DISUSUN OLEH :
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan begitu banyak berkat dan rahmatNYA hingga memudahkan jalan
bagi penulis dalam menyelesaikan makalah yang berjudul Gaya Bahasa dalam
Novel Kekuatan Cinta Karya Sastri Bakry.
Selesainya makalah ini, tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai
pihak yang sangat membantu penulis, baik berupa moril maupun materil. Untuk
itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah ikut serta
membantu kelancaran penulisan sehingga akhirnya tugas ini dapat terselesaikan.
Ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada:
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berbicara tentang gaya bahasa, kita tidak pernah terlepas dari suatu usaha
memperbandingkan dua hal atau sesuatu yang berbeda. Dua hal yang kita
perbandingkan itu tentu saja merupakan hal-hal yang tidak jauh dari kehidupan
kita sehari-hari. Hal-hal yang dibicarakan itu sangat erat dengan kegiatan
berbahasa kita, karena hal-hal tersebut merupakan obyek kegiatan tingkah laku
berbahasa kita. Di dalam berbahasa, kita dengan tidak menyadarinya seringkali
mempergunakan gaya bahasa yang membuat sesuatu hal seakan-akan mempunyai
sifat seperti manusia.
Gaya atau khususnya Gaya Bahasa dikenal dalam retorika dengan istilah
style, kata style diturunkan dari kata latin stilus, yaitu semacam alat untuk menulis
pada lempengan lilin. Dalam keahlian menggunakan alat ini dapat mempengaruhi
jelas tidaknya tulisan pada lempengan lilin tersebut sehingga penekanan dititik
beratkan pada keahlian penulisan indah , sehingga style berubah menjadi
kemampuan dan keahlian untuk menulis atau mempengaruhi kata-kata secara
indah. Karena perkembangan itu, Gaya Bahasa atau style menjadi masalah atau
bagian dari diksi atau pilihan kata yang mempersoalkan cocok tidaknya
pemakaian kata, frasa, atau klausa tertentu untuk menghadapi situasi tertentu.
1
bahasa adalah cara menggunakan bahasa dalam konteks tertentu, oleh orang
tertentu, untuk tujuan tertentu.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, gaya bahasa atau majas adalah
pemanfaatan kekayaan bahasa, pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh efek-
efek tertentu, keseluruhan ciri bahasa sekelompok penulis sastra dan cara khas
2
dalam menyampaikan pikiran dan perasaan, baik secara lisan maupun tertulis.
Dengan kata lain, gaya bahasa atau majas adalah cara khas dalam menyatakan
pikiran dan perasaan dalam bentuk tulisan atau lisan. Kekhasan dari gaya bahasa
ini terletak pada pemilihan kata-katanya yang tidak secara langsung menyatakan
makna yang sebenarnya. Sedangkan menurut Prof.Dr.H.G.Tarigan bahwa majas
adalah cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang
memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis.
Unsur kebahasaan antara lain : pilihan kata, frase, klausa, dan kalimat. Menurut Goris
Keraf, sebuah majas dikatakan baik bila mengandung tiga dasar, yaitu:
kejujuran,sopan santun, dan menarik.
Penelitian ini dilatar belakangi oleh bahasa sebagai alat untuk menciptakan
karya. Adapun masalah yang ditemukan adalah untuk melihat “Bagaimanakah
analisis gaya bahasa dalam novel Kekuatan Cinta karya Sastri Bakry yang
berkaitan dengan gaya bahasa yang berpusat pada kata dan kalimat?”. Penelitian
ini bertujuan untuk mendeskripsikan analisis gaya bahasa dalam novel Kekuatan
Cinta karya Sastri Bakryyang berkaitan dengan gaya bahasa yang berpusat pada
kata dan kalimat.Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif denganmetode
analisis isi. Data yang diperoleh dideskripsikan lalu dianalisis untuk memperoleh
gaya bahasa yang terdapat dalam novel Kekuatan Cinta karya Sastri Bakry. Hasil
penelitian dapat disimpulkan bahwa Kekuatan Cinta karya Sastri Bakry digunakan
beberapa gaya bahasa. Gaya bahasa tersebut yaitu: (1) gaya yang berpusat pada
kata yang menyangkut penggunaan kata dalam karya sastra, gaya bahasa tersebut
meliputi gaya bahasa tak resmi dan gaya bahasa percakapan. (2) gaya yang
berpusat pada kalimat meliputi klimaks, antiklimaks, paralelisme, antitesis dan
repetisi. Pada novel Kekuatan Cinta pengarang lebih dominan menggunakan gaya
bahasa percakapan untuk mengungkapkan pikiran atau gagasannya agar pembaca
memahami apa yang disampaikan oleh pengarang dan gaya bahasa tersebut juga
menjadi styletersendiri bagi Sastri Bakry.
3
1.2 Rumusan Masalah
4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Gaya Bahasa
Gaya atau khususnya gaya bahasa dikenal dalam retorika dengan istilah
style. Kata style diturunkan dari kata Latin stiliis, yaitu semacam alat untuk
menulis pada lempengan lilin. Keahlian menggunakan alat ini akan
mempengaruhi jelas tidaknya tulisan pada lempengan tadi. Kelak pada waktu
penekanan dititikberatkan pada keahlian untuk menulis indah, maka style lalu
berubah menjadi kemampuan dan keahlian untuk menulis atau mempergunakan
kata-kata secara indah. Walaupun kata style berasal dan bahasa Latin, orang
Yunani sudah mengembangkan sendiri teori-teori mengeenai style itu. Ada dua
aliran yang terkenal, yaitu:
5
pribadi,watak, dan kemampuan seseorang yang mempergunakan bahasa itu.
Semakinbaik gaya bahasanya, semakin baik pula penilaian orang terhadapnya;
semakinburuk gaya bahasa seseorang, semakin buruk pula penilaian
diberikanpadanya.
6
bisa diungkapkan dalam beberapa rangkaian kata. Kejelasandengan demikian
akan diukur dalam heberapa butir kaidah berikut, yaitu:
7
3. Berdasarkan Medium: yang dimaksud dengan medium adalah bahasa
dalam arti alat komunikasi. Tiap bahasa, karena struktur dan situasi sosial
pemakainya, dapat memiliki corak tersendiri. Sebuah karya yang ditulis
dalam bahasa jerman akan memiliki gaya yang berlainan, bila ditulis
dalam bahasa Indonesia, Prancis, atau Jepang. Dengan demikian kita
mengenal gaya Jerman, Inggris, Prancis, Indonesia, dan sebagainya.
4. Berdasarkan Subyek: subyek yang menjadi pokok pembicaraan dalam
sebuah karangan dapat mempengaruhi pula gaya bahasa sebuah karangan.
Berdasarkan hal ini kita mengenal gaya: filsafat, ilmiah (hukum, teknik,
sastra, dsh), populer, didaktik, dan sebagainya.
5. Berdasarkan Tempat: gaya ini mendapat namanya dari lokasi geografis,
karena ciri-ciri kedaerahan mempengaruhi ungkapan atau ekspresi
bahasanya. Ada gaya Jakarta, gaya Jogya, ada gaya Medan, Ujung
Pandang, dan sebagainya.
6. Berdasarkan Hadirin: seperti halnya dengan subyek, maka hadirin atau
jenis pembaca juga mempengaruhi gaya yang dipergunakan seorang
pengarang. Ada gaya populer atau gaya demagog yang cocok untuk rakyat
banyak. Ada gaya sopan yang cocok untuk lingkungan istana atau
Iingkungan yang terhormat. Ada pula gaya intim (familiar) yang cocok
untuk lingkungan keluarga atau untuk orang yang akrab.
7. Berdasarkan Tujuan: gaya berdasarkan tujuan memperoleh namanya dan
maksud yang ingin disampaikan oleh pengarang. di manapengarang ingin
mencurahkan gejolak emotifnya. Ada gaya sentimental, ada gaya
sarkastik, gaya diplomatis, gaya agung atau luhur, gaya teknis atau
informasional, dan ada gaya humor.
2.3.2 Segi Bahasa
Dilihat dan sudut bahasa atau unsur-unsur bahasa yang digunakan maka
gaya bahasa dapat dibedakan berdasarkan titik tolak unsur bahasa yang
dipergunakan, yaitu:
8
1. Gaya bahasa berdasarkan pilihan kata;
2. Gaya bahasa berdasarkan nada yang terkandung dalarn wacana
3. Gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat;
4. Gaya bahasa berdasarkari langsung tidaknya makna.
2.3.3 Gaya Bahasa Berdasarkan Pilihan Kata
Gaya bahasa resmi adalah gaya dalam bentuknya yang lengkap, gaya yang
dipergunakan dalam kesempatan-kesempatan resmi, gaya yang dipergunakan oleh
mereka yang diharapkan mempergunakannya dengan baik dan terpelihara.
Amanat kepresidenan, berita negara, khotbah-khotbah mimbar, tajuk rencana,
pidato-pidato yang penting, artikel-artikel yang serius atau esei yang memuat
subyek-subyek yang penting, semuanya dibawakan dengan gaya bahasa resmi.
Gaya bahasa tak resmi juga merupakãn gaya bahasa yang dipergunakan
dalam bahasa standar, khususnya dalam kesempatan-kesempatan yang tidak
formal atau kurang formal. Bentuknya tidak terlalu konservatif. Gaya ini biasanya
dipergunakan dalam karya-karya tulis, buku-buku pegangan, artikel-artikel
mingguan atau bulanan yang baik, dalam perkuliahan, editorial, kolumnis, dan
sebagainya. Singkatnya gaya bahasa tak resmi adalah gaya bahasa yang umum
dan normal bagi kaum terpelajar.
9
sintaksis, yang secara bersama-sama membentuk gaya bahasa percakapan ini.
Biasanya segi-segi sintaksis tidak terlalu diperhatikan, demikian pula segi-segi
morfologis yangbiasa diabaikan sering dihilangkan. Kalau dibandingkan dengan
gaya bahasa resmi dan gaya bahasa tak resmi, maka gaya bahasa percakapan ini
dapat diumpamakan sebagai bahasa dalam pakaian sport. Itu berarti bahasanya
masih lengkap untuk suatu kesempatan, dan masih dibentuk menurut kebiasaan-
kebiasaan, tetapi kebiasaan ini agak longgar bila dibandirigkan dengan kebiasaan
pada gaya bahasa resmi dan tak resmi.
1. Gaya Sederhana
Sesuai dengan namanya, gaya ini penuh dengan vitalitas dan energi, Ian
biasanya dipergunakan untuk menggerakkan sesuatu. Menggerakkan sesuatu tidak
saja dengan mempergunakan tenaga dan vitalitas pembicara, tetapi juga dapat
mempergunakan nada keagungan dan kemuliaan. Tampaknya hal ini mengandung
kontradiksi, tetapi kenyataannya memang demikian. Nada yang agung dan mulia
akan anggup pula menggerakkan emosi setiap pendengar. Dalam keagungan,
terselubung sebuah tenaga yang halus tetapi secara aktif ia meyakinkan bekerja
untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Khotbah tentang kemanusiaan dan
keagamaan, kesusilaan dan ketuhanan biasanya disampaikan dengan nada yang
10
agung dan mulia. Tetapi dibalik keagungan dan kemuliaan itu terdapat tenaga
penggerak yang luar biasa, tenaga yang benar-benar mampu menggetarkan emosi
para pendengar atau pembaca.
3. Gaya Menengah
1. Klimaks
Gaya bahasa klimaks diturunkan dan kalimat yang bersifat periodik. Klimaks
adalah semacam gaya bahasa yang mengandungurutan-urutan pikiran yang setiap
kali semakin meningkat kepentingannya dan gagasan-gagasan sebelumnya.
Klimaks disebut juga gradasi. Istilah ini dipakai sebagai istilah umum yang
sebenarnya merujuk kepada tingkat atau gagasan tertinggi. Bila klimaks itu
terbentuk dan beberapa gagasan yang berturut-turut semakin tinggi
kepentingannya, maka ia disebut anabasis.
11
2. Antiklimaks
3. Paralelisme
4. Antitesis
Antitesis adalah sebuah gaya bahasa yang mengandung gagasan- gagasan yang
bertentangan, dengan mempergunakan kata-kata atau kelompok kata yang
berlawanan. Gaya ini timbul dan kalimat berimbang.
5. Repetisi
Repetisi adalah perulangan bunyi, suku kata, kata atau bagiankalimat yang
dianggap penting untuk memberi tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai.
Dalam bagian in hanya akan dibicarakan repetisi yang berbentuk kata atau frasa
atau klausa. Karena nilainya dianggap tinggi, maka dalam oratori timbullah
bermacam-macam variasi repetisi. Repetisi, seperti halnya dengan paralelisme dan
antitesis, lahir dan kalimat yang berimbang. Karena nilainya dalam oratori
dianggap tinggi, maka para orator menciptakan bermacam-macam repetisi yang
pada prinsipnya didasarkan pada tempat kata yang diulang dalam baris, klausa,
atau kalimat.
12
2.4 Gaya Bahasa dalam Novel “Kekuatan Cinta Karya Sastri Bakry”
2.4.1 Gaya yang Berpusat pada Kata
3.1 Gaya Bahasa Tak Resmi
13
memberikan penegasan pada pernyataan agar pembaca tertarik dalam membaca
novel Kekuatan Cinta. Pernyataan yang disampaikan pengarang akan terkesan
menarik dan berisi dengan penekanan tersebut.
2. Antiklimaks
3. Paralelisme
Paralelisme semacam gaya bahasa yang baik untuk menonjolkan kata atau
kelompok kata yang sama fungsinya dalam kalimat. Namun, apabila gaya bahasa
ini terlalu banyak digunakan dalam sebuah karya sastra akan menimbulkan
kekakuan dan mati serta menjauhkan tulisan dari sifat variasi. Pemakaian kalimat
dengan menempatkan unsur yang setara dalam suatu konstruksi merupakan gaya
bahasa paralelisme dengan tujuan memperkuat nuansa makna atau situasi yang
terjadi. Berdasarkan enam puluh tiga data yang mengandung gaya bahasa hanya
ada enam data yang mengandung gaya bahasa paralelisme dalam novel Kekuatan
Cinta karya Sastri Bakry.
4. Repetisi
14
untuk memberikan kekuatan makna dan penegasan dalam pengungkapan.
Pemakaian bahasa repetisi juga dapat menambah nilai estetika dalam sebuah
karya sastra kalau digunakan secara tepat.
5. Antitesis
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
3.2 Saran
16
DAFTAR PUSTAKA
17