sebuah dialog dengan maksud untuk
membangkitkan dan merangsang imajinasi pembaca terhadap apa yang
disampaikan oleh pengarang.

2.4.2 Gaya yang Berpusat pada Kalimat


1. Klimaks

Berdasarkan analisis gaya bahasa yang sudahdilakukan, dalam novel


Kekuatan Cintakarya Sastri Bakry terdapat semacam gaya bahasa yang
mengandung urutan pikiran yang setiap kali meningkat dengan tujuan untuk

13
memberikan penegasan pada pernyataan agar pembaca tertarik dalam membaca
novel Kekuatan Cinta. Pernyataan yang disampaikan pengarang akan terkesan
menarik dan berisi dengan penekanan tersebut.

2. Antiklimaks

Berdasarkan analisis gaya bahasa yang sudah dilakukan pada novel


Kekuatan Cinta karya Sastri Bakry terdapat gaya bahasa yang mengurutkan
peristiwa atau pikiran dari yang sedehana hingga gagasan yang semakin
meningkat kepentingannya. Gagasan yang penting terletak pada awal kalimat dan
kalimat tersebut diurutkan sejumlah ide yang semakin kurang penting. Gaya
bahasa antiklimaks berfungsi untuk memberikan kesegaran dan peningkatan nilai
rasa bahasa.

3. Paralelisme

Paralelisme semacam gaya bahasa yang baik untuk menonjolkan kata atau
kelompok kata yang sama fungsinya dalam kalimat. Namun, apabila gaya bahasa
ini terlalu banyak digunakan dalam sebuah karya sastra akan menimbulkan
kekakuan dan mati serta menjauhkan tulisan dari sifat variasi. Pemakaian kalimat
dengan menempatkan unsur yang setara dalam suatu konstruksi merupakan gaya
bahasa paralelisme dengan tujuan memperkuat nuansa makna atau situasi yang
terjadi. Berdasarkan enam puluh tiga data yang mengandung gaya bahasa hanya
ada enam data yang mengandung gaya bahasa paralelisme dalam novel Kekuatan
Cinta karya Sastri Bakry.

4. Repetisi

Berdasarkan analisis gaya bahasa yang sudah dilakukan dalam novel


Kekuatan Cinta karya Sastri Bakry, terdapat gaya bahasa berupa perulangan
bunyi, suku kata, kata, atau bagian kalimat yang dianggap penting untuk
memberikan tekanan dalam sebuah konteks yangsesuai. Pada novel Kekuatan
Cinta karya Sastri Bakry ditemukan sembilan belas data yang menggunakan gaya
bahasa berupa perulangan bunyi, kata, frasa, klausa, atau kalimat dengan tujuan

14
untuk memberikan kekuatan makna dan penegasan dalam pengungkapan.
Pemakaian bahasa repetisi juga dapat menambah nilai estetika dalam sebuah
karya sastra kalau digunakan secara tepat.

5. Antitesis

Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan dalam novel Kekuatan


Cinta berpusat pada kalimat terdapat enam data yang mengandung gaya bahasa
antitesis. Gaya bahasa antitesis merupakan gaya bahasa yang mengandung
gagasan yang bertentangan, dengan mempergunakan kata-kata atau kelompok
kata yang berlawanan. Gaya bahasa ini timbul dari kalimat yang berimbang.

15
BAB III

PENUTUP
3.1 Simpulan

Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam karya sastra


sangat diperlukan gaya bahasa. Gaya bahasa merupakan pembeda antara karya
sastra dengan karya ilmiah. Gaya bahasa merupakan cara pengungkapan ide atau
gagasan oleh pengarang dalam suatu tulisan. Nilai estetik suatu karya sastra dapat
dimunculkan dengan penggunaan gaya bahasa. Dengan adanya gaya bahasa, suatu
karya sastra menjadi lebih memiliki daya tarik.

Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan terhadap novel Kekuatan


Cintakarya Sastri Bakry mengenai gaya bahasa diperoleh hasil penelitian sebagai
berikut. Gaya yang berpusat pada kalimat terdiri dari; klimaks, antiklimak,
paralelisme, repetisi dan antitesis. Gaya bahasa yang dominan dalam novel
Kekuatan Cinta karya Sastri Bakry adalah gaya bahasa percakapan. Pengarang
menggunakan gaya bahasa percakapan dalam menyampaikan gagasan dan pikiran
agar pembaca memahami apa yang disampaikan oleh pengarang. Pengarang
menggunakan kemampuan dalam mengolah bahasa untuk menciptakan nilai
estetis dalam sebuah karya sastra sehingga hal tersebut membuat style tersendiri
yang menjadi ciri khusus Sastri Bakry dalam mengungkapkan setiap ide melalui
sebuah karya sastra.

3.2 Saran

Adapun saran yang dapat dikemukakan penulis yaitu, diharapkan ada


penelitian lebih lanjut dan lebih mendalam mengenai gaya bahasa untuk
meningkatkan penelitian dalam bidang sastra khususnya novel Kekuatan Cinta
karya Sastri Bakry dengan bentuk analisis yang berbeda karena novel tersebut
termasuk novel yang bagus dan berkualitas.Gaya bahasa dalam novel ini berguna
sebagai referensi dan hasil penelitian juga dapat memberikanilmu pengetahuan
bagi pembaca.Bagi pembaca diharapkandapat membedakan dan memahamigaya
bahasa dalam novel yang digunakan pengarang lain.

16
DAFTAR PUSTAKA

Bakry, Sastri. 2010. Kekuatan Cinta. Jakarta: Jendela.


Fitrah, N. 2010. Gaya Bahasa Retoris dan Kiasan, (Online), (http://repository.-
usu.ac.id/bitstream/123456789/17733/4/Chapter%20II.pdf, diakses
2010)
Khoir, M. 2012. Gaya Bahasa dalam Karya Sastra, (Online), (http://mazidatul-
khoir.wordpress.com/2012/10/07/gaya-bahasa-dalam-karya-sastra/,
diakses 7 Oktober 2012)
Lina, M. 2014. Tentang Novel Kekuatan Cinta.
(http://www.kompasiana.com/marlinahafs/tentang-novel-kekuatan-
cinta_5528edaff17e61dc1f8b456a, diakses 23 Juni 2015)

17

Anda mungkin juga menyukai